Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

DALAM KECAKAPAN MATEMATIS SISWA.

Karya Tulis Ilmiah


diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kenaikan kelas

oleh:
Muhammad Hilmi Adzkia
Muhammad Roisa Fajar
Satria Firmansyah
Wahyu Ramdani

SEKOLAH MENENGAH ATAS ISLAM TERPADU (SMAIT)


AS-SYIFA BOARDING SCHOOL
Tahun Pelajaran 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM POSING


DALAM KECAKAPAN MATEMATIS SISWA.
Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing,

Acep Andrian Subagja, M.Pd.

Mengetahui,

Kepala SMAIT As-Syifa Boarding School

Marhusin, S.Pd.

i
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama,kami memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT. Yang telah memberikan
kesempatan berupa waktu danpemikiran sehinnga kami bisa meneyelsaikan karya tulis ilmiah
yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Problem posing Dalam Kecakapan Matematis
Siswa”. Tak lupa,kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan berupa bimbingan, pemikiran, motivasi, dan doa-doa yang selalu menyertai
kami dalam proses pembuatan karya tulis ilmiah ini agar kami dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini. Ucapan terima kash yang sebesar-besarnya kami persembahkan kepada:

 Bapak Marhusin, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SMAIT As-Syifa Boarding School.
 Bapak Acep Adrian Subagja, M.Pd. selaku pembimbing yang telah membantu kami
dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
 Bapak Boby Suprayogi, S.Pd. selaku guru penyedia alat atau fasilitas untuk
mengerjakan karya tulis ilmiah ini.
 Para guru dan murid putra kelas XI yang telah membantu dan berkontribusi dalam
proses penyusunan karya tulisi ilmiah ini.
 Rekan-rekan peniliti yang telah menyediakan waktu dan pemikirannya demi
berlangsungnya penelitian ini.

Karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna,untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun atau menginspirasi dari pembaca. Atas kesediaan waktu dalam membaca
karya tulis ilmiah ini kami ucapkan terima kasih.

Subang, 15 November 2019

Tim Penyusun

ii
ABSTRAK
Kecakapan matematis siswa seringkali menjadi salah satu kendala dalam
pembelajaran di kelas. Hal itu menyembabkan rendahnya nilai mata pelajaran
matematika sehingga minat belajar matematikapun rendah. Matematika sering
dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan karena sulit untuk mendapatkan
nilai tinggi. Tetapi faktanya matematika dapat dipelajari dengan metode metode yang
dapat menjadikan siswa mengerti materi yang disampaikan oleh guru pengajar. Tujuan
dari penelitian ini adalah menemukan metode yang dapat mempermudah siswa dalam
mencerna materi. Penelitian ini menggunakan metode turun langsung ke lapangan dan
menerapakan metode problem posing sebagai instrumen utama dan 10 murid kelas X
As-Syifa Boarding School Jalancagak putra sebagai objek penelitian. Penelitian ini
bertempat di komplek SMA IT As – Syifa Boarding School Jalancagak putra. Hasil
dari penelitian ini adalah menemukan metode yang pas dan tepat untuk membuat siswa
paham terhadap materi yang disampaikan dan dapat meningkatkan kemampuan
matematis siswa.

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………… i

UCAPAN TERIMA KASIH ……………………………………. ii

ABSTRAK ……………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………….. iv

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………….. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ………………………………….. 1


1.2 Rumusan Masalah Penelitian ………………………………. 2
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………... 2
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………. 2
1.5 Sistematika Penulisan ……………………………………… 3
BAB 2 LANDASAN TEORI …………………………………..... 4

2.1 Pengertian Metode Pembelajaran ………………………….. 4


2.2 Pengertian Matematika …………………………………….. 4
2.3 Pengertian Kecakapan Matematis ......................................... 5
2.4 Pengertian Problem Posing ………………………………... 5

BAB 3 METOLOGI PENELITIAN ……………………………. 9

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ………………………….…... 9


3.2 Metode Penelitian ………………………………………….. 9
3.3 Metode Analisis Data …………………………………….... 9
3.4 Populasi dan Sampel ………………………………………. 9
3.5 Penelitian di Lapangan ………………………………....…... 9
iv
BAB 4 PEMBAHASAN ………………………………………... 10
4.1 Pengambilan Data ………………………………………… 10
4.2 Pembahasan ………………………………………………. 10
BAB 5 PENUTUP ………………………………………………. 12
5.1 Kesimpulan ………………………………………………... 12
5.1 Saran ………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 13
LAMPIRAN …………………………………………………….. 14

v
1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang penting dalam pendidikan dan banyak
diterapkan dalam ilmu pengetahuan. Hal tersebut dikarenakan matematika memiliki struktur dan
keterkaitan yang kuat antara satu bidang lainnya. Menurut Rising (1972) Matematika adalah pola
pikir, mengatur pola, membuktikan logika yang, matematika adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan representasi akurat dari simbol dan padat, lebih
bahasa simbol dari sebuah ide daripada kedengarannya.

Rendahnya keterampilan berfikir siswa dan hasil belajar matematika di kelas XI SMAIT As-
Syifa Boarding School Putra, dimungkinkan karena guru tidak menggunakan metode
pembelajaran yang inovatif dan dalam skenario pembelajaran di kelas belum sesuai dengan
karakteristik maupun kondisi siswa sehingga proses pembelajaran dengan menggunakan metode
yang kurang efektif memungkinkan siswa kurang kreatif dan kondusif. Adanya kecenderungan
guru terhadap metode mengajar yang konvensional yaitu mengajar dengan satu arah yaitu dengan
menjadikan siswa sebagai objeknya bukan sebagai subjeknya sehingga siswa hanya dapat
menghafal teori-teori yang diberikan guru sehingga siswa tidak dapat berfikir secara luas dan
kreatif dalam mempelajari matematika.

Bertumpu pada pernyataan tersebut untuk menigkatkan dan merangsang peran aktif siswa
dalam pembelajaran matematika baik secara individual maupun kelompok maka masalah ini harus
dicarikan penyelesaiannya agar prestasi siswa di bidang matematika meningkat dan siswa dapat
belajar dengan aktif dan kreatif. Kiranya salah satu alternatif untuk memecahkan permasalahan
ini yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran yang bermakna. Dalam metode bermakna
ini, diawali dengan guru yang menyampaikan manfaat dari hasil belajar yang akan dicapai secara
detail dan jelas,lalu siswa dibagi secara kelompok dengan kemampuan akademik yang sama rata
untuk melakukan eksperimen. Semua anggota kelompok bersama-sama mengerjakan suatu soal
mengenai pembelajaran yang menjadi tugas mereka, kemudian setiap kelompok tiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok yang berbeda di depan kelas.

Setelah selesai presentasi maka guru menyimpulkan pendapat siswa yang mempresentasikan
dan membuat peta konsep mengenai konsep yang telah ditentukan. Dalam mempresentasikan hasil
2

diskusi siswa maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa belajar engan
motivasi tinggi untuk bersaing memperoleh nilai yang tinggi dan salah satu upaya untuk membuat
siswa belajar lebih aktif. Dengan metode pembelajaran Problem posing diharapkan siswa dapat
mendapatkan pokok materi secara bersama-sama dalam kelompok atau individu. Penerapan
metode pembelajaran problem posing.

Merupakan tindakan alternatif yang kiranya dapat meningkatkan keterampilan berfikir dan
hasil belajar siswa. Oleh karena itu penulis mengambil judul ”Pengaruh Metode Pembelajaran
Problem posing Dalam Kecakapan Matematis Siswa.”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat dua rumusan yang
bisa diambil yaitu:

1.2.1 Bagaimana cara menerapkan metode pembelajaran Problem posing di SMPIT As-Syifa
Boarding School?
1.2.2 Bagaimana pengaruh metode pembelajaran Problem posing dalam kecakapan matematis
siswa?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah:
1.3.1 Menemukan cara yang tepat untuk pembelajaran matematika di SMPIT As-Syifa Boarding
School.
1.3.2 Menemukan pengaruh metode pembelajaran Problem posing dalam kecakapan matematis
siswa.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan bisa diambil dari penelitian ini yaitu:

1.4.1 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru dalam pembelajaran
matematika.
1.4.2 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi yang mudah dalam pembelaran
matematika.
3

1.4.3 Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif referensi media pembelajaran
di sekolah.
1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan karya tulis ilmiah ini sebagai berikut:

1.5.1 BAB 1 Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
1.5.2 BAB 2 Landasan Teori berisi uraian mengenai metode pembelajaran, matematika,
kecakapan matematis, dan Problem posing.
1.5.3 BAB 3 Metode Penelitian berisi uraian jenis penelitian yang digunakan pada karya tulis
ilmiah ini dan alasan kenapa memilih jenis penelitian tersebut. Pada bab ini juga
memamparkan desain penelitian yang digunakan, tempat dan sampel beserta sumber
penelitian, instrumen penelitian, prosedur penelitian, dan teknik menganalisis data.
1.5.4 BAB 4 Pembahasan berisi bahasan dari hasil temuan saat penelitian berlangsung di
lapangan baik hasil observasi maupun wawancara beserta reaksi siswa dalam mempelajari
matematika menggunakan metode pembelajaran Problem posing.
1.5.5 BAB 5 Penutup berisi uraian mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang
ditujukan kepada berbagai pihak.
4

BAB 2 LANDASAN TEORI


2.1 Pengertian Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis dan teratur yang dilakukan oleh
pendidik dalam penyampaian materi kepada muridnya. Dengan adanya cara ini maka diharapkan
proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, pendidik harus bisa
mempelajari metode pembelajaran. Menurut Nana Sudjana (2005:76) metode pembelajaran ialah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Sedangkan menurut Gerlach dan Elly (80:14) metode pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang
sistematis untuk menyampaikan informasi. Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan
dengan siswa dan dapat diartikan sebagai rencana yang sistematis untuk menyampaikan informasi
pada saat berlangsungnya pengajaran.

2.2 Pengertian Matematika


Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” yang berarti
mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata Sansekerta, mudna atau
widya yang artinya kepandaian, ketahuan atau inteligensia.
Subarinah (2006 : 1) memandang istilah matematika sebagai berikut : Matematika merupakan
pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian logik, pengetahuan struktur yang terorganisasi
memuat sifat-sifat, teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan,
aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya.

Dari definisi matematika yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan ilmu logik, pola berfikir manusia yang pasti kebenarannya untuk
membantu dalam memahami dan menguasai permasalahan yang ada. Sehingga siswa diharapkan
mampu untuk mengaplikasikan apa yang telah diajarkan ke dalam kehidupan sehari-hari.
5

2.3 Pengertian Kecakapan Matematis


Menurut Kilpatrick (2001) seperti yang dikutip Adi Asmara (2013) kecakapan matematis
memiliki komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan, yaitu: (1) pemahaman konseptual
(conceptual understanding); (2) kelancaran prosedural (procedural fluency); (3) kompetensi
strategis (strategic competence); (4) penalaran adaptif (adaptive reasoning); dan (5) disposisi
produktif (productive disposition). Kelima komponen (strands) kecakapan matematis ini bukan
sesuatu yang terpisah-pisah, melainkan saling jalin-menjalin menjadi satu kecakapan yang
mewakili aspek-aspek yang berbeda dalam sesuatu yang kompleks (Adi Asmara, 2013).

2.4 Pengertian Problem Posing

Model pembelajaran Problem posing mempunyai beberapa arti, yaitu pertama perumusan soal
dengan bahasa yang baku/standar atau perumusan kembali soal yang ada dengan beberapa
perubahan agar sederhana dan dapat dikuasai, kedua, perumusan soal yang berkaitan dengan
syarat-syarat pada soal yang dipecahkan dalam rangka mencari alternatif pemecahan atau alternatif
soal yang masih relevan, dan ketiga, perumusan soal dari suatu situasi yang tersedia baik yang
dilakukan sebelum, ketika, atau setelah mengerjakan soal. (Suryanto). Pembelajaran Problem
posing adalah pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk membentuk/mengajukan soal
berdasarkan informasi atau situasi yang diberikan. Informasi yang ada diolah dalam pikiran dan
setelah dipahami maka peserta didik akan bisa mengajukan pertanyaan. Dengan adanya tugas
pengajuan soal (Problem posing) akan menyebabkan terbentuknya pemahaman konsep yang lebih
mantap pada diri siswa terhadap materi yang telah diberikan (Huda 2012:276)

2.4.1 Jenis – Jenis Problem posing

Berdasarkan situasi/informasi, pembelajaran Problem posing diklasifikasikan menjadi tiga jenis,


yaitu (Zulkifli, 2003:22):

Problem posing bebas. Pada situasi Problem posing bebas, siswa tidak diberikan informasi yang
harus dipatuhi, tetapi siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk membentuk masalah
sesuai dengan apa yang dikehendaki.
1. Siswa dapat menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan dalam
pembentukan masalah.
6

2. Problem posing semiterstruktur. Pada situasi Problem posing semiterstruktur, siswa


diberi situasi atau informasi yang terbuka. Kemudian siswa diminta untuk mencari atau
menyelidiki situasi atau informasi tersebut dengan cara menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya. Selain itu, siswa harus mengaitkan informasi itu dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip matematika yang diketahuinya untuk membuat masalah.
3. Problem posing terstruktur. Pada situasi Problem posing terstruktur, informasi atau
situasinya berupa masalah atau selesaian dari suatu masalah.

2.4.2 Langkah-langkah Pembelajaran Problem posing

Pembelajaran pengajuan masalah (Problem posing) dapat dilakukan dengan langkah-langkah


sebagai berikut (Suryosubroto, 2009:212):

a. Tahap Awal (perencanaan)

Pada tahap awal atau perencanaan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Penyusunan rancangan kegiatan dan bahan pembelajaran.

2. Guru mengorganisasi bahan pembelajaran dan mempersiapkannya.

3. Guru menyusun rencana pembelajaran.

b. Tahap Inti (tindakan)

Pada tahap inti atau tindakan, dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa dengan
harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti dengan baik proses
pembelajaran baik dari segi frekuensi maupun intensitas. Penjelasan meliputi bahan yang
akan diberikan kegiatan sampai dengan prosedur penilaian yang mengacu pada
ketercapaian prestasi belajar baik dari ranah kognitif maupun afektif.
7

2. Guru melakukan tes awal yang hasilnya akan menjadi dasar pengajar dalam membagi
peserta didik ke dalam sejumlah kelompok. Apabila jumlah siswa dalam satu kelas
adalah 30 orang. Agar kegiatan dalam kelompok berjalan dengan proporsional maka
setiap kelompok terdiri atas 5 orang sehingga ada 6 kelompok. Fungsi pembagian
kelompok supaya setiap kelompok terdiri atas siswa yang memiliki kecerdasan yang
heterogen.

3. Pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa buku
yang berbeda dengan sengaja dibedakan antarkelompok.

4. Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume


yang telah dibuatnya dalam lembar Problem posing I yang telah disiapkan.

5. Kesemua tugas membentuk pertanyaan dikumpulkan kemudian dilimpahkan pada


kelompok yang lainnya. Misalnya tugas membentuk pertanyaan kelompok 1 diserahkan
kepada kelompok 2 untuk dijawab dan dikritisi, tugas kelompok 2 diserahkan kepada
kelompok 3, dan seterusnya hingga kelompok 6 kepada kelompok 1.

6. Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal untuk menjawab pertanyaan
yang mereka terima dari kelompok lain disertai dengan tugas resume yang telah dibuat
kelompok lain tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembar Problem
posing II.

7. Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar Problem posing I dikembalikan pada
kelompok asal untuk kemudian diserahkan pada guru dan jawaban yang terdapat pada
lembar Problem posing II diserahkan kepada guru.

8. Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah


dibuatnya pada kelompok lain. Diharapkan adanya diskusi menarik di antara kelompok-
kelompok baik secara eksternal maupun internal menyangkut pertanyaan yang telah
dibuatnya dan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan
bersangkutan.
8

c. Tahap Akhir/Penutup (observasi)

Kegiatan observasi sebetulnya dilakukan bersamaan dan setelah rangkaian tindakan yang
diharapkan pada siswa. Observasi yang dilakukan bersamaan dengan tindakan adalah
pengalaman terhadap aktivitas dan produk dalam kelompoknya masing-masing dan terhadap
kelompok lainnya. Produk yang dimaksudkan disini adalah sejauh mana kemampuannya dalam
membentuk pertanyaan. Apakah pertanyaan ataupun aktivitas lebih mengarah pada aspek afektif.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Problem posing adalah salah satu metode
pembelajran yang dimana para muridnya mengajukan soal atau pertanyaan dari materi yang sudah
ia pahami sehingga dapat menyebabkan terbentuknya pemahaman konsep yang lebih mantap pada
diri siswa terhadap materi yang telah diberikan.
9

BAB 3 METOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMAIT As –Syifa Boarding School, Jalancagak, Subang. Sedangkan
penelitian ini dilakukan pada tanggal 2 dan 3 November 2019.
3.2 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini kami langsung mengajarkan kepada 10 murid SMA IT As Syifa Boarding
School kelas 10 putra karena pemahaman yang belum terlalu luas terhadap materi yang
disampaikan dan juga menambah keefektifitasan siswa dalam mencerna materi dan metode yang
disampaikan sehingga metode dapat berfungsi secara maksimal.
3.3 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini kami menganalisis data dengan cara membandingkan data yang sudah
kami dapatkan dari hasil pembelajaran metode problem posing dan metode biasa untuk
mendapatkan pengaruh dari masing-masing metode.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah murid SMAIT Boarding School Subang Jalancagak putra
kelas 10 sedangkan sampelnya adalah 10 orang murid kelas 10 putra.
3.5 Penelitian Di Lapangan
Peneliti telah datang ke kelas yang sudah di sepakati bersama dan mengajar sesuai dengan
metode problem posing dan metode biasa sehingga kami bisa membandingkan mana metode
yang lebih mempengaruhi kecakapan matematis siswa.
10

BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengambilan Data
4.1.1 Hasil Observasi
Observasi dilakukan di kawasan SMAIT As-Syifa Boarding School

Pada hari sabtu-minggu tanggal 2 november 2019 dan 3 november 2019. Dipilih 10 orang siswa
kelas 10. Berikut hasil observasi kami :

APAKAH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM POSING


MEMBUAT PELAJARAN BAB PERKALIAN MATRIX
MENJADI LEBIH DIMENGERTI?
METODE POSING
NO NAMA NILAI
1 Humala Ghadi K 100
2 Haidar I. M 80
3 Raihan Helmi Suryana 80
4 Miftah 80
5 M. Faturraihan 80
RATA-RATA 84

METODE BIASA
NO NAMA NILAI
1 M Hilmy Karim 80
2 Ahsanul Iman 80
3 M Raji Albirri 60
4 Rizki Putra 0
5 Khalifa 0
RATA-RATA 44
GAMBAR 4.1 Tabel hasil angket atau kuisioner
11

4.2 Pembahasan

Sebagaimana yang dicantumkan pada bab karya tulis ilmiah ini, Adapun kajian mengenai
metode pembelajaran problem posing pada bidang studi matematika diuraikan sebagai berikut :

Dalam penelitian ini kami mengambil data dengan mengajarkan materi kelas 11 semester 1
yaitu perkalian matrix, kami mengumpulkan 5 murid pada tanggal 2 November 2019 di kelas 10
IPA 2 untuk kami ajarkan perkalian matrix dengan menggunakan metode posing dan kami berikan
soal yang sudah kami buat untuk mendapatkan nilai. Kemudian pada tanggal 3 November 2019
kami mengajarkan 5 murid yang berbeda di tempat yang sama dengan menggunakan metode biasa
dan memberikan soal yang sama kepada murid percobaan sehingga kami mendapatkan data diatas.

Berdasarkan uraian diatas, metode pembelajaran problem posing sangat membuat para siswa lebih
mengerti dalam mempelajari matematika. Oleh kaarena itu, metode ini dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran matematika ataupun pembelajaran lainnya. Dengan diterapkannya metode
pembelajaran problem posing kepada para siswa, diharapkan matematika dapat menjadi pelajaran
yang diminati dan disukai oleh para siswa.
12

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan membandingkan nilai dari hasil pengajaran biasa dengan
hasil pengajaran dengan metode problem posing yang kita dapatkan dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran dengan metode problem posing mempengaruhi kecakapan matematis siswa.

5.2 Saran
Sebaiknya metode problem posing ini diterapkan pada siswa yang dapat mempelajari sebuah
materi dengan mandiri karena metode problem posing ini membutuhkan kemandirian dalam
memahami materi sehingga metode problem posing ini dapat berdampak maksimal dan tidak
terlalu menyulitkan siswa.
13

DAFTAR PUSTAKA

Sumber internet:
herdy07.wordpress.com
www.kajianpustaka.com
14

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai