ISTIKOMAH
K7113117
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS.......6
A. Kajian Pustaka...........................................................................................6
1. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Pecahan dalam
Mata Pelajaran Matematika di SD.............................................................6
2. Hakikat Model Cooperative Learning Tipe Index Card Match...............20
3. Penerapan Model Pembelajaran Index Card Match................................25
4. Penerapan Model Pembelajaran Index Card Match dalam Pembelajaran
Operasi Hitung Pecahan...........................................................................26
5. Penelitian yang Relevan...........................................................................27
B. Kerangka Berpikir....................................................................................28
C. Hipotesis..................................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................31
A. Tempat dan Waktu Penelitian..................................................................31
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian..............................................................33
C. Subjek Penelitian.....................................................................................33
D. Data dan Sumber Data.............................................................................33
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data........................................................35
F. Teknik Uji Validitas Data........................................................................36
G. Teknik Analisis Data...............................................................................37
H. Indikator Kinerja......................................................................................39
ii
I. Prosedur Penelitian..................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kartu indeks. Sehingga model Index Card Match dapat dimanfaatkan dalam
proses pembelajaran. Model pembelajaran dengan bentuk kartu berpasangan ini
akan menjadikan kelas jauh dari ketegangan sehingga akan memudahkan siswa
menerima pelajaran dan diharapkan siswa lebih mudah mempelajari dan
memahami isi materi tersebut dan akan mampu meningkatkan daya keaktifan
siswa dalam belajar serta dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri.
Model pembelajaran Index Card Match ini dapat digunakan untuk
mengulangi materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya. Selain untuk
mengulangi materi pembelajaran, model ini juga mengajak siswa belajar dengan
menyenangkan karena ketika mencari kartu pasangan siswa bisa berkeliling kelas
sesuai waktu yang ditentukan oleh guru dan berdiskusi dengan temannya. Dengan
Index Card Match diharapkan juga siswa dapat belajar dengan teman sebayanya,
sehingga terbentuk kerjasama antar teman sebaya. Komunikasi antar siswa akan
terbangun, hal ini juga akan melatih mereka dalam menghargai pendapat siswa
lain. Pembelajaran juga tidak berlangsung searah, karena ada transfer ilmu dari
guru ke siswa, maupun antar siswa itu sendiri. Siswa juga tidak akan merasa
bosan, karena tidak terus menerus ada di tempat duduknya. Hal ini diharapkan
dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa .
Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Ridlo
Purwanto (2014) yang menyatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang
mendapatkan model Index Card Match lebih baik dibanding pembelajaran
konvensional. Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Septiana Tri Kusuma
(2015) menyatakan bahwa adanya peningkatan hasil belajar matematika setelah
menggunakan model Index Card Match. Maka, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model Index Card Match mampu meningkatkan hasil belajar
matematika.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul “Implementasi Model Cooperative
Leraning Tipe Index Card Match Untuk Meningkatkan Kemampuan
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
peneitian ini adalah “apakah model cooperative leraning tipe index card match
mampu meningkatkan kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan pada
siswa kelas V SDN Sumber 4 Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
“mengetahui apakah model cooperative leraning tipe index card match mampu
meningkatkan kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan pada siswa
kelas V SDN Sumber 4 Surakarta.”
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis. Adapun
manfaat-manfaat tersebut tersaji sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis penelitian ini adalah:
a) Memberikan informasi empirik tentang hal-hal yang mempengaruhi
kemampuan menyelesaikan operasi hitung matematika siswa.
b) Memberikan wawasan tentang penggunaan Model Cooperative Learning
tipe Index Card Match dalam pembelajaran matematika.
c) Dapat dijadikan sumber informasi untuk penelitian-penelitian berikutnya
yang relevan.
2. Manfaat praktis penelitian ini adalah:
a) Bagi Penulis
1) Sebagai bahan informasi seberapa besar peningkatan kemampuan
menyelesaikan operasi hitung matematika melalui Model
Cooperative Learning tipe Index Card Match
b) Bagi Guru
6
A. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Operasi Hitung Pecahan dalam
Mata Pelajaran Matematika di SD
a. Pengertian Kemampuan
Setiap individu yang dilahirkan pasti mempunyai suatu
kemampuan. Namun kemampuan yang dimiliki setiap individu berbeda-
beda antara yang satu dengan yang lainnya. Kemampuan tersebut dapat
membantu seseorang dalam memenuhi kebutuhannya.
Gagne (Kamsiyati, 2012:12) menytakan bahwa kemampuan adalah
kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam kondisi yang telah
ditentukan. Kemampuan seseorang dapat terlihat dari bagaimana seseorang
tersebut menuntaskankan tugas-tugas yang lebih luas.
Sunarto & Hartono (2008:120) menyatakan bahwa kemampuan
adalah daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari
pembawaan dan latihan. Apabila latihan dikembangkan secara optimal
maka kemampuan dapat dikembangkan sepenuhnya di masa mendatang.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kemampuan
seseorang tidak akan optimal tanpa suatu latihan sehingga kemampuan
seseorang tersebut tidak akan berkembang sepenuhnya.
Pendapat lain juga disampaikan oleh Gordon (Mulyasa, 2006:39)
yang menyatakan bahwa kemampuan adalah sesuatu yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan
kepadanya. Tugas yang dimaksud dalam pernyataan tersebut merupakan
suatu tanggungjawab yang harus diselesaikan oleh individu.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan
bahwa kemampuan adalah suatu kecakapan yang dimiliki oleh setiap
7
8
3) Pengertian Pecahan
Kata pecahan yang berrarti bagian dari keseluruhan berasal
dari bahasa latin fractio yang berarti memecah menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil. Terdiri dari pembilang dan penyebut. Pembilang
merupakan bilangan terbagi, dan penyebut merupakan bilangan
pembagi.
_______ (2010: 91) menyatakan, “A fraction is a ratio of two
numbers”. Maksud dari pernyataan tersebut yaitu pecahan merupakan
perbandingan antara dua angka.
Iulia & Teodoru Gugoiu (2006: 5) juga berpendapat, “A
fraction represents a part of a whole”. Maksud dari pernyataan
tersebut yaitu pecahan digambarkan sebagai bagian dari keseluruhan.
Menurut Alon (2014: 231) yang berpendapat bahwa:
The precise fraction definition provided is:
I. Something must be selected to represent the whole, and it
is always given the value of ‘1’.
II. The whole is separated (partitioned) into a number of
equal parts that is indicated by the denominator
III. A certain number of those equal parts is selected for
consideration and is always indicated by the numerator.
1 1
1
2 2
1 1 1 1 1 1 1
3 3 3 4 4 4 4
b) Pecahan Desimal
_________ (2008: 9) menyatakan, “Decimals are
constrained equivalent fractions in that the denominators are
restricted to tenths, hundredths, thousandths, etc. Decimals can
also be used to compare fractions”. Maksud dari pernyataan
tersebut adalah desimal sama dengan pecahan dengan penyebut 10,
100, 1000, dan seterusnya. Desimal dapat digunakan untuk
membandingkan pecahan.
1 1 2
Contoh: = 0.3, so . kurang dari (0.4).
3 3 5
c) Pecahan Persen
_________ (2008: 47) menyatakan, “Percent is another
name for hundredths, so by converting a fraction to a fraction
involving hundredths”. Maksud dari pernyataan tersebut adalah
persen merupakan nama lain dari seratus, jadi mengubah pecahan
menjadi pecahan perseratus.
45
Contoh: = 45%
100
d) Pecahan Campuran
Iulia & Teodoru Gugoiu (2006: 9) menyatakan, “A mixed
number is an addition of wholes and a part of a whole”. Maksud
dari pernyataan tersebut adalah pecahan campuran merupakan
penjumlahan dari bilangan utuh dan sebagian dari bilangan utuh.
13
3 3
Contoh: 1 terdiri dari bilangan bulat 1 dan pecahan
4 4
5) Operasi Hitung Pecahan
Operasi hitung pecahan terdiri dari penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian pecahan. Materi pembelajaran pada
penelitian ini berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan
biasa, campuran dan desimal sesuai dengan Kompetensi Dasar
menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan
Kompetensi Dasar tersebut menunjukkan bahwa kemampuan atau
kompetensi yang ditekankan adalah kemampuan dalam menyelesaikan
operasi hitung pecahan, yaitu penjumlahan dan pengurangan berbagai
bentuk pecahan. Penjumlahan pecahan meliputi penjumlahan pecahan
berpenyebut sama dan tidak sama, penjumlahan pecahan campuran
serta penjumlahan pecahan desimal. Sedangkan pengurangan pecahan
meliputi pengurangan pecahan berpenyebut sama dan tidak sama,
penjumlahan pecahan campuran serta pengurangan pecahan desimal.
a) Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Biasa
(1) Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Berpenyebut
Sama
7 2
− =⋯
10 5
KPK dari kedua penyebut adalah 10
7 2 7 . 1 2 .2
− = −
10 5 10 . 1 5 . 2
7 4
¿ −
10 10
7−4
¿
10
3
¿
10
1 1
1 2
2 4
1 1 2 1
(
2 1
1 +2 =( 1+2 ) + + =3+ + =3
2 4 4 4 4 4
3
4 )
Heruman (2008: 68-69)
(2) Pengurangan Pecahan Campuran
Kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa
sebelum mempelajari pengurangan pecahan campuran adalah
konsep pecahan campuran dan pengurangan pecahan
berpenyebut tidak sama.
Contoh:
1 1
2 +1 =…
2 4
Cara penyelesaiannya sebagai berikut:
1 1
2 akan diambil 1
2 4
1
2
2
2–1=1
yang diajarkan di kelas dengan jumlah yang sama dengan setengah jumlah
siswa, (2) pada kartu terpisah, tulislah jawaban atas masing-masing
pertanyaan itu, (3) campurkan dua kumpulan kartu itu dan kocoklah
beberapa kali agar benar-benar tercampur aduk, (4) berikan satu kartu
untuk satu siswa, (5) perintahkan siswa untuk mencari kartu pasangan
mereka, dan (6) bila semua pasangan yang cocok telah bersama,
perintahkan tiap pasangan untuk memberikan kuis kepada siswa yang lain.
Menurut Fathurrohman (2015:196-197) menyatakan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran index card match adalah sebagai
berikut: (1) buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa dalam kelas,
(2) bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama, (3)
tulis pertanyaan tentang materi yang telah diiberikan sebelumnya pada
pertengahan bagian kertas yang telah disiapkan, (4) separuh kertas lain,
tulis jawaban dari pertanyaan yang telah dibuat, (5) kocok semua kertas,
(6) beri setiap siswa satu kertas, (7) mintalah siswa untuk menemukan
pasangan mereka, (8) setelah siswa menemukan pasangan dan duduk
berdekatan, minta setiap pasangan secara bergantian untuk membacakan
soal kepada teman-teman yang lain, dan (9) akhiri dengan membuat
klarifikasi dan kesimpulan.
Pendapat lain mengenai langkah-langkah penerapan model index
card match juga disampaikan oleh Suprijono (2015:139-140) yang
menyatakan bahwa langkah-langkahnya sebagai berikut: (1) buatlah
potongan-potongan kertas sebanyak siswa dalam kelas, (2) bagi kertas-
kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama, (3) pada separuh kertas,
tulis materi yang akan dibelajarkan, (4) separuh kertas lain, tulis
jawabannya, (5) kocoklah semua kertas, (6) setiap siswa diberi satu kertas,
(7) mencari pasangan, (8) secara bergantian membacakan soal kepada
teman yang lain, dan (9) klarifikasi dan kesimpulan.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas mengenai langkah-
langkah model pembelajaran index card match dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah penerapan model pembelajaran index card match adalah
23
B. Kerangka Berpikir
Menurut Sugiyono (2015:60) kerangka berpikir yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang akan diteliti, pertautan
anatara variabel tersebut selanjutkan dirumuskan ke dalam bentu paradigma
penelitian.
Pembelajaran matematika di SD Negeri Sumber 4 khususnya kelas V,
selama ini masih menggunakan pembelajaran dengan pola interaksi konvensional.
Pembelajaran dengan pola interaksi konvensional ini berupa penyampaian materi
yang masih menggunakan metode ceramah, diskusi maupun penugasan tanpa
menggunakan model atau metode pembelajaran yang menarik dalam proses
pembelajarannya. Pola interaksi konvensiional tersebut berpengaruh pada
rendahnya kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika khususnya
materi operasi hitung pecahan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji pra tindakan
siswa mengenai materi operasi hitung pecahan yang masih rendah. Berdasarkan
hasil uji pra tindakan diperoleh bahwa kemampuan menyelesaikan operasi hitung
pecahan dari 28 siswa hanya 2 siswa yang nilainya mencapai KKM sebesar >70
dengan presentase ketuntasan klasikal 7,14%. Sedangkan, 26 siswa masih belum
mencapai KKM memperoleh nilai <70 dengan presentase klasikal 92,86%.
Berdasarkan kondisi awal yang terjadi di dalam proses pembelajaran di
SD Negeri Sumber 4, maka dilakukan tindakan dalam pembelajaran matematika
kelas V pada materi operasi hitung pecahan dengan menerapkan model
pembelajaran index card match.
Penerapan model cooperative learning tipe index card match dilakukan
dengan cara mencocokkan kartu pertanyaan dengan kartu jawaban. Dengan
adanya pelaksanaan pembelajaran dengan model index card match diharapkan
28
C. Hipotesis
30
31
Jadwal penelitian secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.1 Rincian Waktu Kegiatan
Tahun
Tahun 2017
2016
No. Kegiatan Bulan
Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Pengumpulan
1.
data
Pengajuan
2.
Judul
Penyusunan
3.
dan Pengajuan
Proposal
Mengurus ijin
4.
penelitian
Persiapan
5.
Penelitian
Pelaksanaan
6.
Siklus I
Pelaksanaan
7.
Siklus II
Pelaksanaan
8.
Siklus III
Pengolahan
9.
dan analisis
data
10. Penyusunan
Laporan
Ujian Skripsi
11.
dan Revisi
Penggandaan
12.
dan
Pengumpulan
laporan
32
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam PTK adalah orang yang dikenai tindakan.
Subjek dalam peelitian ini adalah guru kelas V SD Negeri Sumber 4 bernama
Sujiati, S.Pd dan seluruh siswa kelas V SD Negeri Sumber 4 semester II tahun
ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 27, terdiri dari 12 siswa perempuan dan 15
siswa laki-laki. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas untuk merencanakan,
mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan penelitian
sehingga pembelajaran terlaksana sesuai harapan.
b. Data kualitatif
Data kualitatif merupakan data yang penyajiannya berbentuk kalimat
verbal bukan berupa simbol angka atau bilangan. Data kualitatif yang
dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dan beberapa
dokumen seperti RPP, silabus, dan hasil dokumentasi berupa foto dan video
pembelajaran matematika.
2. Sumber Data
Menurut Sugiyono (2015:193) menyatakan pengumpulan data dapat
dilakukan melalui berbagai sumber. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder.
a. Data primer
Menurut Sugiyono (2015:193) sumber data primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data
primer diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain siswa,
guru, dan peristiwa proses pembelajaran.
b. Data sekunder
Menurut Sugiyono (2015:193) sumber data sekunder adalah
sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.
Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari
data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain. Sumber
data sekunder dapat diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada, seperti:
hasil wawancara terhadap guru kelas V SD Negeri Sumber 4 sebelum dan
sesudah menerapkan model pembelajaran index card match, arsip berupa
silabus, RPP, hasil nilai prasiklus, siklus I, siklus II, dan siklus III, serta
hasil observasi aktivitas siswa ketika pembelajaran berlangsung.
2. Teknik Triangulasi
Menurut Sugiyono (2015:330) triangulasi adalah teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dan sumber data yang telah
36
Data Collection
Data Display
Data Reduction
Conclution drawing/verfying
H. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian ini ditandai dengan adanya peningkatan
kemampuan menyelesaikan operasi hitung pecahan pada siswa kelas V SD Negeri
Sumber 4. Penelitian dikatakan berhasil apabila peningkatan kemampuan
menyelesaikan operasi hitung pecahan siswa mencapai ≥ 85% dari 28 siswa yang
mencapai nilai KKM yaitu ≥70. Dengan arti kata partisipasi belajar siswa berhasil
bila mencapai persentase sangat baik sehingga siklus dapat dihentikan.
Tabel 3.2 Indikator Kinerja Penelitian
Aspek yang Presentase Siswa
Cara Mengukur
Diukur yang ditargetkan
I. Prosedur Penelitian
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan untuk pengambilan data agar
mengetahui sejauh mana efek tindakan dalam mencapai target. Tahap
pengamatan dilakukan dengan mengamati kegiatan belajar mengajar
yang meliputi aktivitas guru dan siswa selama dilakukan tindakan
perbaikan. Selain itu, pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui
apakah kemampuan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung pecahan
sudah mencapai indikator kinerja atau belum.
d. Refleksi
Refleksi berarti penilaian dan pengkajian terhadap semua hasil
evaluasi data yang kaitanynnya dengan indikator kinerja siklus III.
Kekurangan-kekurangan pada siklus I diperbaiki pada siklus II dan
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus II diperbaiki pada
sikus III. Apabila kemampuan siswa dalam menyelesaikan operasi hitung
pecahan belum mencapai indikator kinerja makan akan diperbaiki pada
siklus berikutnya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. (2015). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Iulia & Teodoru Gugoiu . (2006). The Book of Fractions. Canada: La Citadelle
Silberman, Melvin L. (2016). Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia