Anda di halaman 1dari 3

BAB III PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

A. Pengertian dan Fungsi Perencanaan Pembelajaran.


1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah kegiatan yang digunakan untuk
merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran, metode
mana yang akan digunakan untuk merealisasi tujuan tersebut, materi apa yang
akan diberikan, bagaimana mengkomunikasikan materi tersebut, menentukan alat
atau media dibutuhkan, dan memilih model evaluasi yang sesuai.
2. Fungsi Pelaksanaan Pembelajaran
Fungsi perencanaan adalah untuk mengatur dan menyesuaikan dengan
kebutuhan khusus siswa, membantu guru dalam merencanakan tujuan yang ingin
dicapai, dan membantu guru dalam mengurangi kegiatan trial dan error dalam
mengajar.
Manfaat perencanaan pembelajaran matematika adalah untuk dapat
mengoptimalisasikan pelaksanaan pembelajaran matematika di sekolah atau
perguruan tinggi. Acuan rencana ini akan menjadi pegangan dan landasan berpijak
para pendidik dalam melaksanakan tugasnya sehingga hierarki materi
matematikanya dapat berjalan dengan baik (Hamzah, dkk, 2014).
B. Kriteria penyusunan Perencanaan Pembelajaran
Penyusunan perencanaan pembelajaran merupakan suatu keharusan karena
didorong oleh kebutuhan agar pelaksanaan pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan
dan sasaran yang ini dicapai. Beberapa nilai perencanaan yang dapat dijadikan
sebagai kriteria penyusunan perencanaan yang dekemukakan Sanjaya (2008) seperti :
Signifikansi, Relevan , Kepastian, Adaptabilitas, Kesederhanaan, dan Prediktif.
C. Konsep Pembelajaran Matematika Efektif
Pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil tes belajar kognitif dan afektif
yang di peroleh oleh peserta didik di atas minimal ketuntasan untuk setiap kompetensi
dasar yang telah di tetapkan oleh sekolah. Dapat di simpulkan bahwa keefektifan
pembelajaran matematika dapat dilihat dari tingkat ketercapaian siswa terhadap nilai
yang telah ditetapkan sebelumnya. Guru yang mengajar matematika secara efektif
ditentukan penyusunan perencanaan pembelajaran. Keempat belas tersebut
dikelompokkan dalam enam kelompok, yakni konten matematika, tujuan
pembelajaran, sumber pembelajaran, strategi pre- assesment, strategi
pembelajaran, dan strategi post-assesment.
Tujuan pembelajaran terdiri dari berikut ini. Menyiapkan bahan-bahan yang
akan digunakan siswa. Menetapkan sumber-sumber tambahan yang
diperlukan. Strategi pembelajaran terdiri dari berikut ini. Pemilihan strategi
pembelajaran yang tepat. Pengaturan lingkungan pembelajaran. Mengevaluasi
keefektifan pembelajaran.
D. Model Desain Pembelajaran matematika
Model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran. Beberapa model desain
pembelajaran dapat diterapkan pada pembelajaran matematika seperti ; Model Dick
and Carey, Model ASSURE, Model Gerlach & Elly, Model ADDIE, Model Degeng,
Model Kemp, Model ISD (Instructional system design, dan Model Melingkar.
Dari beberapa jenis model desain pembelajaran di atas, salah satu model
desain pembelajaran yang paling cocok diterapkan dalam pembelajaran matematika
adalah model yang dikembangkan oleh Dick & Carey. Model ini cenderung lebih
sesuai dengan ruang lingkup pembelajaran matematika. Dengan mengembangkan
model Dick & Carey, maka semua bahan ajar yang dibutuhkan oleh pendidik sudah
terpenuhi, mulai dari analisis pembelajaran dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik sampai dengan butir soal yang diujikan.

BAB IV PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN


MATEMATIKA
A. Pengertian Problem Solving
Problem Solving atau pemecahan masalah merupakan usaha personal atau
kelompok dalam mememcahkan masalah berdasarkan pengetahuan, pemahaman,
keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam rangka memenuhi tuntunan
kondisi dan situasi yang tak lumrah tersebut(Hamruni, 2009). Terdapat 3 ciri utama
dari Problem Solving yaitu ; Problem Solving, Aktivitas, dan Pemecahan masalah.
Agar siswa merasa memiliki rasa tanggung jawab atau keterikatan dengan
masalah yang diberikan oleh guru. Guru bisa menggunakan langkah-langkah atau bisa
mengimplemtasikan “I SOLVE”. Dengan demikian, siswa dapat memecahkan
masalah secara efisien, siswa bisa mengembangkan pemikirannya, mengendalikan
/kontrol diri, dan dapat menciptakan kondisi kelas secara positif atau nyaman (Forgan,
2003).
Langkah-langkah I SOLVE diantaranya ; mengindentifikasi masalah yang ada
pada buku, LKS, atau sejenisnya, mendiskusikan masalah yang ada, mengidentifikasi
kendala-kendala yang menghambat pemecahan masalah, melihat atau mengecek
kembali solusi yang sudah dihasilkan atau dibuat dan pilih salah satu atau lebih solusi
yang lebih tepat, validasi solusi, dan melakukan evaluasi dan menjelaskan bagaimana
cara mendapatkan solusi tersebut
Tujuan pembelajaran pemecahan masalah bukan hanya sekedar menemukan
solusi yang cocok atau yang dapat diterima untuk masalah apapun tetapi juga mampu
mengenal atau memahami masalah yang sama atau mirip di kemudian hari untuk
dapat diselesaikan dengan tidak banyak menghabiskan mentransfer energi untuk
memecahkan masalah.
B. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Problem Solving
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar penilaian pendidikan pada pasal 1 ayat 2,
pembelajaran dapat dikatakan sebagai usaha secara sadar yang dilaksanakan secara
sengaja, ditempat yang sudah ditentukan.
Model Pembelajaran merupakan model yang mengarakan kepada desain
pembelajaran untuk membantu peserta didik, sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai (Hamruni, 2009). Pendekatan Pembelajaran dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajara (Mufarokah,
2013). Dalam jurnal (Munir, 2020) “Penalaran matematika adalah keterampilan yang
digunakan siswa sebagai inti dari proses pemecahan masalah”. Menurut (Krantz,
1999) “learning to solve problem is a process of developing and extending your
mental powers, and it will equip you with a body of techniques that will be useful in
othe par of your studies and of your life”. Dengan menerapkan pendekatan problem
solving pada mata pelajaran matematika, siswa dapat mengebangkan dan memperluas
kekuatan mental untuk berpikir dalam menyelesaikan masalah.
Menurut (Smith, 1997) Berikut langkah-langkah pemecahan masalah ;
Understand the nature of the problem, . Develop a strategy for solving the problem,
Carry out the chosen strategy, dan Look back and check.
C. Konsep Problem Solving Model Polya
Pembelajaran problem solving model Polya adalah pembelajaran yang
memusatkan Kegiatan belajar siswa pada keterampilan pemecahan masalah.
Pembelajaran model polya ini, masalah dijadikan kunci utama dalam pembelajaran
dengan tujuan diantara lain ; Helping the student, Questions, recommendations,
mental operations, Generality, Common sense, dan Teacher and student. Imitation and
practice.
D. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Solving
Menurut(Djamarah, S.B Aswan, 2010), menjelaskan kelebihan pembelajaran
Problem Solving antara lain adalah ; dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi
lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja, membiasakan siswa
untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, dan merangsang
pengembangkan kemampuan berpikir secara menyeluruh dan kreatif. Sedangkan
kelemahan pembelajaran Problem Solving antara lain adalah : Siswa kesulitan dalam
menentukan tingkat kesukaran masalah Alokasi waktu yang dibutuhkan relatif lebih
lama dibandingkan model pembelajaran lain Kebiasaan belajar siswa yang tidak
sesuai dengan proses pembelajaran Problem Solving
Menurut Hamiyah dan Jauhar (2014: 130-131) ada beberapa kelebihan dan
kekurangan metode Problem Solving sebagai berikut. Kelebihan metode problem
solving: a. Membuat pendidikan di sekolah mejadi relevan dengan kehidupan,
khususnya dengan dunia kerja. b. Dapat berpikir dan bertindak kreatif. c. Dapat
mengembangkan rasa tanggung jawab. d. Para siswa dapat diajak untuk lebih
menghargai orang lain. e. Dapat memecahkan masalah yang dihadapi Problematika
Pembelajaran Matematika 75 secara realistis. f. Dapat merangsang perkembangan
kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
Kekurangan metode Problem Solving: a. Memerlukan alokasi waktu yang lebih
panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran lain. b. Menentukan suatu
masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman siswa
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. c. Bagi siswa yang kurang
memahami pelajaran tertentu, maka pengajaran dengan metode ini sangat
membosankan dan menghilangkan semangat belajarnya

Anda mungkin juga menyukai