Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

JENIS – JENIS PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Strategi Pembelajaran

Dosen Pengampu :

Rini Herliani, SE., M.Si., Ak., CA

Choms Gary GT Sibarani, SE., M.Si., Ak., CA

Disusun Oleh :

Riyan Darmawan ( 7203342024 )

Tasya Cosita ( 7203342032 )

PRODI PENDIDIKAN AKUTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGRI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Jenis – jenis Pendektan Pembelajaran. Kami juga
berterima kasih kepada Ibu Dosen Rini Herliani, SE., M.Si., Ak., CA dan Bapak Dosen Choms
Gary G T Sibarani, SE., M.Si., Ak., CAyang telah membimbing kami dalam menyelesaikan
tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan juga
wawasan menyangkut Jenis – jenis Pendekatan Pembelajaran

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Medan,23,Februari 2022

Kelompok 2
DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar.....................................................................................................................

BAB I Pendahuluan.............................................................................................................

A.Latar Belakang Masalah .................................................................................................

B.Rumusan Masalah............................................................................................................

C.Tujuan Penulisan..............................................................................................................

BAB II Pembahasan ...........................................................................................................

A.Pengertian Pendekatan Pembelajaran............................................................................

B.Jenis Pendekatan Pembelajaran.....................................................................................

C.Pentingnya Pendektan dalam pembelajaran...................................................................

D.Macam Pendekatan Pembelajaran................................................................................

BAB III Penutup..................................................................................................................

A.Kesimpulan......................................................................................................................

Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perspektif islam makna belajar bukan hanya sekedar upaya perubahan perilaku. Konsep
belajar dalam islam merupakan konsep belajar yang ideal, karena sesuai dengan nilai-nilai ajaran
islam. Tujuan belajar dalam islam bukanlah mencari rezeki didunia ini semata, tetapi untuk
sampai kepada hakikat, memperkuat akhlak yang sempurna.

Dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah, termasuk pendidikan agama islam di sekolah-
sekolah dan madrasah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti
bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan, banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang dialami oleh anak didik.[1] Menurut Hamalik belajar mengandung
pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan prilaku, termasuk juga perbaikan prilaku,
misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lengkap.[2] Istilah strategi lebih
luas pengertiannya dari metode atau tekhnik, dengan kata lain di dalam strategi juga terkandung
pengertian metode atau tekhnik, di mana dalam strategi juga dibicarakan pendekatan pengajaran
dalam penyampain informasi, memilih sumber belajar, menunjang pengajaran, menetukan dan
menjelaskan peranan siswa.[3]

Dilihat dari segi kepentingannya, pendidikan dapat dilihat dari dua bagian, pertama pendidikan
dari segi kepentingan individual, dan kedua pendidikan dari segi kepentingan masyarakat. Dari
segi kepentingan individual, pendidikan di samping harus memperhatikan perbedaan bakat,
kemampuan, kecenderungan dan lainnya yang dimiliki anak, juga harus dapat membantu
individu dalam mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya, sehingga dapat
menolongnya . Pendidikan agama islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang ajaran islam sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, bermsyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pendidikan islam di sekolah bertujuan untuk
meningkatkan keyakinan, pemahaman, pengahyatan, dan pengalaman siswa tentang agama islam
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertqwa kepada Allah SWT serta berakhlak
mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan
pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.[4]

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pentingnya pendekatan dalam pembelajaran.

2. Apa Jenis-jenis Pendekatan dalam Pembelajaran


3. Apa Tipe-tipe Pendekatan

4. Bagaimana Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran

5. Bagaimana Relevansi Metode Dengan Bahan Pelajaran

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pentingnya pendekatan dalam pembelajaran.

2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Pendekatan dalam Pembelajaran

3. Untuk mengetahui Tipe-tipe Pendekatan

4. Untuk mengetahui Implikasi Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran

5. Untuk mengetahui Relevansi Metode Dengan Bahan Pelajaran


BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran adalah ide atau prinsip cara memandang dalam menentukan kegiatan
pembelajaran. Pernyataan tersebut senada dengan Rusman (2018) yang berpendapat bahwa
pendekatan pembelajaran adalah tahap pertama pembentukan suatu ide dalam memandang dan
menentukan objek kajian.

Pengertian Pendekatan Pembelajaran menurut Para Ahli

1.Gulo

Pendekatan menurut Gulo (dalam Suprihatingrum, 2013, hlm. 146) adalah sudut pandang kita
dalam memandang seluruh masalah yang ada dalam kegiatan belajar-mengajar (pembelajaran).

Sudut pandang tersebut menggambarkan cara berpikir dan sikap seorang pendidik dalam
menyelesaikan persoalan yang dihadapi pada kegiatan pembelajaran.

2.Sanjaya

Sementara itu, Sanjaya (dalam Suprihatiningrum, 2013, hlm. 146) berpendapat bahwa
pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran.

3.Wati

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang guru terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum (Wati, 2010, hlm. 7).

Pendekatan mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan


cakupan teoritis tertentu.

B.Jenis Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan dalam pembelajaran secara garis besar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: teacher
centered (berpusat pada guru) dan student centered (berpusat pada siswa).

1.Pendekatan Teacher Centered ( Berpusat pada Guru )

Pada pendekatan ini, pembelajaran berpusat pada Guru sebagai seorang ahli yang memegang
kontrol selama proses pembelajaran dalam aspek organisasi, materi, dan waktu. Guru bertindak
sebagai pakar yang mengutarakan pengalamannya sehingga dapat menstimulus perkembangan
siswa.

Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan beberapa strategi seperti: pembelajaran
langsung (direct instruction), dan pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori.

2.Pendekatan Student Centered ( Berpusat pada Siswa )

Sementara itu, pendekatan student centered mendorong siswa untuk mengerjakan sesuatu
sebagai pengalaman praktik dan membangun makna atas pengalaman yang diperolehnya. Pusat
pembelajaran diserahkan langsung ke peserta didik dengan supervisi dari Guru.Pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran seperti discovery
learning dan inquiry (penyingkapan atau penyelidikan).

C. Pentingnya pendekatan dalam pembelajaran.

Di lihat dari segi kepentingannya, pendidikaan dapat dilihat dari dua bagian. Pertama pendidikan
dari segi kepentingan individual, kedua pendidikan dari segi kepentingan masyarakat. Dari segi
kepentingan individual, pendidikan di samping harus memerhatikan perbedaan bakat,
kemampuaan, kecenderungan dan lainnya yang dimiliki anak didik, juga harus dapat membantu
individu dalam mengexpresikan dan mengaktualisasikan dirinya, sehingga dapat menolongnya
dikemudian hari.Dengan pendekatan yang bersifat individualistis ini, pendidikan hanya befungsi
menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan bebagai potensi pesreta didik yang
berbeda-beda itu dapat diwujudkan dalam kenyataan. Paradigma pendikan yang digunakan
bukanlah mengisi air ke dalam gelas, melainkan memotivasi dan menginspirasi agar berbagai
potensi yang dimiliki peserta didik itu dapat diexplorasi dengan upayanya sendiri. Paradigma
pendidikan yang demikiaan itu, menempatkan guru sebagai “seorang bidan” yang membantu
melhirkan seorang ibu hamil. Guru hanya membantu peserta didik agar dapat
mengaktualisasikan potensi yang di milikinya.

Dengan cara demikian, maka guru bukan sebagai informan (pemberi informasi), melainkan
sebagai agent yang menggerakan terjadinya proses pembelajaran pada anak didik, sehingga ank
didik mau belajar denga giat dan sungguh-sungguh, melahirkan gagasn, pemikiran, dan
sebagainya dengan aktivitasnya sendiri. Keadaan ini pada tahap selanjutnya menempatkan guru
sebagai motivator, katalisator, inspirator, imaginator, fasilitator, dan seterusnya. Paradigma guru
dalam konteks kegiatan pembelajaran yang demikian itu telah menjadi salah satu pilihan yang
banyak diterapkan pada negara yang mengandung sistem pemerintahan yang demokratis
termasuk di indonesia.

Paradigma pendidikan yang bersifat individualistis ini memiliki landasan dan akar konseptual
pada teori psikologi yang beraliran nativisme, humanisme, dan liberalisme. yaitu sebagai teori
psikologi yang mengatakan bahwa setip manusia memilik bakat, kecenderungan dan lain
sebagainya yang berasal dari dirinya sendiri, dan oleh karena itu mereka harus diberikan
kebebasan sebebas-bebasnya tanpa ada tekanan dan paksaan dari luar. Konsep pendidikan yang
individualistis ini misalnya, dapat dikembalikan kepada socrates, jogh dewey, ivan illich, dan
lain-lain. Konsep pendidikan ini juga berakar pada pandangan tentang tidak adanya nilai moral
universal. Nilai-nilai moral seluruhnya bersifat positifistik dan anthropocentris. Yakni
bergantung kepada ukuran dan parameter yang dietentukan oleh masing-masing individu.
Dengan demikiaan, nilai moral menjadi sesuatu yang bersifat relatif dan personal. Keaadan ini
pada gilirannya membawa pada keaadaan tidak adanya hukum universal yang dapat digunakan
oleh seluruh umat manusia.

Adapun pendidikan yang dilihat dari segi kepentingan masyarakat adalah pendidikan yang lebih
merupakan media atau sarana yang berfungsi menyalurkan gagasan, pemikiran, nilai-nilai
budaya, agama, sistem politik, ilmu pengetahuaan, dan lain sebagginya yang sudah diakui oleh
masyarakat dan negara. Dengan demikian, kepentingan masyarakat dan negara sangat
menentukan dlam mengarahkan kegiatan pendidikan.

Pendidikan yang demikiaan itu, pada gilirannya menempatkan guru sebagai satu-satunya yang
memiliki otoritas untuk menentukan corak dan warna pendidikan. Dan dalam waktu yang
bersamaan, peserta didik ditempatkan sebagai objek yang sepenuhnya mengikuti kehendak guru.
peserta didik tidak memiliki pilihan lain. Kecuali harus mengikuti agenda pendidikan dan
pengajaran yang telah disiapkan pemerintah dan masyarakat. Dengan paradigma yang demikiaan
itu, maka paradigma guru menjadi satu-satunya agent of information atau agent of knowledgel.
Hal ini pada gilirannya membawa konsep pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher
centris). Guru memberikan sejumlah pengetahuan ajaran dan lainnya yang harus dihapal dan
dikuasai dengan baik oleh peserta didik, tanpa ada peluang bagi mereka untuk mempertanyakan
urgensitas dan relevansitas yang diajarkan oleh guru tersebut. Dengan paaradigma ini, maka guru
yang menjadi aktif, sedangkan murid menjadi pasif. Pardigma pendididik yang digunakan dalam
konteks ini adalah “ mengisi air kedalam gelas” atau “ menuangkan ilmu pengetahuaan,
keterampilan, dan sebagainya, kkedalam otak peserta didik.”

Dengan pendekatan yang demikiaan, maka pendidikan dengan berbagai komponennya: Visi,
misi, tujuan, kurikulum, proses belajar, guru, murid, manajemen, sarana prasarana,
lingkungan,keuangan, alat dan sumber belajar, evlauasi dan lainnya di tentukan dari atas atau
pusat, yaitu di tentukan oleh mereka yang memiliki otorits sebagai pengambil kebijakan.
Pendidikan yang bercorak sentrlistis ini dianggap kurang memberikan kemungkinan pada pesrta
didik untuk berkreasi, berinovasi, berimajinasi dan lain sebagainya.

Corak pendidikan demikian itu didasarkan pada sebuah asumsi tentang adanya moral universal,
yaitu nilai-nilai moral yang dianggap permanen, telah teruji dalam sejarah, bersifat abadi, dan
karenanya perlu dilestarikan dan ditanamkan pada peserta didik tanpa syarat. Konsep pendidikan
sedemikian itu, banayak digunaka pada negara berkembang yang menganut sistem pemerintahan
yang otoriter dan sentralistis.Adanya dua aliran kepentingan pendidikan sebagaimana pendidikan
tersebut, pada gilirannya membawa kepada timbulanya aliran pendidikan yang ketiga, yaitu
konsep pendidikan yang mencoba menghubungkan antara kepentingan individual dan
masyarakat. Konsep yang memadukan kepentingan idividual dan masyarakat ini didasarkan pada
sebuah asumsi, bahwa selain memiliki kebebasan individual, manusia juga dibatasi oleh
kebebasan sosial. Selain makhluk individual yang merupakn hak privasinya, manusia juga
makhluk sosial. Selain mementingkan kebutuhan individualnya, manusia juga harus
mementingkan kebutuhan sosialnya.[5]

D. Macam - macam Pendekatandalam Pembelajaran

1. Pendekatan Individualistic

Pendekatan individualistic dalam proses pembelajaran, adalah sebuah pendekatan yang bertolak
pada asumsi bahwa peserta didik memiliki latar belakang perbedaan dari segi kecerdasan, bakat,
kecenderungan, motivasi, dan sebagainya. Perbedaan individualistis peserta didik tersebut
memberikan wawasan kepada guru bahwa strategi pembelajaran harus memerhatikan perbedaan
peserta didik pada aspek individual ini. Dengan kata lain, guru harus melakukan pendekatan
individual dalam strategi belajar mengajarnya. Bila hal ini tidak dilakukan, makastrategi belajar
tuntas (mastery learning) yang menuntut penguasaan penuh kepada peserta didik tidak pernah
menjadi kenyataan. Dengan pendekatan individual ini kepada peserta didik dapat diharapkan
memiliki tingkat penguasaan materi yang optimal.

Pendekatan belajar individualistis ini berguna untuk mengatasi peserta didik yang suka benyak
bicara atau membuat keributan dalam kelas. Caranya antara lain dengan memindahkan salah satu
peserta didik tersebut pada tempat yang terpisah dengan jarak yang cukuup jauh dengan peserta
didik lainnya. Peserta didik yang suka berbicara ditempatkan pada anak didik yang pendiam.[6]

Melalui pendekatan ini, kesulitan peserta didik dalam belajar segera dapat dipecahkan.
Pendekatan individualistic juga adalah pendekatan uang demokratis, karena memperlakukan
setiap peserta didik sesuai dengan keinginannya. Dan dengan pendekatan ini, penghargaan
terhadap kecakapan peserta didik yang berbeda-beda dapat dilakukan. Bagi peserta didik yang
mau belajar sungguh-sungguh dan cerdas, memiliki kesempatan dan peluang untuk belajar lebih
cepat. Sebaliknya, peserta didik yang kurang cerdas dan kurang sungguh-sungguh dapat
menyelesaikan pelajarannya sesuai dengan kesanggupannya.

Namun demikian, pendekatan ini selain memiliki manfaat dan keuntungan, juga tidak terlepas
dari kekurangan. Pendekatan individualistis mengharuskan seorang guru memberikan perlakuan
yang berbeda-beda pada setiap peserta didik. Keadaan ini amat menyulitkan, jika jumlah peserta
didiknya cukup banyak, karena akan memakan waktu yang cukup banyak pula, dan karenanya
kurang efisien. Selain itu, pendekatan ini juga mengharuskan adanya desain kelas yang kecil-
kecil (small class) yang jumlahnya cukup banyak. kelas kecil yang jumlahnya cukup banyak ini
tidak dapat ditangani hanya oleh satu orang guru, melainkan oleh sebuah team teacher.
Pendekatan ini menyebabkan peserta didik kurang memiliki kesempatan untuk bersosialisasi,
dan pada gilirannya dapat menimbulkan sikap individualistis pada peserta didik.
2. Pendekatan Kelompok

Pendekatan kelompok adalah sebuah pendekatan yang didasarkan pada pandangan, bahwa pada
setiap peserta didik terdapat perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan antara satu dan
lainnya. perbedaan yang peserta didik yang satu dengan yang lainnya ini, bukanlah untuk
dipertentangkan atau dipisahkan, melainkan harus diintegrasikan. Seorang peserta didik yang
cerdas misalnya, dapat disatukan dengan peserta didik yang kurang cerdas, sehingga peserta
didik yang kurang cerdas itu dapat ditolong oleh peserta didik yang cerdas. Demikian pula,
persamaan yang dimiliki antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya dapat
disinergikan sehingga dapat saling menunjang secara optimal.

Selain itu, pendekatan kelompok ini juga didasarkan pada asumsi, bahwa setiap anak didik
memiliki kecenderungan untuk berteman dan berkelompok dalam rangka memperoleh
pengalaman hidup dan bersosialisasi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan pendekatan
kelompok ini, diharapkan dapat ditumbuhkan rasa sosial yang tinggi pada setiap peserta didik,
dan sekaligus untuk mengendalikan rasa egoism yang ada dalam diri mereka masing-masing,
sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di dalam kelas.

Dengan pendekatan kelompok ini, mereka diharapkan memiliki kesadaran bahwa hidup ini
ternyata hidup ini saling membutuhkan dan saling tergantung antara satu dengan yang lainnya.
tidak ada makhluk hidup yang terus menerus dapat mencukupi dirinya tanpa bantuan orang lain.

Sehubungan dengan penggunaan pendekatan kelompok sebagaimana tersebut di atas, terdapat


sejumlah factor yang perlu dipertimbangkan, seperti factor tujuan, peralatan dan sumber belajar,
metode yang akan dipergunakan, lingkungan tempat belajar, serta keadaan peserta didik itu
sendiri. Dengan demikian, penggunaan pendekatan kelompok ini tidak dapat dilakukan secara
sembrono atau tanpa perhitungan yang matang.[7]

3. Pendekatan Campuran

Pada bagian terdahulu telah dikemukakan, bahwa seorang anak didik di samping memiliki latar
belakang perbedaan secara individual, juga memiliki persamaan sebagai makhluk yang
berkelompok. Dengan demikian, setiappeserta didik sesungguhnya dapat didekati secara
individual dan kelompok. Pada bagian terdahulu juga sudah dikemukakan, bahwa pada
pendekatan individual dan kelompok masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Keadaan sebagaimana tersebut di atas, member petunjuk tentang kemungkinan dapat dilakukan
pendekatan yang ketiga, yaitu pendekatan campuran, yaitu sebuah pendekatan yang bertumpu
pada upaya menyinergikan keunggulan yang terdapat pada pendekatan individual dan
keunggulan yang terdapat pada pendekatan kelompok. Namun dalam praktiknya, pendekatan
campuran ini akan jauh lebih banyak masalahnya dibandingkan dengan dua pendekatan
sebagaimana tersebut di atas. Ketika guru dihadapkan kepada permasalahan peserta didik yang
bermasalah, maka guru akan berhadapan dengan permaslahan peserta didikyang bervariasi.
Setiap masalah yang dihadapi peserta didik tidak selalu sama, terkadang ada perbedaan.

Uraian tersebut di atas telah menjelaskan, bahwa setiap peserta didik memiliki motivasi yang
berbeda-beda dalam belajar.dari atu sisi terdapat peserta didik yang memiliki motivasi yang
tinggi untuk belajar, namun pada sisi lain terdapat peserta didik yang motivsi belajarnya sedang-
sedang saja, atau rendah. Keadaan ini swlanjutnya menimbulkan keadaan peserta didik yang satu
bergairah dalam dalam belajar, sedangkan peserta didik yang lainnya biasa-biasa saja, bahkan
tidak bergairah sama sekali, dan tidak mau ikut belajar. Ia malah asyik bersenda gurau, bermain-
main, atau melakukan pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan kegiatan belajar. Mereka
duduk dan berbicara, berbincang-bincang satu sama lain tentang hal-hal yang terlepas dari
masalah pelajaran.[8]

4.Pendekatan Kontekstual (CTL)

Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan


sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang
mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa.

Melalui pendekatan kontekstual diharapkan hasil belajar dapat lebih bermakna bagi siswa,
karena siswa dapat mengaplikasikan hasil belajarnya dalam kehidupan mereka dalam jangka
panjang.

Pendekatan pembelajaran kontekstual lebih mengutamakan aktivitas siswa dalam pembelajaran


sehingga siswa dapat menemukan konsep tentang materi pembelajaran dan mengaitkan konsep
tersebut dengan situasi dunia nyata mereka.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Johnson (dalam Siregar & Nara, 2011, hlm. 117) bahwa
kekuatan, kecepatan, dan kecerdasan otak (IQ) tidak lepas dari faktor lingkungan atau faktor
konteks, karena ada antarmuka (jembatan penghubung) antara kognisi dan lingkungan.

Komponen – komponen yang menyusun pendekatan kontekstual dan sekaligus menjadi cirinya
adalah sebagai berikut (Siregar & Nara, 2011, hlm. 117).

1. Membangun hubungan untuk menemukan makna (relating),


2. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing),
3. Belajar secara mandiri,
4. Kolaborasi (collaborating),
5. Berpikir kritis dan kreatif (applying),
6. Mengembangkan potensi individu (transfering),
7. Standar pencapaian yang tinggi,
8. Asesmen yang autentik.
5.Pendekatan Induktif

Menurut Purwanto dalam Rahmawati (2011, hlm. 75) pendekatan induktif dalam pembelajaran
adalah pendekatan yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat
disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan.

Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh khusus kemudian sampai kepada


generalisasinya. Dengan kata lain, pengajaran berawal dengan menyajikan sejumlah keadaan
khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu kesimpulan, prinsip atau aturan yang
spesifik.

Karakteristik atau ciri dari pendekatan ini meliputi:

1. Dimulai dengan melakukan pengamatan terhadap hal-hal yang bersifat khusus, kemudian
siswa dibimbing guru untuk dapat menyimpulkan generalisasinya (prinsip, hukum yang
mengatur hal-hal khusus tersebut).
2. Kegiatan utama siswa adalah: mengamati, menyelidiki, memeriksa, memikirkan, dan
menganalisis berdasarkan kemampuan masing-masing hal-hal yang bersifat khusus dan
membangun konsep atau generalisasi atau sifat-sifat umum berdasar hal-hal khusus
tersebut.
3. Siswa memiliki kesempatan ikut aktif di dalam menemukan suatu rumus atau formula
umum yang diperoleh dari penyelidikan contoh-contoh khususnya.
4. Memiliki semangat untuk menemukan, adanya kesadaran akan hakikat pengetahuan, dan
mampu berpikir logis.
5. Menemukan dan memahami rumus atau teorema tersebut membutuhkan waktu yang
tidak singkat.

6.Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum lalu
diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Ya, pendekatan ini adalah kebalikan dari pendekatan
induktif.

Deduktif adalah cara berfikir yang bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian
menarik kesimpulan yang bersifat khusus (Busrah, 2012, hlm. 5).

Oleh karena itu Pembelajaran dengan pendekatan deduktif terkadang sering disebut
pembelajaran tradisional yaitu guru memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan
teori (contoh).

Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan pada guru mentransfer informasi atau
pengetahuan kepada siswa.

Karakterisitk atau ciri pendekatan deduktif adalah sebagai berikut:


1. Pembelajaran menekankan transfer informasi oleh guru kepada siswa berupa pemaparan
abstraksi, definisi dan penjelasan istilah-istilah.
2. Dilandasi suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berjalan dengan baik jika
siswa telah mengetahui wilayah persoalan dan konsep dasarnya.
3. Menjelaskan hal-hal yang bersifat umum ke yang bersifat khusus yaitu guru memberikan
materi dan kemudian memberikan contoh-contoh khususnya.
4. Lebih menekankan ingatan siswa dan siswa bersifat pasif dalam kegiatan pembelajaran.
Guru berperan banyak dalam kegiatan pembelajaran.

7.Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)

Dalam pendekatan ini siswa didorong untuk memperoleh pengalaman menggunakan


pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah
yang bersifat tidak rutin atau jarang ditemui (masih belum dikuasai).

Jika suatu masalah diberikan kepada siswa dan siswa tersebut dapat langsung mengetahui cara
menyelesaikannya dengan benar, maka persoalan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai masalah.
Harus terjadi kesenjangan antara ekspektasi dan realita.

Menurut Dewey (dalam Sanjaya, 2011, hlm. 217) langkah utama dalam pendekatan pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah.
2. Menganalisis masalah. Pemecahan masalah menekankan pada pentingnya identifikasi masalah
untuk menentukan berbagai kemungkinan penyelesaiannya, sehingga analisis adalah hal yang
wajib dilakukan.
3. Mengembangkan beberapa hipotesis. Hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari pemecahan
masalah.
4. Mengumpulkan data: langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah.
5. Menguji beberapa hipotesis. Mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis.
6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah.

Pembelajaran Pendekatan PAIKEM

Keberhasilan pembelajaran di kelas sangat ditentukan oleh pendekatan yang dipakai guru kelas.
Salah satu pendekatan yang populer adalah PAIKEM. PAIKEM merupakan singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Selanjutnya, PAIKEM dapat
didefinisikan sebagai pendekatan mengajar (approach to teaching) yang digunakan bersama
metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungansedemikian
rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Dengan demikian, para siswa merasa tertarik dan mudah menyerap pengetahuan dan
keterampilan yang diajarkan. Selain itu, PAIKEM juga memungkinkan siswa melakukan
kegiatan yang beragam untuk mengembangkan sikap, pemahaman, dan keterampilannya sendiri
dalam arti tidak semata-mata “disuapi” guru.
Menurut Muhibbin Syah ( 2009:13-34) PAIKEM dijabarkan sebagai berikut :

1. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran yang aktif berarti pembelajaran yang memerlukan keaktifan semua siswa dan guru
secara fisik, mental, emosional, bahkan moral dan spiritual. Guru harus menciptakan suasana
sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, membangun gagasan, dan melakukan kegiatan
yang dapat memberikan pengalaman langsung, sehingga belajar merupakan proses aktif siswa
dalam membangun pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, siswa didorong untuk
bertanggungjawab terhadap proses belajarnya. Pembelajaran inovatif dapat menyeimbangkan
fungsi otak kiri dan kanan apabiladilakukan dengan cara mengintegrasikan media/alat bantu
terutama yang berbasis teknologi maju kedalam proses pembelajaran tersebut. Sehingga,terjadi
proses renovasi mental,diantaranyamembangun rasa pecaya diri siswa. Penggunaan
bahanpelajaran,software multimedia, dan microsoft power point merupakan salah satu alternatif.

2.Pembelajaran inovatif

Pembelajran dapat menyeimbangkan fungsi otak kiri dan kanan apabiladilakukan dengan cara
mengintegrasikan media/alat bantu terutama yang berbasis teknologi maju ke dalam proses
pembelajaran tersebut.Sehingga,terjadi proses renovasi mental,diantaranyamembangun rasa
pecaya diri siswa. Penggunaan bahanpelajaran, software multimedia, dan microsoft power point
merupakan salah satu alternatif.

3.Pembelajaran Kreatif

Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan
kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu
dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Dengan demikian, ada kreativitas pengembangan
kompetensi dan kreativitas dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber bahan dan sarana untuk belajar. Pembelajaran kreatif juga
dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi
berbagai tingkat kemampuan siswa dan tipe serta gaya belajar siswa.

4.Pembelajaran Efektif

Pembelajaran dapat dikatakan efektif (berhasil guna) jika mencapai sasaran atau minimal
mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, yang juga penting adalah
banyaknya pengalaman dan hal baru yang diperoleh siswa. Guru pun diharapkanmemperoleh
pengalaman baru sebagai hasil interaksi dua arah dengan siswanya.

5. Pembelajaran Menyenangkan

Pembelajaran yang menyenangkan (joyful) perlu dipahami secara luas, bukan hanya berarti
selalu diselingi dengan lelucon, banyak bernyanyi atau tepuk tangan yang meriah. Pembelajaran
yang menyenangkan adalah pembelajaran yang dapat dinikmati siswa. Siswa merasa nyaman,
aman dan asyik. Perasaan yang mengasyikkan mengandung unsur inner motivation, yaitu
dorongan keingintahuan yang disertai upaya mencari tahu sesuatu.

(https://journal.uny.ac.id/index.php/wuny/article/download/3517/pdf )

Studi Kasus

Disebuah lembaga pendidikan sekolah, terlihat seorang guru yang sedih, dan kesal, karena dalam
pembelajaranya dikelas siswa tidak memperhatikan apa yang ia sampaikan dan membosankan.
Bahkan mereka malah sibuk mengobrol sendiri, dan ada pula yang lebih suka melihat keluar
kelas. Padahal guru tersebut merasa sudah maksimal dalam penyampaian materi, ia telah
mengajar dengan suara yang keras, tulisan di papan pun terlihat dengan jelas dipapan. Namun
mereka tetap saja melakukan hal-hal lain diluar kegiatan proses belajar, oleh karena itu guru
tersebut sangat lelah dan merasa telah terkuras habis tenaganya karena telah mengeluarkan
semua kekuatanya untuk menerangkan materi pelajaran kepada siswanya.

SOLUSI :

Di sini kita dapat melihat beberapa masalah yang dialami guru yaitu dalam proses penyampaian
materi. Cluenya disini adalah membosankan dan suara keras. Kiat melihat bahwa metode yang
digunakan guru perlu diperbaiki, karena apa yang ia lakukan tidak mendapat umpan balik dari
siswanya, mereka lebih tertarik untuk mengobrol, melihat ketempat lain, dan tidur mungkin.

Mungkin dapat dilakukan melalui perubahan metode belajar, misalnya melalui diskusi. Setiap
siswa membentuk kelompok 2-3 orang anak dan dibawakan pada suatu masalah yang perlu
didiskusikan dan mereka harus terlibat aktif dalam proses belajarnya.

(http://study-elearning.blogspot.com/2011/05/kasus-kasus-dalam-proses-pembelajaran.html?m=1
)
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses
pembelajaran atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran, yang berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran
belajar.

Paradigma pendikan yang digunakan sekarang ini bukanlah paradigma dimana pembelajar
diibaratkan sebagai mengisi air ke dalam gelas, melainkan guru bertindak sebagai guru yang
memotivasi dan menginspirasi agar berbagai potensi yang dimiliki peserta didik itu dapat
diexplorasi dengan upayanya sendiri. Paradigma pendidikan yang demikiaan itu, menempatkan
guru sebagai “seorang bidan” yang membantu melahirkan seorang ibu hamil. Guru hanya
membantu peserta didik agar dapat mengaktualisasikan potensi yang di milikinya.

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang bertujuan. Guru
dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar mengajar itu berproses, guru
harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan
segala konsekuensinya. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam
pengajaran. Pendekatan yang tepat maka akan berlangsung belajar mengajar yang
menyenangkan.

Dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus menyampaikan atau mengajarkan sesuatu
bahan pada murid. Dalam bahan yang akan guru ajarkan pasti mempunyai sifat yang berbeda
satu dengan yang lainnya,maka untuk setiap jenis bahan memerlukan jenis belajar sendiri.
DiantaranyaBahan yang memerlukan pengamatan, Bahan yang memerlukan keterampilan atau
gerakan tertentu, Bahan yang mengandung materi hafalan, Bahan yang Mengandung Unsur
Emosi.
DAFTAR PUSTAKA

Rahmawati, Fitriana. (2011). Pengaruh pembelajaran Geometri dengan Pendekatan Induktif.


Edumatica. Vol. 01. No. 02, hal. 74-75.

Abuddin nata Perspektif islam tentang strategi pembelajaran, jakarta : Prenada Media Group :
2009.

M. Basyruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Cet I. Jakarta. Ciputat Pers,
2002.

Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam. Cet ketiga. Jakarta. Kalam Mulia, 2001.

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta. Rineka Cipta, 2010.

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta. PT Raja Grapindo Persada,
2005.

Zakiah Daradjat, dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta. Bumi Aksara,1996.

[1]http://thazbhy.blogspot.com/2013/11/makalah-pendekatan pembelajaran_7338.html.

. 16 Maret 2014.

Anda mungkin juga menyukai