BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti
oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sekolah menengah
bahkan sampai ke perguruan tinggi. Hal ini disebabkan matematika sangat
dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari bagi sains, perdagangan
dan industri. Di samping matematika menyediakan suatu daya, alat
komunikasi yang singkat dan tidak ambigius serta berfungsi sebagai alat untuk
mendeskripsikan dan memprediksi (Jailani dalam Hamzah, 2008: 129) .
Mengingat begitu penting peranan matematika, telah banyak usaha
yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan
matematika.
Usaha
yang
telah
dilakukan
diantaranya
mengadakan
kemampuan
penyampaian
informasi
atau
mengkomunikasikan gagasan.
Pencapaian tujuan tersebut diuraikan dalam bentuk kompetensi dasar yang
berupa
bertindak.
metode
Keberanian untuk
menyampaikan ide-ide dan argumentasi yang benar dan jelas masih kurang
pada waktu proses pembelajaran. Hal ini ditandai dengan siswa belum
mampu untuk membuat langkah langkah dalam menjawab soal-soal latihan.
Kondisi di atas terjadi karena dalam pembelajaran matematika
konvensional siswa jarang sekali diminta untuk mengkomunikasikan ideidenya. Seperti yang dikemukakan Marpaung (2000 : 264) bahwa problem
yang muncul pada pembelajaran konvensional adalah apabila ditanya suatu
konsep atau proses siswa tidak menjawab dengan penuh keyakinan atau malah
diam. Ini dapat diartikan bahwa pembelajaran konvensional membuat siswa
menjadi pasif sehingga kemampuan komunikasi matematika siswa rendah.
Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa kemampuan komunikasi
matematik siswa perlu mendapat perhatian untuk lebih dikembangkan. Hal ini
sesuai dengan harapan pemerintah seperti yang tercantum pada kurikulum
bahwa
kemampuan
koneksi
matematik
(Depdiknas,2003:3).
Dengan
memperhatikan
mengilustrasikan dan
menginterprestasikan berbagai masalah dalam bahasa dan pernyataanpernyataan matematika serta dapat menyelesaikan masalah tersebut menurut
aturan atau kaedah matematika.
Kemampuan siswa mengilustrasikan dan menginterprestasikan
berbagai masalah dalam bahasa dan pernyataan-pernyataan matematika serta
dapat menyelesaikan masalah tersebut menurut aturan atau kaedah
matematika, merupakan karakteristik siswa yang mempunyai kemampuan
komunikasi matematik. Selanjutnya
merinci
Fauzan
(2002:35)
menjelaskan
bahwa,
proses
pengembangan konsep dan ide matematika dimulai dari kehidupan nyata, dan
menghubungkan solusi yang didapatkan, kembali kepada kehidupan nyata.
Sehingga dapat dikatakan bahwa yang dilakukan dalam pembelajaran
matematika adalah mengambil suatu permasalahan berdasarkan kenyataan,
menjadikannya sebagai proses matematika, dan membawakannya lagi kepada
kenyataan. Semua proses ini menuntun kepada pengertian matematika secara
konseptual (conceptual matematization).
Dalam RME dunia nyata digunakan sebagai titik awal untuk
pengembangan ide dan konsep matematika. Dunia nyata adalah segala sesuatu
di luar matematika, seperti mata pelajaran lain selain matematika, atau
kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitar kita (Blum & Niss dalam Sutarto
Hadi, 2005:19)
kemampuan
uraian
di
atas
maka
penulis
bermaksud
untuk
siswa
sebagais
subjek
yang
aktif
dalam
belum
proses
C. Batasan Masalah
Dari masalah-masalah yang telah diidentifikasi, maka permasalahan
yang akan dikaji dibatasi pada pengembangan kemampuan komunikasi
matematik melalui pembelajaran dengan pendekatan RME.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
dapat diidentifikasi masalah yang akan diteliti adalah
1. Apakah kemampuan komunikasi matematika siswa yang belajar dengan
pembelajaran RME lebih tinggi
pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana perkembangan kemampuan komunikasi matematika siswa
setelah pembelajaran RME?
3. Bagaimana usaha guru untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa
dengan pembelajaran RME?
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
objektif mengenai kemampuan
pembelajaran RME.
Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematik siswa melalui
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran RME dan pembelajaran
konvensional.
2. Mengetahui perkembangan kemampuan komunikasi matematik siswa
setelah pembelajaran RME
3. Memperoleh informasi mengenai
upaya
mengembangkan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1.
Komunikasi matematik
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia (PRRI) nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (2005:28) pada bab VI, Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada pasal 28 ayat 3 menjelaskan
kompetensi sebagai agen pembelajar pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:a) kompetensi pedagogic;
b) kompetensi kepribadian ; c) kompetensi profesionalis; dan kompetensi
sosial. Pada bagian ini penjelasan dari pasal ini menyatakan bahwa yang
dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik, semua pendidik dan masyarakat sekitar.
Secara umum komunikasi dipahami sebagai suatu bentuk aktivitas
penyampaian informasi dalam suatu komunitas tertentu. Komunikasi dapat
terjadi dalam satu arah, yaitu dari penyampai pesan kepada penerima pesan.
Pada aktivitas komunikasi seperti ini bisa terdapat banyak penyampai dan
penerima pesan, sehingga komunikasi ini merupakan aktivitas berbagi ide
dan gagasan, curah pendapat, sumbang saran dan kerjasama dalam kelompok.
Aktivitas semacam ini dapat mengasah kemampuan berkomunikasi atau
kemampuan menyampaikan pemikiran tentang sesuatu hal bagi para
pesertanya. Khususnya komunikasi dalam matematika adalah suatu aktivitas
penyampaian dan atau penerimaan gagasan-gagasan matematika dalam
bahasa matematika.
Romberg chair dalam Sumarmo (2002) mengatakan bahwa, salah
satu aspek berpikir tingkat tinggi dalam matematika adalah komunikasi
dalam matematika atau komunikasi matematik yang menghubungkan benda
nyata, gambar dan diagram ke dalam ide matematika; menjelaskan ide,
situasi dan relasi matematika secara lisan atau tulisan dengan benda nyata,
gambar, grafik dan aljabar ; menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa
8
symbol matematik ;
matematika; mencoba
notasi
10
menulis,
yaitu
berupa
kemampuan
memberikan
11
matematika
lebih
utama
dibandingkan
dengan
12
pembelajaran
dengan
pendekatan
konvensional
dengan
13
Pembelajaran Konvensional
1. Pembelajaran dimulai dari
hal yang abstrak (definisi,
teorema, aksioma)
2. Memecahkan masalah
dengan berbekal
pengetahuan secara formal.
3. Proses pembelajaran
berlangsung satu arah yaitu
guru ke siswa
4. Matematika dianggap
sebagai barang yang sudah
jadi, sehingga penalaran
siswa tidak berkembang.
14
dan
ide
matematika
dimulai
dari
kehidupan
nyata,
dan
15
berikut.
Bahasa
Algoritma
Matematika
Diselesaikan
Diuraikan
Soal-soal Kontekstual
Gambar 1. Matematisasi Horisontal dan Vertikal
Dalam
matematisasi
horisontal,
siswa
mulai
dari
soal-soal
16
memecahkan
masalah
kontekstual
yang
realistik,
kesempatan untuk mengalami proses yang sama dengan proses yang dilalui
oleh para pakar matematika ketika menemukan konsep-konsep matematika.
17
2)
pembelajaran
dengan
pendekatan
RME,
siswa
18
19
d. Pengetahuan baru yang dibangun oleh siswa untuk dirinya sendiri berasal
dari seperangkat ragam pengalaman.
e. Setiap siswa tanpa memandang ras, budaya dan jenis kelamin mampu
memahami dan mengerjakan matematik.
2)
berikut:
a. Memulai pembelajaran dengan mengajukan masalah (soal) yang real bagi
siswa sesuai dengan pengalaman dan tingkat pengetahuannya, sehingga
siswa segera terlibat dalam pembelajaran secara bermakna.
b. Permasalahan yang diberikan tentu harus diarahkan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut.
c. Siswa mengembangkan atau menciptakan model-model simbolik secara
informal terhadap persoalan atau permasalahan yang diajukan.
d. Pembelajaran berlangsung secara interaktif, siswa menjelaskan dan
memberikan alasan terhadap jawaban yang diberikannya, memahami
jawaban temannya (siswa lain), setuju terhadap jawaban temannya,
menyatakan ketidaksetujuan, mencari alternatif penyelesaian yang lain,
dan melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau
terhadap hasil pembelajaran.
20
B. Penelitian Relevan
3 pangkalan Kuras,
dengan
metode RME lebih baik daripada yang diajar dengan metode konvensional.
Penelitian ini dapat dijadikan acuan bahwa pendekatan Realistic Mathematics
Education salah satu
matematika adalah
21
D. Hipotesis Penelitian
22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (Mixing
Method). Pendekatan kuantitatif dilakukan dalam bentuk Quasi Eksperiment
untuk membandingkan kemampuan komunikasi matematik siswa yaitu
membandingkan model Pembelajaran RME dengan model konvensional.
Pendekatan kualitatif dilakukan dalam bentuk observasi, wawancara dan
dokumentasi
untuk
melihat
perkembangan
kemampuan
komunikasi
kemampuan komunikasi
pembelajaran RME.
B.
C.
Definisi Operasional
Untuk menggambarkan ruang lingkup yang menjadi batasan penelitian
maka dikemukakan definisi operasional sebagai berikut :
1. Metode RME adalah pemanfaatan realita dan lingkungan yang dipahami
siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika sehingga
mencapai tujuan pendidikan matematika yang lebih baik dari pada masa
lalu. Realita yang dimaksud adalah
22 hal-hal yang nyata atau konkrit yang
23
Proses pembelajaran
Instrumen Penelitian
a. Tes kemampuan komunikasi matematik
Tes kemampuan komunikasi matematik bertujuan untuk memperoleh
data kuantitatif berupa skor kemampuan komunikasi matematik yang
disusun berdasarkan indicator kemampuan komunikasi matematika.
Soal tes berupa soa essai yang disusun berdasarkan indicator
pembelajaran yang terdapat pada RPP.
b. Lembar observasi
Lembar observasi ditujukan sebagai pedoman untuk melakukan
observasi aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
dengan pendekatan
keterlaksanaan
pembelajaran
RME
dalam
proses
c. Pedoman Wawacara
Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh informasi tentang
tanggapan
guru
dan
siswa
berkenaan
dengan
pendekatan
digunakan untuk
24
Pengembangan Instrumen
Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tes
kemampuan matematika yang meliputi tes kemampuan
komunikasi
indikator
kemampuan
komunikasi
matematika.
Tes
SKOR
3 2
25
aturan-aturannya
dalam
mengembangkan
ide
matematika
5. Membuat konjektur menyusun argument, meumuskan definisi
dan generalisasi
Ket : a. Skor 3 jika kriteria yang diminta lengkap,
b. Skor 2 jika kriteria yang diminta hampir lengkap,
c.
26
N XY X Y
N X X N Y Y
2
Keterangan :
r xy
= Skor total
Interpretasi
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
r 0,20
Sangat rendah
Untuk mengetahui signifikansi korelasi diuji dengan uji-t dengan
rumus sebagai berikut :
t = rxy
Ket :
N 2
1 rxy2
N = jumlah subjek
r xy =
koefisien korelasi
27
Hipotesis
H1 : r
H0 : r = 0
Jika t
tabel
< t
hitung
n
=
n 1
2
1 b
t2
Dimana :
r 11
n = Banyak soal
t2
= Varians total
2
b
Dengan kriteria:
atau
x
N
28
IK
Mean
sangat mudah
0,70<IK 1,00
mudah
0,30<IK 0,70
sedang
0,00<IK 0,30
sukar
IK=0,00
sangat sukar
29
IP =
Mt Mr
M
Dimana :
IP = Indeks pembeda soal
M t = Rata-rata skor kelompok tinggi
M r = Rata-rata skor kelompok rendah
M = Skor maksimum setiap soal
Dengan klasifikasi daya pembeda:
IP = 0,00
sangat jelek
0,00< IP 0,20
: jelek
0,20< IP 0,40
: cukup
0,40< IP 0,70
: baik
0,70< IP 1,00
: sangat baik
Besarnya IP
IP=0,00
Interpretasi
Dibuang
0,00<IK 0,30
0,00<IP 0,2
Diperbaiki
0,30<IK 1,00
Dipakai
0,20<IP 1,0
0
Sumber : Departemen Pendidikan Nasional (2001:28)
F.
Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Menentukan jadwal penelitian
Penentuan jadwal penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapan
waktu yang tepat melakukan penelitian. Penelitian ini direncanakan
30
31
informasi
yang
didapatkan
pada
studi
dokumentasi
H.
Keabsahan data yang diperoleh di lapangan diperiksa dengan teknikteknik sebagai berikut sebagaimana yang dikemukakan oleh Suginoyo
(2005:121) bahwa: uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi
uji
credibility
32
I.
33
x
i 1
n
2. Menghitung standar deviasi skor hasil tes akhir dengan menggunakan
rumus :
s=
i 1
x
n
3. Menguji normalitas data skor tes akhir, dengan uji Lilifors dengan
langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sudjana (1996 : 466) yaitu:
a) Menyusun skor masing-masing galat dalam suatu tabel dengan
mengurutkan dari skor yang terendah ke skor yang tertinggi
(e1, e2, ...., en).
b) Nilai-nilai e1, e2,....., en dijadikan nilai baku Z1, Z2, ...., Zn dengan
menggunakan rumus:
dengan
e
Dengan :
e = Skor Galat
= Skor Rata-rata sampel
= Simpangan baku galat sampel
c) Menghitung peluang F(Zi) = P(Z Zi) dengan menggunakan table
distribusi normal baku
d) Menghitung nilai proporsi Z1, Z2, ...., Zn yang lebih kecil sama dengan
Zi jika proporsinya dinyatakan oleh S(Zi) maka:
34
st2
Fmaks = 2
sc
Keterangan :
= varians kelompok eksperimen
= varians kelompok kontrol
Kriteria uji homogenitas adalah :
H0 : ditolak jika Fhitung > Ftabel
5. Jika sebaran data normal dan homogen, menguji signifikansi dengan
statistik uji t berikut :
xe xk
t=
1
1 , dengan df = nx + ny 2 , dan
x ny
s x2 y
varians s x y =
s x2 n x 1 s 2y n y 1
nx n y 2
Keterangan :
= rata rata kelas eksperimen
35
dengan
n1 (n1 1)
R1
2
dimana,
U
n1 n2
2
n1 n2 (n1 n2 1)
12
U
Dimana,
z : statistik uji z yang berdistribusi normal N(0,1).
36
37
3. Verifikasi
Berdasarkan cara kerja dalam teknik analisis yang dilakukan model miles
dan hubermen dari reduksi data, penyajian data kemudian diverivikasi,
dilakukan selama dan sesudah penelitian berlangsung. Selanjutnya apabila
terjadi kekurangan data atau kesalahan sehingga kesimpulan yang diambil
kurang sesuai dapat dilakukan proses ulang dengan tahapan yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Fauzan. 2002. Applying Realistic Mathematics Education (RME) in
Teaching Geometry in Indonesian Primary Schools. Enschede: Print Partners
Ipskamp.
Darto. 2008. Meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa melalui
pendekatan
38
Hadi.
2005.
Pendidikan
Matematika
Realisitk
dan
Implementasinya.Banjarmsin: Tulip.
Sugiyono.2005. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabedi: Bandung.
Utari Sumarno. 2002. Pengukuran evalua si dalam pendidikan. UPI Bandung.
Universitas Negeri Padang. 2009. Panduan Penulisan Tesis dan Disertasi.
Padang : Pps UNP
Supinah .2008. Pembelajaran Matematika SD Dengan Pendekatan Kontekstual
Dalam Melaksanakan KTSP.