Anda di halaman 1dari 8

e-ISSN : 2798-8813

Homepage ://ejournal.multiliterasi.com/index.php/journal-multiliterasi

Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap dengan


Skala Intensi Proporsional

Ummul Karimah

Penelitian dan Evaluasi Pendidkkan, Universitas Negeri Yogyakarta


Correspondence author: ummulkarimah01234@gmail.com

Abstrak Article Info


Penelitian ini bertujuan untuk menguji instrumen penilaian sikap Article History:
menggunakan Skala Intensi Proporsional (IP) pada pembelajaran kimia Received 29 December 2021
SMA. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dan Revised 21 February 2022
pengembangan yang diadopsi dari Borg dan Gall. Instrumen divalidasi Accepted 21 February 2022
oleh para ahli menggunakan formula Aiken dan validasi konstruk Available online 28 February
menggunakan analisis Exploratory Factor Analysis (EFA). Hasil penelitian 2022
menunjukkan bahwa 1 butir tidak valid dan 9 butir valid dan reliabel.
Keywords:
Penilaian Sikap, Skala Intensi
Proporsional, Pembelajaran
Kimia

1. Pendahuluan Penilaian dalam pembelajaran kimia


Tujuan dari sebuah pembelajaran di tentu juga tidak tidak terlepas dari penilaian
kelas tidak hanya berpusat pada sikap. Pembelajaran yang kini sudah
pengetahuan peserta didik tapi juga harus dituntut untuk memasukkan pendidikan
tetap memperhatikan, pengendalian emosi, karakter, keterampilan 4C, dan kegiatan
perasaan, suasana hati, dan sikap peserta literasi di dalam kelas mendesak para
didik (Kahveci, 2015). Sesuai dengan aturan pendidik untuk terus meningkatkan
pemerintah Indonesia dalam Permendikbud pelaksanaan dan mutu penilaian. Tak hanya
Tahun 2016 Nomor 23 tentang standar itu, kemampuan sikap juga sangat
penilaian bahwa penilaian salah satunya mendukung untuk meningkatkan
dilaksanakan oleh pendidik berupa penilaian kemampuan kognitif peserta didik. Seperti
hasil belajar yang meliputi penilaian sikap, halnya pada penelitian yang dilakukan oleh
pengetahuan, dan keterampilan (Peraturan Ajda (2015) yang menunjukkan bahwa sikap
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan dan prestasi peserta didik saling berkaitan.
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 Banyak penelitian yang sudah
Tentang Standar Penilaian Pendidikan, mengembangkan instrumen penilaian sikap
2016). Penilaian sikap akan lebih baik jika khususnya dalam pembelajaran kimia.
didampingi dengan program penilaian yang Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh
sistematis, komprehensif, dan Sabrina, dkk (Nufus et al., 2017) yang
berkesinambungan (Imtihan et al., 2017). mengembangkan penilaian berbasis
Oleh karena itu penilaian sikap sama kurikulum 2013 pada mata pelajaran kimia
pentingnya untuk selalu konsisten SMA. Instrumen yang dikembangkan
dilaksanakan oleh pendidik. tersebut berupa lembar observasi yang
diujicobakan pada peserta didik dan guru.
104 | Sigit Vebrianto Susilo: Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Bahan Ajar
Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar

Pengembangan instrument sikap lainnya 25% pendidik yang mampu menyusun


juga dikembangkan oleh A’izzah, dkk (A’izzah teknik dan instrumen dalam penilaian untuk
et al., 2014) yang mengukur attitude toward kurikulum 2013 (Ernawati & Safitri, 2018).
chemistry dengan teknik peer dan self Oleh karena itu, mengembangkan
assessment. Pengembangan instrumen instrumen khususnya dalam penilaian sikap
penilaian sikap dan psikomotor juga peserta didik sangat perlu ditingkatkan demi
dikembangkan oleh Afidatun dan Sigit kemajuan inovasi bidang pendidikan di
(Nadhiroh & Sigit, 2018) khusus pada materi Indonesia.
asam basa, titrasi asam basa, hidolisis Pengembangan skala IP tidak
garam, dan larutan penyangga yang terlepas dari langkah-langkah penelitian dan
disajikan dalam bentuk rating scale. pengembangan yang sudah dikembangkan
Perbedaan dengan penelitian kali ini adalah oleh para ahli. Salah satunya penelitian dan
instrumen penilaian sikap disajikan dalam pengembangan oleh Borg and Gall (1983
bentuk Skala Intensi Proporsional (IP). dalam Aka, 2019). Terdapat 10 langkah yaitu,
Skala IP salah satunya disusun oleh penelitian dan pengumpulan informasi,
Retno Lelyani Dewi (1995 dalam Azwar, perencanaan, pengembangan bentuk awal
2017). Pertanyaan dalam skala IP memiliki produk, pengujian lapangan awal, revisi
pilihan jawaban yang menggambarkan produk utama, pengujian lapangan, revisi
situasi yang berkaitan dengan pertanyaan produk, pengujian lapangan, revisi produk
yang diandai-andaikan sesuai dengan akhir, serta penyebaran dan implementasi.
kondisi dan pribadi penjawab soal (Azwar, Ada pula yang menuliskan langkah-langkah
2017). Pilihan jawaban memiliki skor masing- penelitian Borg and Gall (1983 dalam
masing dari yang tertinggi hingga terendah Nadhiroh & Sigit, 2018) dalam delapan
yang ditentukan oleh para ahli. Oleh karena langkah yaitu, studi pustaka, survei
itu tidak ada jawaban yang benar atau salah lapangan, penyusunan instrumen, uji coba
dalam menjawab pertanyaan menggunakan terbatas, revisi hasil uji coba, uji coba lebih
skala IP. Saat ini belum banyak peneliti luas, penyempurnaan produk akhir, serta
dalam bidang pendidikan menggunakan desiminasi dan implementasi. Dalam
skala IP sebagai instrumen penilaian kelas. penelitian ini akan mengacu pada delapan
Contoh skala IP yang dikembangkan dan langkah penelitian dan pengembangan
digunakan saat ini adalah untuk Tes Borg and Gall.
Karateristik Pribadi (TKP) dalam tes CPNS di Uji coba instrumen yang sedang
Indonesia. dikembangkan bertujuan untuk mengetahui
Selain itu, pengembangan kelayakan dan keajegan dari sebuah alat
instrumen penilaian sikap ini diharapkan ukur. Secara konstruk, kelayakan dapat
dapat membantu para pendidik yang dianalisis menggunakan analisis faktor.
merasa kesulitan dalam menyusun dan Analisis faktor dapat meneliti hubungan
membuat instrumen sendiri. Banyak timbal balik dengan menjelajahi pola
pendidik yang merasa kesulitan dalam sederhana diantara respon terhadap butir
mengatur waktu untuk merencakan soal dalam tes individu. Asumsinya adalah
pembelajaran, merencanakan penilaian butir-butir soal dapat mengukur konstruk
sikap, dan memilih pengetahuan dan yang sama dan akan dimuat dalam sebuah
keterampilan pada penyusunan instrumen faktor, serta skornya akan dikorelasikan satu
penilaian (Retnawati, 2015). Berdasarkan dengan yang lain (Arjoon et al., 2013) Dalam
penelitian pada guru-guru Fisika di Kota penelitian ini digunakan analisis faktor jenis
Banda Aceh memperlihatkan bahwa hanya Exploratory Factor Analysis (EFA) yang sudah

e-ISSN: 2798-8813
105 | Sigit Vebrianto Susilo: Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Bahan Ajar
Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar

umum sebagai teknik analisis data Validitas konstruk dianalisis


(Osborne, 2015). EFA merupakan metode menggunakan analisis EFA dengan bantuan
yang dapat digunakan untuk mengekplorasi program statistik SPPS 21. Analisis tiap
pola hubungan diantara beberapa variabel variabel dilakukan dalam beberapa indikator
(Baglin, 2014). Biasanya EFA digunakan yang diawali dengan analisis koefesien KMO
untuk membuat hipotesis kemudian (Kaiser-Meyer-Olkin) dan Bartlett's Test. Nilai
dikonfirmasi melalui replikasi atau analisis
KMO dihitung menggunakan korelasi parsial
faktor menggunakan analisis Confirmatory
untuk menguji apakah variabel dalam
Factor Analysis (CFA).
sampel cukup untuk berkorelasi, sehingga
Berdasarkan pemaparan tersebut
peneliti dapat membedakan variabelnya.
tujuan dari penelitian ini adalah untuk
Aturan umum dari KMO menyatakan bahwa
menguji instrumen penilaian sikap ilmiah
peserta didik SMA dalam pembelajaran nilai KMO > 0,5 agar sampel dianggap cukup
kimia dengan bantuan skala IP. Pilihan dan nilai signifikansi dari Bartlett's Test < 0,5.
jawaban pada skala IP memiliki distorsi yang Analisis selanjutnya, yaitu anti-image
lebih jelas diharapkan mampu mengukur matrics dengan melihat nilai korelasi anti-
sikap ilmiah berupa sikap tanggung jawab, image dengan persyaratan MSA (Measures
kerjasama, dan toleransi peserta didik of Sampling Adequacy) > 0,5. Tujuannya
dengan tepat, yaitu valid dan reliabel. untuk mengetahui apakah butir soal valid
atau layak dalam analisis faktor (Gaol et al.,
2. Metode Penelitian 2017). Jika nilai MSA < 0,5 maka butir soal
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan tersebut perlu dibuang dan dilakukan
pengembangan instrumen penilaian sikap analisis ulang.
siswa dalam pembelajaran kimia dengan Apabila nilai MSA sudah memenuhi
menggunakan metode penelitian dari Borg syarat analisis untuk mengetahui faktor apa
dan Gall (1983 dalam Nadhiroh & Sigit, 2018) saja yang terbentuk berdasarkan hasil
Tetapi dalam penelitian ini langkah penelitan, selanjutnya analisis nilai
penelitian dan pengembangan hanya komunalitas butir soal dengan tujuan untuk
sampai pada langkah kelima saja, yaitu uji mengetahui apakah butir soal yang disusun
coba terbatas. Skala IP terdiri dari 10 butir sudah menjelaskan sikap ilmiah yang akan
soal dengan empat pilihan jawaban yang diukur dengan syarat nilai komunalitas > 0,5.
mana pilihannya terdapat distorsi dengan Analisis selanjutnya adalah untuk
skor 1-4. Sampel diambil dengan teknik mengetahui berapa faktor yang terbentuk
random sampling yang terdiri dari 48 dalam instrumen dengan melihat nilai Eigen
peserta didik. yang > 1. Seberapa besar hubungan masing-
Validasi yang digunakan dalam penelitian masing butir soal dengan faktor yang sudah
ini adalah validasi ahli dan validasi konstruk. terbentuk sebelumnya dapat dilihat
Validitas ahli dalam penelitian ini terdiri dari berdasarkan nilai komponen matrik,
7 orang ahli yang dianalisis menggunakan sehingga dapat menentukan dimanakah
rasio validitas isi Aiken’s V. Rentang butir soal tersebut digolongkan dalam faktor
koefesien V yang dapat diukur adalah 0 yang sudah terbentuk. Hal tersebut dapat
sampai dengan 1,00 (Azwar, 2019) sehingga dilihat berdasarkan nilai rotasi komponen
koefesien V semakin mendekati 1,00 maka matrik yang paling besar. Analisis terakhir
butir menjadi lebih valid. dalam uji EFA adalah nilai komponen
transformasi matrik yang menunjukkan

e-ISSN: 2798-8813
106 | Sigit Vebrianto Susilo: Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Bahan Ajar
Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar

bahwa faktor-faktor tersebut layak untuk reliabel apabila koefesien reliabilitas


merangkum butir soal jika nilainya > 0,5. minimal 0,7 untuk penelitian pendahuluan.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini Tak hanya itu, menurut Tavakol dan Dennick
menggunakan formula Alpha Cronbach (Bahri & Supahar, 2019) menyarankan agar
yang juga dianalisis dengan bantuan butir soal dengan koefesien Cronbach Alpha
programm statistik SPSS 21. Menurut < 0,7 lebih baik dieleminasi dan dilakukan
Streiner (2003) instrumen dapat dikatakan analisis ulang.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan soal nomor 3. Melihat hasil tersebut butir
Berdasarkan hasil analisis oleh para ahli soal nomor 3 tidak memenuhi syarat MSA
diperoleh hasil estimasi validitas dengan sehingga butir tersebut harus dibuang
menggunakan formula Aiken’s V adalah dalam pengujian dan dilakukan analisis
0,94. Koefesien validitas tersebut termasuk ulang pada butir sisanya. Berdasarkan hasil
dalam kategori tinggi karena nilainya analisis ulang dengan 9 sisa butir soal
hampir mendekati 1,00 (Azwar, 2019). diperoleh hasil uji determinasi korelasi
Artinya 10 butir pertanyaan dalam skala IP matrik dalam koefesien KMO Bartlett's Test
valid atau layak digunakan dalam penelitian sebagai berikut:
untuk mengukur sikap tanggung jawab,
kerjasama, dan toleransi peserta didik dalam Tabel 1. Hasil Analisis KMO and Bartlett's
pembelajaran kimia berdasarkan hasil Test
validasi ahli. Kaiser-Meyer-Olkin Measure of .752
Tidak hanya validasi oleh ahli, Sampling Adequacy.
pengembangan instrumen dilanjutkan Bartlett's Test of Approx. Chi- 426.323
Sphericity Square
dengan validasi secara konstruk.
df 46
Berdasarkan hasil analisis EFA untuk validasi
Sig. .000
konstruk didapatkan koefesien KMO sebesar
0,736 dan signifikasi Bartlett's Test sebesar
Pada Tabel. 1 tersebut terlihat bahwa
0,000. Melihat koefesien KMO yang > 0,5 dan
koefesien KMO sebesar 0,752 yang > 0,5.
siginifikasi sudah < 0,5 maka analisis ini
Nilai Bartlett's Test of Sphericity, yaitu
sudah memenuhi syarat analisis data.
426,323 dengan signifikasi 0,000 yang <
Artinya jumlah sampel yang digunakan
0,05. Berdasarkan hasil KMO dan Bartlett's
dalam pengujian atau pengambilan data
Test of Sphericity syarat uji determinasi
sudah mencukupi dan layak untuk
korelasi matrik sudah terpenuhi atau sampel
melanjutkan analisis. Selanjutnya melihat
yang digunakan dalam penelitian sudah
pada nilai MSA pada korelasi anti-image 10
memenuhi syarat dan dapat melanjutkan
butir soal sudah lebih besar dari 0,5 kecuali
analisis nilai MSA. Nilai MSA dapat diperoleh
butir soal nomor 3. Artinya seluruh butir soal
pada korelasi anti-image sebagai berikut:
sudah valid untuk dilanjutkan kecuali butir

Tabel. 2 Hasil Analisis MSA pada Korelasi Anti-Image


Anti-image Butir Butir Butir Butir Butir Butir Butir Butir Butir
Correlation 1 2 4 5 6 7 8 9 10
Butir 1 .960a -.078 .026 .026 -.057 .015 .018 -.296 -.029
Butir 2 -.078 .648a -.150 .042 -.149 -.123 -.347 .116 .110
Butir 4 .026 -.150 .522a .229 -.038 -.035 .108 -.052 -.793
Butir 5 .026 .042 .229 .890a -.052 -.358 .142 -.041 -.325
Butir 6 -.057 -.149 -.038 -.052 .781a .050 -.334 -.030 -.117
Butir 7 .015 -.123 -.035 -.358 .050 .745a .045 -.875 .096

e-ISSN: 2798-8813
107 | Sigit Vebrianto Susilo: Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Bahan Ajar
Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar

Butir 8 .018 -.347 .108 .142 -.334 .045 .618a -.095 -.149
Butir 9 -.296 .116 -.052 -.041 -.030 -.875 -.095 .754a .033
Butir 10 -.029 .110 -.793 -.325 -.117 .096 -.149 .033 .507a
a. Measures of Sampling Adequacy (MSA)

Berdasarkan hasil pada Tabel. 2 tersebut Butir_7 1.000 .977


terlihat pada nilai MSA pada korelasi anti- Butir_8 1.000 .702
Butir_9 1.000 .977
image pada setiap butir soal memiliki nilai >
Butir_10 1.000 .899
0,5. Artinya kesembilan soal tersebut sudah
memenuhi syarat analisis dan dapat
melanjutkan analisis untuk uji komunalitas. Berdasarkan hasil pada Tabel. 3 tersebut
Berikut adalah hasil dari uji komunalitas terlihat bahwa seluruh butir soal sudah
butir soal: memiliki nilai ekstraksi > 0,5. Artinya butir
soal yang disusun sudah menjelaskan sikap
Tabel. 3 Hasil Analisis pada Uji Komunalitas
ilmiah yang akan diukur jika syarat uji
Initial Extraction komunalitas sudah terpenuhi dan bisa
Butir_1 1.000 .884 melanjutkan analisis. Analisis selanjutnya,
Butir_2 1.000 .606 yaitu untuk menentukan berapa faktor yang
Butir_4 1.000 .882
terbentuk pada intrumen ini dengan hasil
Butir_5 1.000 .932
Butir_6 1.000 .572
analisis sebagai berikut:

Tabel. 4 Hasil Analisis Nilai Eigen

Component Initial Eigenvalues Rotation Sums of Squared Loadings


Total % of Variance Cumulative % Total % of Cumulative
Variance %
1 3.807 42.300 42.300 3.781 42.012 42.012
2 2.344 26.049 68.349 1.833 20.363 62.375
3 1.281 14.232 82.581 1.819 20.207 82.581
4 .651 7.235 89.816
5 .498 5.533 95.350
6 .205 2.274 97.623
7 .152 1.685 99.308
8 .054 .600 99.908
9 .008 .092 100.000

Berdasarkan Tabel. 4 tersebut terlihat 1 2 3


bahwa nilai Eigen yang > 1 terdapat pada Butir_9 .984 -.089 -.021
Butir_7 .983 -.099 -.019
komponen 1,2, dan 3 dengan presentase
Butir_5 .958 -.081 -.087
kumulatif lebih dari 50%, yaitu 82,581%.
Butir_1 .939 -.048 .007
Artinya komponen analisis yang sudah Butir_10 .074 .769 -.550
memenuhi syarat dalam penelitian ini terdiri Butir_4 .014 .766 -.544
dari 3 faktor. Analisis selanjutnya, yaitu uji Butir_6 .194 .673 .287
komponen matrik dengan hasil sebagai Butir_8 .036 .635 .546
Butir_2 .164 .533 .543
berikut:

Tabel. 5 Hasil Analisis Komponen Matrik


Berdasarkan Tabel. 5 tersebut
Component memperlihatkan seberapa besar butir soal

e-ISSN: 2798-8813
108 | Sigit Vebrianto Susilo: Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Bahan Ajar
Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar

berpengaruh pada ketiga faktor. Butir soal pendahulian mengingat penelitian ini masih
dengan nilai pengaruh > 0,5 dalam faktor pada uji terbatas.
1,2, dan 3 maka butir soal tergolong dalam
Pengembangan instrumen penilaian
faktor tersebut. Artinya butir 1;5;7; dan 9
sikap tanggung jawab, kerjasama, dan
termasuk dalam faktor 1, butir 2;4;6;8; dan
toleransi dalam pembelajaran kimia ini
10 termasuk dalam faktor 2, dan butir 2 dan
menggunakan skala IP dengan 10 butir soal.
8 juga termasuk dalam faktor 3. Analisis
Berdasarkan hasil analisis validitas dan
terakhir yaitu uji transformasi komponen
reliabilitas instrumen menunjukkan bahwa
matrik dalam Tabel. 6 sebagai berikut:
instrumen memiliki 9 butir soal yang valid
Tabel. 6 Hasil Analisis Transformasi dan reliabel untuk mengukur sikap
Komponen Matrik tanggung jawab, kerjasama, dan toleransi
dalam pembelajaran kimia SMA dan 1 butir
Component 1 2 3
soal yang tidak valid dari sikap tanggung
1 .992 .037 .118
2 -.108 .718 .688 jawab berdasarkan uji validitas konstruk.
3 -.059 -.695 .717 Oleh karena itu, penelitian ini masih perlu
dilanjutkan mengingat langkah-langkah
penelitian dan pengembangan yang masih
Berdasarkan Tabel. 6 analisis tersebut
pada uji coba terbatas. Namun berdasarkan
terlihat bahwa nilai > 0,5 pada uji
hasil penelitian tersebut, ternyata skala IP
transformasi komponen matrik sudah
mampu mengukur secara baik sikap peserta
memenuhi syarat analisis. Artinya 3
didik dalam di kelas. Ditambah lagi dengan
komponen tersebut layak atau dapat
skala IP yang masih belum banyak
merangkum 9 butir soal dengan tiga sikap
digunakan dalam pembelajaran di kelas,
ilmiah, yaitu sikap tanggung jawab,
rasanya pengembangan instrumen
kerjasama, dan toleransi dalam
penilaian dengan skala tersebut baik untuk
pembelajaran kimia SMA.
terus dilanjutkan sebagai pengembangan
Penilitian yang baru sampai pada langkah dari inovasi bidang pendidikan.
uji coba terbatas ini harus dilanjutkan
Tidak hanya karena alasan inovasi
dengan mengembangkan lebih banyak soal
pendidikan, peningkatan pemahaman
dengan berbagai sikap ilmiah lainnya yang
tentang pentingnya pelaksanaan penilaian
relevan dalam pembelajaran kimia.
sikap dalam pembelajaran kimia
Pengembangan instrumen yang
mendorong para peneliti dan pendidik
diujicobakan pada responden yang lebih
mengembangkan instrumen untuk
banyak akan menjawab hipotesis dalam
mengukur kemampuan sikap peserta didik
penelitian dengan konfirmasi analisis faktor
(Komperda et al., 2018). Selain dengan
(Baglin, 2014:1). Sehingga, instrumen lebih
pelaksanaan penilaian, menanamkan sikap
siap dan layak digunakan dalam penilaian
positif dalam pembelajaran kimia harus
sikap dalam pembelajaran kimia.
diatasi dan dicontohkan oleh pendidik
Hasil reliabilitas dengan formula Alpha karena dapat mengarahkan pada
Cronbach didapatkan koefesien Cronbach peningkatan prestasi akademik dan
Alpha sebesar 0,778. Melihat besar partisipasi dalam ilmu kimia sendiri (Ibrahim
koefesien reliabilitas yang > 0,7 tersebut & Iksan, 2018). Menurut studi yang
menurut Streiner (2003) instrumen dapat dilakukan oleh Paivi, dkk (Kousa et al., 2018)
dikatakan reliabel sebagai penelitian menunjukkan bahwa sikap yang lebih positif
dalam pembelajaran kimia dapat mengarah

e-ISSN: 2798-8813
109 | Sigit Vebrianto Susilo: Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Bahan Ajar
Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar

pada pencapaian yang lebih baik disertai skala ini memiliki kelebihan pada pilihan
dengan metode pengajaran yang lebih jawaban yang bisa disesuaikan dengan
disukai oleh sebagian besar peserta didik. kondisi peserta didik.
Oleh karena itu pelaksanaan penilaian dan Harapan kedepannya peneliti dapat
keteladan dari pendidik kontinu mengembangkan lagi instrumen ini dengan
dilaksanakan. sikap ilmiah yang lengkap dan sesuai
dengan pembelajaran kimia selain sikap
4. Simpulan
tanggung jawab, kerjasama, dan toleransi.
Berdasarkan hasil uji coba validitas dan
Implikasi pengembangan instrumen
reliabilitas dinyatakan bahwa 1 soal tidak
penilaian oleh para peneliti dapat
valid serta 9 soal valid dan reliabel untuk
memberikan manfaat di SMA khususnya
mengukur sikap ilimiah peserta didik pada
pendidik untuk melakukan penilaian sikap
sikap tanggung jawab, kerjasama, dan
ilmiah peserta didik dalam pembelajaran di
toleransi dalam pembelajaran kimia
kelas. Sehingga instrumen penilaian sikap ini
menggunakan skala IP. Skala tersebut masih
diharapkan dapat menjadikan kemudahan
belum banyak digunakan di Indonesia
pada proses penilaian khususnya para
sebagai alat ukur pembelajaran di kelas,
pendidik demi kualitas penilaian pendidikan
sehingga peneliti perlu mengembangkan
Indonesia yang lebih sistematis,
instrumen dengan skala tersebut karena
komprehensif, dan berkesinambungan.

5. Daftar Pustaka

A’izzah, A. A., Susilaningsih, E., & Sumarti, S. S. (2014). Pengembangan Instrumen Penilaian
(Attitude Toward Chemistry) dengan Teknik Peer dan Self Assessment Siswa SMA N 2
Salatiga. Chemistry in Education, 6(2), 29–34. https://doi.org/10.1016/S0378-3812(97)00311-
7

Aka, K. A. (2019). Integration Borg & Gall (1983) and Lee & Owen (2004) Models as an Alternative
Model of Design-Based Research of Interactive Multimedia in Elementary School. Journal of
Physics: Conference Series, 1318, 1–8. https://doi.org/10.1088/1742-6596/1318/1/012022

Arjoon, J. A., Xu, X., & Lewis, J. E. (2013). Understanding the State of the Art for Measurement in
Chemistry Education Research: Examining the Psychometric Evidence. Journal of Chemical
Education, 90, 536–545.

Azwar, S. (2017). Penyusunan Skala Psikologi (II). Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (2019). Reliabilitas dan Validitas (IV). Pustaka Pelajar.

Baglin, J. (2014). Improving Your Exploratory Factor Analysis for Ordinal Data: A Demonstration
Using FAKTOR. Practical Assessment, Research and Evaluation, 19(5), 1–15.

Bahri, M. F., & Supahar. (2019). Content Validity and Reliability Analysis of Integrated Islamic-
Science Test Instrument to Measure The Student’s Critical Thinking Ability. Journal of Islamic
and Social Studies, 5(1), 42–51.

Ernawati, E., & Safitri, R. (2018). Analisis Kesulitan Guru dalam Merancang Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Mata Pelajaran Fisika Berdasarkan Kurikulum 2013 di Kota Banda Aceh. Jurnal
Pendidikan Sains Indonesia, 5(2), 49–56. https://doi.org/10.24815/jpsi.v5i2.9817

Gaol, P. L., Khumaedi, M., & Masrukan, M. (2017). Pengembangan Instrumen Penilaian Karakter
Percaya Diri pada Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama. Journal of

e-ISSN: 2798-8813
110 | Sigit Vebrianto Susilo: Internalisasi Nilai Pendidikan Karakter Melalui Pengembangan Bahan Ajar
Tematik untuk Siswa Sekolah Dasar

Educational Research and Evaluation, 6(1), 63–70. https://doi.org/10.15294/JRER.V6I1.16209

Ibrahim, N. H. B., & Iksan, Z. B. H. (2018). Level of Chemophobia and Relationship with Attitude
towards Chemistry among Science Students. Journal of Educational Sciences, 2(2), 52–65.

Imtihan, N., Zuchdi, D., & Istiyono, E. (2017). Analisis Problematika Penilaian Afektif Peserta Didik
Madrasah Aliyah. Schemata: Jurnal Pascasarjana IAIN Mataram, 6(1), 63–80.

Kahveci, A. (2015). Assessing High School Students’ Attitudes Toward Chemistry with a Shortened
Semantic Differential. Chemistry Education Research and Practice, 16(2), 283–292.
https://doi.org/10.1039/C4RP00186A

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016
Tentang Standar Penilaian Pendidikan, (2016).

Komperda, R., Hosbein, K. N., & Barbera, J. (2018). Evaluation of The Influence of Wording
Changes and Course Type on Motivation Instrument Functioning in Chemistry. Chemistry
Education Research and Practice, 19(1), 184–198. https://doi.org/10.1039/C7RP00181A

Kousa, P., Kavonius, R., & Aksela, M. (2018). Low-Achieving Students’ Attitudes Towards Learning
Chemistry and Chemistry Teaching Methods. Chemistry Education Research and Practice,
19(2), 431–441.

Nadhiroh, A., & Sigit, D. (2018). Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap dan Keterampilan
Psikomotorik pada Materi Asam Basa, Titrasi Asam Basa, Hidrolisis Garam, dan Larutan
Penyangga. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan, 3(7), 887–890.
https://doi.org/10.17977/JPTPP.V3I8.11405

Nufus, S. H., Gani, A., & Suhendrayatna. (2017). Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap
Berbasis Kurikulum 2013 pada Pembelajaran Kimia SMA. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia,
5(1), 44–51.

Osborne, J. W. (2015). What is Rotating in Exploratory Factor Analysis? Practical Assessment,


Research and Evaluation, 20(2), 1–7.

Retnawati, H. (2015). Hambatan Guru Matematika Sekolah Menengah Pertama dalam


Menerapkan Kurikulum Baru. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 390–403.

Streiner, D. L. (2003). Starting at The Beginning: An Introduction to Coefficient Alpha and Internal
Consistency. Journal of Personality Assessment, 80(1), 99–103.

e-ISSN: 2798-8813

Anda mungkin juga menyukai