Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH METODE DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Proposal
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Seminar Proposal Tesis

NAMA : ANANTRI
NPM : 20177279047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU


PEGETAHUAN ALAM FAKULTAS PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2019

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

PENDAHULUAN ...................................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Identifikasih Masalah ...................................................................................9

C. Batasan Masalah.........................................................................................10

D. Rumusahan Masalah ..................................................................................11

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................11

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................12

G. Sistematika Penulisan ................................................................................13

TINJUAN PUSTAKA .............................................................................................4

A. Landasan Teori ...........................................................................................15

B. Penelitian Relevan ......................................................................................28

C. Kerangka Berpikir ......................................................................................30

D. Hipotesis Penelitian ....................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................34

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual,

sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabatnyna sebagai manusia.

Hal ini sesuai dengan bunyi teks Undang-undang dasar 1945 alinea ke-4

bahwa pendidikan adalah upaya yang mencerdaskan kehidupan berbangsa

dan bernegara. Pada teks tersebut menitik beratkan terhadap upaya yang di

lakukan dunia pendidikan untuk memperbaiki sistem yang ada, sehingga di

harapkan mampu menghasilkan Out put yang berkualitas dan mampu

berkompetesi. Pendidikan juga merupakan hak asasi setiap manusia dalam

proses mempersiapakan diri untuk masa depan yang lebih baik dan

mempunyai peranan penting dalam perjalanan hidup manusia. Pendidikan

memegang peranan penting dalam mempersiapakan sumber daya manusia

yang berkualitas, sehinngga pendidikan harus dipersiapkan dengan sebaik-

baiknya agar mendapatkan hasil yang maksimal.

Hasil atau out put yang maksimal yang mampu untuk berkompetesi

dan berkualitas harus mempersiapkan psesrta didik seabagi penerus di masa

depan dengan menyelenggarakan pendidikan yang berbasis kompetesi.

Peserta didik yang berkualitas dan berhasil dapat diperoleh dengan usaha

yang kuat dan sungguh – sungguh. Kegigihan dan kesungguhan yang akan

membawa keberhasilan dalam melalui proses pembelajaran. Salah satu upaya

penting dalam pembelejaran di sekolah terintegrasi dalam mata pelajaran

1
2

yang harus ditempuh oleh siswa. Salah satu mata pelajaran yang harus

ditempuh siswa adalah matematika.

Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

manusia dan juga ilmu yang mendasari perkembangan teknologi. Matematika

juga ilmu yang paling mendasar, yang harus ada dalam tingkat pendidikan,

mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Matematika memiliki peran

sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi

secara cermat dan tepat. Matematika tidak hanya sekedar alat bantu

komunikasi tetapi matematika sebagai wahana dalam proses pemecahan

masalah. Semua orang tidak terlepas dari masalah, baik masalah dalam

pendidikan maupun dalam pekerjaan, seorang guru akan menghadapi masalah

tentang siswa dan seorang siswa akan melalui masalah tentang proses

belajarnya, karena pada dasarnya semua tidak bisa menghindar dari masalah.

Masalah merupakan suatu kesenjangan antara harapan dengan

kenyataan. Masalah yang timbul dikalangan pendidikan khususnya pada

peserta didik adalah dalam proses mengikuti pembelajaran, seperti Pelajaran

yang di anggap momok atau menakutkan dari sebagian besar peserta didik

yaitu matematika, sehinngga dalam proses belajar menjadi hambatan dalam

pencapian hasil dan prestasi belajar yang di harapakan. Masalah tersebut akan

menjadi hambatan dari tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran

matematika oleh National Council of Teachers of Mathematics (NCTM).

yang mana NCTM menetapkan bahwa ada tiga standarisasi kemampuan

matematis yang harus dimiliki oleh peserta didik, yaitu kemampuan


3

mengekspresikan ide-ide matematika, kemampuan memahami dan

mengevaluasi, kemampuan dalam menggunakan istilah dan notasi

matematika.

Melihat dari tujuan matematika tersebut prestasi pelajaran matematika

di Indonesia sangat jauh tertinggal dengan negara-negara lain, karena tingkat

kemampuan dan pemahaman dalam pemecahan masalah matematika peserta

didik di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini terlihat dari hasil

penelitian The Trend International Mathematics and Science Study (TIMSS)

pada tahun 2011, Indonesia berada di urutan ke-38 dengan skor 386 dari 42

negara. Skor ini turun 11 poin dari penilaian tahun 2007. Demikian pula pada

hasil penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun

2012, Indonesia hanya menduduki rangking 64 dari 65 peserta dan

memperoleh skor 375 (OECD, 2013). Dalam kompetensi matematika

meningkat dari 375 poin di tahun 2012 menjadi 386 poin di tahun 2015.

Peningkatan tersebut mengangkat posisi Indonesia 6 peringkat ke atas bila

dibandingkan posisi peringkat kedua dari bawah pada tahun 2012. Hasil

tersebut menunjukan masih rendahnya kemampuan matematika siswa dilihat

dari skor yang diperoleh sebagai ukuran kompetensi peserta didik dalam

kemampuan memahami, mengevaluasi dan memecahkan masalah

matematika. (https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-

dan-capaian-pisa-indonesia mengalami-peningkatan.)

Analisis hasil TIMSS tahun 2007 dan 2011 disebutkan dalam

Kemendikbud, di bidang proses berpikir dan menalar serta memecahkan


4

masalah matematika lebih dari 95% siswa Indonesia hanya mampu

mencapai level menengah, yang artinya siswa Indonesia belum mampu

mencapai penggunaan konsep untuk memecahkan masalah. Analisis hasil

PISA 2009 dalam Kemendikbud, ditemukan bahwa dari 6 level kemampuan

yang dirumuskan di dalam studi PISA, hampir semua siswa Indonesia hanya

mampu menguasai pelajaran sampai level 3 saja.

Berdasarkan analisis pada survei TIMMS dan PISA tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

masih rendah. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika juga

dijumpai pada siswa SMA Borobudur Cilandak Jakarta selatan. Berdasarkan

hasil pengamatan dan wawancara dengan guru matematika pada SMA

Borobudur tanggal 16 Januari 2018, beliau mengatakan bahwa siswa SMA

Borobudur masih rendah dalam hal kemampuan pemecahan masalah

matematika. Hal tersebut ditandai saat guru memberikan ulangan soal yang

tidak rutin rata-ratanya 69. Banyak siswa yang tidak tuntas. Selain itu siswa

cenderung untuk menggunakan rumus atau cara cepat yang sudah biasa

digunakan daripada menggunakan langkah prosedural dari penyelesaian

masalah matematika. Terutama pada materi pertidaksamaan linear satu

variabel.

Berdasarkan hasil wawancara dan survei tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan pemecahan masalah matematika dalam pembelajaran

matematika di SMA Borobudur Cilandak masih rendah. Oleh karena itu,


5

peting dalam Perhatian dan bentuk variasi pembelajaran sangat dibutuhkan

sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Intani, N.S,. dkk,. (2016)

menyimpulkan bahwa pemecahan masalah dan metode pembelajaran

penyelidikan harus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam

pembelajaran matematika. Berdasarkan hasil observasi di SMA Borobudur

masih menggunakan model ekspositori dan metode Konvensional, sehingga

menjadikan suasana pembelajaran menjadi monoton, karena siswa hanya

mendengarkan penjelasan dari guru saja. Disebabkan Karena kurang

mampunya dalam pemecehanan masalah matematika.

Pemecahan masalah matematika adalah bagian dari kurikulum

matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajarannya siswa

di mungkinkan memeroleh pengalaman dengan menggunakan pengetahuan

dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan

masalah, sehingga tugas utama guru adalah membantu menyelesaikan

masalah. Pemecahan masalah matematika butuh kreativitas, pemahaman, dan

pemikiran. Upaya untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

dapat menggunakan metode discovery learning.

Metode merupakan suatu cara dalam proses pemebalajaran yang

memungkinkan peserta didik mampu dalam mengekspresikan ide dan

gagasan. Metode penemuan (discovery) berkembang dari ide John Dewey

(Musa, 2013: 422), yang kembali dipopulerkan oleh Jerome Seymour Bruner

untuk memperoleh hasil belajar yang lebih permanen.


6

Bruner (Trianto, 2007: 33) menyatakan tentang pembelajaran yang

seharusnya dilakukan disekolah sebagai berikut:

“Belajar akan lebih bermaka bagi siswa jika meraka memusatkan


perhatiannya untuk memahami struktur materi yang dipelajari. Untuk
memperoleh struktur informasi, siswa harus aktif di mana meraka harus
mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci daripada hanya sekedar
menerima penjelasan dari guru dengan melakukan penemuan”.

Metode Discovery learning berpusat pada peserta didik. Dimana

peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran dan guru sebagai

fasilitator untuk membimbing peserta didik. salah satu yang dilakukan peserta

didik dalam mengorganisasi, meneliti dan mencari serta memecahkan

masalah yang di hadapi, sehingga siswa lebih aktif dalam proses

pemeblajaran. Metode ini juga berfokus pada penyelesaian suatu

permasalahan terhadap peserta didik, kemudian peserta didik diminta mencari

pemecahan masalah melalui serangkaian penelitian atau investigasi.

Permasalahan menjadi fokus dan guru sebagai fasilitator. Upaya ini selaras

dengan penelitian oleh Jarwan (2018: 80) dengan hasil

Tabel 9. Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah matematika


Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Rendah 6 18.8 18.8 18.8
Sedang 25 78.1 78.1 96.9
Valid Tinggi 1 3.1 3.1 100.0
Total 32 100.0 100.0

Tabel 11. Uji


Hipotesis
Data Sig.
7

Kemampuan Pemecahan Masalah 0.00


matematika

Data yang didapat dari pengolahan SPSS 21.0.0 untuk Nilai PM

dengan 78,1 % sebanyak 25 siswa dengan kategori sedang dan untuk Nilai

KM dengan 65,6% sebanyak 21 siswa dengan kategori sedang.

Berdasarkan output data Nilai PM dan Nilai KM probibalitas diatas

diperolih 0,000, oleh karena nilai Probibalitas 0,000<0,005 yang berarti

hipotesis di tolak berarti signifikan pembelajaran discovery learning

berpengaruh terhadap pemecahan masalah matematis pada siswa Kelas

VIII.1 SMP Negeri 1 Pitumpanua Tahun Pelajaran 2017/2018. Pengaruh

discovery learning terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis

dalam pembelajaran matematika pada siswa SMP Negeri 1 Pitumpanua.

Berdasarkan hasil analisis uji diatas dan paparan dari berbagi uji analisis

yang sudah di bahas pada pembahasan diatas dapat dinyatakan bahwa

dengan pembelajaran discovery learning dapat mempengaruhi Pemecahan

Masalah Matematis siswa dan terdapat peningkatan secara signifikan.

Oleh karena sebab itu, hasil analisis uji dan paparan tersebut dapat

di nyatakan yang menyimpulkan bahwa metode Discovery learning

efektif untuk mengajar matematika dan juga dapat menghasilkan pemikir

kreatif, pembuat keputusan, dan pemecahan masalah yang sangat

dibutuhkan dalam persaingan global. Discovery learninga menyediakan

kesempatan bagi peserta didik untuk belajar lebih giat dan meningkatkan

partisipasi aktif, motivasi dan minat.


8

Selain itu, Motivasi belajar juga merupakan unsur terpenting

dalam pengajaran yang efektif, siswa yang ingin belajar dan memiliki

motivasi dapat belajar tentang apapun. Motivasi belajar adalah dorongan

atau letupan yang berasal dari diri atau bantuan orang lain yang bersifat

sebagai penggerak bagi individu maupun kelompok belajar untuk

mengeluarkan yang terbaik dari dirinya yang sesuai dengan tujuan belajar

yang di harapkan. Sardiman (Wahyudi, 2012 : 12) Ciri-ciri siswa yang

memiliki motivasi belajar yaitu: tekun mengerjakan tugas, ulet dalam

memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, menaruh

minat terhadap proses pembelajaran, mempertahankan pendapat,

memikirkan pemecahan masalah.

Dari ciri – ciri di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya

motivasi yang tinggi akan berpengaruh dalam proses pemecahan masalah

yang berkaitan tentang materi pelajaran. Menurut hasil penelitian yang

dilakukan Yunus dkk (2008 : 121) mengemukakan bahwa semua

komponen motivasi berkorelasi secara signifikan dengan seluruh

pembelajaran peserta didik pada sekolah, dan menyimpulkan bahwa

motivasi belajar salah satu faktor yang mempengaruhi belajar seseorang

dalam memecahkan masalah matematika.

Sementara itu, hampir setiap bidang kehidupan manusia

memerlukan kemampuan pemecahan masalah. Bahkan, kesuksesan dalam

kehidupan sangat ditentukan oleh kemampuannya dalam memecahkan

masalah baik dalam skala besar maupun kecil. Kenyataan yang terjadi
9

pada umumnya kemampuan pemecahan masalah matematika masih

dirasakan sulit dipahami oleh sebagian besar peserta didik dan bahkan

menjadi momok bagi mereka. Persepsi negatif seperti ini tidak bisa

diacuhkan begitu saja, tetapi harus diatasi dengan membuat matematika

sebagai pelajaran yang tidak sulit dan menyenangkan bagi siswa yaitu

dengan metode- metode dan motivasi – motivasi yang dapat memacuh

peserta didik untuk ulet dan giat dalam belajar dan berpikir. Sehingga

dengan metode yang di barengi dengan motivasi yang tinggi peserta didik

akan mampu dalam mengembangkan, memahami konsep-konsep, serta

dapat menyelesaikan masalah matematis.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengangkat judul

sebagai berikut: “Pengaruh metode dan motivasi belajar terhadap

pemecahan masalah matematika”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasikan

berbagai masalah yang diteliti sebagai berikut:

1. Hasil penelitian PISA dan TIMSS menunjukan bahwa kemampuan

berpikir dan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah.

2. Hasil wawancara dengan guru matematika SMA Borobudur menunjukan

masih kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematika.

3. Masih sedikit guru menerapkan pembelajaran yang menekankan pada

proses kemampuan pemecahan masalah matematika.


10

4. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat akan berpengaruh

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

5. Penggunaan metode pembelajaran discovery dan motivasi belajar

diharapkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar.

6. Pembelajaran siswa disekolah masih berpusat pada guru, sehingga siswa

kurang berpartisipasi atau hanya pasif selama pembelajaran.

7. Pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika.

8. Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika dan.

9. Pengaruh intraksi metode discovery learning dan motivasi belajar terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan dalam

penelitian ini perlu diadakan batasan masalah. Peneliti memberikan batasan

masalah yang akan diteliti adalah;

1. Pengaruh metode discovery learning terhadap Kemampuan pemecahan

masalah Matematika.

2. Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika.

3. Pengaruh intraksi metode discovery learning dan motivasi belajar terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika.


11

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalahyang telah dipaparkan diatas, peneliti

merumuskan masalah yaitu

1. Adakah Pengaruh metode discovery learning terhadap Kemampuan

pemecahan masalah Matematika ?.

2. Adakah Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika?.

3. Adakah Pengaruh intraksi metode discovery learning dan motivasi belajar

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika?.

E. Tujuan penelitian

Dalam penelitian perlu ada tujuan yang berfungsi sebagai acuan

pokok terhadap masalah yang diteliti, sehingga peneliti akan bekerja lebih

terarah dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, peneliti

bertujuan untuk ;

1. Mengetahui Pengaruh metode discovery learning terhadap Kemampuan

pemecahan masalah Matematika.

2. Mengetahui Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan

masalah matematika.

3. Mengetahui Pengaruh intraksi metode discovery learning dan motivasi

belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.


12

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai kerangka

kerja yang berguna bagi peningkatan kemapuan dan ketrampilan guru

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dalam

pembelajaran matetamtika melalui metode discovery learning dan

motivasi dalam belajar yang tinggi.

2. Manfaat Praktis

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif

untuk berbagai pihak, diantaranya:

a. Bagi Guru

Membantu guru dalam mengatasi kurangnya kemampuan siswa dalam

pemecahan masalah dengan memahami dan memperhatikan faktor-

faktor yang mempengaruhi.

b. Bagi Peserta Didik

Setelah penyajian materi dengan menggunkan metode discovery

learning dengan adanya motivasi yang tinggi, diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

c. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman langsung dengan menggunakan metode discovery

learning dan motivasi belajar.


13

d. Bagi Sekolah

Sebagai suatu sumbangan pemikiran upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran matematika

e. Bagi pembaca

Dapat dijadikan acuan referensi mengenai penggunaa metode

pembelajaran terhadap proses belajar.

G. Sistematika Penulisan

Bagian awal terdiri dari : halaman sampul depan, halaman judul,

halaman pengajuan, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman

motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar

lampiran dan abstrak.

BAB I : PENDAHULUAN

Penahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

indentifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Sebagai pijakan dalam penelitian merupakan landasan teori

dari skripsi yang membahas tentang : a) Definisi

kemampuan, b) definisi matematika, c) Definisi

kemampuan pemecahan masalah matematika, d) Definisi

metode, e) Definisi pembelajaran, f) Definisi metode

discovery learning, g) Definisi Motivasi belajar, h)

Hipotesis penelitian.
14

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi penelitian sebagai pijakan untuk menentukan

langkah-langkah penelitian yang terdiri dari : a) Waktu dan

Tempat penelitian, b) Metode Penelitian, c) Populasi dan

sampel, d) Metode pengumpulan data, e) Instrumen

penelitian, f) Teknik analisis data, g) Hipotesis penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Laporan hasil penelitian yang berisi tentang : a) Deskripsi

objek penelitian, b) Hasil uji persyaratan data, c) Pengujian

hipotesis penelitian, d) Interprestasi hasil penelitian.

BAB V : PENUTUP

Sebagai bab akhir dan penutup yang memuat tentang : a)

Simpulan, b) Saran

Bagian komplemen pada bagian ini memuat daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.
15

BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

a. Definisi Kemampuan

Kemampuan ialah bakat yang melekat pada seseorang untuk

melakukan suatu kegiatan secara psikis atau mental yang ia peroleh

sejak lahir, belajar, dan dari pengalaman. Menurut Riyah dan Seruni

(2015 : 78) kemampuan adalah kesanggupan seseorang dalam

melakukan usaha atau tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan

latihan. Sesorang yang mampu dalam melakukan usaha dalam proses

pembawaan atau yang dapat di peroleh dari berbagi macam kegiatan,

sehingga dalam adanya tindakan dan kegiatan akan memperoleh suatu

hasil yang di harapkan dengan kata lain pesera didik mampu dalam

melaksanakan berbagai rangkian kegiatan atau pembelajaran yang di

sekolah.

Menurut Uno (2008: 51), “kemampuan adalah merujuk pada

kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran,

sikap, dan perilakunya. Dalam pendapat Uno tersebut sikap dan

pikiranlah yang akan menhasilkan kemampuan melakukan pekerjaan

dengan pikiran, pekerjaan terarah dan terwujud manakah jalan pikiran

dan sikap yang di miliki di dalam dirinya positif. Menurut Pratiwi dan
16

Kristanto (2014: 21) kemampuan adalah keseluruhan potensi yang

dimiliki seseorang untuk menyelesaikan tugasnya dengan baik

mengenai tugas fisik dan mentalnya. Potensi yang dimiliki dapat

dikembangkan kearah yang lebih baik lagi, baik dalm potensi agadeik

maupun dalam potensi usaha. Dengan modal potensi yang dimilik

seseorang akan mampu menyelesaikan berbagai tugas dan kegiatan

yang ada, seperti peserta didik dibekali potensi untuk belajar.

Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa

kemampuan merupakan suatu kecakapan dan kesanggupan seseorang

dalam melakukan kinerja atau tindakan yang dapat dirasakan dan dilihat

oleh pancaindra serta hasilnya bisa dapat dirasakan oleh orang lain.

b. Definisi Matematika

Menurut Fajriyah (2015: 9), matematika Merupakan Ilmu

pembelajaran Eksak yang dapat berupa pola, bentuk dan ruang, serta

operasi perhitungan konsep-konsep abstrak yang dapat menimbulkan

proses berfikir ilmiah dan mengembangkan daya berpikir yang

diperlukan peserta didik bagi kehidupan bermasyarakat maupun mau

menempuh pendidikan yang tinggi. Dalam setiap pola dan bentuk ruang

semua bidang berkenaan dengan matematika, dengan adanya

matematika pola pikir terbentnuk karena setiap perhitungan membuthan

sebuah kerangka konsep. Sehingga dengan muculnya konsep akan

mudah terbentuk proses berpikir ilmiah


17

Menurut Supardi (2013: 82), mengungkapkan bahwa

matematika adalah ilmu pengetahuan Eksak yang berhubungan dengan

logika, penalaran, bilangan, operasi perhitungan, konsep-konsep

abstarak, dan fakta-fakta kuantitatif berupa pola bentuk ruang, serta

dapat menimbulkan suatu pola pikiran masuk akal yang berguna untuk

mengatasi berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam

ungkapan tersebut bahwa matematika secara gasir besar ilmu dasar

yang berkenaan denga suatu pola dan konsep, sehingga akhirnya terjadi

adanya logika dalam berpikir dan memecahkan maslah dengan proses

perhitungan.

Matematika menurut Offirstson (2014 : 2) merupakan ilmu tentang

logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya. Matematik juga adalah pola

pikir manusia agar berpikir sistematis, logis, cermat dan cerdas.

Matematika yang di ungkapan oleh Offirstson senada dengan

ungakapan dan pendapat dari sebelumnya matematika selalu

berhubungan dengan hal susunana, penalaran dan konsep. Dengan

adanya konsep terjadilah suatu proses berpikir.

Menurut Zulrahmat (2015: 63), mengatakan bahwa matematika

merupakan ilmu universal yang mendasar perkembangan teknologi

modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin dan

mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang

teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh


18

perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis,

teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan

menciptakan dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang

kuat sejak dini. Menurut Suhendri (2011: 32), matematika adalah ilmu

tentang bilangan, bangunan, hubungan-hubungan konsep, dan logika

dengan menggunakan bahasa lambang atau simbol dalam

menyelesaikan maslah-maslah dalam kehidupan sehari-hari. Secara

garis besar dari beberapa pendapat tersebut adanya persamaan dan

perbedaan mengenai ungkapan megenai matematika.

Matematika dari sisi persamaan bahwa matematika merupakan

ilmu eksak yang berupa pola, bentuk, susunan dan konsep-konsep yang

abstrak, sehingga terjadinya proses perhitungan dan terbentuknya

logika nalar. Matematika juga membentuk berpikir logis, sistematis

hingga menimbulkan ide dan pikiran yang ilmiah.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bawah matematika merupakan ilmu eksak yang paling mendasar

didalam perkembangan pendidikan dan bidang teknologi modern.

Matematika juga merupakan ilmu yang berhubungan dengan angka dan

simbol yang membutuhkan penalaran dan pemahaman yang tinggi.

Oleh karena itu matematika menjadi hal yang penting dalam kemajuan

suatu ilmu dan pendidikan.


19

c. Pemecahan masalah matematika

Berbicara tentang pemecahan masalah matematika tidak lepas dari

apa yang di sebut dengan masalah. Oleh karena itu, sebelum membahas

mengenai pemecahan masalah matematika, akan di bahas terlebih

dahulu apa itu masalah. Masalah merupakan ada suatu kesenjangan

antara harapan dengan kenyataan. Masalah tidak dapat di pandang

dengan hal yang membebani, justru harus di pandang sebagai

saranauntuk memunculkan seseuatu yang baru.

Menurut Muninjaya ( 2003 : 2) masalah merupakan kesenjangan

antara sesuatu yang terjadi tujuan atau yang di inginkan dengan hasil

yang di capai atau diamati. Pada hakikatnya masalah adalah sesutau

yang harus di selesaikan atau di pecahkan, baik masalah dalam

kehidupan sehaari-hari atau masalah yang di tuangkan dalam bentuk

soal-soal. Banyak hal yang menjadi suatu masalah yang sebagian siswa

atau orang menganggap bahwa masalah tersebut muncul ketika

sesorang mempunya seuatau tujuan dan harapan kedepan. Salah satu

bagi siswa yang di anggap masalah di dalam dunia belajar yaitu

matematika. Dengan tumbuhnya masalah maka peserta didik akan

berusahan keras dalam memecahkaan dan mencari jalan keluar.

Menurut Wahyudin ( 2016: 73) secara gari besar terdapat dua

faktor yang memengaruhi kemampuan pemecahan matematika yaitu

faktor internal dan eksternal. Wahyudin lebih lanjut menjelaskan bahwa

yang di maksud dengan faktor internal yaitu faktor metakognisi siswa,


20

motivasi siswa, dan kreativitas siswa. Dengan adanya metakognisi

adalah siswa salah satu aspek yang membangun untuk kemampuan

pemecahan masalah matematika, dengan berbagai metode dan cara

dalam mengembangkan metakognisi siswa yaitu dengan adanya metode

dan stategi pembelajar yang sesuai. Motivasi belajar juga merupkan hal

yang terpenting dalam pengajaran yang efektif, siswa yang ingin belajar

dan memiliki motivasi belajar tentang apapun.

Pemecahan masalah matematika menurut Offirstson (2014 : 34)

adalah menyelesaikan matematika yang bersifat tidak rutin, oleh karena

itu kemampuan ini tergolong pada kemampuan tingkat tinggi.

Kemampuan memecahkan matematis dapat di lihat dari; a). Memahami

masalah yaitu dengan mengidentifikasikan masalah dan memeriksa

kecukupan data. b) membuat recana pemecahan masalah yaitu dengan

membuat model matematika dari masalah yang diberikan. c)

menjalankan rencana pemecahan masalah yaitu dengan memilih dan

menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah. Dan d) memeriksa

kembali hasil yang diperoleh. Masalah yang telah di identifikasikan

atau di kelompok serta di klasifikasikan akan lebih mudah dalam

membuat rancangan atau strategi dalam menyelesaikannya. Setlah

rancangan terbentuk makan segerah kita lakukan tindakan atau

perlakukan dalam masalah yang di hadapapin tersebut, hingga dapat

menevaluasi hasil dari tindakan yang di hasilnya itu.


21

Menurut Susanto (2015 : 19) pemacahan masalah merupakan

proses penerimaan masalah sebagai tentangan untuk menyelesaikan,

dengan kata lain pemecahan masalah adalah sebagai suatu prosese

pencairan jalan keluar dari sutau kesulitan atau rintangan, pencapaian

tujuan yang belum segera di pahami.

Langkah- langkah memecahkan masalah menurut Susanto ( Polya,

2015 : 20) melalui empat tahap yaitu ; 1) pemahaman masalah (

understanding the problem), 2) menemukan suatu rencana (devising a

plan ), 3) melaksanakan rencana ( carry out your plan), dan 4) evaluasi (

looking back). Menurut Susanto menjalskan bahwa ketika masalah itu

muncul tindakan yang pertama di lakukan yaitu pemahaman masalah,

manakalah masalah tersebut sudah di pahami dan di mengerti dengan

mudah akan di cari solusinya. Paham hal masalah akan mudah dalam

membuat suatu rencana atau model, metode dan motivasi tinggi bagi

pesrta didik dalam mengatasinya.

2. Metode Discovery Learning

a. Pengertian Metode

Menurut Slameto (2010: 82) metode adalah cara atau jalan

yang harus dilalui untuk mencapai suatu jalan tertentu. Tujuan dalam

pendidikan mengharapkan peserta didik mampu dalam berkompetesi

di dalam bidang apapun itu. Senada dengan pendapat Syaiful dan

Aswan (2002: 53) bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode mengajar berarti


22

pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan

belajar.

Menurut Zainurrahman (2013: 168) mengungkapkan bahwa

metode adalah seperangkat tata cara yang tersusun atau diatur secara

sistematis dan terurut untuk melakukan dan mencapau sesuatu.

Sudjana (2012: 22) juga berpendapat bahwa metode adalah cara atau

teknik yang digunakan dalam mencapai tujuan. Hal ini juga senada

dengan pendapat Sanjaya (2007: 145) menyatakan bahwa metode

adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang disusun

tercapai secara optimal. Menurut liberna dan Yogi (2014 : 86) bahwa

metode adalah prosedur pembelajaran yang dipilih untuk membantu

para siswa mencapai tujuan atau untuk menginternalisasikan isi atau

pesan.

Dari berbagai pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa metode adalah suatu cara atau jalan dalam

mengimplementasikan suatu ide atau gagasan serta rencana yang

sudah disusun dalam bentuk suatu kegiatan yang nyata agar tercapai

suatu tujuan secara maksimal.


23

b. Pengertian Pembelajaran (Learning )

Menurut Hamalik (2009: 36) bahwa pembelajaran (learning)

adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, Material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ainurrahman

(2012: 48), bahwa Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan, kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan

kepercayaan pada peserta didik.

Menurut Hakim (2014: 198) bahwa, pembelajaran merupakan

membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan dimana

pembelajaran merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi antar elemen dalam

lingkungan belajar. Menurut Ali (2008: 62), pembelajaran dapat

diartikan sebagai kegiatan yang ditunjukan untuk membelajarkan

siswa. Atau dengan kata lain pembelajaran adalah usaha-usaha yang

terencana dalam proses beajar mengajar. Menurut Aunurrahman

(2010: 34) pembelajaran atau proses pembelajaran merupakan suatu

proses belajar mengajar dimana didalamnya terjadi intraksi guru dan

siswa serta antara sesama siswa untuk mencapai suatu tujuan yaitu

terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku siswa.

Menurut Suherman, dkk (2003: 9) pembelajaran adalah proses

komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan


24

siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan

menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.

Senada dengan Jihad dan Haris (2009: 10) mengungkapkan

bahwa pembelajaran adalah suatu proses yang terjadi antara dua pihak

pelajar dan pengajar atau siswa dan guru yang memungkinkan akan

terjadinya suatu komunikasi.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pembelajaran adalah suatu bantuan yang diberikan oleh pendidik

kepada peserta didik agar terjadi proses intraksi yang akan

menghasilkan ilmu pengetahuan, kemahiran, kepandain, dan pemahan

konsep serta pemebntukan sikap dan kepercayaan terhadap peserta

didik.

c. Pengertian Metode Dicovery Learning

Menurut Liberna dan Yogi (2014: 69) bahwa metode discovery

learning merupakan suatu cara menyampaikan topik-tpik matematika

sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan

sendiri pola-pola melalui serentetan pengalaman-pengalaman belajar

yang lampau. Metode discovery learning juga merupakan salah satu

metode pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan cara

belajar siswa aktif yang ditandai adanya keaktifan siswa dalam

memperoleh keterampilan intelektual, sikap dan keterampilan

psikomotorik yang berorientasi pada proses menemukan sendiri.

Metode discovery learninng merupakan salah satu yang dilakukan


25

siswa dalam mengorganisasi, meneliti dan mencari, dan memecahkan

masalah sehingga siswa lebih aktif dalam proses pemeblajaran.

Sesuai dengan pendapat Good Thomas L. dan Jere E. Brophy (

Hadiningsih, 2009: 126) mengatakan bahwa yang dimaksud metode

discovery learning adalah :

“activities that encourage student to search, explore, analyze or


otherwise process input rather than merely respond to it in
theory, such opportunities not only will increase students
knowledge about the topic at hand also will help them to
develop generalized learning to learn strategies useful for
discovering knowledge in other situations”.

Maksudnya metode dicovery merupakan aktivitas yang

mendorong siswa untuk mencari, menyelidiki, meneliti atau cara lain

memproses masukan melalui teori yang didapat, kesempatan semacam

itu tidak hanya akan meningkatkan pengetahuan para siswa tentang

topik yang ada tetapi juga akan membuat siswa untuk

mengembangkan pelajaran yang dapat digunakan untuk belajar

menemukan pengetahuan di dalam situasi yang lain.

Menurut Suherman, dkk (2003: 178) salah satu metode

pembelajaran yang dapat menstimulasi siswa belajar aktif adalah

metode pembelajaran discovery. Metode pembelajaran discovery

adalah suatu metode pembelajaran yang membimbing siswa untuk

menemukan hal-hal yang baru bagi siswa berupa konsep, rumus, pola,

dan sejenisnya. Dalam penemuan ini tidak berarti hal yang

ditemukannya itu benar-benar baru sebab sudah diketahui oleh orang


26

lain. Sehingga dengan penerapan metode ini dapat merangsang siswa

untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.

metode penemuan (discovery) merupakan prosedur pengajaran

yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa menemukan sendiri

konsep dan prinsip melalui proses mentalnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Budiningsih (Cahyo, 2013: 101-102), bawah metode

penemuan (discovery) merupakan memahami konsep, arti, dan

hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepala suatu

kesimpulan.

Proses belajar menggunakan metode discovery adalah melalui

partisipasi secara aktif dengan konsep dan prinsip-prinsip agar mereka

dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan

eksperimen-eksperimen yang mengizinkan meraka untuk menemukan

prinsip-prinsip itu sendiri. Sehingga, metode penemuan seperti ini

masih dianggap terlalu murni untuk anak karena sebagian besar anak

masih membutuhkan konsep dasar untuk menemukan sesuatu. Hal-hal

baru yang diharapkan dapat ditemukan bagi siswa dapat berupa,

konsep, teorima, rumus, pola, aturan, dan sejenisnya (Erman

Suherman 2001: 179).

Dari berbagai pendapat tersebut peneliti dapat menarik

kesimpulan bahwa metode discovery learning merupakan suatu cara

aktivitas yang dilakukan untuk mendorong peserta didik untuk

menyelidiki, meneliti dan memahami konsep yang sudah dipaparkan.


27

Dengan kata lain metode pembelajaran penemuan merupakan suatu

kegiatan yang langsung melibatkan siswa dalam menemukan suatu

ide, topik dan pembahasan.

3. Motivasi Belajar

Motivasi belajar menurut Husamah, dkk,. (2018 : 22) adalah

keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan

kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar, dan

memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai suatu tujuan.

Motivasi sendiri merupakan tenaga pendorong atau penarik yang

menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan tetentu. Siswa akan

belajar sungguh-sungguh ketika di dalam diri mempunyai motivasi tinggi

dan ke inginan yang tinggi pula, atau bisa di dapat motivasi tumbuh dari

ruang lingkup sekitar, sehingga dengan banyak motivasi atau dorongan

dari pihak luar, baik keluarga, sauadara, teman dan guru, siswa lebih

kegiat dalam merumuskan, merancan, dan melaksanakan serta

mengevaluasi pelajaran yang selama ini di jalankan dalam dunia

sekolahan.

Dalam teorinya Maslow yang di tulis oleh Simamora (2009: 29)

motivasi merupakan suatu dorongan. Manusia memunculkan suatu

perilaku berdasarkan pada kebutuhan yang ada. Seseorang tidak akan

mencapai tingkat kebutuhan yang lebih tinggi sebelum tercapai kebutuhan

di bawahnya. Seseorang itu akan termotivasi dan terdorong dengan hal-hal


28

kebutuhan akan kekuasaan, kebutuhan akan afiliasi dan kebutuhan akan

prestasi atau belajar.

Menurut Simamora (2009:29) faktor- faktor yang memengaruhi

belajar ; 1) faktor internal yaitu faktor yang di dalam pserta didik itu

sendiri, maka kondisi jasmani dan rohani peserta didik harus sehat. 2)

faktor eksternal faktor yang diluar pserta didik yaitu kondisi lingkungan

disekitar pserta didik. Dan 3) faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya

belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang di gunakan

pserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi ajar. Menurut

Dayana dan Marbun (2018 : 10) motivasi belajar adalah dorongan atau

letupan yang berasal dari diri atau bantuan orang lain yang bersifat sebagai

penggerak bagi individu maupun kelompok belajar untuk mengeluarkan

yang terbaik dari dirinya yang sesuai dengan tujuan belajar yang di

harapkan.

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang dilakukan peneliti ini, juga didukung oleh beberapa

hasil penelitian sebelumnya, diantaranya adalah

1. Musa (Jurnal Media Akademika, Vol. 28, No.3, 2013) yang berjudul

“Pengaruh Metode Pembelajaran Penemuan (discovery learning)

Terhadap Hasil Belajar” (Studi Eksperimen pada SMP Negeri 10 Muaro

Jambi). menyimpulkan bahwa penelitian eksperimen yang dilakukan

peneliti terdapat pengaruh yang signifikan dari metode pembelajaran


29

penemuan (discovery) terhadap hasil belajar matematika di SMP Negeri

10 Muaro Jambi.

2. Makaraka ( Prosiding Seminar Nasional, Volume 03, Nomor 1 ISSN

2443-1109) pengaruh cara belajar dan motivasi belajar terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika ( studi eksperiemen kelas

XII SMA Negeri 1 Mappedeceng). Menyimpulkan bahwa penelitian

eksperimen yang di lakukan peneliti terdapat pengaruh yang signifikan

dari motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika di SMA Negeri 1.

3. Widianto (Skripsi UIN Jakarta, 2014) yang berjudul “ Pengaruh Metode

Penemuan (Discovery Method) dalam Pembelajaran Matematika

Terhadap Kemampuan Adaptif Siswa kelas XI IPA, eksperimen di SMA

Negeri 5 kota Tangerang Selatan, menyimpulkan bahwa kemampuan

adaptif siswa lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrok dalam

pembahasan trigonometri.

4. Adiningsih (Tesis Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009) dengan

judul “Keefektifitasan Metode Penemuan dan Metode Pemberian Tugas

Terhadap Prestasi Belajar Matematika di Tinjau dari Motivasi Belajar

Siswa” SMP negri Surakarta kelas 8, Menyimpulkan bahwa eksperimen

sangat signifikan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh keempat peneliti di

atas, peneliti akan melakukan penelitian tentang Pengaruh Metode dan

motivasi belajar terhadap Kemampuan pemecahan masalah Matematis


30

Siswa Kelas X SMA. Adapun letak perbedaan penelitian yang akan

dilakukan dengan Musa adalah terletak pada hasil belajar matematika dan

peserta didik yang akan diteliti sedangkan Makaraka kemampuan

pemecahan masalah dan metodenya. Hal senada dengan penelitian yang

kedua yang dilakukan oleh Doni Widianto, perbedaannya juga terletak

pada kemampuan adaptif siswa dan peserta didik yang akan diteliti.

Sementara penelitian yang ketiga yaitu penelitian yang dilakukan oleh

Eko Rahayu Adiningsih perbedaannya terletak Metode Pemberian tugas

dan Prestasi belajar dan peserta didik yang akan diteliti.

C. Kerangka Berpikir

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan

kemampuan pemecahan matematika yang selama ini masih sangat rendah.

Untuk dapat mengembangkan kemampuan pemacahan masaslah matematika

siswa, sering kali siswa merasa sulit. Disebabkan karena siswa kurang terlatih

untuk menyampaikan gagasan-gagasan atau pendapat dan kurangnya percaya

diri dalam memecahkan suatu masalah yang berkenaan dalam hal

pembelajaran matematika atau mendefinisikan mengenai suatu gambar atau

suatu soal cerita. Sehingga pemecahan masalah matematika masih terbilang

rendah.

Berdasarkan fakta dalam penelitian, bahwa untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa harus terlebih dahulu meningkatkan atau memiliki

kemampuan pemecahan maslah matematika. Karena hasil belajar akan lebih

baik jika kemampuan pemecahan masalah matematika baik, dan begitupun


31

sebaliknya. Sehingga dalam penelitian ini guru harus menggunakan model,

metode, teknik maupun strategi belajar beserta motivasi yang baik dan tepat

untuk dapat membuat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

yang baik. Dalam pembelajaran matematika diperlukan adanya peran aktif

siswa. Guru harus memiliki kemampuan untuk mengoptimalisasikan

kemampuan siswa.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan dan kajian teori,

kerangka berpikir pada penelitian ini sebagai berikut.

1. Pengaruh metode discovery learning terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika

Discovery learning adalah sebuah cara dalam pemebalajaran

yang menekankan pada prosese pencarian dan penemuan ide

gagasan dan memecahkan suatu persoalan yang ada. Dengan metode

seperti ini membuat peserta didik akatif dalam kegiatan belajar

mengajar. Peserta didik yang memiliki tingkat keaktifan yang tinggi

akan lebih mudah dalam mengikuti proses pembelajaran dengan

baik. Peserta didik yang memiliki tingkat keaktifan yang tinggi bisa

menjadi tol0k ukur seorang guru dalam mengukur pemahaman

peserta didik dalam menerima materi yang diberikan.

Dalam proses pembelajaran, fasilitas belajar sangat

berpengaruh dalam menunjang proses pembelajaran. Oleh karena itu

peserta didik yang mengikuti pembelajaran harus mampu memahami

materi belajar dan mengaplikasikan dalam menyelesaikan


32

permasalahan, latihan soal dan sebagainya. Dengan cara dan metode

seperti ini di harapan oleh peneliti memberikan kontribusi dan

dampak yang signifikan terhadap pemecahan masalah matematika

dengan metode discovery learning

2. Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematika.

Motivasi belajar merupakan salah faktor yang mempengaruhi

peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang mampu

memotivasi dirinya sendiri akan memiliki kesadaran akan hal

tanggung jawab dan melaksanakan tugas serta kewajiban sesuai

ketentuan. Sehingga peserta didik bisa meningkatkan motivasinya

dalam belajar demi mencapai hasil belajar yang optimal. Dengan

motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik akan lebih mudah

dalam menemukan dan memecahkan persoalan dalam pembelajaran

matematik khususnya. Dengan cara dan memotivasi peserta didik

diharapkan pemecahan masalah matematika memberikan kontribusi

yang baik dan signifikan oleh peneliti, sehingga yang di hasilakan

memberikan kontribusi untuk perkembangan dalam belajar.

3. Pengaruh intraksi metode discovery learning dan motivasi belajar

terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

Dengaan intraksi antara metode dan motivasi belajar tersebut

di harapkan memberikan suatu konribusi yang lebih baik dari hasil


33

belajar yang di harapkan, karena mampunya dalam memecahkan

suatu permasalahan dalam pelajaran matematika khususunya.

Dengan harapan peneliti dari intraksi tersebut memberikan dampak

yang signifikan antara metode dan motivasi belajar terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka hipotesis penelitian tentang

kemampuan pemecahan masalah matematika.

1. Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa metode

discovery learning berpengaruh positf terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

2. Begitupun dengan motivasi belajar juga memiliki pengaruh positif

terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Sedangkan uji hipotesis pengaruh metode dan motivasi belajar

secara bersama – sama juga menunjukkan bahwa kedua variable

tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap

kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini

menunjukkan bahwa variansi untuk kemampuan pemecahan

masalah matematika dapat dijelaskan oleh metode belajar dan

motiivasi belajar.
34

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : CV Alfabeta.

Ali, Hasniyati Gani. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Tangerang : Quantum


Teaching Ciputat Press Group.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.


Cahyo, N. Agus. 2013. Panduan Aplikasi Teori-Teori Mengajar Teraktual
dan Terpopuler. Yogyakarta : Diva Press.

Dayana, Indri dan Jualister Marbun. 2018. Motivasi Menjalani Proses


Kehidupan Untuk Kualitas Hidup Yang Lebih Baik. Jakarta :
Guepedia Publisher.

Depdiknas. 2006. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran


Matematika. Jakarta: BNSP.

Fajriyah. 2015. Penerapan Strategi Pembelajaran Metakognitif terhadap


Hasil Belajar Matematika. (Ed). Leonard. EduResearch Raise The
Standard.Vol. (1).

Hadiningsih, Eko Rahayu. 2009. Eefektifan Metode Penemuan Terbimbing


dan Metode Pemberian Tugas terhadap Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau dari Motivasi belajar siswa kelas 8 smp negeri di
kecamatan ngawi kabupaten ngawi. Surakarta : Universitas Sebelas
Maret.

Hakim, Arif Rahman. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif


terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal
Formatif 1(1):196-207.
Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Husamah,. Dkk. 2018. Belajar Dan Pembelajaran. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
Intani, N.S. dkk. 2016. Pengaruh Model PBL dan AfL Terhadap Motivasi
dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VII.
Jurnal Exacta, Vol. 5. No. 4 .
Jarwan. 2018. Pengaruh Discovery Learning Terhadap Kemampuan
Pemecahan asalah dan Komunikasi Matematika Siswa. Kelas VIII .
35

Jurnal Proximal Pendidikan Matematika. ISSN 26158132 (Cetak).


ISSN 26157667 (Online). Vol. 1. No. 2.
Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta:
Multi Pressindo.
Liberna, Hawa dan Yogi Wiratomo. 2014. Metode Pembelajaran
Matematika. Jakarta : Mitra Abadi dan Unindra Press.

Makaraka, Awaludin. 2018. Pengaruh Cara Belajar dan Motivasi Belajar


Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siwa Kelas XII SMA Negeri 1
Mappedesceng. Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1
ISSN 2443-1109.

Muninjaya, A.A. Gde. 2003. Langkah-langkah Praktis Penyusunan


Proposal dan Publik Ilmiah. Jakarta : Kedokteran EGC.

Musa. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Penemuan Terbimbing


Terhadap Hasil Belajar (Studi Eksperimen pada SMP Negeri 10
Muaro Jambi). Jurnal Media Akademika, Vol. 28, No. 3, Juli 2013.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. USA: The
National Council of Teacher Mathematics inc.

OECD. 2013. PISA 2012. Results in Focus What 15-year-olds Know and
What They Can Do with What They Know. Diakses di
http://www.oecd.org. Pada tanggal 18 Oktober 2016.

Offirstson, Topic. 2014. Aktivitas Pembelajaran Matematika Melalui


Inkuiri Berbantuan Software Cinderella. Yogyakarta : CV Budi
Utama.

Pratiwi, Yhana dan Kristanto. 2014. Upaya Meningkatkan Kemampuan


Motorik Kasar (Keseimbangan Tubuh) Anak Melalui Permainan
Tradisional Englek di Kelompok B Tunas Rimba II Tahun Ajaran
2014/2015.Diaksesdihttps://scholar.google.com/scholar?start=10&q
=jurnal+pengertian+kemampuan&hl=id&as_sdt=0,5&as_vis=1 pada
tanggal 21 Maret 2017. 10.43 wib.

Riyah dan Seruni. 2015. Peningkatan Pemahaman Peserta didik Pada


Mata Pelajaran Matematika Menggunakan Model Project Based
Learning. Jurnal Kajian Pendidikan Matematika. Vol.01. No. 01 :
76-90.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
36

Simamora, Roymond H. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan.


Jakarta : Kedokteran EGC.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta
: Rineka Cipta.
Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Suhendri. H. 2011. Pengaruh Kecerdasan Matematis- Logis dan
Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal
Formati 1(1):29-39.
Suherman, Erman. 2001. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.

Supardi. 2013. Hasil Belajar Peserta Didik Ditinjau dari Interaktif Tes
Formatif Uraian dan Kecerdasan Emosional. Jurnal Formatif, 3(2):
78-96.

. 2013 . Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta : PT


Prima ufuk.

Susanto, Herry Agus. 2015. Pemahaman Pemecahan Masalah Berdasarkan


Gaya Kognitif. Yogyakarta : CV Buti Utama.

TIMSS. 2012. TIMSS 2011 Internasional Results In Mathematics.


Chestnut Hill: TIMSS & PRILS Internasional Study Centre.

Togala, Zulrahmat. 2015. Perbandingan Pendekatan Pembelajaran


Saintifik dan Ekspositori terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa.
Jurnal Kajian Pendidikan Matematika (JKPM), 1 (1). 61-75.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek.


Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Uno, Hamzah B. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran.


Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyuddin. 2016. Pengaruh Metakognisi, Motivasi Kreativitas Belajar
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 2 SabangParu. Jurnal Daya MatematikaVol. 4. No. 1 .
Wahyudi, Iwan. 2012. Pengaruh Pembelajaran Collaborative Murder
(Mood,Understanding, Recall, Detect, Elaborate, Review) Terhadap
Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep IPS : Studi di Kelas VII
SMP Negeri 1 Pangalengan . Universitas Pendidikan Indonesia
(online) (repository.upi.edu.diakses 30 desember 2015).
37

Zainurrahman. 2013. Menulis dari Teori dan Praktik. Bandung: CV


Alfabeta.
https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-
pisa-indonesia mengalami-peningkatan.), di akses pada pukul 21:32
wib, pada tanggal 13 april 2019.

Anda mungkin juga menyukai