Anda di halaman 1dari 25

PENILAIAN NON TES

Makalah disusun sebagai tugas pada Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran Matematika

Oleh:
Nasrul
NIM 20700121042

Dosen Pengampu:
Dr. Nursalam, S.Pd., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….. ii

I. PENDAHULUAN.............................................................................................................. 5
A. Latar Belakang.................................................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................. 8
II. PEMBAHASAN............................................................................................................... 9
A. Pengertian Penilaian Non Tes......................................................................................................9
B. Tujuan Penilaian Non Tes........................................................................................................... 12
C. Bentuk-bentuk Penilaian Non Tes...........................................................................................15
D. Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Non Tes....................................................................20
III. PENUTUP.................................................................................................................... 21
A. Kesimpulan........................................................................................................................................ 21
B. Implikasi............................................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 23

ii
JUDUL MAKALAH

Oleh: Nasrul

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penilaian adalah pengamatan langsung terhadap siswa dengan mencatat

tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak dinilai semata-mata dengan

tes, baik tes deskriptif maupun tes objektif. Kegiatan pengukuran, penilaian dan

evaluasi sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak dapat dipisahkan

karena aktivitas merupakan siklus yang diperlukan untuk mengetahui sampai di

mana tingkat pendidikan telah dicapai. Misalnya dalam menilai kinerja siswa,

pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam proses penilaian.

Kegiatan terukur seringkali disajikan dalam berbagai bentuk pengujian dan ini

merupakan bentuk yang paling banyak digunakan (Shobariyah, 2018).

Evaluasi merupakan bagian dari proses pembelajaran, mengingat dalam


satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan pengajaran, maka

pelaksanaan evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan pendidikan sangatlah

penting, karena penilaian merupakan alat atau proses yang mengukur tingkat dari

kesuksesan yang dicapai. siswa terhadap bahan ajar atau materi yang ditugaskan

sehingga melalui penilaian, tujuan pembelajaran diketahui secara akurat dan

meyakinkan (Oktavia et al., 2021).


Dalam realitas pendidikan saat ini, evaluasi bukan sekadar alat pengukur
keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran, melainkan sebuah proses
refleksi mendalam terhadap metode pengajaran, kurikulum, dan lingkungan
belajar. Evaluasi memberikan gambaran yang komprehensif tentang
perkembangan siswa, memfasilitasi penyesuaian strategi pembelajaran, serta

3
4

mendorong inovasi dalam menyajikan materi pembelajaran. Evaluasi pendidikan


melibatkan pengamatan, penilaian, dan analisis terhadap pencapaian siswa serta
efektivitas metode pengajaran. Ini bukan hanya sebatas mengukur hasil akhir
dalam bentuk nilai, tetapi juga melibatkan pemahaman mendalam tentang
bagaimana siswa belajar dan sejauh mana mereka dapat mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Munadi, 2018). Evaluasi
menjadi panduan bagi pendidik untuk menyesuaikan strategi pengajaran,
menciptakan lingkungan belajar yang optimal, dan merancang kurikulum yang
responsif terhadap kebutuhan peserta didik.

Berdasarkan beberapa definisi yang berkaitan dengan evaluasi, dapat


disimpulkan bahwa rating adalah suatu alat yang menjadi acuan untuk menilai
sesuatu sehingga kita mengetahui baik atau tidaknya suatu rencana yang dapat
kita kembangkan. Dalam penilaian, pembelajaran dapat menentukan apakah
pembelajaran yang kita lakukan di kelas mencapai tujuan yang kita inginkan.
Oleh karena itu, penilaian ini sangat penting bagi kita untuk mengetahui suatu
nilai.

Penilaian evaluasi merupakan suatu proses esensial dalam dunia


pendidikan yang tidak hanya menilai kemajuan siswa, tetapi juga menyediakan
landasan untuk meningkatkan efektivitas sistem pendidikan secara
keseluruhan. Dalam perjalanan pendidikan, penilaian evaluasi menjadi jendela
yang membuka pemahaman mendalam terhadap pencapaian belajar,
memberikan gambaran holistik tentang sejauh mana tujuan pembelajaran
tercapai.

Menurut Mardapi bahwa Dalam kegiatan pembelajaran evaluasi memiliki


peranan penting dalam terwujudnya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu,
maka evaluasi dalam Pendidikan mencakup istilah-istilah yang sering
digunakan dalam pelaksanaannya yaitu tes, pengukuran dan penilaian. Tes
merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan seseorang
secara tidak langsung, yaitu melalui respon seseorang terhadap stimulus atau
5

pertanyaan”. Oleh karena itu, tes dijadikan salah satu alat untuk melakukan
pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi karakteristik suatu
objek (Magdalena et al., 2020).

Secara umum, ada dua kategori alat penilaian hasil belajar yaitu tes dan
non tes. Hasil belajar dan proses pembelajaran tidak hanya dievaluasi dengan
tes, baik tes deskriptif maupun tes objektif, tetapi juga dapat dievaluasi dengan
non tes atau non tes. Instrumen nontes yang biasa digunakan adalah
wawancara, angket, skala (rating scale, skala sikap), observasi atau temuan,
studi kasus dan sosiometrik. Wawancara dan survei biasanya digunakan menilai
aspek kognitif seperti pendapat atau keyakinan tentang seseorang dan
keinginan serta cita-citanya selain aspek afektif dan perilaku individu. Skala
tersebut dapat digunakan untuk mencatat aspek afektif seperti skala sikap dan
skala pertanyaan serta aspek kognitif seperti skala penilaian. Pengamatan
biasanya digunakan untuk memperoleh informasi tentang perilaku seseorang
atau proses operasional tertentu. Informasi ekstensif tentang kasus individu
diperoleh berdasarkan studi kasus. Sosiometri umumnya digunakan untuk
menilai aspek perilaku seseorang, khususnya hubungan sosial.

Penilaian non tes sebagai alat penilaian sikap penting menurut guru,
namun pelaksanaannya masih kurang baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain waktu yang digunakan
untuk mengamati obyek yang diamati dan sebaliknya pandangan bahwa
evaluasi pendidikan hanya didasarkan pada tujuan kognitif. Selain itu, guru
sekolah cenderung lebih sering menggunakan tes karena instrumennya mudah
dibuat dan lebih praktis digunakan yang dianggap terbatas pada aspek kognitif
berdasarkan hasil yang diperoleh siswa setelah pengalaman belajar. Padahal,
penilaian tersebut mencakup semua aspek perubahan siswa (authentic
assessment) (Jauhari et al., 2017).
Penilaian non tes telah menjadi fokus perhatian yang semakin meningkat
dalam dunia pendidikan, mengukuhkan dirinya sebagai alat evaluasi yang
berdaya guna dan relevan. Di tengah perubahan dinamis dalam paradigma
6

pendidikan, penilaian non tes menawarkan pandangan yang lebih holistik


terhadap kemampuan dan potensi peserta didik, melampaui sekadar
penguasaan informasi akademis. Dalam konsep penilaian non tes, peserta didik
dinilai melalui beragam konteks dan situasi yang mencerminkan keberhasilan
mereka dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata (Wiwin
Pratiwi et al., 2021). Sebagai lawan dari pendekatan tes yang lebih tradisional,
penilaian non tes memperhitungkan aspek-aspek seperti keterampilan
interpersonal, kreativitas, pemecahan masalah, dan kemampuan berpikir kritis.

Evaluasi adalah proses penting untuk mengubah perilaku apapun dan


belajar meliputi segala sesuatu yang dipikirkan dan dilakukan seseorang.
Penilaian adalah pengamatan langsung terhadap siswa yang memperhatikan
tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai dengan tes,
baik dengan tes deskriptif maupun tes objektif. Pengukuran kinerja, evaluasi
dan penilaian sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak dapat
dipisahkan karena aktivitas merupakan siklus yang diperlukan untuk
mengetahui berapa lama pelatihan selesai. Misalnya pada saat menilai hasil
belajar siswa, kegiatan pengukuran dan evaluasi merupakan langkah awal
dalam proses penilaian. Fungsi pengukuran yang akan diimplementasikan
biasanya disajikan dalam pengujian yang berbeda dan ini adalah yang paling
umum digunakan. Akan tetapi tes bukanlah satu-satunya alat untuk mengukur,
menilai dan mengevaluasi pendidikan, karena ada teknik lain yaitu teknik “non
tes”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah Penilaian Non Tes


pada evaluasi pembelajaran ini antara lain:

1. Jelaskan pengertian dari penilaian non tes?

2. Jelaskan tujuan penilaian non tes?


7

3. Jelaskan bagaimana bentuk-bentuk penilaian non tes?

4. Jelaskan bagaimana kelebihan dan kekurangan penilaian non tes?

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Penilaian Non Tes

Penilaian non tes adalah penilaian yang mengukur kemampuan siswa

secara langsung dengan tugas-tugas riil dalam proses pembelajaran. Contoh

penilaian non tes banyak terdapat pada keterampilan menulis untuk bahasa,

percobaan laboraturium sains, bongkar pasang mesin, teknik dan sebagainya.

Penilaian yang dilakukan dengan teknik non tes terutama bertujuan untuk

memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta didik

dari segi ranah sikap hidup dan ranah keterampilan (Rahmi & Ariefin, 2019).

Penilaian non tes adalah teknik penilaian tanpa menguji peserta didik,

melainkan dilakukan dengan menggunakan pengamatan secara sistematis dalam


bentuk observasi langsung, wawancara, angket, dan meneliti dokumen-dokumen.

Alat ukur non tes digunakan terutama pada evaluasi hasil pembelajaran yang era

kaitannya dengan kualitas pribadi dan skill peserta didik (Cahayu & Sampurna,

2023). Seperti halnya menurut Hapiz (2020), menyatakan bahwa penilaian non tes

biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft

skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan

oleh peserta didik. Hal tersebut diperoleh dari hasil pemahaman yang mereka

dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sejalan dengan kutipan

(Magdalena et al., 2021), teknik non tes biasanya dilakukan dengan cara

wawancara, pengamatan, secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun


8

menilai/mengamati dokumen-dokumen yang ada. Penilaian non tes biasanya

digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill,

terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh

peserta didik. Hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pemahaman yang mereka

dapatkan selama proses pembelajaran berlangsung.

Adapun menurut Seftiani (2019), bahwa penilaian nontes dapat digunakan

jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta

hal-hal yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat, dan

motivasi. Penilaian nontes dapat dilakukan melalui: (a) pengamatan (observasi),

yaitu alat evaluasi yang dilakukan oleh pendidik berdasarkan pengamatan

terhadap perilaku peserta didik, baik secara individu maupun kelompok, di kelas

maupun luar kelas; (b) skala sikap, yaitu alat evaluasi yang digunakan untuk

melihat sikap siswa melalui pengerjaan tugas tertulis dengan soal-soal yang lebih

mengukur nalar atau pendapat peserta didik; (c) angket, yaitu alat evaluasi yang

penyajiannya berupa tugas-tugas yang dikerjakan secara tertulis; (d) catatan

harian, yaitu catatan berupa perilaku peserta didik secara individu; (e) daftar cek,

yaitu catatan yang berisi subjek dan aspek-aspek yang diamati dari peserta didik
dalam tiap-tiap kejadian yang dianggap penting.

Berdasarkan hal-hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian non tes

merupakan merupakan pengumpulan informasi untuk menentukan kualitas dan

kuantitas belajar siswa. Dalam penilaian dapat terjadi pengumpulan informasi

tentang berbagai hal yang terkait dengan pencapaian peserta didik melalui

berbagai bentuk tes atau non tes. Melalui penilaian guru/dosen bisa menentukan

apakah peserta didik mengalami kemajuan dalam belajar atau mampu menguasai

kompetensi yang diharapkan. Penilaian juga diharapkan dapat memberikan

manfaat utamanya bagi peserta didik untuk mengetahui kemajuan belajarnya


9

sehingga dapat menjadikannya motivasi untuk terus belajar dan bertanggung

jawab terhadap keberhasilan belajar yang dicapai sekarang.


Penilaian Non Tes Menurut Para Ahli
1) Airasian dan Elander (2013): Menurut mereka, penilaian non tes mencakup
berbagai strategi penilaian, termasuk proyek, portofolio, presentasi, dan
diskusi kelompok. Mereka menekankan bahwa pendekatan non tes
memberikan pandangan yang lebih lengkap tentang kemampuan siswa
dibandingkan dengan tes tertulis.
2) Popham (1997): Popham menggambarkan penilaian non tes sebagai metode
evaluasi yang tidak bergantung pada ujian atau tes tertulis, melainkan
melibatkan pengamatan langsung, wawancara, dan penilaian terhadap
produk-produk kreatif atau proyek siswa.
3) Sudijono (2009): Sudijono menyatakan bahwa penilaian non tes melibatkan
teknik-teknik seperti wawancara, pengamatan sistematis, penggunaan
angket, serta penilaian atau pengamatan terhadap dokumen-dokumen.
Penilaian ini umumnya digunakan untuk mengukur aspek afektif dan
psikomotorik siswa.
Hakikat Penilaian Non Tes
Hakikat penilaian non tes melibatkan penggunaan berbagai metode penilaian
yang tidak melibatkan ujian atau tes tertulis sebagai instrumen utama. Penilaian
ini menekankan pengukuran aspek-aspek lain selain kognitif atau pengetahuan
belaka, seperti aspek afektif (sikap, nilai-nilai, dan motivasi) dan psikomotorik
(keterampilan fisik dan motorik) (Madralis, 1999).
a. Holistik: Penilaian non tes memberikan pandangan yang lebih holistik
tentang kemampuan dan potensi siswa. Metode ini memungkinkan evaluasi
terhadap berbagai dimensi, seperti kreativitas, kerja sama, dan
keterampilan praktis.
b. Kontekstual: Penilaian ini dapat disesuaikan dengan konteks pembelajaran
yang spesifik. Misalnya, melibatkan proyek berbasis kehidupan nyata atau
situasi simulasi yang mencerminkan situasi sehari-hari.
10

c. Fleksibel: Penilaian non tes bersifat lebih fleksibel daripada tes tertulis
karena dapat diadaptasi untuk mencakup keberagaman gaya belajar dan
kebutuhan siswa.
d. Informatif: Hasil dari penilaian non tes memberikan informasi yang lebih
mendalam tentang perkembangan siswa, membantu pendidik memahami
lebih baik kekuatan dan kelemahan siswa di berbagai aspek.
e. Mendorong Pembelajaran Aktif: Metode ini mendorong siswa untuk terlibat
secara aktif dalam proses pembelajaran, membangun pemahaman dan
keterampilan melalui proyek, diskusi, atau presentasi.
f. Menyediakan Umpan Balik: Penilaian non tes memberikan umpan balik
yang konstruktif dan kaya, membantu siswa memahami area mana yang
dapat diperbaiki dan bagaimana mereka dapat meningkatkan kinerja
mereka.
Hakikat penilaian non tes menciptakan ruang untuk pendekatan
evaluatif yang lebih komprehensif, memperhitungkan dimensi-dimensi
yang melampaui pemahaman pengetahuan semata, dan memberikan
gambaran yang lebih lengkap tentang kemampuan siswa.

B. Tujuan Penilaian Non Tes

Menurut Widiyok dalam Prihastari and Jumanto (2017), metode penilaian

non-tes sering kali digunakan untuk mengevaluasi keterampilan lunak,

termasuk sikap, perilaku, sifat, interaksi sosial, dan aspek lainnya yang

diperlihatkan oleh siswa secara menyeluruh. Evaluasi ini mencakup berbagai

aspek yang terkait dengan proses pembelajaran, baik secara individu maupun

dalam kelompok. Instrumen yang akan dibuat oleh peserta pelatihan diarahkan

khusus untuk menilai ranah afektif, sehingga kajian menjadi lebih mendalam

dan dapat diterapkan secara praktis oleh para guru.


11

Menurut Sudijono dalam Magdalena, Ismawati, and Amelia (2021), tujuan

dari evaluasi pembelajaran mencakup tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan

umumnya adalah mengumpulkan informasi sebagai bukti terkait tingkat

perkembangan atau kemajuan yang dialami peserta didik setelah mengikuti proses

pembelajaran dalam periode tertentu. Selain itu, evaluasi bertujuan untuk

mengukur dan menilai efektivitas pengajaran serta metode-metode pengajaran

yang diterapkan oleh pendidik, dan juga kegiatan belajar yang dijalankan oleh

peserta didik. Sementara itu, tujuan khusus evaluasi adalah merangsang aktivitas

peserta didik dalam menjalani program pendidikan. Evaluasi dianggap penting

karena tanpa adanya evaluasi, tidak mungkin muncul semangat atau dorongan

bagi peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan prestasi masing-masing.

Evaluasi juga membantu dalam mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab

keberhasilan dan kegagalan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan,

sehingga solusi atau langkah perbaikan dapat diidentifikasi

Penilaian non-tes, atau sering disebut juga penilaian formatif, memiliki

tujuan untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan dan kemajuan

peserta didik secara berkesinambungan selama proses pembelajaran. Berbeda


dengan tes akhir semester atau ujian standar lainnya, penilaian non-tes lebih

bersifat formatif dan dilakukan secara kontinu selam a periode pembelajaran.

Berikut adalah beberapa tujuan utama dari penilaian non-tes:

1) Memberikan Umpan Balik (Feedback): Penilaian non-tes memberikan umpan

balik yang segera kepada peserta didik. Guru dapat memberikan informasi

langsung tentang kekuatan dan kelemahan siswa, serta memberikan arahan

untuk perbaikan.

2) Mengidentifikasi Kesulitan dan Kebutuhan:

 Guru dapat mengidentifikasi area atau konsep yang sulit dipahami oleh
peserta didik.
12

 Dengan demikian, guru dapat menyesuaikan metode pengajaran dan


menyediakan dukungan tambahan untuk membantu siswa mengatasi

kesulitan tersebut.

3) Mendorong Keterlibatan Siswa:

 Proses penilaian non-tes dapat mencakup interaksi langsung antara guru


dan siswa.

 Mendorong keterlibatan siswa dalam pemahaman materi dan proses


pembelajaran.

4) Mengukur Kemajuan Secara Berkala:

 Guru dapat secara berkala mengukur kemajuan siswa selama periode


pembelajaran.

 Ini membantu guru dan siswa untuk mengidentifikasi perubahan dalam


pemahaman dan keterampilan secara progresif.

5) Mengarahkan Pembelajaran:

 Hasil penilaian non-tes dapat digunakan untuk merencanakan dan


mengarahkan aktivitas pembelajaran berikutnya.

 Guru dapat menyesuaikan kurikulum dan metode pengajaran sesuai


dengan kebutuhan siswa.

6) Meningkatkan Motivasi Belajar:

 Siswa dapat merasa lebih termotivasi untuk belajar ketika mereka


mendapatkan umpan balik yang mendukung dan dapat mengarahkan

perbaikan.

 Proses penilaian yang bersifat kontinu dapat memberikan dorongan


positif.

7) Menilai Aspek Soft Skills: Selain pengetahuan akademis, penilaian non-tes

dapat memberikan wawasan tentang perkembangan keterampilan lunak atau


13

soft skills siswa, seperti kemampuan berkomunikasi, kolaborasi, dan

pemecahan masalah.

Dengan menerapkan penilaian non-tes secara efektif, guru dapat

menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung, adaptif, dan responsif

terhadap kebutuhan individual siswa.

C. Bentuk-bentuk Penilaian Non Tes


1. Penilaian kinerja (Performance Assessment)

Menurut A. Fajar dalam Ferdinan (2017), penilaian kinerja


didefinisikan sebagai bentuk penilaian yang meminta siswa untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan
kelakukan kerjanya ke dalam berbagai tugas yang bermakna dan
melibatkan siswa sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Karakteristik dari
tes kinerja ada dua yaitu : 1) Peserta tes diminta untuk mendemonstrasikan
kemampuanya dalam mengkreasikan suatu produk atau terlibat dalam
suatu aktivitas (perbuatan) seperti melakukan eksperimen, praktek, dan
sebagaianya. 2) Produk dari tes kinerja lebih penting daripada perbuatan
atau kinerjanya.

Persiapan tes kinerja dilakukan dalam beberapa tahapan sebagai


berikut.

a. Dilakukan identifikasi tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan


penilaian kinerja.
b. Memilih kegiatan yang cocok untuk menilai siswa.

Selain berdasarkan tujuan penilaian hal-hal yang perlu diperhatikan


dalam menentukan kegiatan untuk penilaian anatara lain yaitu :

a) batasan waktu yang tersedia,

b) ketersediaan sarana di kelas,

c) berapa banyak data yang diperlukan untuk mengetahui kualitas


14

kinerja siswa.
Kegiatan dalam penilaian kinerja dapat dibedakan menjadi informal
dan formal. Kegiatan formal adalah penilaian dengan sepengetahuan
siswa bahwa ia dinilai mellaui kegatan yang menunjukan kinerjanya
maupun menyelesaikan suatu proyek.
c. Menentukan kriteria kualitas kinerja siswa.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi kriteria dapat kita temukan


pada indicator kompetensi. Penyusunan kriteria dapat pula dilakukan
dengan memperhatikan beberapa hal di bawah ini :
- Mengidentifikasi secara keseluruhan kinerja yang akan dinilai

- Mendaftar aspek-aspek penting dari produk atau kinerja

- Membatasi jumlah kriteria ynag dapat diamati

- Menyatakan keriteria dalam bentuk karakteristik [roduk atau


kelakukan siswa yang dapat diamati.

- Menyusun kriteria agar dapat diamati dengan efektif.

d. Menyusun rubrik kinerja

Penilaian kinerja tidak memiliki kriteria benar salah melainkan ingin


mengetahui derajad kesusksesan atau kualitas. Oleh karenanya,
diperlukan sebuah rubrik yang sederhana dan jujur yang
mencerminkan kriteria kinerja.
e. Menilai kinerja

Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam menilai kinerja anatar


lain :

- Pendekatan ceklis, dalam pendekatan ini kita mengindikasi


apakah elemen tertentu dari kinerja terdapat dalam ceklis.
- Pendekatan naratif, pada pendekatan ini guru menuliskan narasi
apa yang terjadi pada saat pengamatan. Berdaarkan hasil
pengamatan ini guru dapat menentukan seberapa dekat kinerja
15

siswa dengan standar yang ada.


- Pendekatan skala rating, dalamm pedekatan ini guru
mengidentifikasi seberapa besar derajad kinerja mendekati
standar.
- Metode hapalan, dalam hal ini guru mengandalkan memorinya
untuk menentukan apakah siswa sukses atau tidak.

Menurut Stenmark (2000) bahwa manfaat penilaian kinerja dalam


pembelajaran matematika adalah :

a. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk


memperlihatkan kemampuan peserta didik baik kecepatan maupun
ketepatan.

b. Melakukan pengorganisasian dan pemikira siswa sendiri.

c. Memahami bahwa matematika bbukanlah serangkaian peraturan


untuk diingat dan diikuti tetapi lebih kepada proses yang
memungkinkan siswa untuk menyelesaikan masalah.

d. Meningkatkan motivasi.

e. Mengetahui kekuatan dan kegnaan matematika.

2. Penilaian proyek (Project Assessment)

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu


tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas
tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan
data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data (Ansori, 2017).

Kegiatan proyek adalah cara yang amat baik untuk melibatkan siswa
dalam oemecahan masalah karena bersifat sangat ilmiah apalagi ditunjang
dengan kegautan yang berhubungan dengan dunia nyata. Projek dapag
melibatkan suswa secara aktif dan menemukan sutuasi baru yang dapat
16

mendorong siswa menemukan suatu masalah sehingga dapat menuntun


mereka merumusakan hipotesis yang membutukan penyelidikan lebih
lanjut.

Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,


kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyilidikan, dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan (Maulina &
Setyorini, 2015), yaitu :

- Kemampuan Pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilik topik, mencari, dan


mengelola waktu pengumpulan sata serta penulisan laporan

- Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan


tahapan penegetahuan, pemahaman, dab keterampilan dalam
pembelajaran.

- Keaslian

Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan karya yang


orisinil atau karyanya sendiri, dengan mempertimbangkan kontribusi
guru berupa petunjuk, arahan, dan dukungan terhadap proyek peserta
didik.

3. Penilaian Produk (Product Assessment)

Menururt Taufina dalam Pinilih et al (2013), penilaian produk


adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penialian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, misalnya makanan, pakaian jadi, hasil
karya seni, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi
17

3 tahapan dan setiap tahapan perlu dilakukan penilaian, yaitu :

a. Tahap persiapan, meliputi penilaian kemampuan peserta didik dan


merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.

b. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi : penilaian kemampuan


peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan
teknik.

c. Teknik penilaian produk (appraisal) meliputi penialain produk tang


ihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

4. Penialian Portofolio (Portofolio Assessment)

Portofolio pengumpulan secara sistematis haisl kerja seseorang.


Penilaian portofolio merupakan strategi penilaian dengan cara
mengumpulkan dan menilai haisl kerja dna tugas siswa secara
berkelanjutan sebagai acuan bagi guru untuk observasi dan oertanyaan
(observation and questioning) melihat apakah terjadi kemajuan belajar
pada diri siswa.

Penilaian dengan portofolio juga dapat dilakukan untuk mengamati


perembangan siswa secara umum, misalnya dalam pencapaian indikator-
indikator dan kompetensi. Misalnya guru memberikan tugas-tugas kepada
siswa dengan petunjuk yang jelas secara periodik, mengomentari, dan
mengumpulkannya. Pada akhir semester kumpulan tugas tersebut dapat
memberikan gambaran perkembangan pencapaian kompetensi siswa.
Portofolio juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan berbagai karya
siswa dan menganalisanya.

5. Penilaian Afektif (Afektif Assessment)

Penilaian afektif adalah penilaian terhadap aspek-aspek non


intelektual seperti sikap, minat, motivasi, dan sebagainya. Penilaian ini
18

penting karena mengingat banyaknya penlitian yang relevan bahwa aspek


kognitif dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik (Akbar et al.,
2021).

Menurut Sukanti (2011), ada beberapa hal yang dapat menjadi fokus
penilaian afektif di antaranya adalah sikap antara lain :

a. Sikap terhadap mata pelajaran. Siswa seharusnya memiliki sikap yang


lebih baik pada suatu mata pelajaran (misalnya matematika) pada
akhir semester daripada ketika oelajaran tersebut diberikan pertama
kali. Setidaknya siswa tidak memiliki sikap negatif terhadap mata
pelajaran yang dimaksud.

b. Sikap positif terhadap belajar. Siswa diharapkan memiliki sikap positif


terhadal belajar cenderung menjadi pembelajar pada masa depan.

c. Sikap positif terhadap diri sendiri. Meskipun harga diri siswa


dipengaruhi oleh faktor luar sekolah, tetali hal hal yang terjadi di kelas
diharapkan dapat meningkatkan harga diri siswa.

d. Sikap positif terhadap perbedaan. Siswa perlu mengembangkan sikap


yang lebih toleran dan menerima perbedaan seperti etnik, gender,
kebangsaan, suku, dan keagamaan.

6. Penilaian Diri (Self Assessment)

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian dimana peserta didik


diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses, dan
tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran
tertentu berdasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Tujuan
utama dari penilaian diri adalah untuk mendukung atau memperbaiki
proses dan hasil belahar. Hasil penilaian diri dapat digunakan guru sebagai
bahan pertimbangan untuk memberikan nilai (Djam’an et al., 2017).

Menurut Depdiknas dalam Sibuea et al (2023), ada beberapa jenis-


19

jenis evaluasi diri, yaitu:

a) Penilaian Langsung dan spesifik, yaitu penilaian secara langsung,


pada saat atau setelah selesai melakukan tugas untuk menilai
aspek-aspek kompetensi tertentu dari suatu mata pelajaran.

b) Penilaian tidak langsung dan holistik, yaitu penilaiaj yang dilakukan


dalam kurun waktu yang panjang, untuk memberikan penilaian
secara keseluruhan.

c) Penialian Sosio-Afektif, yaitu oenilaian terhadap unsur-unsur


afektif atau emosional. Misalnya, peserta didik dapat diminta untuk
membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap
suatu objek tertentu.

Kelebihan penggunaan tes penilaian diri yaitu :

a. Menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik

b. Membantu menyadarkan peserta didik akan kekuatan dan


kelemahan dirinya

c. Mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat


jujur.

7. Rubrik Penilaian

Rubrik penskoran (scoring rubric) yang sering dikenal dengan rubrik


merupakan gambaran skema penskoran yang dibuat oleh guru atau
evaluator sebagai panduan dalam menganalisis/menskor produk yang
dihasilkan siswa atau proses yang dilakukan oleh siswa (Suwarno & Aeni,
2021).

Rubrik umumnya diterapkan ketika kita harus melakukan justifikasi


kualitas atau mengevaluasi permasalahan dan aktivitas-aktivitas yang luas.
20

Contohnya adalah rubrik pedoman penskoran nilai tes essay siswa.

Manfaat penggunaan rubrik yaitu :

a. Dapat memberikan gambaran sejauh mana kemampuan yang telah


dicapai siswa

b. Dapat memberikan umpan balik kepada siswa tentang bagaimana


seharusnya mereka untuk memperbaiki kinerjanya.

Tahapan penyusunan rubrik yaitu :

a. Menentukan kriteria penampilan terbaik dari produk atau proses


yang diskor.

b. Menentukan kriteria penampilan terburuk.

c. Menentukan anyajnya tingkat skor.

d. Menambah kriteria skor

Dalam pembuatan rubrik sebaiknya menggunakan kata kerja


operasional. Adapun rubrik diperlukan atau tidak diperlukan tidak
bergantung pada mata pelajaran atau tingkat kelas. Tetapi lebih kepada
tujuan assessment. Rubrik sering digunakan dalam portofolio, kinerja,
aktivitas kelompok, dan tes essay.

D. Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Non Tes

Menurut Yunita (2013), Selain menghabiskan waktu yang cukup lama,

terdapat beberapa kekurangan lain yang perlu diperhatikan saat menggunakan

asesmen kinerja. Kekurangan-kekurangan tersebut meliputi:

1) Tugas-tugas asesmen ini seringkali sulit untuk diselesaikan sepenuhnya

oleh siswa.

2) Terdapat unsur subjektivitas dalam penilaian kinerja siswa.


21

3) Menyajikan variasi kinerja yang cenderung berakhir dengan jawaban

terbuka.

4) Menilai kinerja melibatkan tugas yang bersifat spesifik.

5) Memerlukan perencanaan waktu dan kelompok yang efisien.

6) Membutuhkan waktu untuk merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi

kinerja siswa.

7) Menyulitkan dalam merancang tugas dan rubrik dengan baik.

Meskipun demikian, terdapat beberapa keuntungan dalam menggunakan

asesmen kinerja, antara lain:

1) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengaplikasikan keterampilan

penemuan.

2) Menyediakan peluang untuk pertanyaan berakhir terbuka.

3) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

4) Menyajikan bukti mengenai kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas siswa.

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penilaian non tes adalah penilaian yang dilakukan untuk mengukur
keseluruhan informasi dari peserta didik tanpa dilakukan tes untuk
mengukur kemampuan. Penilaian ini bukan untuk mengukur cerdas tidaknya
peserta didik akan tetapi menilai bagaimana peserta didik mampu
menerapkan pengetahuannya ke dalam sebuah soft skill.

Ada beberapa jenis penilaian non tes, diantaranya adalah :

1) Penilaian kinerja

2) Penilaian proyek
22

3) Penilaian produk

4) Penilaian portofolio

5) Penilaian afektif

6) Penilaian diri

7) Rubrik penilaian

2. Tujuan dari penilaian non-tes mencakup memberikan umpan balik kepada


siswa, mengidentifikasi kesulitan dan kebutuhan, mendorong keterlibatan
siswa, mengukur kemajuan secara berkala, mengarahkan pembelajaran,
meningkatkan motivasi belajar, dan menilai aspek soft skills siswa. Dengan
penerapan yang efektif, penilaian non-tes dapat menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mendukung, adaptif, dan responsif terhadap kebutuhan
individual siswa.

3. Bentuk-bentuk penilaian non-tes melibatkan penilaian afektif, yang


mencakup sikap, minat, konsep diri, dan nilai siswa. Penilaian afektif dapat
membantu membentuk karakter siswa dan memberikan gambaran
menyeluruh tentang perkembangan mereka. Selain itu, terdapat penilaian
kinerja (performance assessment) yang mencakup tugas kinerja dan rubrik
penskoran. Tugas kinerja adalah strategi penilaian di mana siswa
menciptakan, menghasilkan, dan mempresentasikan kinerja mereka dalam
konteks dunia nyata, sementara rubrik penskoran digunakan sebagai
patokan dalam menganalisis produk atau proses usaha siswa.

4. elebihan penilaian kinerja melibatkan memberikan kesempatan siswa untuk


mengaplikasikan keterampilan penemuan, mengembangkan kemampuan
berpikir kritis, dan menyajikan bukti konkret mengenai kemampuan siswa.
Namun, terdapat juga kekurangan seperti kesulitan dalam penyelesaian
tugas oleh siswa, subjektivitas dalam penilaian, dan memerlukan
perencanaan waktu yang efisien.
23

B. Implikasi

Adapun implikasi dari penilaian non tes ini adalah untuk memperoleh informasi

yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap

hidup (affective domain). Untuk mengukur seberapa baik suatu instrumen non

tes maka diperlukan analisis. Pendidik diharapkan mampu mengetahui jenis -

jenis penilaian non tes agar kiranya penilaian yang dilakukan memenuhi

keseluruhan aspek keterampilan yang tidak dapat diukur melalui tes.

DAFTAR PUSTAKA
Akbar, I. T., Sahlan, H. M., & Purwanto, H. (2021). Problematika Penilaian Afektif
Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI ). Jurnal Inovatif, 7(2), 47–
69. http://jurnal.iaih.ac.id/index.php/inovatif/article/view/236
Ansori, A. Z. (2017). Teknik Penilaian Proyek Dalam Pembelajaran Biologi Di
Madrasah Aliyah. Jurnal Diklat Keagamaan, 11(1), 3. https://bdksurabaya.e-
journal.id/bdksurabaya/article/download/33/17/
Cahayu, S. A., & Sampurna, R. (2023). Instrument Evaluasi Non-Tes Ranah Afektif
dan Psikomotorik Pembelajaran IPA Sinkronisasi Berbasis Keterampilan Abad
21 Di SMP Negeri 6 Sungai Penuh. 6(2), 1–13.
Djam’an, N., Faruddin, J. ’, Nadzra, D., Matematika, J., Matematika, F., Pengetahuan,
I., Universitas, A., & Makassar, N. (2017). Penerapan Self Assessment
(Penilaian Diri) Pada Topik Sistem Koordinat Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas Viii. Issues in Mathematics Education (Hal, 1(1), 46–52.
http://www.ojs.unm.ac.id/imed
Ferdinan. (2017). 288593-Penilaian-Kinerja-Mutu-Pendidikan-Agama-3Edef191.
Jurnal Tarbawi, 1(2), 129–138.
Hapiz, A. (2020). PENGGUNAAN TEKNIK EVALUASI NON TES PADA PEMBELAJARAN
IPS KELAS VI DI SD NEGERI 1 PENGKELAK MAS. 1, 0–2.
Jauhari, M., Rofiki, M., & Farisi, Y. Al. (2017). Authentic Assessment dalam Sistem
Evaluasi Pengembangan Kurikulum 2013. Jurnal Pedagogik, 04(01), 103–116.
Madralis. (1999). Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. 2(2), 151–165.
Magdalena, I., Ismawati, A., & Amelia, S. A. (2021). PENGGUNAAN EVALUASI NON-
TES DAN KESULITANNYA DI SDN GEMPOL SARI. 3, 187–199.
Magdalena, I., Sundari, T., Nurkamilah, S., Ayu Amalia, D., & Muhammadiyah
Tangerang, U. (2020). Analisis Bahan Ajar. Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial,
2(2), 311–326. https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/nusantara
Maulina, O. H., & Setyorini, R. (2015). Penilaian Proyek Sebagai Implementasi
Authentic Pembelajaran Drama Di Sekolah. Seminar Nasional Pendidikan
Bahasa Indonesia 2015, 99–105.
24

Munadi, S. (2018). Pneilaian Hasil Belajar. Angewandte Chemie International


Edition, 6(11), 951–952.
Oktavia, I. M. A., Ismawati, S., & Alia, F. (2021). Penggunaan Evaluasi Non Tes Dan
Hambatannya Dalam Pembelajaran Di SDS Sari Putra Jakarta Barat. PENSA :
Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 3(1), 67–75.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/pensa
Pinilih, F. W., Budiharti, R., & Ekawati, E. Y. (2013). PENGEMBANGAN INSTRUMEN
PENILAIAN PRODUK PADA PEMBELAJARAN IPA UNTUK SISWA SMP. NBER
Working Papers, 1(2), 89. http://www.nber.org/papers/w16019
Prihastari, E. B., & Jumanto. (2017). PEMBUATAN INSTRUMEN NON TES BAGI
GURU SD UNTUK MENILAI RANAH AFEKTIF SISWA. Rizet Fair, 69.
Rahmi, N., & Ariefin, S. (2019). PELAKSANAAN INSTRUMEN NON TES DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING (STUDI DI SMP NEGERI 1 BATU AMPAR). 9, 24–
31.
Seftiani, I. (2019). Alat Evaluasi Pembelajaran Interaktif Kahoot pada Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia di Era Revolusi Industri 4 . 0. 284–291.
Shobariyah, E. (2018). Pendidikan Moral Perspektif Abdullah Nasih Ulwan. Jurnal
Pendidikan Agama Islam, 12(2), 46–60.
Sibuea, B., Suriyadi, S., Azmi, F., & Daulay, N. K. (2023). Penilaian Diri dan Penilaian
Reflektif. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 23(2), 1376.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v23i2.3440
Smp, D. I. and Muhammadiyah, M. T. S. (2017) ‘PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES
DAN NON TES DALAM RANGKA MENYIAPKAN PENILAIAN AUTENTIK
PADA KURIKULUM 2013’, 1(2), pp. 503–506.

Sukanti, S. (2011). Penilaian Afektif Dalam Pembelajaran Akuntansi. Jurnal


Pendidikan Akuntansi Indonesia, 9(1), 74–82.
https://doi.org/10.21831/jpai.v9i1.960
Suwarno, S., & Aeni, C. (2021). Pentingnya Rubrik Penilaian Dalam Pengukuran
Kejujuran Peserta Didik. Edukasi: Jurnal Pendidikan, 19(1), 161.
https://doi.org/10.31571/edukasi.v19i1.2364
‘TEKNIK NON TES: Telaah atas Fungsi Wawancara dan Kuesioner dalam Evaluasi
Pendidikan Oleh: Sitti Mania ∗’ (no date), pp. 45–54.

Wiwin Pratiwi, K., Ketut Gading, I., & Antara, P. A. (2021). Instrumen penilaian
kemampuan membaca permulaan pada anak usia dini. Journal for Lesson and
Learning Studies, 4(1), 33–38.
Yunita, S. (2013). Asesmen Kinerja ( Performance Assessment ). An-Nida’, 36(1),
37–51.
Z, A. W. H. and Aristia, R. (no date) ‘Jenis - Jenis Instrumen dalam Evaluasi
Pembelajaran’, pp. 1–13.

Zainal, N. F. (no date) ‘Pengukuran , Assessment dan Evaluasi dalam Pembelajaran


Matematika’, pp. 8–26.
25

Anda mungkin juga menyukai