Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH DINAMIKA KELOMPOK

OLEH :

Nadia Putri Ihsani (186110754)

Dosen Pembimbing :

Drs. Maswardi, M.Kes

PRODI S1 TERAPAN PROMOSI KESEHATAN

JURUSAN PROMOSI KESEHATAN

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, saya ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang

telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua,

sehingga saya Nadia Putri Ihsani mata kuliah Dinamika Kelompok ini dapat

menyelesaikan makalah dengan tepat waktu.

Adapun makalah Pemecahan Masalah ini merupakan salah satu tugas

bidang studi yang diampu oleh Bapak Drs. Maswardi, M.Kes, Namun tidak

lepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan

baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu

dengan lapang dada dan tangan terbuka saya membuka selebar-lebarnya

bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada saya sehingga

saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat

diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi

terhadap pembaca.

Padang, April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................i

Daftar Isi......................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3

A. Pengertian Pemecahan Masalah.........................................................3

B. Strategi Pemecahan Masalah..............................................................8

C. Jenis Pemecahan Masalah..................................................................9

D. Keterbatasan Daya Ingat.....................................................................10

E. Tahapan - Tahapan Pemecahan Masalah............................................11

F. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah..............................................12

G. Faktor - Faktor Manusia yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah. 12

H. Tipe - Tipe Masalah dsn Pemecahannya.............................................13

I. Penyelesaian Masalah...........................................................................15

BAB III PENUTUP.........................................................................................17

A. Kesimpulan...........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemecahan masalah dapat dipandang dari dua sudut pandang yang

berbeda,yaitu sebagai pendekatan pembelajaran dan sebagai tujuan

pembelajaran. Sebagai pendekatan pembelajaran artinya pemecahan

masalah digunakan untuk mempelajari dan memahami materi. Sebagai

tujuanpembelajaran, bermakna bahwa pemecahan masalah sebagai

suatu kemampuan yang akan dicapai siswa, yakni siswa diharapkan

mampu memahami masalah, merencanakan strategi dan prosedur

pemecahan masalah, melakukan prosedur pemecahan masalah, serta

memeriksa kebenaran jawaban dan hasil yang diperoleh.Sejalan

dengan pemecahan masalah sebagai tujuan pembelajaran, pemecahan

masalah dapat dianggap sebagai metode pembelajaran dimana siswa

berlatih memecahkan persoalan. Persoalan tersebut dapat datang dari

guru atau persoalan sehari-hari yang dijumpai siswa. Pentingnya

diajarkan pemecahan masalah dalampembelajaran matematika

terutama dalammenyelesaikan soal-soal matematika, diharapkan

dapatmengacu fungsi otak siswa, mengembangkan daya pikir secara

kreatif serta untuk mengenali masalah dan mencari alternatif

pemecahannya. Namun pada kenyataanya kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal matematika yang berbentuk pemecahan masalah

masih relatif rendah, baik di jenjang pendidikan dasar maupun

menengah. Terlihat saat peneliti membimbing belajar dan wawancara

dari seorang guru matematika, yang mana diperoleh masalah yaitu

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.Kesulitan siswa

dalam menyelesaikan soal cerita terlihat ketika siswa sulit membawa

konsep soal cerita kedalam model matematika. Membaca atau

mendengarkan penjelasan guru tidak akan berpengaruh besar untuk

menolong dan memberi pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal

1
cerita.

Maka disinilah kemampuan pemecahan masalah siswa sangat

diperlukan,dikarenakan dalam menyelesaikan soal cerita siswa harus

mengetahuicara–cara dan langkah–langkah apa saja yang harus

dilakukan untuk menyelesaikan masalah pada soal cerita

tersebut.Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal ceritarelevan

dengan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Herdwi

Febriandari yang menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita himpunan di SMP 2 Ponorogo rendah, sesuai

dengan observasi pada penelitian sebelumnya bahwa “Siswa sudah

menuliskan apa yang diketahui dari soal namun kurang memahami

yang ditanyakan” (Febriandari, 2017: 2). Melihat fakta yang terjadi di

lapangan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

analisis kesalahan siswa untuk mengetahui kesalahan dan faktor

penyebab kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pemecahan Masalah ?

2. Apa yang dimaksud Strategi Pemecahan Masalah ?

3. Apa saja Jenis Pemecahan Masalah ?

4. Apa yang dimaksud dengan Keterbatasan Daya Ingat ?

5. Apa saja Tahapan - Tahapan Pemecahan Masalah ?

6. Apa saja Langkah - Langkah Pemecahan Masalah ?

7. Apa saja Faktor - Faktor Manusia yang mempengaruhi Pemecahan

Masalah ?

8. Apa saja Tipe - Tipe Masalah dan Pemecahannya ?

9. Apa saja Penyelesaian dari Masalah ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu

dilaksanakan agar memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah

masalah yang mungkin tidak didapat dengan segera (Saad & Ghani,

2008:120). Pendapat lainnya menyatakan bahwa pemecahan masalah

sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan (Polya,

1973:3). Menurut Goldstein dan Levin, pemecahan masalah telah

didefinisikan sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan

modulasi dan kontrol lebih dari keterampilan rutin atau dasar (Rosdiana

& Misu, 2013:2).

Beberapa pengertian pemecahan masalah dapat disimpulkan

sebagai berikut (Syaiful, 2012: 37):

a) Kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum

pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya

matematika. 

b) Pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi

merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum

matematika. 

c) Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam

belajar matematika. Pada saat memecahkan masalah

matematika, siswa dihadapkan dengan beberapa tantangan

seperti kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan

karena masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang

pernah dihadapi siswa sebelumnya.

3
Tahapan Pemecahan Masalah 

Ada empat tahap pemecahan masalah yaitu; (1) memahami

masalah, (2) merencanakan pemecahan, (3) melaksanakan rencana, (4)

memeriksa kembali (Polya, 1973:5). Diagram pemecahan masalah Polya

dapat dilihat pada Gambar berikut.

Diagram Pemecahan Masalah Polya

 Dari diagram tahapan pemecaham masalah diatas, dapat dirincikan

sebagai berikut (Polya, 1973:5-17):

1) Memahami masalah (understand the problem) 

Tahap pertama pada penyelesaian masalah adalah

memahami soal. Siswa perlu mengidentifikasi apa yang

diketahui, apa saja yang ada, jumlah, hubungan dan nilai-nilai

yang terkait serta apa yang sedang mereka cari. Beberapa

saran yang  dapat membantu siswa dalam memahami masalah

yang kompleks: (1) memberikan pertanyaan mengenai apa yang

diketahui dan dicari, (2) menjelaskan masalah sesuai dengan

kalimat sendiri, (3) menghubungkannya dengan masalah lain

yang serupa, (4) fokus pada bagian yang penting dari masalah

4
tersebut, (5) mengembangkan model, dan (6) menggambar

diagram.

2) Membuat rencana (devise a plan) 

Siswa perlu mengidentifikasi operasi yang terlibat serta

strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang

diberikan. Hal ini bisa dilakukan siswa dengan cara seperti: (1)

menebak, (2) mengembangkan sebuah model, (3) mensketsa

diagram, (4) menyederhanakan masalah, (5) mengidentifikasi

pola, (6) membuat tabel, (7) eksperimen dan simulasi, (8)

bekerja terbalik, (9) menguji semua kemungkinan, (10)

mengidentifikasi sub-tujuan, (11) membuat analogi, dan (12)

mengurutkan data/informasi.

3) Melaksanakan rencana (carry out the plan) 

Apa yang diterapkan jelaslah tergantung pada apa yang

telah direncanakan sebelumnya dan juga termasuk hal-hal

berikut: (1) mengartikan informasi yang diberikan ke dalam

bentuk matematika; dan (2) melaksanakan strategi selama

proses dan perhitungan yang berlangsung. Secara umum pada

tahap ini siswa perlu mempertahankan rencana yang sudah

dipilih. Jika semisal rencana tersebut tidak bisa terlaksana,

maka siswa dapat memilih cara atau rencana lain.

4) Melihat kembali (looking back)

Aspek-aspek berikut perlu diperhatikan ketika mengecek

kembali langkah-langkah yang sebelumnya terlibat dalam

menyelesaikan masalah, yaitu: (1) mengecek kembali semua

informasi yang penting yang telah teridentifikasi; (2) mengecek

semua perhitungan yang sudah terlibat; (3) mempertimbangkan

apakah solusinya logis; (4) melihat alternatif penyelesaian yang

5
lain; dan (5) membaca pertanyaan kembali dan bertanya kepada

diri sendiri apakah pertanyaannya sudah benar-benar terjawab.

Sementara itu, menurut Krulik dan Rudnick (Carson, 2007: 21 -22),

ada lima tahap yang dapat dilakukan dalam memecahkan masalah

yaitu sebagai berikut:

1. Membaca (read). Aktifitas yang dilakukan siswa pada

tahap ini adalah mencatat kata kunci, bertanya kepada siswa

lain apa yang sedang ditanyakan pada masalah, atau

menyatakan kembali masalah ke dalam bahasa yang lebih

mudah dipahami. 

2. Mengeksplorasi (explore). Proses ini meliputi pencarian

pola untuk menentukan konsep atau prinsip dari masalah. Pada

tahap ini siswa mengidentifikasi masalah yang diberikan,

menyajikan masalah ke dalam cara yang mudah dipahami.

Pertanyaan yang digunakan pada tahap ini adalah, “seperti apa

masalah tersebut”?. Pada tahap ini biasanya dilakukan kegiatan

menggambar atau membuat tabel. 

3. Memilih suatu strategi (select a strategy). Pada tahap

ini, siswa menarik kesimpulan atau membuat hipotesis

mengenai bagaimana cara menyelesaikan masalah yang ditemui

berdasarkan apa yang sudah diperoleh pada dua tahap pertama.

4. Menyelesaikan masalah (solve the problem). Pada tahap

ini semua keterampilan matematika seperti menghitung

dilakukan untuk menemukan suatu jawaban. 

5. Meninjau kembali dan mendiskusikan (review and

extend). Pada tahap ini, siswa mengecek kembali jawabannya

dan melihat variasi daro cara memecahkan masalah. 

Sedangkan Dewey (Carson 2008: 39) menyatakan tingkat

pemecahan masalah adalah sebagai berikut:

6
a. Menghadapi masalah (confront problem), yaitu merasakan suatu

kesulitan. Proses ini bisa meliputi menyadari hal yang belum diketahui, dan

frustasi pada ketidakjelasan situasi. 

b. Pendefinisian masalah (define problem), yaitu mengklarifikasi

karakteristik-karakteristik situasi. Tahap ini meliputi kegiatan

mengkhususkan apa yang diketahui dan yang tidak diketahui, menemukan

tujuan-tujuan, dan mengidentifikasi kondisi-kondisi yang standar dan

ekstrim. 

c. Penemuan solusi (inventory several solution), yaitu mencari

solusi. Tahap ini bisa meliputi kegiatan memperhatikan pola-pola,

mengidentifikasi langkah-langkah dalam perencanaan, dan memilih atau

menemukan algoritma. 

d. Konsekuensi dugaan solusi (conjecture consequence of

solution), yaitu melakukan rencana atas dugaan solusi. Seperti

menggunakan algoritma yang ada, mengumpulkan data tambahan,

melakukan analisis kebutuhan, merumuskan kembali masalah,

mencobakan untuk situasi-situasi yang serupa, dan mendapatkan hasil

(jawaban).

e. Menguji konsekuensi (test concequnces), yaitu menguji apakah

definisi masalah cocok dengan situasinya. Tahap ini bisa meliputi kegiatan

mengevaluasi apakah hipotesis-hipotesisnya sesuai?, apakah data yang

digunakan tepat?, apakah analisis yang digunakan tepat?, apakah analisis

sesuai dengan tipe data yang ada?, apakah hasilnya masuk akal?, dan

apakah rencana yang digunakan dapat diaplikasikan di soal yang lain?. 

B. Strategi Pemecahan Masalah

Strategi pemecahan masalah (Problem Solving) merupakan suatu

strategi pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan

yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang

membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata.

7
Sedangkan menurut Purwanto, Strategi Pemecahan Masalah adalah

suatu proses dengan menggunakan strategi, cara, atau teknik tertentu

untuk menghadapi situasi baru, agar keadaan tersebut dapat dilalui

sesuai dengan keinginan yang telah ditetapkan. Jadi Problem Solving

merupakan suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan atau

melatih siswa untuk dapat menghadapi masalah dan memecahkannya.

Menurut Dewey belajar memecahkan masalah adalah interaksi

antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah

belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa

berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi

menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi

dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan

baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan

menjadikan kepadanya bahan dan materi guna memperoleh pengertian

serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya. Menurut Pepkin

strategi pembelajaran Problem Solving adalah suatu strategi

pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan

keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan

keterampilan memecahkan masalah atau memilih dan mengembangkan

tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir,

keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir.

Menurut Skeel Problem Solving adalah suatu proses di mana individu

mengidentifikasi suatu situasi bermasalah, memformulasikan ekspansi

tentatif atau hipotesis, memverifikasi hipotesis tentatif tersebut dengan

mengumpulkan dan mengevaluasi data, dan menyatakan kembali

hipotesis hingga menjadi suatu generalisasi.

C. Jenis Pemecahan Masalah

Ada beberapa jenis metode yang dapat digunakan dalam pemecahan

masalah yaitu ;

1. Metode kompetisi (competition)

8
Metode kompetisi adalah pemecahan masalah dengan

menggunakan teknik persaingan. Metode ini menyajikan suatu

arena persaingan menang-kalah kepada pihak-pihak yang

bertentangan.

2. Metode menghindari (avoidance)

Metode menghindari adalah pemecahan masalah dengan cara

salah satu pihak yang berselisih menarik diri atau menghindari

konflik. Dalam metode ini biasanya pihak-pihak yang bertentangan

mengambiil keputusan untuk berpisah atau menghindar secara

fisik.

3. Metode kompromi (compromise)

Metode kompromi adalah pemecahan masalah dengan cara

melakukan perundingan damai. Metode ini tidak diarahkan untuk

menentukan siapa yang menang atau yang kalah,tetapi untuk

mencari akar permasalahan, sehingga dicapai suatu kesepakatan

damai. Metode ini dapat memperkecil permusuhan yang terpendam.

4. Metode kolaborasi (collaboration)

Metode kolaborasi adalah pemecahan masalah dengan cara

memberikan keuntungan yang sama kepada pihak-pihak yang

berselisih.

5. Metode pengurangan konflik,

Selain ke lima metode tersebut,masih ada alternatif pemecahan

masalah yang dapat digunakan, yaitu metode pengurangan konflik.

Ada dua cara yang dapat digunakan utuk mengurangi konflik, yaitu:

1. Mengganti tujuan yang menimbulkan konflik dengan tujuan yang

dapat diterima oleh kedua pihak yang berselisih;

9
2. Mempersatukan dua belah pihak yang bertentangan dengan

menimbulkan ancaman atau musuh dari luar.

D. Keterbatasan Daya Ingat

Satu kelebihan manusia dibanding makluk hidup lainnya adalah

akal budinya. Kemampuan manusia memang melebihi segala makluk

ciptaan lainnya. Dalam banyak hal bisa sama dengan tumbuhan dan

apalagi hewan, namun ia tetap unggul berkat akal budinya. Ia dapat

mengingat masa lalu, menanggapi apa saja yang dialami pada masa

kini, juga sanggup membayangkan masa depannya. Belum ada sekolah

tumbuhan yang dikelola tumbuhan sendiri; tidak ada latihan

ketrampilan secara formal yang diselenggarakan sekelompok binatang

bagi sesamanya selain sekedar meniru binatang yang lebih berusia.

Sangatlah berbeda dengan makluk manusia yang mampu

menyelenggarakan pendidikan formal bagi yang berusia lebih muda. 

Dick Hartoko, SJ, mengungkapkan, "Pendidikan adalah

pemanusiaan manusia muda" yang mendampingi manusia yang lain

lebih manusiawi. Akal budinya yang tidak dimiliki makluk lainnya terus-

menerus diberdayakan agar lebih mampu menjadi manusia pemikir,

manusia perasa dan manusia pembuat. Ketiga kemampuan dasar inilah

yang senantiasa diasah dalam dunia pendidikan formal baik di tingkat

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Bahkan

sejak pendidikan usia dini di taman bermain, anak-anak dipacuh untuk

mengolah akal budi, rasa dan kehendak, serta ketrampilan diri demi

pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri. Secara kognitif,

pendidikan formal di sekolah-sekolah berhubungan langsung dengan

daya ingat. Akal budi membuat makluk manusia mengetahui banyak

hal, namun perlu diingatkan lagi dengan pembeberan dan penjelasan

ilmu-ilmu yang telah dikemas pendahulu dalam bidang kajian seperti

ilmu alam, Ilmu sosial dan ilmu bahasa. Hati nurani yang dimiliki umat

manusia. Tetapi tentunya interaksi dengan sesama insan lainnya

10
membuatnya semakin sadar bahwa ada "dia/mereka" lain selain dirinya.

Dia semakin yakin bahwa dia berada di antara orang lain.

Begitupun menyangkut ketrampilan-ketrampilan lainnya selalu ada

hubungan dengan sesama manusia. Entah dicontoh atau mencontohi

orang lain, pastinya ada ada relasi timbal balik yang membuat

seseorang semakin trampil dalam mengolah hidupnya sendiri. Walau

demikian, mesti diakui bahwa makluk manusia itu mempunyai

kelemahan, kekurangan. Ia masih butuh orang lain dalam hidupnya.

Otak, rasa, kehendak bebas dan kemampuan kinestik yang dimilikinya

membuatnya bisa mandiri, namun kehadiran orang lain kiranya tetap

penting setidaknya sebagai "perangsang" yang memacuh orang agar

lebih berkembang ke arah yang lebih human.

Rupanya di sinilah letak pentingnya pendidikan, perlunya sekolah

bagi makhluk manusia yang memang pada dasarnya lain dari makluk

lainnya. Setidaknya pendidikan membantu mengisi kembali

keterbatasan daya ingat, rasa dan kehendak serta memacuh

ketrampilan fisik yang perlu bagi manusia muda.

E. Tahapan – Tahapan Pemecahan Masalah

Menurut Herbet A. Simon, pemecahan masalah akan terlibat dalam

empat hal, yaitu :

1) Aktivitas Intelijen, mencari kondisi-kondisi yang membutuhkan

solusi di dalam lingkungan.

2) Aktivitas perancangan, menemukan, mengembangkan dan

menganalisis kemungkinan-kemungkinan tindakan.

3) Aktivitas pemilihan, memilih satu tindakan tertentu dari

berbagai tindakan yang tersedia.

4) Aktivitas peninjauan, menilai pilihan-pilihan masa lalu.

F. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah :

11
1. Mengetahui hakekat dari masalah dengan mendefinisikan masalah

yang dihadapi.

2. Mengumpulkan fakta-fakta dan data yang relevan.

3. Mengolah fakta dan data.

4. Menentukan beberapa alternatif pemecahan masalah.

5. Memilih cara pemecahan dari alternatif yang dipilih.

6. Memutuskan tindakan yang akan diambil

G. Faktor Manusia Yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah

Tiap manajer mempunyai pemecahan masalah yang berbeda. Tiga

dimensi dari cara (style) itu dapat ntuk mengklasifikasikan manajer

menurut perbedaan perorangnya. Dimensi ini mempunyaikaitan dengan

penangkapan masalah, pengumpulan informasi, dan penggunaan

informasi.

1. Penangkapan masalah

Manajer dapat dibagi menjadi tiga kategori dalam hal cara

penangkapan masalah, yaitu cara mereka dalam menghadapi

masalah.

a. Penghindar masalah. Manajer melakukan sikap positif

dan menganggap segala sesuatunya berjalan dengan

baik. Usaha dilakukan untuk menutup atau tidak

menampilkan kemungkinan adanya masalah dengan cara

mengabaikan informasi atau menghindari perencanaan

yng teliti.

b. Pemecah masalah. Manajer tidak mencari masalah dan

tidak menutup adanya masalah yang mncul. Jika

masalah muncul, ia akan menyelesaikannya.

c. Pencari masalah. Ia merupakan manajer yang agresif.

2. Pengumpulan informasi

Manajer dapat melakukan satu dari dua cara pengumpulan

informasi, yaitu mengenai sikapnya terhadap volume

keseluruhan informasi yang ada padanya.

12
a. Cara memerintah. Manajer melakukan manajemen degan

pengecualian dan menampilkan segala sesuatu yang

tidak sesuai dengan kriteria tertentu, seperti

relevansinya dengan wilayah taggung jawabnya.

b. Cara menerima. Manajer ingin melihat segala sesuatu dan

kemudian menentukan apakah ia kan berguna bagi

dirinya sendiri, atau berguna bagi orang lain dalam

organisasi.

3. Penggunaan informasi

Manajer juga cenderung untuk menggunakan satu dari dua

cara penggunaan informasi, yaitu cara ia menggunakan

informasi untuk memecahkan masalah.

a. Cara sistematik. Manajer memberikan perhatian khusus

untuk mengikuti metode pemecahan masalah yang telah

ditentukan, seperti pendekatan sistem.

b. Cara intuitif. Manajer tidak menggunakan suatu metode

tertentu, namn ia menyesuaikan pedekatan dengan

situasi yang ada.

H. Tipe - Tipe Masalah dan Pemecahannya

Menemukan Masalah Dan Pemecahannya

 Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara das sollen atau teori

dengan das sein atau fakta empiris; antara yang ditetapkan sebagai

kebijakan dengan kenyataan implementasi kebijakan. Dalam masalah

terdiri dua jenis masalah, yaitu:

1. Masalah Sederhana (Simple Problem),

Ciri dari masalah sederhana adalah, berskala kecil, berdiri

sendiri (kurang memiliki sangkut paut dengan masalah lain), tidak

mengandung konsekuensi yang besar, pemecahannya tidak

memerlukan pemikiran luas dan mendalam.

13
Pemecahan masalah dilakukan secara individual. Teknik yang

biasa digunakan, dilakukan atas dasar intuisi, pengalaman,

kebiasaan dan wewenang yang melekat pada jabatannya

2. Masalah Rumit (Complex Problem),

Ciri dari masalah rumit adalah, berskala besar, tidak berdiri

sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain), mengandung

konsekuensi besar, pemecahannya memerlukan pemikiran yang

tajam dan analitis.

Pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang

melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya. Jenis dari

masalah ini adalah masalah yang terstruktur (struktur problems)

dan masalah yang tidak terstruktur (unstructured problems).

a) Masalah yang Terstruktur,

Merupakan masalah yang jelas faktor penyebanya, bersifat

rutin dan biasanya timbul berulang kali sehingga pemecahanya

dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang

bersifat rutin, repetitif dan dibakukan. Sifat pengambilan

keputusannya adalah. relatif lebih mudah atau cepat, salah satu

caranya dengan penyusunan metode, prosedur, atau program

tetap.

b) Masalah yang tidak Terstruktur,

Merupakan penyimpangan dari masalah organisasi yang

bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab dan

konsekuensinya, serta tidak repetitif. Sifat pengambilan

keputusannya adalah, relatif lebih sulid dan lebih lama,

diperlukan teknik pengambilan keputusan yang bersifat non-

programmed decision-making.

14
I. Penyelesain Masalah

Penyelesaian atau pemecahan masalah adalah bagian dari proses

berpikir. Sering dianggap merupakan proses paling kompleks diantara

semua fungsi kecerdasan, pemecahan masalah telah didefinisikan

sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan modulasi dan

kontrol lebih dari keterampilan-keterampilan rutin atau dasar. Proses

ini terjadi jika suatu organisme atau sistem kecerdasan buatan tidak

mengetahui bagaimana untuk bergerak dari suatu kondisi awal menuju

kondisi yang dituju. Berikut beberapa teknik pemecahan masalah:

1. Curahan Pendapat (Brainstorming) dan Konsensus.

Suatu metode untuk menghasilkan ide gagasan yang

banyak mengenai topik tertentu secara kreatif dan efisien.

Penyampaian ide-ide dilakukakn melalui proses yang bebas dari

penilaian dan kritik.

Prosesnya:

 Topik atau masalah dirumuskan dan ditulis dengan jelas

 Tiap anggota tim secara bergantian memberikan idenya. Tak

ada penilaian atau kritik

 Begitu ide disampaikan ditulis pada kertas flipchart atau

papan tulis dengan huruf yang dapat dibaca.

 Demikian proses penyampaian ide terus berlangsung sampai

ide tersebut habis.

 Jika diperlukan, lakukan klarifikasi, penyederhanaan dan

kombinasi.

Keunggulan Brainstorming:

 Adanya spektrum pengetahuan yang lebih luas.

 Pencarian alternatif keputusan lebih luas & variatif.

 Adanya kerangka pandangan / perspektif yang lebih lebar.

 Resiko keputusan ditanggung kelompok.

15
 Karena keputusan kelompok, setiap individu termotivasi

untuk melaksanakan (shared value ) .

 Dapat terwujudnya kreativitas & inovasi yang lbh luas,

karena adanya berbagai pandangan.

Kelemahan Brainstorming

 Memakan waktu dan biaya lebih.

 Efisiensi pengambilan keputusan menurun.

 Keputusan kelompok dapat merupakan kompromi atau

bukan sepenuhnya keputusan kelompok.

 Bila ada anggota yang dominan, keputusan bukan

mencerminkan keinginan kelompok.

Konsensus

Ide pokok dari konsensus adalah, kesepakatan tentang

masalah dan cara pemecahan. Sangat efektif digunakan jika

mereka yang terlibat memiliki pengetahuan yang relatif sama.

2. Penggunaan Kriteria dan Pembobotan.

Metode yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi &

memilih alternatif keputusan terbaik. Digunakan kriteria dan

bobot dengan angka-angka (skoring).

Manfaatnya, dapat mengurangi subyektivitas sehingga

penilaian dapat menjadi lebih obyektif, serta dapat digunakan

untuk berbagai tujuan seperti pemilihan alternatif proyek,

pemilihan pegawai teladan dsb.

3. Teknik Moderasi (Moderation Technique).

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemampuan pemecahan masalah diperlukan untuk melatih

seseorang agar terbiasa menghadapi berbagai permasalahan dalam

kehidupannya yang semakin kompleks, bukan hanya pada masalah

matematika itu sendiri tetapi juga masalah-masalah dalam bidang studi

lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,

kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah perlu terus dilatih

sehingga seseorang itu mampu menyelesaikan  berbagai permasalahan

yang dihadapinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

 Polya, G. 1980.  On Solving Mathematical Problems in High School.

New Jersey: Princeton Univercity Press.

 Saad,N.Ghani, S& Rajendran N.S 2005. The Sources of Pedagogical

Content Knowledge (PCK) Used by Mathematics Teacher During

Instructions: A Case Study. Departement of Mathematics. Universiti

Pendidikan Sultan Idris.

 https://www.kajianpustaka.com/2016/04/pengertian-dan-tahapan-

pemecahan-masalah.html

 https://brainly.co.id/tugas/10411386

 http://digilib.uinsby.ac.id/1116/5/Bab%202.pdf

 http://niluh-ayu.blogspot.com/2012/03/pemecahan-masalah-dan-

pengambilan.html

 https://dianprase.blogspot.com/2017/05/makalah-penyelesaian-

masalah-dan.html

 https://pengantarmanajamena5febunisma2018.blogspot.com/2019/

 http://yopihsriyuzanah.blogspot.com/2017/01/makalah-pemecahan-

masalah-pengambilan.html

 https://nurida-sy.blogspot.com/2018/02/makalah-pemecahan-masalah-

dan.html

 https://www.academia.edu/12014532/Pengambilan_keputusan_dan_P

emecahan_Masalah

 https://www.kompasiana.com/estamali/59c09d1a5a676f223c2ed742/

keterbatasan-daya-ingat?page=1

18

Anda mungkin juga menyukai