Anda di halaman 1dari 7

CiE 6 (2) (2017)

Chemistry in Education
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chemined

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERPIKIR KRITIS PADA


PEMBELAJARAN KIMIA BERPENDEKATAN SETS (SCIENCE,
ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY)

Unggul Robik Birrian Wijaya1, Woro Sumarni, Sri Haryani


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel:
Penelitian ini bertujuan mengetahui validitas, reliabilitas, dan keefektifan
Diterima Juni 2017
instrumen penilaian berpikir kritis pada pembelajaran kimia berpendekatan SETS
Disetujui Juli 2017
di MAN 1 Kabupaten Magelang. Pendekatan SETS yang digunakan mencakup
Dipublikasikan Oktober 2017
bahwa segala sesuatu yang kita hadapi mengandung aspek science, environment,
technology, and society dan mengaitkannya melalui pembelajaran terintegrasi
kompentensi spiritual siswa dan berfokus pada kemampuan berpikir kritis
menurut Ennis. Desain penelitian yang digunakan adalah model ADDIE
(analysis, design, development, implementation, and evaluation). Teknik pengambilan
data yang digunakan adalah metode tes, angket, dan dokumentasi. Hasil
Keywords: Penelitian berupa uji validitas butir soal memenuhi kriteria valid sebanyak 17 soal
instrumen dan memiliki kriteria valid berdasarkan empat pakar dengan reliabilitas
kemampuan berpikir kritis instrumen penilaian memenuhi kriteria reliabel. Tingkat kesukaran soal
SETS memenuhi kriteria sedang dan sukar dengan daya beda soal yaitu baik. Siswa
yang memiliki kemampuan berpikir kritis adalah 11%. Keefektifan instrumen
diperoleh dari nilai post­test siswa, menunjukan bahwa instrumen efektif
menggukur kemampuan berpikir kritis secara objektif dan dapat membedakan
kemampuan berpikir kritis siswa. Simpulan dari penelitian ini adalah instrumen
penilaian berpikir kritis dengan pendekatan SETS efektif mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa.

Abstract
This research aims to know the value of the validity, reliability, and effectiveness assessment
instruments of critical thinking in chemical learning with SETS approach in MAN 1
Magelang regency. SETS approaches used include that everything who encountered
contains aspects of science, environment, technology, and society and associate through
integrated spiritual learning competence of students with aspects of critical thinking skills
by Ennis. The design of the research is a model of ADDIE (analysis, design, development,
implementation, and evaluation). Data collection techniques used method test,
questionnaire, and documentation. The result of research as validity of each question have
valid criteria item were 17 students and it have valid criteria based on 4 expert with
reliability of the assessment instruments is reliable.The level of difficulty have valid criteria
item are enough and elusive with the different power of the question are good. Students who
have critical thinking skill are 11%. The effectiveness of assessment instruments obtained
by post­test score of students show that assessment effective dig student’s critical thinking
skills and distinguish student’s critical thinking skills. Conclusions from the research is the
assessment instruments of critical thinking with SETS approach effective to meansure
student’s critical thinking skills.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi:
Email: unggul.rbk@gmail.com ISSN NO 2252-6609
Unggul Robik Birrian Wijaya/Chemistry in Education 6 (2) (2017)
Pendahuluan digunakan sebagai alat evaluasi yaitu siswa
Saat ini dunia pendidikan menggunakan dapat mengetahui batas kemampuannya
kurikulum 2013 atau kurikulum kompetensi, (Mulyono, 2008).
dalam kegiatan belajar mengajarnya diarahkan Hasil wawancara salah satu sekolah di
untuk melahirkan generasi bangsa yang memiliki Kabupaten magelang menunjukan bahwa
keunggulan kompetitif dalam pemecahan sekolah tersebut menggunakan sistem
masalah. Kompetensi yang terdapat dalam kurikulum 2013. Selain itu, hasil wawancara
silabus mencakup 3 ranah yaitu ranah kepada guru dan siswa menunjukan bahwa
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang permasalahan instrumen penilaian yang
dijabarkan dalam kompetensi inti dan dasar. digunakan belum mengukur kemampuan
Diantara kompetensi tersebut, salah satunya berpikir kritis siswa terlihat dari soal-soal yang
yaitu kompetensi inti 1 berbunyi menghayati dan terdapat pada bahan ajar yang digunakan
mengamalkan ajaran agama yang dianutnya belum mengaitkan dengan permasalahan dalam
sehingga siswa dituntut tidak hanya sekedar kehidupan sehari-hari. Hal ini memberikan
mengetahui teori atau tuntas hasil belajar saja dampak kurangnya kemampuan siswa untuk
namun juga penerapan disiplin ilmu yang memecahan masalah yang kaitanya dengan
dipelajari sehingga siswa memiliki karakter kehidupan sehari-harinya dan kurangnya
positif yaitu energi positif berupa nilai-nilai etis pemahaman siswa untuk menghayati manfaat
religius yang bersumber dari keyakinan kepada dari ilmu kimia. Padahal siswa dan guru
Tuhan. Nilai-nilai yang telah tertanam melalui membutuhkan alat evaluasi yang sesuai dengan
kegiatan pembelajaran dapat memberikan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu diperlukan
pikiran yang baik dan dilakukan dalam upaya pengembangan instrumen penilaian
kehidupan sehari-hari dalam bentuk sikap dan berpikir kritis siswa dengan mengaitkan
perilaku etis yang merupakan implementasi dari permasalahan di kehidupan sehari-hari serta
kekuatan spiritual (Al-Gazali, 2013). Oleh ajaran agama yang dianutnya, sehingga siswa
karena itu, ilmu bukan hanya sekedar wawasan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
namun bagaimana kita menerapkan ilmu yang nantinya dapat digunakan untuk menyelesaikan
kita pelajari dengan mengaitkan hubungan satu masalah dalam kehidupan sehari-hari melalui
dengan lain untuk memecahkan suatu masalah ilmu kimia. Indikator kemampuan berpikir
yaitu melalui pembelajaran SETS yang kritis yang digunakan didasarkan pada Ennis
merupakan cara pandang yang memberikan yaitu meliputi aspek menganalisis istilah,
pemahaman bahwa segala sesuatu yang kita mengobservasi dan mempertimbangkan
hadapi dalam kehidupan ini mengandung aspek laporan observasi, mengidentifikasikan istilah,
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat menilai definisi, mengidentifikasi asumsi,
sebagai satu kesatuan serta saling mempengaruhi mededuksi dan menilai deduksi, menginduksi
secara timbal balik (Binadja, 2002). dan menilai penilaian berharga, serta
SETS memberikan informasi penting menentukan sebuah tindakan.
yang berhubungan langsung dengan konteks Rumusan masalah dalam penelitian ini
kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan (1) Bagaimana validitas dan reliabilitas
kemampuan berpikir kritis siswa meningkat instrumen penilaian berpikir kritis pada
(Sastika et al., 2013). Proses belajar berpikir pembelajaran kimia dengan pendekatan SETS
kritis yaitu siswa belajar dari pengalaman yang dikembangkan?; (2) Bagaimana
sendiri, mengkonstruksi pengetahuan kemudian keefektifan instrumen penilaian berpikir kritis
memberi makna pada pengetahuan itu, sehingga pada pembelajaran kimia dengan pendekatan
berpikir kritis menjadi suatu kebutuhan yang SETS yang dikembangkan?; (3) Bagaimana
harus di dapatkan siswa. Berpikir kritis adalah tanggapan siswa terkait instrumen penilaian
berpikir logis dan masuk akal yang difokuskan berpikir kritis pada pembelajaran kimia dengan
pada pengambilan keputusan tentang apa yang pendekatan SETS yang dikembangkan?.
dipercaya dan dilakukan (Ennis, 2011). Oleh Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karena itu dibutuhkan instrumen yang dapat validitas, reliabilitas, kefektifan dan tanggapan
melatih dan membiasakan siswa dalam berpikir siswa terhadap instrumen penilaian berpikir
kritis, sehingga siswa terbiasa untuk berlatih kritis berpendekatan SETS.
berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
Instrumen penilaian harus dapat mengukur Metode Penelitian
kemampuan siswa secara objektif dan dapat Penelitian dilaksanakan disalah satu
sekolah di Kabupaten Magelang dengan materi
36
Unggul Robik Birrian Wijaya/Chemistry in Education 6 (2) (2017)
larutan penyangga. Model pengumpulan data Tabel 1 menunjukan bahwa instrumen
dilakukan dengan model tes, angket, dan yang dikembangkan meliputi aspek materi,
dokumentasi. Instrumen penelitian yang bahasa dan isi instrumen yang dikembangkan
digunakan adalah lembar penilaian kemampuan dapat dikatakan layak digunakan meskipun
berpikir kritis dan angket tanggapan siswa. perlu adanya perbaikan pada beberapa aspek.
Desain penelitian yang digunakan adalah Perbaikan tersebut meliputi validator satu dan
ADDIE terdiri atas 5 langkah pokok, yaitu dua memberikan beberapa masukan
Analysis, Design, Development, Implementation, dan diantaranya pada bagian kesesuaian pada
Evaluation (Mulyanta, 2009). Tahap analysis bagian isi terkait kelengkapan instrumen
merupakan studi pendahuluan meliputi studi penilaian seperti arah reaksi pengaraman
kasus dan studi literatur melalui wawancara dan seharusnya searah, pemberian kata larutan
dokumentasi. Tahap design merupakan tahap sebelum senyawa. Selain itu, terdapat revisi
perencanaan dan penyusunan instrumen dalam pada bagian tata bahasa yang dispesifikan dan
bentuk kerangka dan konsep. Tahap pembuangan kata-kata yang dirasa memiliki
development, instrumen yang ambigu sehingga siswa tidak kerepotan dalam
telah dibuat divalidasi oleh ahli, diuji menjawab pertanyaan. Selanjutnya, pada
reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran, bagian keterkaitan antar indikator dan materi
selain itu dilakukan validasi dan uji reliabilitas yang terdapat pada instrumen meliputi
tanggapan siswa. Tahap implementation, penambahan harga Ka pada permasalahan dua,
instrumen yang dikembangkan diuji validitas, penambahan kompetensi dasar pada kisi-kisi
reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran instrumen ditambahkan dan memperjelas
pada siswa kelas XI MIA untuk mengetahui keterkaitan antar indikator yaitu indikator
sejauh mana instrumen penilaian dapat kompentensi, berpikir kritis dan SETS. Amalia
digunakan untuk mengukur kemampuan dan Sulistianingsih (2014) menyatakan bahwa
berpikir kritis dengan menggunakan post­test instrumen penilaian yang dirancang dengan
control group design. Tahap evaluation, instrumen baik dan sesuai dengan tingkatan kemampuan
dianalisis keefektifan dan tanggapan siswa. berpikir dapat meningkatkan daya berpikir
siswa, khususnya berpikir kritis. Selain itu,
Hasil dan Pembahasan validator tiga memberikan masukan berupa
Hasil validitas instrumen penilaian konteks permasalahan perlu diperluas sehingga
didasarkan pada ahli dan perhitungan validitas siswa mendapatkan penerapannya dalam
butir soal. Validasi ahli berperan sebagai pembelajaran disekolah. Namun berbeda
evaluator terhadap materi, bahasa dan isi dengan validator 4 yang menyatakan bahwa
instrumen Ahli materi dalam penelitian ini instrumen yang dikambangkan sudah
adalah dua dosen kimia Universitas Negeri mencakup tujuan pembelajaran namun terkait
Semarang dan dua guru kimia yang sudah tinngkatan soal perlu adanya penyederhanaan
berpengalaman mengajar kimia. Validator untuk diterapkan sekolah-sekolah tertentu.
tersebut diantaranya Dr. Endang Susilaningsih,
Hasil perhitungan soal yang diuji
M.S sebagai validator I, Dra. Sri Nurhayati,
cobakan meliputi uji validitas butir, daya beda
M.Pd sebagai validator II, M. Adi Kurniawan,
dan tingkat kesukaran soal. Hasil perhitungan
S.Pd sebagai validator III, dan Endang Abri
validitas butir menggunakan korelasi product
Astuti, S.Pd sebagai validator IV. Adapun hasil
moment menunjukan hasil seperti terlihat pada
validasi instrumen penilaian yang dikembangkan
Tabel 2.
ditunjukan oleh Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Validasi Instrumen Penilaian Unjuk Kerja

Tabel 2. Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal Uji Coba

37
Unggul Robik Birrian Wijaya/Chemistry in Education 6 (2) (2017)
tingakatan kemampuan berpikir kritis
Tabel 2 menunjukan bahwa validitas ditunjukan oleh tabel 5.
butir soal memenuhi kriteria valid sebanyak 17 Tabel 5 menunjukan bahwa hanya 4
soal dan memenuhi kriteria valid oleh empat dari 37 siswa yang memenuhi kriteria kritis dan
validator yang berarti beberapa soal pada sangat kritis. Jika ditinjau dari hasil tersebut
instrumen penilaian memiliki kesahihan baik maka siswa yang dikategorikan dapat berpikir
dengan tingkat kesukaran soal memenuhi kritis adalah 11 %. Data tingkatan kemampuan
kriteria sedang dan sukar yang dapat dilihat pada berpikir kritis siswa dapat dilihat pada Gambar
Tabel 4, Hal ini menunjukan bahwa soal 1.
termasuk dalam kategori sulit. Tabel 3
menunjukan daya beda soal yaitu baik dengan Gambar 1 menunjukan bahwa hasil
skor minimum 0,3 yang berarti soal yang post­test kelas XI MIA 1 tidak adanya siswa
dikembangkan dapat membedakan kemampuan yang memiliki kemampuan sangat kritis. Hal
berpikir kritis siswa. Hasil reliabilitas instrumen tersebut disebabkan karena siswa kelas XI MIA
menunjukan reliabilitas sebesar 0,603129 dan 1 belum menggunakan kemampuan berpikir
0.815537 dengan kriteria soal yaitu reliabel. logis (kemampuan penalaran) secara maksimal,
Suharsimi (2007) menyatakan interpretasi sehingga siswa belum bisa maksimal dalam
reliabilitas dapat ditentukan dengan memiliki r11 mengkonkritkan dan menganalisis hubungan
≥ 0,6. Hal ini menunjukan bahwa instrumen antara apa yang dipelajari dengan konteks
yang dikembangkan memiliki reliabilitas tinggi sehari-hari. Saat berlangsungnya pembelajaran
yang berarti keajegan instrumen tersebut ketika siswa terlihat masih enggan untuk aktif dalam
diterapkan kapanpun dan dimanapun relatif pembelajaran seperti bertanya maupun
memberikan hasil yang sama. berpendapat. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Vanicheva et al., (2015) menunjukan
Kemampuan berpikir kritis siswa dilihat bahwa kurangnya kemampuan berpikir kritis
berdasarkan hasil post­test, tentang permasalahan siswa salah satunya disebabkan karena
yang berkaitan dengan SETS yaitu cara kerja kurangnya kemampuan rasional siswa.
darah dan pemanfaatan asam asetat.
Rekapitulasi hasil post­test berdasarkan Gambar 1 menunjukan bahwa siswa

Tabel 3. Hasil Perhitungan Daya Beda Soal Uji Coba

Tabel 4. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Post-test Berdasarkan Tingkatan Kemampuan Berpikir Kritis

38
Unggul Robik Birrian Wijaya/Chemistry in Education 6 (2) (2017)

Gambar 1. Hasil Post­test Berdasarkan Tingkatan Kemampuan Berpikir Kritis

yang memiliki kemampuan kritis hanya dalam bentuk sikap dan perilaku etis yang
sejumlah empat siswa. Tabel 5 menunjukan merupakan implementasi dari kekuatan
bahwa siswa dapat dikatakan memiliki spiritual dan kekuatan kepribadian manusia
kemampuan berpikir kritis jika hasil nilai post­test yang kemudian melahirkan konsep-konsep
≥ 65 yang berarti hanya 11% dari total siswa normatif tentang nilai-nilai budaya. Adanya
yang memiliki kriteria kemampuan berpikir pembelajaran yang mengandung aspek spiritual
kritis, selebihnya sebesar 89% siswa memiliki dan kebermanfaatanya dalam kehidupan
kemampuan berpikir kritis yang rendah. Siswa sehari-hari, siswa mendapatkan pemahaman
yang memiliki kemampuan berpikir kritis berupa proses berpikir kritis.
disebabkan karena pembelajaran yang Rendahnya kemampuan berpikir kritis
berlangsung berupa diskusi dilanjutkan dengan siswa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
pemberian latihan yang mengacu pada proses diantaranya variabel kontrol dalam penelitian
berpikir kritis, sehingga menyebabkan siswa relatif tidak terjaga. Sugiyono (2011)
mengalami proses pembiasaan untuk berpikir menjelaskan bahwa variabel kontrol adalah
kritis. Chantaranima & Yuenyong (2014) varibel yang dikendalikan atau dibuat konstan
menjelaskan bahwa pembelajaran yang sehingga hubungan hubungan antar variabel
menekankan perilaku berpikir kritis dapat dilihat independen dan dependen tidak dipengaruhi
saat berlangsungnya proses pembelajaran, oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel
diskusi, presentasi, dan penyelesaian tugas siswa. kontrol yang mempengaruhi salah satunya
Hal ini sesuai dengan visi SETS yaitu sesuatu adalah jam pelajaran, pada silabus kimia
yang mengandung aspek sains, lingkungan, dijelaskan bahwa materi larutan penyangga
teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan memiliki batas waktu 6 x 2 jam pelajaran.
serta saling mempengaruhi secara timbal balik Kenyataan dilapangan bahwa terdapat
(Binadja, 2002). Hal tersebut menjelaskan jika hambatan yang tidak dapat dikendalikan
siswa mengetahui sains atau pengetahuan, maka karena suatu sebab yang tak terduga seperti
hal tersebut akan berimbas pada kehidupannya, kegiatan intra sekolah. Faktor lain yang
lingkungan, dan penyesuaian teknologi yang mempengaruhi yaitu motivasi belajar yang
berkembang. Proses pembelajaran juga rendah. Fisher (2009) mengemukakan bahwa
diintegrasikan dengan kompetensi inti 1 berupa siswa tidak hanya sekedar memiliki
pemberian materi kimia yang dihubungkan kemampuan dalam hal menganalisis suatu
dengan aspek spiritual seperti mengaitkan ayat- masalah namun bagaimana mengolah otak
ayat alquran yang dikaji secara kimia. Siswa untuk dapat memiliki kreativitas sesuai bidang
melalui pembelajaran tersebut merasa bahwa yang diminatinya. Siswa akan termotivasi
pembelajaran tersebut berdampak dan dalam belajar jika sesuai dengan peminatan
memberikan manfaat pada diri mereka serta yang sesuai dengan dirinya. Siswa masih asing
memberikan motivasi untuk siswa. Hal tersebut dengan pengaplikasian soal yang mereka
sejalan dengan Al-gazali (2013) bahwa nilai-nilai dapatkan dengan kehidupan sehari-hari.
yang telah tertanam melalui kegiatan Pembelajaran kimia di sekolah seharusnya
pembelajaran dapat memberikan pikiran yang dimulai dari penyelesaian masalah yang
baik dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari berlangsung pada kehidupan sehari-hari

39
Unggul Robik Birrian Wijaya/Chemistry in Education 6 (2) (2017)

Tabel 6. Rekapitulasi Tanggapan Siswa Pada Uji Skala Besar

sehingga siswa dapat memahami adanya 4 validator. Uji validitas butir soal memenuhi
hubungan erat antara kimia dengan kehidupan kriteria valid sebanyak 17 soal dengan tingkat
nyata serta siswa juga terampil dalam kesukaran soal memenuhi kriteria sedang dan
menyelesaikan masalah secara mandiri melalui sukar, daya beda soal yaitu baik dengan kriteria
proses berpikir sains (Samina et al., 2012). minimum 0,3. Dan tingkat reliabilitas
Berdasarkan uraian singkat diatas dapat instrumen yaitu reliabel. Instrumen penilaian
disimpulkan bahwa pengembangan instrumen berpikir kritis berpendekatan SETS efektif
penilaian berpikir kritis berpendekatan SETS mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
efektif mengukur kemampuan berpikir kritis secara obyektif dan dapat membedakan
siswa, dikarenakan oleh hasil kemampuan kemampuan berpikir kritis siswa.
berpikir kritis siswa relatif dapat dibedakan dan DAFTAR PUSTAKA
terukur secara objektif. Hal ini sesuai dengan Al-Gazali. 2013. Pendidikan Karakter dalam
Mulyono (2008) menjelaskan bahwa instrumen Perspektif Al-Quran. Paedagogia, II:
adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan p.109.
akademis, sehingga dapat dipergunakan sebagai Amalia, N.F. & Sulistianingsih, E. 2014.
Pengembangan Instrumen Penilaian
alat evaluasi untuk mengukur suatu obyek ukur Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada
atau mengumpulkan data mengenai suatu Materi Asam Basa. Jurnal Inovasi
variabel. Pendidikan Kimia, 8(2): 1380-89.
Hasil yang diperoleh dari angket Binadja, A. 2002. Pemikiran Dalam SETS.
tanggapan siswa menunjukan tanggapan baik. Semarang: Pascasarjana Unnes.
Rekapitulasi tanggapan siswa pada uji skala Chantaranima, T. & Yuenyong, C. 2014. The
besar disajikan pada Tabel 6. Outcomes of Teaching and Learning
About Sound Based on Science
Hasil tanggapan siswa tersaji pada Tabel Technology and Society (STS) Approach.
6 yang menunjukan bahwa instrumen yang Procedia ­ Social and Behavioral Sciences, 116:
dikembangkan mendapatkan tanggapan baik 2286 – 2292.
dari siswa. Siswa merasa termotivasi setelah Ennis, R. 2011. The Nature of Critical Thinking:
mengerjakan instrumen berpikir kritis dan An Outline of Critical Diposition and
Abilities. Ohio: University of Illionis.
memperoleh manfaatnya. Namun, Siswa juga
Fisher, A. 2009. Berpikir Kritis. In G. Sagara,
memberikan masukan untuk perbaikan bahwa ed. Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
sebagian besar memberikan masukan pada
Mulyanta. 2009. Tutorial Membangun Multimedia
bagian tata bahasa pada soal yang masih sulit Interaktif Media Pembelajaran. Yogyakarta:
dipahami oleh siswa sehingga dalam Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
memberikan jawaban pada beberapa soal Mulyono, D.d. 2008. Pengukuran Dalam Bidang
meyimpang dari apa yang ditanyakan. Selain itu, Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
siswa juga memberikan masukan pada susunan Samina, K., Binadja, A. & Saptorini. 2012.
atau sistematika soal yang kurang Pengaruh Pembelajaran Kimia Berbasis
menyenangkan, hal ini disebabkan oleh Masalah Terhadap Keterampilan Generik
tingkatan soal yang dirasa siswa sulit untuk Sains. Chem in Edu, 2(1): 1-7.
dipecahkan. Sastika, I.A.K., Sadia, I.W. & Muderawan, I.W.
2013. Pengaruh Pembelajaran Berbasis
SIMPULAN Proyek Terhadap Pemahaman Konsep
Berdasarkan hasil analisis dan Kimia dan Keterampilan Berpikir Kritis. e­
journal Program Pascasarjana Universitas
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa validitas Pendidikan Ganesha, III: 1-10.
instrumen memenuhi kriteria valid berdasarkan
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif

40
Unggul Robik Birrian Wijaya/Chemistry in Education 6 (2) (2017)
Kualitatif Dan R&D. 12th ed. Bandung:
ALFABETA.
Vanicheva, T., Kah, M. & Ponidelko, L.b. 2015.
Critical Thinking Within The Current
Framework of ESP Curriculum in
Technical Universities of Russia. Procedia ­
Social and Behavioral Sciences, 199: 657-65.

41

Anda mungkin juga menyukai