Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

8 KETERAMPILAN MENGAJAR, MODEL DAN PENDEKATAN


DALAM PEMBELAJARAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

1. AGNETYA DIAH PRASTUTI (5021001)


2. QURROTUL AINI (5021009)
3. JUNI YUNITA (5021014)
4. DILI NOVIA SARI (5021026)
5. SINTIA SARI (5021101)
6. INDRI OKTA WINARSIH (5021128)
7. SELLY FARIANY (5021165)
8. VINA CHULYSTISCYAH (5021224)

DOSEN PENGAMPU : TRI JULI HANJANI,M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI (UNPARI)
KOTA LUBUKLINGGAU
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadiran ALLAH


SWT. yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk Mata Kuliah
Pengajaran mikro.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik,
sehingga makalah ini dapat diterselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki
oleh karena itu, kami mengharapakan segala bentuk saran, masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. kami berharap semoag makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Lubuklinggau, Februari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar belakang .................................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................ 1
C. Rumusan masalah .............................................................................. 2
D. Tujuan ............................................................................................... 2
E. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. 8 keterampilan mengajar .................................................................... 3
B. Model pembelajaran........................................................................... 9
C. Pendekatan pembelajaran................................................................... 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 25
A. Kesimpulan ........................................................................................ 25
B. Saran .................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendidikan memiliki peran krusial dalam membentuk masa depan
masyarakat dan individu. Seiring perkembangan zaman, pendidikan juga
mengalami transformasi, dan pendidik harus terus beradaptasi dengan
perubahan tersebut. Salah satu aspek kunci dalam pendidikan adalah
kemampuan seorang guru atau pendidik dalam mengajar secara efektif.
Keterampilan mengajar merupakan kunci utama dalam menciptakan
lingkungan pembelajaran yang mendukung dan memotivasi siswa. Terdapat
berbagai macam keterampilan mengajar yang diperlukan oleh seorang
pendidik agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal. Model
dan pendekatan pembelajaran juga memegang peran penting dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Beberapa model pembelajaran seperti misalnya model
pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran berbasis proyek, telah
terbukti efektif dalam meningkatkan keterlibatan siswa dan memfasilitasi
pemahaman konsep yang lebih baik.
Pentingnya memahami keberagaman dalam gaya belajar siswa menjadi
dasar dalam pemilihan pendekatan pembelajaran. Menurut teori belajar VARK
(Visual, Auditory, Reading/Writing, Kinesthetic), setiap siswa memiliki
preferensi belajar yang berbeda. Oleh karena itu, pendekatan yang variatif dan
inklusif dapat meningkatkan efektivitas pengajaran. Menghadapi tantangan era
globalisasi dan perkembangan teknologi, guru juga perlu memperbarui
pengetahuan dan keterampilan mereka secara terus-menerus. Pemanfaatan
teknologi didalam proses pembelajaran dapat menjadi alat yang efektif dalam
meningkatkan daya tarik dan efisiensi pembelajaran.

B. Batasan masalah
Untuk menghindari permasalahan yang luas maka penulis hanya
membahas mengenai “8 keterampilan mengajar, model dan pendekatan dalam
pembelajaran”.
1
2

C. Rumusan masalah
1. Apa saja keterampilan mengajar yang penting bagi seorang pendidik?
2. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?
3. Apa yang dmaksud dengan pendekatan pembelajaran?
4. Sebutkan jenis-jenis model dan pendekatan dalam pembelajaran?
5. Bagaimana model-model dan pendekatan dalam pembelajaran dapat
memengaruhi efektivitas keterampilan mengajar?
D. Tujuan
1. Untuk menganalisis dan mendiskusikan keterampilan mengajar yang
esensial bagi seorang pendidik.
2. Untuk mengetahui apa pengertian dari model pembelajaran.
3. Untuk mengetahui apa pengertian dari pendekatan pembelajaran.
4. Untuk mengetahuinapa saja jenis-jenis dari model dan pendekatan dalam
pembelajaran.
5. Untuk menjelaskan berbagai model dan pendekatan dalam pembelajaran
serta bagaimana penggunaannya dapat memengaruhi keterampilan
mengajar.
E. Manfaat
1. Meningkatkan pemahaman tentang keterampilan mengajar yang efektif bagi
pendidik.
2. Memberikan wawasan tentang berbagai model dan pendekatan
pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman belajar siswa.
3. Memfasilitasi proses pengembangan profesional bagi para pendidik dalam
meningkatkan praktik mengajar mereka.
4. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi mengajar yang
lebih efektif dan inovatif.
5. Mendukung terciptanya lingkungan belajar yang lebih interaktif dan
berpusat pada siswa.
BAB II
PEMBAHASAN

A. 8 keterampilan mengajar
1. Keterampilan Bertanya
Cara yang ditempuh guru dalam mengajukan pertanyaan berpengaruh
dalam pencapaian hasil belajar dan peningkatan cara berpikir siswa.
Keterampilan bertanya diklasifikasikan menjadi keterampilan bertanya
dasar dan keterampilan bertanya lanjut.
a. Keterampilan Bertanya Dasar
Sukirman (2006:178) dalam bukunya mengungkapkan bahwa
keterampilan bertanya dasar adalah pertanyaan pokok atau dasar yang
berfungsi sebagai stimulus untuk merangsang munculnya respon atau
jawaban dari siswa. Komponen-komponen keterampilan bertanya
dasar:
1) Pengungkapan Pertanyaan Secara Jelas dan Singkat
Pertanyaan guru harus diungkapkan secara singkat jelas dan
singkat, dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami
siswa.
2) Pemberian Acuan
Sebelum mengajukan pertanyaan, kadang-kadang guru perlu
memberi acuan berupa pertanyaan yang berisi informasi yang
relevan dengan jawaban yang diharapkan, yang berfokus sempit
sesuai tujuan khusus diskusi. Proses semacam ini yang dimaksud
dengan pemusatan (focusing).
3) Pemusatan
Pertanyaan dibedakan berdasarkan ruang lingkupnya terdiri
dari pertanyaan luas dan pertanyaan sempit.
4) Pemindahan Giliran
Pertanyaan yang diajukan guru biasanya pertanyaan yang
luas dan itu harus di jawab oleh beberapa siswa, karena jawaban
yang diberikan siswa belum tentu benar atau salah. Jadi guru

3
4

bisa menggunakan komponen pemindahan giliran.


5) Penyebaran
Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya didalam
pelajaran guru juga menyebarkan giliran secara acak. Beberapa
pertanyaan berbeda disebarkan giliran menjawabnya kepada
siswa yang berbeda pula.
6) Pemberian Waktu Berpikir
Sesudah mengajukan satu pertanyaan kepada seluruh siswa,
guru perlu memberikan waktu beberapa detik untuk berpikir,
sebelum menunjuk salah seorang siswa untuk menjawabnya.
7) Pemberian Tuntutan
Bila seorang siswa memberikan jawaban yang salah, atau
tidak dapat memberikan jawaban, guru hendaknya memberikan
tuntutan kepada siswa itu agar dapat menemukan jawaban yang
benar.
b. Keterampilan Bertanya Lanjut
Dalam keterampilan bertanya lanjut lebih mengutamakan usaha
mengembangkan kemampuan berpikir, memperbesar partisipasi, dan
mendorong lawan bicara agar dapat berinisiatif sendiri.
Komponen-kompenen keterampilan bertanya lanjut:
1. Pengubahan Tuntutan
Tingkat Kognitif dalam Menjawab pertanyaan Pertanyaan
yang dikemukakan oleh guru dapat mengundang proses mental
yang berbeda-beda. Ada yang menuntut proses mental yang
rendah, dan ada pula pertanyaan yang menuntut proses mental
yang rendah, dan ada pula pertanyaan yang menuntut proses
mental yang lebih tinggi.
2. Pengaturan Urutan Pertanyaan
Untuk mengembangkan tingkat kognitif dari yang sifatnya
lebih rendah ke yang lebih tinggi dan kompleks guru hendaknya
mengatur urutan pertanyaan yang diajukan kepada siswa.
5

3. Penggunaan Pertanyaan Pelacak


Jika jawaban yang diberikan siswa dinilai oleh guru benar,
tetapi masih dapat ditingkatkan menjadi lebih sempurna maka
guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak kepada
siswa tersebut. Sedikitnya ada tujuh teknik pertanyaan pelacak
yang dapat digunakan guru.
a) Klarifikasi
b) Meminta Siswa Memberikan Alasan
c) Meminta Kesepakatan Pandangan
d) Meminta Ketepatan Jawaban
e) Meminta Contoh
f) Meminta Jawaban yang Lebih Kompleks
4. Peningkatan Terjadinya Interaksi
Agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung
jawab atas kemajuan dan hasil diskusi, guru hendaknya mengurangi
atau menghilangkan peranannya sebagai penanya sentral.
2. Keterampilan Memberi Penguatan
Soetomo (1993:95) menyataka bahwa pemberian penguatan adalah
suatu respon positif dari pengajar kepada peserta didik yang telah
melakukan suatu perbuatan baik.
Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat
meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
Penguatan ini dapat berupa memberi penghargaan atau suatu pujian
kepada peserta didik dalam bentuk kata-kata pujian ataupun bahasa
tubuh terhadap tingkah laku maupun penampilan peserta didik.
Komponen-komponen penguatan;
a. Penguatan Verbal
1) Kata-kata
2) Kalimat
b. Penguatan Nonverbal
1) Penguatan berupa Mimik dan Gerakan Badan
2) Penguatan dengan Cara Mendekati
6

3) Penguatan dengan Sentuhan


4) Penguatan dengan Kegiatan yang menyenangkan
5) Penguatan berupa Simbol atau Benda
6) Penguatan Tak Penuh (Partial)
3. Keterampilan Mengadakan Variasi
Sunaengsih (2018:100) mengemukakan bahwa pemberian variasi
dalam proses belajar sebagai perubahan pengajaran dengan tujuan
untuk menghilangkan kebosanan dan kejenuhan peserta dalam
menerima materi.Komponen-komponen keterampilan mengadakan
variasi;
a. Variasi dalam Gaya Mengajar
1) Penggunaan Variasi suara
2) Pemusatan Perhatian
3) Kesenyapan
4) Mengadakan Kontak Pandang
5) Gerakan Badan dan Mimik
6) Pergantian Pososi Guru dalam Kelas
b. Variasi dalam Penggunaan Media dan Bahan Ajar
1) Variasi Alat/Bahan yang Dapat Dilihat
2) Variasi Alat/Bahan yang Dapat Didengar
3) Variasi Alat/Bahan yang Dapat Diraba dan Dimanipulasi
c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Pola umum interaksi tersebut sangat beragam mulai dari
situasi kegiatan yang sepenuhnya didominasi oleh guru, sampai
kepada kegiatan yang memungkinkan siswa bekerja sendiri-
sendiri secara bebas. Misalnya diskusi didalam kelas siswa
berkesempatan mengemukakan pendapatnya.
4. Keterampilan Menjelaskan
Helmiati (2013:17) dibukunya mengemukakan bahwa menjelaskan
berarti mengorganisasikan isi pelajaran dalam urutan yang terencana
sehingga dengan mudah dapat dipahami oleh peserta didik.
Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan
7

dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan


menjelaskan.
Komponen-komponen keterampilan menjelaskan;
a. Merencanakan
b. Menyajikan Suatu Penjelasan.
5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Siswanto (2010) menjelaskan keterampilan membuka dan menutup
pembelajaran adalah kegiatan yang mengawali dan mengakiri proses
pembelajaran.Kegiatan membuka pembelajaran merupakan kegiatan
yang dilakukan pendidik untuk memciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif agar setiap peserta didik secara mental untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran. Kegiatan penutup adalah kegiatan yang
dilakukan pendidik untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran.Di bawah
ini unsur-unsur yang harus termuat dalam keterampilan membuka
pembelajaran.
a. Menarik perhatian peserta didik
b. Menimbulkan motivasi peserta didik
c. Memberikan acuan
d. Memberi penguatan
6. Memimbing diskusi kelompok kecil
Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan
kesimpulan, atau pemecahan masalah. Pengertian diskusi kelompok
dalam kegiatan belajar-mengajar tidak jauh berbeda dengan pengertian
di atas. Siswa berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil di bawah
pimpinan guru atau temannya untuk berbagai informasi, pemecahan
masalah, atau pengambilan keputusan. Diskusi tersebut berlangsung
dalam suasana terbuka. Setiap siswa bebas mengemukan ide-idenya
tanpa merasa ada tekanan dari teman atau gurunya, dan setiap siswa
harus menaati peraturan yang ditetapkan sebelumnya.Diskusi
kelompok merupakan suatu kegiatan yang harus ada dalam proses
8

belajar-mengajar, sebagai pembentukan rasa "bersama". Akan tetapi,


tidak setiap guru dan calon guru mampu membimbing para siswanya
untuk berdiskusi tanpa mengalami latihan. Oleh karena itu,
keterampilan ini perlu diperhatikan agar para guru dan calon guru
mampu melaksanakan tugas ini dengan baik.Komponen keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil.
a. Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi
b. Memperluas masalah atau urun pendapat
c. Menganalisis pandangan siswa
d. Meningkatakan urunan siswa
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
f. Menutup diskusi
7. Mengelola kelas
Dalam kegiatan pembelajaran, seorang guru tidak terlepas dari
kegiatan mengelola kelas. Pengelolaan kelas merupakan sebuah
rencana atau upaya yang dilakukan oleh pendidik dalam mengelola
peserta didik di kelas dengan menciptakan proses pembelajaran demi
terciptanya tujuan yang telah ditetapkan. Pengelolaan kelas merujuk
pada kegiatan-kegiatan menciptakan dan mempertahankan kondisi
optimal bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran dan agar tujuan
pembelajaran tercapai.
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
Pengajaran kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian
terhadap setiap peserta didik, dan menjalin hubungan yang lebih akrab
antara guru dan peserta didik. Khusus dalam melakukan pembelajaran
perorangan, perlu diperhatikan kemampuan dan kematangan berpikir
peserta didik agar apa yang disampaikan bisa diserap dan diterima oleh
peserta didik. Dalam mengajar kelompok kecil dan perorangan, guru
bertindak sebagai operator dalam system.
9

B. Model Pembelajaran
1. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
pembelajaran merupakan pola penerapan suatu pendekatan, metode, dan
teknik pembelajaran. Joyce dkk., (Mulyasa, 2023:139) mengemukakan
empat kelompok model pembelajaran, yaitu model interaksi sosial,
model pengolahan informasi, model personal humanistik, dan model
modifikasi perilaku.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan yang pembelajaran di
kelas. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang
akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas. model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, dan
memiliki fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan
para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar
mengajar.
Model adalah representasi atau deskripsi suatu objek, konsep, atau
sistem dalam bentuk replika atau mimesis yang disederhanakan dari
objek atau konsep aslinya. Model juga dapat diartikan sebagai konsep
atau contoh program dari suatu program, sistem, atau proses yang dapat
dijadikan acuan atau pedoman untuk mencapai tujuan. Dalam
pembelajaran, suatu model dapat mewakili suatu prosedur atau langkah
dari proses pembelajaran dan dapat dijadikan acuan untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Suatu model pembelajaran ditandai dengan adanya
langkah-langkah pembelajaran atau tata bahasa yang dijadikan acuan saat
kegiatan pembelajaran berlangsung.
modalitas belajar adalah rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk perencana jangka panjang, merancang materi
10

pembelajaran, membimbing kelas atau sarana pembelajaran lainnya.


Mode pembelajaran dapat digunakan sebagai mode pilihan, artinya guru
dapat memilih mode pembelajaran yang tepat dan efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Modus pembelajaran adalah penyajian seluruh
rangkaian bahan ajar, termasuk semua aspek guru sebelum dan sesudah
pembelajaran dan semua fasilitas yang relevan yang digunakan secara
langsung atau tidak langsung selama proses pembelajaran.
Suatu sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan yang
perlu dilakukan oleh guru dan peserta didik, urutan kegiatan, dan tugas-
tugas khusus yang harus dilakukan peserta didik.Model pembelajaran
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal hingga akhir
yang disajikan secara khas oleh guru. Model pembelajaran adalah
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode,
dan teknik pembelajaran. Di dalam sebuah model pembelajaran, terdapat
sintaks yang menggambarkan keseluruhan langkah yang pada umumnya
diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran.
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagi pedoman bagi perancang
pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan proses
belajar mengajar.
2. Jenis-Jenis Model Pembelajaran
a. Inquiry Learning
Inquiry learning merupakan model pembelajaran yang biasanya
digunakan dalam pembelajaran matematika. Meskipun demikian, mata
pelajaran lain pun dapat menggunakan model tersebut asalkan sesuai
dengan karakteristik kompetensi dasar dan materi yang dipelajari.
Langkah-langkah model pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.
1) Mengobservasi berbagai fenomena alam. Tahapan ini memberikan
pengalaman belajar kepada peserta didik bagaimana mengamati
berbagai fakta dan fenomena dalam mata pelajaran tertentu.
11

2) Menanyakan fenomena yang dihadapi. Tahapan ini melatih peserta


didik untuk mengeksplorasi fenomena melalui kegiatan menanya
baik terhadap guru, teman, dan sumber lain.
3) Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban. Pada tahap ini,
peserta didik dapat mengasosiasi atau melakukan penalaran
terhadap kemungkinan jawaban dari pertanyaan yang diajukan.
4) Mengumpulkan data terkait dengan dugaan atau pertanyaan yang
diajukan sehingga pada kegiatan tersebut peserta didik dapat
memprediksi dugaan yang paling tepat sebagai dasar untuk
merumuskan kesimpulan.
5) Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah
diolah dan dianalisis sehingga peserta didik dapat
mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
b. Discovery Learning
Discovery learning merupakan model pembelajaran untuk
menemukan sesuatu yang bermakna dalam pembelajaran yang
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
1) Stimulus (stimulation). Pada kegiatan ini, guru memberikan
stimulan yang dapat berupa bacaan, gambar, dan cerita sesuai
dengan materi pembelajaran yang akan dibahas sehingga peserta
didik mendapat pengalaman belajar melalui kegiatan membaca,
mengamati situasi, atau melihat gambar.
2) Identifikasi masalah (problem statement). Pada tahap ini, peserta
didik diharuskan menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi
dalam pembelajaran. Peserta didik diberikan pengalaman untuk
menanya, mengamati, mencari informasi, dan mencoba
merumuskan masalah.
3) Pengumpulan data (data collecting). Pada tahap ini, peserta didik
diberikan pengalaman mencari dan mengumpulkan data/informasi
yang dapat digunakan untuk menemukan alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi. Kegiatan ini juga melatih ketelitian,
12

akurasi, kejujuran, serta membiasakan peserta didik untuk mencari


atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah.
4) Pengolahan data (data processing). Kegiatan mengolah data akan
melatih peserta didik untuk mencoba dan mengeksplorasi
kemampuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan
nyata sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berpikir
logis dan aplikatif.
5) Verifikasi (verification). Tahap ini mengarahkan peserta didik
untuk mengecek kebenaran dan keabsahan hasil pengolahan data
melalui berbagai kegiatan, seperti bertanya kepada teman,
berdiskusi, mencari berbagai sumber yang relevan, serta
mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6) Generalisasi (generalization). Pada kegiatan ini, peserta didik
digiring untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu
kejadian atau permasalahan yang serupa sehingga kegiatan ini juga
dapat melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
c. Problem Based Learning
Problem based learning merupakan model pembelajaran yang
bertujuan merangsang peserta didik untuk belajar melalui berbagai
permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dihubungkan
dengan pengetahuan yang dipelajarinya. Problem based learning
dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.
1) Mengorientasi peserta didik pada masalah. Tahapan ini dilakukan
agar peserta didik fokus dalam mengamati masalah yang menjadi
objek pembahasan.
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran. Pengorganisasian
pembelajaran merupakan salah satu kegiatan agar peserta didik
menyampaikan berbagai pertanyaan (menanya) terhadap masalah
yang disajikan.
3) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok. Pada tahap ini,
peserta didik melakukan percobaan (mencoba) untuk memperoleh
13

data dalam rangka menjawab atau menyelesaikan masalah yang


dikaji.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Peserta didik
menghubungkan data yang ditemukan dari percobaan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber (mengomunikasikan).
5) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Setelah peserta
didik mendapat jawaban terhadap masalah yang ada, selanjutnya
dianalisis dan dievaluasi (menalar).
d. Project Based Learning
Project based learning merupakan model pembelajaran yang
bertujuan untuk memfokuskan peserta didik pada permasalahan
komplek yang diperlukan dalam melakukan investigasi dan
memahami pembelajaran. Model ini juga bertujuan untuk
membimbing peserta didik dalam sebuah projek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi). Memberikan kesempatan
kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Peserta didik akan
membuat dan melakukan pembelajaran yang baru di setiap proses
pembelajaran. Langkah pembelajaran dalam project based learning
adalah sebagai berikut.
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan projek. Tahapan ini
sebagai langkah awal agar peserta didik mengamati lebih dalam
terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
2) Mendesain perencanaan projek. Sebagai langkah nyata menjawab
pertanyaan yang ada, disusunlah suatu perencanaan projek bisa
melalui percobaan.
3) Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah projek.
Penjadwalan sangat penting, agar projek yang dikerjakan sesuai
dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
14

4) Memonitor kegiatan dan perkembangan projek. Guru melakukan


monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan projek.
Peserta didik mengevaluasi projek yang sedang dikerjakan.
5) Menguji hasil. Fakta dan data percobaan atau penelitian
dihubungkan dengan berbagai data lain dari berbagai sumber.
6) Mengevaluasi kegiatan. Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi
kegiatan sebagai bahan perbaikan untuk melakukan tugas projek
pada masa yang akan datang.
e. Model Pembelajaran "Jigsaw"
Model Pembelajaran "Jigsaw" merupakan salah satu model yang
termasuk ke dalam jenis model Cooperatif learning. Pada dasarnya,
dalam model ini dikenal team awal dan team ahli. Guru membagi
satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih
kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif yang terdiri dari 4-5 orang siswa sehingga setiap anggota
bertanggungjawab terhadap penguasaan setiap komponen/subtopik
yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-
masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang
sama membentuk kelompok lagi (team ahli).
Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas
kooperatifnya dalam: a)belajar dan menjadi ahli dalam subtopik
bagiannya; b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik
bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu siswa
tersebut kembali lagi ke kelompok masing-masing sebagai "ahli"
dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam
subtopik tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopik lainnya juga
bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk
menunjukkan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan
oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus
menguasai topik secara keseluruhan.
15

f. Model Pembelajaran "Team Games Tournament"


Hidayat (2016:90) menyatakan bahwa Pembelajaran kooperatif
model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif
yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor
sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat
belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab,
kerjasama, persaingan hangat dan keterlibatan belajar.
g. Model Pembelajaran "Cooperative Script"
Skrip kooperatif adalah model belajar dimana siswa bekerja
berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari
materi yang dipelajari.
h. Model Pembelajaran "Role Playing"
Model Role Playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan
pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini
pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung
kepada apa yang diperankan.
i. Model Pembelajaran "Numbered Heads Together"
Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model belajar
dimana setiap siswa diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok
dan secara acak guru memanggil nomor dari siswa dikelas tersebut.
j. Model pembelajaran kognitif sosial (Cognitive-social learning
model)
Model pembelajaran kognitif sosial ini bertujuan untuk dapat
meningkatkan nilai keterampilan sosial peserta didik. Pembelajaran
strategi kognitif sosial ini di konsep agar dapat mengembangakan
peserta didik untuk lebih efektif dengan memberikan kesempatan agar
pesereta didik mampu mempraktekkan perilaku sosial dalam berbagai
16

lingkungan. Pada suatu proses pembelajaran kognitif sosial ini ada


tiga keterampilan sosial yang diperkenalkan yaitu dengan
menggunakan penjelasan, pendapat anak, dan ekspresi non verbal
yang ditampilkan ketika keterampilan sosial muncul. Model
pembelajaran kognitif sosial ini dibagi menjadi beberapa sesi
pertemuan yang berkelanjutan dengan situasi yang dihadirkan
berbeda-beda.
k. Model Pembelajaran ICARE
Model pembelajaran ICARE pada umumnya dirancang untuk
konsep pembelajaran berbasis online di San Diego State University,
akan tetapi dengan berjalannya waktu model pembelajaran ini selalu
di kembangkan hingga memungkinkan agar dapat diterapkan di
sekolah-sekolah untuk proses pembelajaran. Di Indonesia sendiri pada
tahun 2006 melalui program Decentralized Basic Education (DBE)
mulai mengenalkan sekaligus menggunakan kerangka pedagogik
ICARE dalam pelatihan guru untuk proses pembelajaran. Selain itu
pemerintah Indonesia melalui kemendikbud telah
mengimplementasikan model pembelajaran ICARE yang berbasis
pendidikan karakter.
Berikut ini adalah penjelasan setiap tahap model pembelajaran
ICARE yang sudah di sesuaikan dengan pembelajaran karakteri
sebagai berikut:
1) Introduction (pendahuluan)
Pada tahap pengalaman pembelajaran ini, guru perlu
menanamkan konsep pemahaman tentang isi dari pelajaran
kepada peserta didik. Bagian ini harus berisi tetang penjelasan
tujuan pelajaran dan hasil yang akan dicapai selama proses
pembelajaran. Pada tahap ini juga guru melakukan apersepsi
kepada peserta didik dengan cara menunjukan beberapa fenomena
yang disesuaikan dengan pembelajaran kontekstual, kemudian
peserta didik diminta mengamati kemudian diberikan kesempatan
untuk menanyakan fenomena yang sedang ditampilkan. selain itu
17

motivasi juga harus diberikan pada tahap ini agar peserta didik
merasa tertarik dan senang dalam mengikuti pelajaran atas materi
yang diberikan.
2) Connection (koneksi)
Pada tahap connection ini, guru harus menghubungkan antara
pengetahuan yang baru dengan yang sudah dikenal oleh peserta
didik dari pembelajaran ataupun pengalaman pembelajaran
sebelumnya. Pada tahapan ini guru melakukan demonstrasi dan
terjadinya interaksi tanya jawab kepada peserta didik misalnya
meminta agar peserta didik dapat menjelaskan apa yang mereka
ingat dari pengalaman belajar yang sudah lewati.
3) Application (aplikasi)
Pada tahap Application ini yang paling penting dari pembelajaran
bahwa setelah peserta didik memperoleh pengetahuan atau
kecakapan baru melalui tahap connection. Pada tahap ini peserta
didik perlu diberi kesempatan untuk mempraktikkan atau
menerapkan pengetahuan serta kecakapan tersebut. Pada tahap
bagian application harus berlangsung paling lama, karena pada
proses pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk dapat
melakukan kegiatan pembelajaran yang berupa eksperimen atau
mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam konteks dunia nyata
atau dalam kehidupan sehari-hari, yang tentunya. akan sangat
berbeda dengan contoh aplikasi yang telah dilakukan pada tahap
connection sebelumnya.
4) Reflection (refleksi)
Pada taha Reflection ini merupakan ringkasan dari proses
pelajaran, sehingga pada proses ini peserta didik memiliki
kesempatan untuk merefleksikan atas apa yang telah mereka
pelajari dalam proses pemebelajaran. Pada tahap ini tugas guru
adalah melakukan penilaian sejauh mana tingkat keberhasilan
pada proses pembelajaran yang telah di laksanakan. Pada kegiatan
refleksi atau ringkasan yang dilakukan dapat melibatkan diskusi
18

kelompokidimana instruktur meminta peserta didik agar dapat


melakukan presentasi atau menjelaskan materi tentang apa yang
telah mereka pelajari.
3. Fungsi Model Pembelajaran
Kusnadi (2018:3) menyatakan bahwa Fungsi model pembelajaran
adalah sebagai pedoman perancangan (desain) dan pelaksanaan
pembelajaran. Karena itu pemilih model sangat dipengaruhi oleh sifat
dari materi yang akan dipelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan
dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan didik.
4. Unsur-Unsur Model
Joyce dan weil (Kusnadi, 2018:3) mengumukakan bahwa setiap model
belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki 4 unsur
berikut:
1. Sintak (syntax). la merupakan langkah-langkah operasional
pembelajaran yang menjelaskan pelaksanaannya secara nyata. Di
dalamnya dimuat tahapan perbuatan/ kegiatan dosen/guru dan peserta
didik. Secara implisit, di balik tahapan tersebut terdapat karakteristik
lainnya dari sebuah model dan rasional yang membedakan antara
model pembelajaran yang satu dengan model pembelajaran yang
lainnya. Jadi sintaks masing-masing model pembelajaran memiliki
karakteristik masing- masing. Langkah-langkah pembelajaran secara
umum dapat merujuk pada model (generik) Gleser yang terdiri atas
empat langkah, yaitu Intruksional Objectives, Entering Behavior, dan
Performance
2. Sistem Sosial (the Social System). Yakni suasana dan norma yang
berlaku dalam pembelajaran. Dalam langkah ini ditunjukkan peran,
aktivitas, dan hubungan dosen/guru dengan peserta didik serta
lingkungan belajarnya. Dalam hal ini peran dosen/guru bisa bervariasi
pada satu model dengan model lainnya. Pada satu model, guru
berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru berperan
sebagai sumber ilmu pengetahuan. sebagai pengarah, dan lain-lain.
19

3. Prinsip Reaksi ( principles of Reaction). Prinsip reaksi yang


menunjukkan bagaimana dosen/guru memperlakukan peserta didik dan
bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan peserta
didiknya.
4. Sistem Pendukung (Support Syistem). Sistem pendukung yang
menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan menggunakan model tersebut.

C. Pendekatan pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan pembelajaran
Wahjoedi (Akrim, 2022:50) Pendekatan pembelajaran adalah cara
mengelola kegiatan belajar dan perilaku peserta didik agar dapat aktif
melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara
optimal. Sedangkan menurut Syaifuddin Sagala (Akrim, 2022:50)
Pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan
perilaku peserta didik agar dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga
dapat memperoleh hasil belajar secara optimal.
Berdasarkan pernyataan diatas pendekatan pembelajaran adalah cara
yang digunakan oleh pendidik untuk mengelola kegiatan belajar dengan
tujuan agar peserta didik dapat aktif dalam proses belajar dan mencapai
hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan belajar yang dinginkan.
2. Macam-macam pendekatan pembelajaran
Akrim, (2022:51-57), Pendidik hendaknya juga dapat memahami
pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan pada peserta didik.
Tentunya tujuan menerapkan pendekatan pembelajaran ini agar peserta
didik dapat dengan mulus menerima pembelajaran sehingga dapat
mencapai ke sasaran sesuai dengan yang diharapkan.
Berikut ini beberapa macam pendekatan pembelajaran yang dapat
dipergunakan oleh pendidik, yaitu:
a. Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning
(CTL)
Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran
20

dengan inisiatif pendidik untuk mengembangkan pembelajaran yang


dapat dihubungkan dengan kondisi di lingkungan sehari-hari peserta
didik. Pendidik dapat mendorong peserta didik agar dapat
menghubungkan pengetahuan yang telah didapat dan dipraktekan
dalam kehidupan sehari-hari Pendekatan kontekstual ini dapat terjadi
dengan lima bentuk pembelajaran yang penting, yaitu:
1) Mengaitkan, merupakan strategi yang paling tepat dan inti
konstruktivisme. Pendidik dapat menggunakan bentuk ini ketika
akan mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal
peserta didik. Dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah
diketahui peserta didik dengan informasi baru.
2) Mengalami, merupakan inti belajar kontekstual yang mengaitkan
adalah sama dengan menghubungkan informasi baru dengan
pengalaman maupun mengetahui sebelumnya Proses pembelajaran
dapat terjadi lebih cepat ketika peserta didik dapat memanipulası
peralatan dan bahan serta melakukan bentuk bentuk penelitian
yang aktif.
3) Menerapkan, merupakan strategi ketika peserta didik menerapkan
suatu konsep saat melakukan kegiatan dalam pemecahan
masalah Pendidik harus dapat memotivasi peserta didik dengan
memberikan latihan yang realistis dan relevan.
4) Kerjasama, merupakan kegiatan peserta didik yang bekerja secara
berkelompok agar dapat mengatasi masalah yang rumit. Peserta
didik yang bekerja secara individu sering tidak mengalami
kemajuan yang signifikan. Pengalaman bekerjasama tidak hanya
membantu peserta didik dapat mempelajari bahan ajar, tetapi
konsisten dengan dunia nyata.
5) Mentransfer, merupakan peran pendidik untuk membuat
bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada
pemahaman bukan hafalan.
b. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme mempunyai fokus tersendiri dalam
21

pembelajaran yaitu membangun tingkat kreativitas peserta didik.


Kreativitas bermanfaat agar peserta didik dapat membangun dan
mengutarakan gagasan serta menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ini akan membuat
peserta didik menjadi aktif sehingga pembelajaran yang diperoleh
lebih didasarkan pada proses pencapaian pengetahuan itu bukan pada
hasilnya. Prinsip konstruktivisme antara lain:
1) Pengetahuan dibangun oleh peserta didik secara aktif.
2) Tekanan dalam pembelajaran terletak ada pada peserta didiknya.
3) Mengajar adalah membantu peserta didik belajar.
4) Tekanan dalam pembelajaran lebih pada proses bukan pada akhir.
5) Kurikulum menekankan pada partisipasi peserta didik.
6) Pendidik berfungsi sebagai fasilitator.
Disini pendidik berfungsi sebagai pengarah kebijakan dalam
aktivitas pembelajaran yang dilakukan peserta didik. Dengan kata lain
pendekatan konstruktivisme merupakan aktivitas belajar yang
memfokuskan pada keikutsertaan dan pengalaman langsung dalam
aktivitas belajar.
c. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif merupakan aktivitas berpikir dengan
menggunakan logika agar dapat menyelesaikan masalah dan
selanjutnya membuat kesimpulan. Penggunaan penalaran deduktif
untuk menyelesaikan sebuah masalah yang rumit, maka hasilnya dapat
lebih dari satu kesimpulan Jika ingin menggunakan pendekatan
deduktif dalam pembelajaran, maka ada beberapa langkah yang harus
menjadi pegangan pendidik, yaitu:
1) Pendidik harus memilih konsep, prinsip, serta aturan yang akan
digunakan bersama pendekatan deduktif.
2) Pendidik menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum saja, akan
tetapi harus lengkap dengan definisi beserta contohnya.
3) Pendidik harus dapat menyajikan contoh-contoh khusus agar
peserta didik dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus
22

dengan aturan prinsip umum.


4) Pendidik harus dapat menampilkan bukti-bukti yang menunjang
atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu merupakan
gambaran dari keadaan umum.
d. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep lebih menekankan bimbingan untuk peserta
didik agar dapat memahami suatu konsep dengan lebih mendalam
sehingga peserta didik dapat terhindar dari miskonsepsi atau
kekeliruan konsep. Pengertian konsep adalah penggolongan yang
mempunyai karakter, sifat dan ciri yang sama. Konsep bisa didapat
dari hasil penelitian dan pengalaman. Pendekatan konsep pada
aktivitas pembelajaran merupakan penyajian langsung konsep kepada
peserta didik tanpa tahu cara mendapatkan konsep tersebut. Oleh
karena itu materi pembelajaran yang diberikan haruslah materi yang
sudah siap.
Dalam memberikan pembelajaran menggunakan pendekatan ini,
haruslah mempertimbangkan beberapa hal yang berhubungan dengan
peserta didik, yaitu:
1) Peserta didik harus mempunyai kesiapan belajar, kematangan
berpikir yang sesuai dengan unsur lingkungan.
2) Mengemukakan konsep dasar dengan persepsi yang benar serta
mudah dimengerti.
3) Memperkenalkan konsep yang lebih spesifik dari pengalaman yang
spesifik hingga ke konsep yang kompleks.
4) Memberikan penjelasan secara perlahan-lahan dari yang konkret
hingga yang abstrak.
e. Pendekatan Proses
Akrim (2022) menjelaskan bahwa pendekatan proses merupakan
rangkaian pembelajaran yang terfokus kepada peserta didik agar dapat
menjiwai sebuah proses pembangunan dan penemuan konsep yang
dapat menjadi landasan bagus untuk keterampilan proses.
Pendekatan ini memang sangat fokus pada cara sebuah proses
23

bukan pada hasilnya. Saat mengimplementasi pendekatan ini peserta


didik memang dituntut agar dapat memahami suatu proses. Manfaat
dari pendekatan proses ini adalah agar peserta didik dapat
mengembangkan daya pikirnya dan meningkatkan daya psikomotor
Pendidik yang menggunakan pendekatan ini akan memberikan dampak
yang positif untuk peserta didik yaitu:
1) Dapat memberikan bekal cara memperoleh pengetahuan. Hal ini
sangat penting untuk pengembangan pengetahuan dan masa depan.
2) Memberikan pendahuluan berupa proses yang bersifat kreatif,
peserta didik aktif serta dapat meningkatkan keterampilan berpikir
dan cara memperoleh pengetahuan.
f. Pendekatan Ekspositori dan Pendekatan Heuristik Pendekatan
Ekspositori
1) Pendekatan ekspositori digunakan guru untuk menyajikan bahan
pelajaran secara utuh atau menyeluruh, lengkap dan sistematis
dengan penyampaian secara verbal.
2) Pendekatan Heuristik Pendekatan heuristik adalah pendekatan
pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan peserta didik
diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut,
dan implementasinya menggunakan metode penemuan atau inkuiri.
g. Pendekatan Kecerdasan
Rahmat (2019:12-13) menjelaskan bahwa pendekatan kecerdasan
adalah bentuk pendekatan pengajaran yang didasarkan pada
kecerdasan peserta didik adalah sebagai suatu kapasitas umum
dari individu untuk Bertindak, berpikir rasional dan berinteraksi
dengan lingkungan secara efektif.
h. Pendekatan Organisasional
Tujuan pendekatan ini adalah siswa diarahkan untuk mencapai
beberapa kompetensi antara lain:
1) mampu mengatur waktu dengan baik,
2) mampu mengatur tugas dengan efektif,
3) mampu terlibat dalam pembelajaran,
24

4) mampu mendekati tugas-tugas pembelajaran,


5) mampu menyajikan hasil kerja,
6) mampu mengorganisasi materi-materi, dan
7) mampu mengorganisasi kerjanya sendiri.
9. Pendekatan Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif bertujuan untuk mampu memiliki dan
melakukan hal-hal antara lain:
1) menerima orang lain.
2) membantu orang lain.
3) menghargai pendapat orang lain.
4) menghadapi tantangan, dan
5) bekerja sama dalam tim.
10. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan pembelajaran komunikatif dimaksudkan agar siswa
mampu:
1) membaca dan menulis dengan baik,
2) belajar dengan orang lain,
3) menggunakan media,
4) menerima ide, gagasan, pendapat, atau informasi dari orang lain,
5) menyampaikan ide, gagasan, pendapat, atau informasi kepada
orang lain secara jelas dan tepat,
6) menjadi pendengar yang baik, dan
7) menghargai dan menghormati orang lain.
11. Pendekatan Informatif
Tujuan pendekatan informatif ini adalah siswa mampu untuk:
1) mencari dan mengakses informasi dari berbagai sumber,
2) menyeleksi informasi tersebut,
3) mengolah informasi, dan
4) membagi informasi tersebut kepada orang lain.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari materi yang sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pemahaman dan
penerapan 8 keterampilan mengajar, model pembelajaran, dan pendekatan
dalam pembelajaran memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas proses
pendidikan. Guru yang mahir dalam keterampilan mengajar dapat menciptakan
lingkungan pembelajaran yang dinamis dan memotivasi siswa untuk mencapai
potensi maksimal mereka. Penggunaan model pembelajaran yang beragam,
seperti pembelajaran kooperatif atau pembelajaran berbasis proyek,
memberikan alternatif yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan siswa.
Pemahaman terhadap keberagaman gaya belajar dan penerapan pendekatan
pembelajaran yang inklusif menjadi landasan untuk menciptakan pengalaman
pembelajaran yang relevan dan bermakna. Pemanfaatan teknologi sebagai alat
pendidikan juga menjadi aspek penting dalam menjawab tuntutan zaman. Oleh
karena itu, pembaruan terus-menerus dalam keterampilan mengajar dan
pengetahuan teknologi menjadi kunci untuk memastikan bahwa proses
pembelajaran tetap relevan dan efektif. Secara keseluruhan, integrasi 8
keterampilan mengajar, model pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran
menciptakan fondasi yang kuat untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
membentuk siswa sebagai individu yang siap menghadapi perubahan dan
tantangan di masa depan.

B. Saran
Para pendidik perlu terus menerus mengembangkan keterampilan
mengajar mereka melalui pelatihan dan pengembangan profesional yang
berkualitas. Penting bagi pendidik untuk mengintegrasikan berbagai model
pembelajaran ke dalam rencana pembelajaran mereka, sehingga menciptakan
pengalaman pembelajaran yang lebih beragam dan menarik bagi siswa.
Kemudian, Memanfaatkan teknologi secara bijak dalam pembelajaran dapat
meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Namun, pendidik harus

25
26

memastikan bahwa penggunaan teknologi mendukung tujuan pembelajaran dan


meningkatkan keterlibatan siswa. Selain itu, Kolaborasi antar guru adalah
kunci untuk berbagi praktik terbaik, strategi pembelajaran yang berhasil, dan
sumber daya yang berguna. Serta penggunaan Pendekatan pembelajaran yang
fleksibel dan responsif terhadap kebutuhan siswa adalah kunci untuk
menciptakan lingkungan pembelajaran yang inklusif dan bermakna.
DAFTAR PUSTAKA

Akrim. 2022. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Umsu Press.


Helmiati. 2013. Melatih Keterampilan Dasar Mengajar. Yogyakarta: Cv Aswaja
Pressindo.
Kusnadi. 2018. Metode Pembelajaran Kolaboratif. Jawa Barat: Edu Publisher.
Mulyasa. 2023. Implementasi Kurikulum Merdeka. Jakarta Timur: PT Bumi
Aksara.
Rahmat, Pupu Saeful. 2019. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya: Scopindo
Media Pustaka.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Sukirman dan Kasmad. M. 2006. Pembelajaran Mikro. Bandung: Upi Press.
Sunaengsih Cucun dan Dede Tatang Sunarya. 2018. Pembelajaran Mikro.
Sumedang: Upi Sumedang Press.

27

Anda mungkin juga menyukai