BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
1 .KONSEP PEMBELAJARAN YANG IDEAL SESUAI FOKUS
JUDUL……………………………………………………………………………………
…………………………………………(Paragraf 1)
Dalam proses pembelajaran, tidak jarang rutinitas yang
dilakukan guru seperti masuk kelas, mengabsen siswa,
menagih pekerjaan rumah, atau memberikan pertanyaan –
pertanyaan membuat siswa jenuh dan bosan. Karena itu, guru
harus bisa merangsang munculnya perhatian anak. Untuk
membangkitkan perhatian anak, guru dapat melakukan teknik
Interaksi belajar mengajar dapat divariasikan dengan metode
dan strategi, pola interaksi dapat divariasikan Demonstrasi
diskusi kelompok , guru Sebagai fasilitator.
…………………………………………………………………………………
…Paragraf 2
………………………………………………………………………….
INI PARAGRAF 4
PARAGRAF 1
Pemberian materi ajar, hingga mendesain serta menggunakan
metode pembelajaran yang tepat menjadi salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh guru .Di samping itu, untuk
melaksanakan sebuah kegiatan pembelajaran membangkitkan
semangat ,penuh perhatian, buatlah siswa merasa nyaman
menyenangkan, bebas dari rasa takut dan cemas. Setelah itu
Guru menetapkan satu materi IPA atau pertanyaan terkait
dengan materi yang telah atau sedang dipelajari. Setiap siswa
diminta memikirkan jawabannya masing-masing kemudian
mencari pasangan untuk mendiskusikannya
Paragraf 2
Paragraf 3
PARAGRAF 4
Penelitian ini ditunjang oleh hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya oleh Nuryasana (2019) dengan judul
Keefektifan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan
Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V Sekolah Dasar di SD dan hasil penelitian oleh
Imam.S dkk (2014) ““Penggunaan Model Think-Pair-Share
dalam Pembelajaran PKn di Kelas V Sekolah Dasar Negeri
Tanjungsari Tahun Pelajaran 2013/2014” keduanya
menunjukan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dapat meningkatkan hasil belajar dan efektif .Penelitian ini
difokuskan di kelas V SD dengan menerapkan model TPS
dengan maksud untuk memperbaiki pembelajaran
IPA,dalam kelompok ,berdiskusi atas jawababan masing
masing, dengan difasilitasi guru .
Paragraf 5
CONTOH KE 3
A. Latar Belakang
PARAGRAF 1
Dalam kehidupan sehari-hari, siswa selalu
menemukan berbagai permasalahan maupun obyek nyata
yang berkaitan dengan matematika. Masalah-masalah
nyata dari kehidupan sehari-hari digunakan sebagai titik
awal pembelajaran matematika untuk menunjukkan
bahwa matematika sebenarnya dekat dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Benda-benda nyata yang akrab dengan
kehidupan keseharian siswa dijadikan sebagai alat peraga
dalam pembelajaran matematika.. Peran guru hanya
sebagai pengarah dan pembimbing, karena lebih
menuntut siswa untuk aktif dan berusaha sendiri mencari
informasi, mengamati fakta dan menemukan
pengetahuan-pengetahuan baru di lapangan.
PARAGRAF 2
Menurut Wirama dkk (2014: 2) pendekatan
matematika realistik siswa menemukan kembali ide dan
konsep matematika melalui eksplorasi masalah-masalah
nyata. Mengaitkan pangalaman hidup nyata anak dengan
ide-ide matematika agar pembelajaran bermakna.
Selanjutnya Susanto (Fitrah, 2016: 92) Pendekatan
Matematika Realistik merupakan salah satu pendekatan
yang menyatakan bahwa matematika adalah aktivitas
manusia dan matematika harus dihubungkan secara
nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari siswa ke
pengalaman belajar yang berorientasi pada hal-hal yang
real (nyata).
PARAGRAF 3
Temuan peneliti dalam studi dokumentasi hasil
ulangan harian materi bangun ruang dari 17 siswa,
hanya 1 siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) dengan batas 70, sedangkan 16 siswa lainnya
belum mencapai KKM. Selanjutnya dalam pengamatan
proses pembelajaran, pada saat itu guru menyajikan
metode ceramah dengan penjelasan lisan dikombinasi
dengan Latihan soal dari buku teks ,dan pemberian tugas
terkadang sering sukar ditangkap maksudnya, kemudian
kurang optimal menggunakan alat peraga untuk
membantu memusatkan perhatian siswa, menumbuhkan
semangat dan lebih diarahkan untuk mengikuti pikiran
guru. Kemudian Aktivitas siswa terlihat bosan
mengerjakan materi tugas yang tidak dikuasai Siswa
menjadi takut dan lebih banyak menerima dari guru
ketimbang aktif mencari INI PENELITI
MENGIDENTIFIKASI MASALAH
Dari berbagai indentifikasi masalah tersebut Siswa hanya
diajarkan konsep tanpa menyajikan permasalahan nyata yang
berkaitan dengan kehidupan nyata siswa, Pembelajaran yang
mendekatkan siswa dengan kehidupan nyata akan
memberikan pengalaman langsung, sehingga pembelajaran
akan lebih bemakna dan bermanfaat bagi siswa. Apabila guru
mengaitkan kehidupan nyata siswa dengan materi
pembelajaran melalui berbagai alat peraga disekitar
sekolah.sehingga memudahkan siswa dalam memahami
konsep pembelajaran matematika. INI ANALISIS
PENELITI
PARAGRAF 4
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang relevan. Dilakukan
oleh Martini (2015) “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika
Materi Bangun Ruang (Balok dan Kubus) Melalui Pendekatan
Pendidikan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas IV MI
Mahad Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2014/2015”
dan Penelitian berikutnya dilakukan oleh Nurainingtias (2018)
“Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Materi
Bangun Ruang Sederhana Melalui pendidikan Matematika
Realistik (PMR) Pada Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Solo”
Keduanya menyimpulan bahwa Pembelajaran menggunakan
pendekatan pendidikan matematika realistik ini dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
PARAGRAF 5
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti memilih judul
penelitian perbaikan pembelajaran “Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Materi Bangun Ruang melalui pendekatan
Matematika Realistik (PMR) pada Siswa Kelas IV di SD Negeri
008 Balikpapan Timur Tahun Ajaran 2020/2021”.
LATAR BELAKANG
Peningkatan Hasil Pembelajaran IPA Materi Gerak Benda
Melalui Metode Eksperimen di Kelas III SDN 008
Balikpapan Barat tahun pembelajaran 2020/2021
PARAGRAF 1
Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) mengajarkan
tentang fenomena alam baik fisika maupun biologi. Di tingkat
SD/MI, memberikan pengetahuan kepada siswa tentang
konsep-konsep dasar yang disampaikan secara konkret
Penggunaan bahan ajar dalam bentuk benda benda konkret
,memerlukan ketrampilan pendidik dalam mengelola kelas
.karena bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan
kadangkala mahal Metode ini menuntut ketelitian, keuletan
Pendidilk , tetapi siswa (peserta didik) diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu
proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.
PARAGRAF 2
Berkaitan hal tersebut ,Ratna (2019 )menjelaskan “Metode
Eksperimen adalah Suatu cara mengajar, dimana siswa
melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal ,mengamati
prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian
hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh
guru”. Demikian juga Mayangsari dewi, dkk (2014)
“Implementasi pembelajaran eksperimen selalu menuntut
penggunaan alat bantu , dalam prosesnya selalu
mengutamakan aktivitas siswa sehingga peran guru cenderung
lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator.
PARAGRAF 3
Dalam studi dokumentasi tentang pemahaman ruang lingkup
materi gerak benda hasilnya dari 35 siswa yang memenuhi
jumlah KKM ada 11 siswa sedangkan 24 siswa masih belum
mencapai KKM dengan batas 70 Selanjutnya dalam
pengamatan proses pembelajaran guru belum mengaitkan
antara materi yang diajarkan-nya dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan kehidupan mereka
sehari-hari ,Kecenderunngan guru mengutamakan ceramah
secara lisan dan tugas tugas wajib dalam buku teksI IPA.
belum optimal menggunakan alat-alat peraga sekitar sekolah
Sebagai praktek.
PARAGRAF 4
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang relevan,dilakukan
oleh Nurhalizha (2017) peningkatan hasil belajar ipa dengan
menggunakan metode eksperimen pada siswa kelas V MIN 4
Aceh Besar dan Mamuroh (2014 ) judul penerapan metode
eksperimen untuk meningkatkan prestasi belajar ipa siswa
kelas V MI Muhammadiyah 3 Kediri