573 2813 1 PB
573 2813 1 PB
Abstrak
Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh hasil peningkatan kemampuan Koneksi matematik dan self
efficacy melalui pembelajaran Model CORE, selain itu untuk melihat respon mahasiswa terhadap belajar
matematik dengan model CORE. Pelaksanaan penelitian ini berbentuk quasi eksperimen dengan
membandingkan prestasi belajar mahasiswa melalui model CORE dengan mahasiswa yang memperoleh
pembelajaran konvensional. Populasi berasal dari mahasiswa Fakultas Teknik di Perguruan Tinggi di
Garut dengan sampel penelitiannya berjumlah 54 mahasiswa. Dengan 27 orang diberi pembelajaran
dengan model CORE dan 27 lainnya melalui pembelajaran konvensional. Dalam pengambilan data
digunakan Instrumen berupa tes matematik, angket model CORE dan angket self efficacy. Hasil yang
didapat yaitu: 1) Peningkatan Koneksi matematik mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
model CORE lebih baik dari pada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2) Self
efficacy mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model CORE peningkatannya tidak lebih
baik dari pada mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 3) Terdapat hubungan antara
model CORE dengan Self efficacy dalam kategori sedang. 4) Mahasiswa memberikan kesan yang positif
terhadap model CORE.
Kata kunci: Model CORE, Koneksi Matematik, Self efficacy.
.
I. PENDAHULUAN masalah (problem solving), koneksi
Kemampuan koneksi perlu dimiliki (connections) penalaran dan pembuktian
oleh siswa dalam mempelajari matematika (reasoning and proof), dan representasi
pada setiap tingkatan sekolah dan (representation).
perguruan tinggi (Pitriani & Afriansyah, Dikarenakan pentingnya kemampuan
2017; Lubis, Harahap, & Nasution, 2019). koneksi matematik (Mayasari & Afriansyah,
Semisal di fakultas teknik dimana 2016) maka mahasiswa harus
matematika menjadikan matakuliah wajib memperlihatkan penguasaan mereka. Dari
yang harus dikuasai oleh mahasiswa hasil wawancara penulis dengan beberapa
dikarenakan hampir semua matakuliah di dosen fakultas teknik di Garut, khususnya
fakultas teknik memerlukan konsep dasar yang berkaitan dengan matakuliah
matematika dan mereka tentunya harus matematika memberitahukan bahwa
dapat menghubungkan keterkaitan mahasiswa masih kesulitan dalam
terhadap konsep lainnya terutama dalam mengaitkan konsep matematika dengan
bidang keteknikan. seperti keterkaitan matakuliahnya seperti misalnya dalam
terhadap matakuliah fisika, Rangkaian menerapkan konsep matematika kedalam
listrik, sistem kontrol dan sebagainya. teori fisika listrik, rangkaian listrik,
Keterkaitan konsep dalam matematika membuat model matematik dari suatu
bisa dilihat dari materi-materi yang permasalahan dan konsep lainnya.
dipelajari selama ini dalam pelajaran Selain kemampuan koneksi matematik
matematika (Afriansyah, 2012; Sapilin, mahasiswa juga memerlukan self efficacy
Adisantoso, & Taufik, 2019) misalnya untuk (Moma, 2014). Menurut Bandura (1997)
mempelajari persamaan diferensial harus self efficacy merupakan keyakinan seorang
mempelajari dahulu konsep turunan dan individu mengenai kemampuannya dalam
integral. Dimana kalau dihubungkan mengorganisasi dan menyelesaikan suatu
dengan bidang lain seperti pada rangkaian tugas yang diperlukan untuk mencapai hasil
listrik persamaan diferensial dipakai untuk tertentu. Self Efficacy juga merupakan
mencari besar arus listrik pada rangkaian aspek yang dapat mempengaruhi kinerja
listrik RL seri atau bisa juga untuk mencari seseorang untuk meraih suatu tujuan
besar muatan pada rangkaian listrik RLC (Robbins, 2003; Mujib, 2017). Dengan
seri. Sejalan dengan pernyataan demikian dapat dikatakan memiliki Self
sebelumnya, teori yang mendukung Efficacy yang baik membuat mahasiswa
pentingnya kemampuan koneksi dapat menyelesaikan permasalahan dalam
matematik. Menurut NCTM (2000; Asih & matematika baik yang berhubungan
Ramdhani, 2019) terdapat 5 kemampuan dengan konsep dalam matematika maupun
dasar matematik yang perlu dikuasai yaitu diluar bidang matematika.
komunikasi (communication), pemecahan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN model CORE dan kelas kontrol yang
Penelitian ini menghasilkan data dari tes menggunakan pembelajaran konvensional.
awal, tes akhir dan angket. Datanya didapat Hasil perhitunga datanya tersaji pada tabel
dari kelas eksperimen yang menggunakan 4 berikut.
Tabel 4.
Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Koneksi Matematika
Eksperimen Kontrol
Skor Ideal Tes Awal Tes Akhir Tes Awal Tes Akhir
Koneksi 100 N 27
Matematika Mean 19,44 70 19,63 59,63
% 19,44 70 19,63 59,63
St. Dev 9,64 11,18 9,19 12,85
Min 5 45 5 35
Max 45 90 40 85
Dari tabel 3 diperoleh data untuk kelas hasil simpangan baku pretes 9.19 dan
eksperimen persentase jawaban benarnya postes 12.85
untuk pretes 19,44 % dan postesnya Selanjutnya untuk melihat perbedaan
sebesar 70 % sehingga peningkatannya secara signifikan dari kedua kelas tersebut
sebesar 50,56 %. Sedangkan untuk kelas di gunakan uji t karena kedua kelompok
konvensional nilai pretesnya 19.63 dan berdistribusi normal serta homogen. Dari
postesnya 59,63 sehingga peningkatannya hasil uji t berbantuan SPSS diperoleh
sebesar 40 %. Dengan simpangan baku Independent Samples Test , sig =0,003 <
untuk kelas eksperimen untuk pretes 9.64 0,05 artinya ada perbedaan kemampuan
dan postes 11.18. Sedangkan kelas kontrol akhir antara mahasiswa kelas eksperimen
dengan Mahasiswa kelas kontrol. Untuk
gain ternormalisasi terdapat pada Gambar Dari hasil gambar 1 menunjukkan kelas
1 berikut. eksperimen mendapat rataan hitung
sebesar 0.62 dan simpangan baku 0.15
,sedangkan kelas kontrol mendapat rataan
0,88
0,81 hitung sebesar 0.49 serta simpangan baku
0,62
0.18. Dari hasil tersebut ditinjau dari nilai
0,49 rataan hitung gain ternormalisasi
0,39 keduanya berada dalam tingkatan sedang,
0,15 0,18 0,08 namun kelas eksperimen lebih besar 0.13
RATA-RATA ST.DEV MIN MAX
daripada kelas kontrol.
Oleh sebab itu untuk melihat perbedaan
Eksperimen Kontrol yang signifikan atau peningkatan mana
Gambar 1. Hasil gain ternormalisasi kemampaun yang lebih baik dilanjutan dengan uji t
koneksi matematik dengan SPSS , hasilnya terdapat pada tabel
5.
Tabel 5
Uji t Kemampuan Koneksi Matematik
Pada tabel 5, menunjukkan hasil Sig. (2- peningkatan karena dalam model CORE
tailed) < 0,05 artinya Ha yang diterima terdapat empat tahapan yaitu Connecting,
dapat dikatakan peningkatan kemampuan Organizing, Reflecting dan Extending
koneksi matematik kelas eksperimen lebih (CORE) dimana adalah Connecting (C) pada
baik daripada kelas kontrol. tahapan ini mahasiswa diingatkan kembali
Pada kelas eksperimen yang mendapat mengenai materi yang telah dipelajari
perlakuan dengan model CORE terjadi mengenai turunan dan integral yang
434 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 9, Nomor 3, September 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Wiharso & Susilawati e-ISSN: 2527-8827
Tabel 6.
Rekapitulasi Hasil Angket Self Efficacy
Kelas
Skor eksperimen Kontrol
ideal
N 27
̅
𝑿 36,27 35, 19
% 75, 57 73.31
48 St.dv 3.06 3.09
min 30 29
Max 42 40
Tabel 7.
Uji t Skor Self efficacy Mahasiswa
Dari tabel 7 hasil uji t, diperoleh nilai (2009), ada tiga aspek yang secara simultan
signifikansi sebesar 0,177. Untuk berpengaruh terhadap keyakinan
memperoleh hasil digunakan uji satu pihak matematik, yaitu objek pendidikan
dengan membagi dua nilai signya (Uyanto, matematika, konteks kelas, dan dirinya
2009). Maka didapat nilai sig 0,089 > α (α = sendiri.
5%) dapat disimpulkan secara signifikan Dengan menggunakan uji spearman
peningkatan self efficacy kelas eksperimen berbantuan SPSS didapat hasil berikut ini :
tidak lebih baik dari kelas kontrol. Dari data tabel 6. didapat nilai sig 0,01 <
Berdasarkan hasil kesimpulan dari 0,05 maka didapat kesimpulan terdapat
tabel.7 yang menyatakan bahwa model hubungan antara kemampuan koneksi
CORE tidak berpengaruh secara signifikan matematik dengan self efficacy begitu juga
terhadap peningkatan Self efficacy jika ditinjau dari r hitung didapat 0,486 > r
mahasiswa , ini terjadi dikarenakan dari tabel 0.381 maka menunjukkan ada
hasil angket pada pertanyaan “Saya yakin hubungan dari keduanya dengan nilai 0,486
dapat menyelesaikan masalah matematika yang termasuk dalam kategori Cukup. Dari
yang diberikan dosen walapun rumit” rata- hasil ini memberikan gambaran jika
rata mahasiswa menjawab TS (Tidak keyakinan diri mahasiswa baik maka akan
Setuju), ini mengindikasikan bahwa berdampak pada peningkatan kemampuan
mereka kurang yakin bila mendapatkan koneksi matematik begitupun sebaliknya
soal yang lebih rumit dari yang biasa jika keyakinan diri mahasiswa kurang maka
mereka dapatkan selama pembelajaran kemampuan koneksi matematik akan
walaupun dari pandangan peneliti mereka kurang juga.
bisa mengerjakannya. Sebab dalam Pada penelitian ini juga dikaji mengenai
keyakinan matematika menurut Sugiman Sikap atau tanggapan mahasiswa terhadap
436 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
Volume 9, Nomor 3, September 2020
Copyright © 2020 Mosharafa: Jurnal Pendidikan Matematika
p-ISSN: 2086-4280
Wiharso & Susilawati e-ISSN: 2527-8827
model CORE dan self efficacy yang didapat dari Beasiswa DIKTI dengan program
dari hasilnya angket. Dari hasil perhitungan IMPoME (International Master Program
didapat persentase respon mahasiswa on Mathematics Education). Universitas
terhadap model CORE 76,54% dalam Sriwijaya Palembang–Universitas
kategori kuat, sedangkan terhadap Self UTRECHT Belanda).
efficacy sebesar 75,57 % (dalam kategori Alexandra, G., & Ratu, N. (2018). Profil
kuat) dari hasil tersebut tidak heran karena kemampuan berpikir kritis matematis
selama pengamatan pada saat siswa SMP dengan graded response
pembelajaran berlangsung terlihat models. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
mahasiswa aktif berdiskusi di dalam Matematika, 7(1), 103-112.
kelompoknya pada usaha dalam memahai, Asih, N., & Ramdhani, S. (2019).
menyelesaikan, dan menganalisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan
persoalan yang diberikan oleh dosen. Masalah Matematis dan Kemandirian
Dengan demikian pembelajaran jadi tidak Belajar Siswa Menggunakan Model
satu arah dan tidak kaku sehingga mereka Pembelajaran Means End
tidak jenuh selama pembelajaran Analysis. Mosharafa: Jurnal Pendidikan
berlangsung. Matematika, 8(3), 435-446.
Beladina, N. (2013). Keefektifan Model
IV. PENUTUP Pembelajaran CORE Berbantuan LKPD
Peningkatan Kemampuan koneksi terhadap Kreativitas Matematis Siswa.
matematik mahasiswa yang mendapatkan Unnes Journal of Mathematics
pembelajaran dengan model CORE lebih Education, 1(1).
baik dari pada mahasiswa yang Bandura, A (1997). Self Efficacy The
memperoleh pembelajaran konvensional. Excercise of Control. USA: W. H Freeman
Sedangkan pada peningkatan self efficacy and Company.
matematik, mahasiswa yang mendapatkan Dewi, S. S. S., & Afriansyah, E. A. (2018).
pembelajaran model CORE tidak lebih baik Kemampuan Komunikasi Matematis
dari pada mahasiswa yang memperoleh Siswa Melalui Pembelajaran
pembelajaran konvensional. Keterkaitan CTL. JIPMat, 3(2), 145-155.
antara koneksi matematik dan self Humaira, F. A., dkk. (2014). Penerapan
efficcacy, dari hasil perhitungan berada di Model Pembelajaran CORE pada
kategori sedang. Terakhir untuk hasil Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X
analisis angket mendeskripsikan bahwa SMAN 9 Padang. Padang. Jurnal
mahasiswa memberikan respon yang Pendidikan Matematika, 3(1). 31-37.
positif terhadap model CORE. Hiebert, J., & Carpenter. (1992). Learning
and teaching with Understanding, in D.
A. Grouws (Ed.), Handbook of Research
DAFTAR PUSTAKA on Mathematics Teaching and Learning.
Afriansyah, E. A. (2012). Design Research: (New York: Macmillan Publishing
Konsep Nilai Tempat pada Penjumlahan Company, 1992) 65 – 97.
Bilangan Desimal (Doctoral dissertation, Lubis, R., Harahap, T., & Nasution, D. P.
Tesis yang tidak dipublikasikan berasal (2019). Pendekatan Open-Ended dalam