OLEH:
Nama Kelompok :
JURUSAN MATEMATIKA
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
berkat, rahmat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Critical Book
Review ini tepat pada waktunya. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Tiur
Malasari Siregar. M.Si selaku dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran
Matematika atas nasehat dan yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian
makalah Critical Book Report ini.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan
kritik, saran dan usulan demi perbaikan yang akan penulis buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat
dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................4
1.3 Tujuan ......................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan ....................................................................4
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4. Manfaat
Selain untuk mememenuhi tugas mata kuliah Evaluasi
pembelajaran, manfaat yang dapat diambil dari critical book report
ini adalah diperolehnya informasi-informasi yang tersedia serta
memberikan pemahaman bagi mahasiswa mengenai sistematika
pembuatan critical book report.
4
BAB II
ISI
BAB I
1. Deskripsi Singkat Pada bab ini akan dibahas mengenai konsep dasar evaluasi
pembelajaran, membicarakan tentang hakikat evaluasi, pengukuran, penilaian dan
tes. Bagian ini merupakan dasar bagi bab-bab selanjutnya seperti prinsip dasar
evaluasi, ciri-ciri evaluasi, jenis evaluasi dan tujuan evaluasi. Oleh karena itu
diharapkan Anda dapat memahami materi ini secara baik.
5
3. Kompetensi Dasar: Mampu memahami dan memiliki wawasan tentang konsep
evaluasi, pengukuran dan penilaian, memiliki wawasan tentang evaluasi
pembelajaran. Kompotensi dasar ini terdiri dari tiga indikator yakni: 1.
Menjelaskan konsep evaluasi, pengukuran, penilaian dan tes 2. Menjelaskan
konsep evaluasi Pembelajaran.. 3. Menyebutkan perbedaan antara evaluasi,
pengukuran, dan penilaian
Ruang lingkup yang dimaksudkan disini adalah aspek-aspek apa saja yang akan
dievaluasi. Dalam mengevaluasi program evaluasi pembelajaran aspek-aspeknya
bisa mencakup aspek murid, guru, fasilitas dan sebagainya. Evaluasi terhadap
masing-masing aspek tersebut harus lengkap. Dikatakan evaluasi yang lengkap
apabila menyangkut segala aspek yang lengkap dan menyangkut segala aspek
kehidupan masyarakat dan sekolah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
murid dan guru.
6
Metodemetode yang juga dapat digunakan untuk mengevaluasi supervisi
pendidikan adalah catatan anekdot, catatan pertumbuhan, Buku Evaluasi
Pembelajaran Kesemuanya dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek fisik,
sosial, emosional, status, dan pertumbuhan mental.
7
Pengertian Pengukuran (Measurement) Menurut Para Ahli
▶ Wayan Nurkencana (1993), tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan anak atau sekelompok anak
sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut
yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
atau standar yang telah ditetapkan
BAB II
1. Deskripsi Singkat
Pada bab II akan dibahas tentang tujuan prinsip, ciri, dan jenis evaluasi
pembelajaran. Bagian ini merupakan dasar bagi bab-bab selanjutnya seperti
sasaran, fungsi dan klasifikasi evaluasi. Oleh karena itu diharapkan Anda dapat
memahami materi ini secara baik.
2. Relevansi
Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh mahasiswa ketika masih
berada pada jenjang SMA dan semester awal, akan lebih diasah, karena
mahasiswa akan memahami dengan jelas konsep evaluasi, pengukuran dan
penilaian. Selain itu, materi pada bab-bab selanjutnya di mata kuliah evaluasi
pembelaran ini merupakan penunjang ketika mahasiswa akan mengolah data
dalam penyusunan skripsi
3. Kompetensi Dasar:
Mampu menjelaskan tujuan, prinsip dasar evaluasi, ciri dan jenis evaluasi, serta
tevaluasi. Kompetensi dasar ini terdiri dari tiga indikator antara lain: 1.
Menjelaskan tujuan evaluasi 2. Mendeskripsikan prinsip dasar evaluasi 3.
Menjelaskan ciri-ciri evaluasi 4. Menjelaskan Jenis-jenis evaluasi
8
4.1. Tujuan Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik maka kegiatan evaluasi harus
bertitik tolak dari prinsip-prinsip antara lain
a. Kontinyu.
Evaluasi tidak boleh dilaukan secara incidental karena pembelajaran itu sendiri
adalah suatu proses yang kontinu.
b. Kooperatif.
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja
sama dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala
sekolah termasuk peserta didik itu sendiri.
c. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh
objek, sebagai bahan evaluasi.
e. Praktis
Praktis mengandung arti mudah dipahami dan digunakan, baik oleh guru
sendiri yang menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan
menggunakan alat tersebut. Untuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk
mengerjakan soal.
9
4.3. Ciri-Ciri Evaluasi Belajar
Satu program evaluasi yang baik dapat diketahui dari ciri-cirinya yang
tertentu. Beberapa yang dapat dianggap sebagai ciri pokok untuk menilai
sajauh mana program eva luasi di suatu sekolah dikatakan baik, antara lain:
Jika suatu kurikulum direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang luas, ini
berarti pula bahwa tingkah laku siswa harus dievaluasi menurut tujuan dan nilai-
nilai yang luas pula seperti yang dimaksud dalam kurikulum tersebut.
Suatu program evaluasi haruslah erat berkaitan (interrelat ed) dengan kurikulum
sekolah karena Ia merupakan bagian yang integral dengan pembimbingan
pengalaman-pengalaman belajar siswa. Tes, kuesioner, dan alat-alat evaluasi
yang lain bersama-sama merupakan dasar untuk menilai pertumbuhan ke arah
tujuan-tujuan kurikulum. Dengan kata lain, tercapai-tidaknya tujuan-tujuan
trikulum itu tercermin di dalam hasil-hasil penilaian terhadap pencapaian belajar
perubahan-perubahan tingkah laku pada murid-murid. Dengan demikian, program
evaluasi menjadi berarti tidak hanya untuk membimbing pertumbuhan siswa,
10
tetapi juga bagi pembinaan dan perkembangan kunikulum serta metode-metode
mengajar yang sesuai
4.4. Jenis-Jenis Evaluasi
Sehubungan dengan tujuan sebagaimana dituangkan di dalam sub bab yang
terdahulu, membedakan evaluasi prestasi belajar siswa di sekolah menjadi 4
(empat) jenis yaitu:
Evaluasi Formatif
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk memperbaiki proses bel ajar mengajar.
Jenis evaluasi wajib dilaksanakan oleh guru bidang studi setelah selesai
mengajarkan satu unit pengajaran tertentu.
Evaluasi Sumatif
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk keperluan penentuan angka kemajuan atau
hasil belajar siswa. Jenis evaluasi ini dilaksanakan setelah guru menyelesaikan
pengajaran yang diprogramkan untuk satu semester. Dan kawasan bahasanya
sama dengan kawasan bahan yang terkandung di dalam satuan program semester.
Evaluasi Penempatan
Adalah evaluasi yang ditujukan untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar
atau program pendidikan yang sesuai dengan kemampuannya.
Evaluasi Diagnostik
Adalah evaluasi yang ditujukan guna membantu memecahkan kesulitan belajar
yang dialami oleh siswa tertentu.
11
Akhirnya, untuk menambah kejelasan didalam pelaksanaannya, berikut paparan
rumusan perbedaan dari kedua jenis evaluasi tersebut.
Jika seorang siswa misalnya si Arief dalam suatu semester mengikuti evaluasi
formatif 4 (empat) kali dan hasilnya: 6, 8, 8, 10. Kemudian sewaktu mengikuti
evaluasi sumatif mendapat nilai 9, maka nilai akhir Arief untuk mata pelajar-
an itu menjadi: dibulatkan menjadi 9,00 Jadi bukannya:
dibulatkan menjadi 8,00 Rumus menentukan nilai raport:
Keterangan
N = nilai raport
Kriteria Evaluasi
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa evaluasi merupakan kegiatan yang
meliputi pengumpulan bukti-bukti yang kemudian dijadikah dasar dalam
pengambilan keputusan tentang keberhasilan siswa mengikuti pelajaran. Agar
pengambilan keputusan tidak merupakan perbuatan yang subyektif, maka
diperlukan patokan tertentu. Kriteria tersebut berfungsi sebagai ukuran, apakah
seseorang telah memenuhi persyaratan untuk digolongkan sebagai siswa yang
berhasil, pandai, baik, naik kelas, lulus atau tidak. Kriteria penilaian itu disebut
12
dengan istilah “Standar Penilaian”. Dan standar penilaian yang dimaksud
dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:
1. Menetapkan kualifikasi nilai minimal yang dapat diterima, misalnya: 5,50; 6,0;
atau 7,0 dan sebagainya, sebagai batas lulus atau passing grade. Atau batas
kesalahan minimal yang masih dapat dimaafkan dalam suatu penilaian. Ketentuan
tersebut terserah kepada guru.
2. Membandingkan angka nilai (prestasi) setiap siswa dengan nilai passing grade
tersebut. Secara teoritis maka mereka yang angka nilai prestasinya berada di
bawah batas lulus, dinyatakan tidak berhasil.
Standar Penilaian Yang Relatif
Kriteria ini lebih dikenal dengan istilah “Penilaian Acuan Normal” atau disingkat
PAN. Dan istilah ini merupakan alih bahasa dari istilah asing “Norm Referenced”.
Berbeda dengan standar mutlak, pada standar yang relatif ini keberhasilan siswa
ditentukan oleh posisinya di antara kelompok siswa yang mengikuti evaluasi.
Dengan lain perkataan, bahwa keberhasilan seseorang siswa dipengaruhi oleh
tempat relatifnya dibandingkan dengan prestasi rata-rata kelompok. Dengan
menggunakan standar relatif, dapat terjadi bahwa siswa yang prosentasi (%)
jawaban yang benar hanya 50% dapat dinyatakan lulus atau berhasil, karena
kebanyakan teman-teman yang lain mencapai angka prosentasi yang lebih
rendah. Sebagai contoh misalnya:
Dalam suatu kelas, ujian tulis IPS yang diikuti oleh 30 orang siswa diberikan 100
buah soal. Ternyata kebanyakan siswa hanya berhasil menjwab 56 soal dengan
betul, dan dapat dinyatakan lulus. Pada kelas lain, dari 100 soal yang diujikan
rata-rata siswa berhasil menjawab dengar benar 90 soal, sehingga si Badu yang
berhasil menjawab dengan benar 65 soal, dinyatakan tidak berhasil atau gagal.
13
Dengan demikian kriteria keberhasilan masing-masing kelas tidak sama.
Sehingga keberhasilan seseorang siswa baru dapat ditentukan setelah prestasi
kelompoknya diketahui. Dan jenis standar ini tepat dipakai oleh guru, apabila ia
akan mengetahui kedudukan siswa dalam kelompok/kelasnya. Mengingat
karakteristik dari masing-masing standar itu, dan sesuai dengan prinsip
ketuntasan belajar, bahwa “pengolahan skor yang diperoleh siswa diperlakukan
dengan menggunakan standar mutlak atau Penilaian Acuan Patokan (PAP)”.
Misalnya:
Item soal yang harus dikerjakan siswa adalah 40 buah. Setiap butir soal yang
dapat dijawab benar oleh siswa diberi skor 1 (satu). Jadi skor maksimal yang
dicapai adalah 40. Ani memperoleh skor 24.
BAB III
SASARAN , FUNGSI DAN KLASIFIKASI EVALUASI
PEMBELAJARAN
1. DESKRIPSI SINGKAT
Ini berarti Ani menguasai tujuan/bahan pelajaran, maka nilai untuk Ani adalah
6,00. Budi memperoleh skor ….. tujuan/bahan pelajaran, maka Budi akan
mendapat nilai 9,00 Disamping itu penulis informasikan pula, bahwa skala
nilai yang dipergunakan dalam buku raport dan STTB adalah skala 0–10.
Sehingga taraf penguasaan 60% sama dengan nilai 6,00 (enam), dan taraf
penguasaan 90% sama dengan nilai 9,00 (sembilan), dan seterusnya.
2. Relevansi
Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh mahasiswa ketika
masih berada pada jenjang SMA dan semester awal, akan lebih diasah, karena
mahasiswa akan memahami dengan jelas konsep evaluasi, pe ngukuran dan
penilaian. Selain itu, materi pada bab-bab selanjutnya di mata kuliah evaluasi
pembelaran ini merupakan penunjang ketika mahasiswa akan mengolah data
dalam penyusunan skripsi
3. Kompetensi Dasar:
Mampu menjelaskan sasaran evaluasi Pembelajaran., men.deskripsikan
fungsi evaluasi pembelajaran, mendeskripsikan klasifikasi evaluasi
pembelajaran. Kompetensi dasar ini terdiri dari tiga indikator yakni :
Menjelaskan sasaran evaluasi pembelajaran .
14
4. Materi Kuliah 4.1. Sasaran
evaluasi.
Sasaran Evaluasi Pembelajaran pembelajaran adalah aspek-aspek
yang terkandung dalam kegiatan pembelajaran, yaitu meliputi :(1). Tujuan
pembelajaran (2). Unsur dinamis pembelajaran Dapat disebut juga dengan
sumber belajar, yang meliputi : pesan,orang, bahan, alat, teknik, dan latar.
Sumber belajar disebut unsur dinamis pembelajaran karena setiap
perubahan yang terjadi pada salah saut sumber bel ajar akan
mengakibatkan terjadinya perubahan pada kegiatan pembelajaran.(3).
Pelaksanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antar sumber
belajar dengan siswa.(4). Kurikulum dalam hal ini kurikulum dipandang
sebagai rencana tertulis, yakni seperangkat komponen pembelajaran yang
diuraikan secara tertulis pada buku.
15
g. Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan
tentang kemajuan peserta didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala
sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu sendiri.
Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu :
16
c. Klasifikasi formatif dan sumatif digunakan untuk mendapatkan
umpan balik dalam perbaikan proses belajar mengajar.
Lebih lanjut Suryabrata mengemukakan:
Pada bab ini akan dibahas tentang Prosedur atau lang kahlangkah pokok
yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi, yaitu: (1) membuat perencanaan,
yang meliputi: menyusun kisi-kisi dan uji-coba, (2) mengumpulkan data, (3)
mengolah data, (4) menafsirkan data, dan (5) menyusun laporan, dan merupakan
17
dasar bagi bab-bab selanjutnya seperti memahami teknik tes dan non tes. Oleh
karena itu diharapkan Anda dapat memahami materi ini secara baik.
BAB IV
PROSEDUR EVALUASI PEMBELAJARAN
1. DESKRIPSI SINGKAT
Pada bab ini akan dibahas tentang Prosedur atau lang kahlangkah pokok
yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi, yaitu: (1) membuat perencanaan,
yang meliputi: menyusun kisi-kisi dan uji-coba, (2) mengumpulkan data, (3)
mengolah data, (4) menafsirkan data, dan (5) menyusun laporan, dan merupakan
dasar bagi bab-bab selanjutnya seperti memahami teknik tes dan non tes. Oleh
karena itu diharapkan Anda dapat memahami materi ini secara baik.
2. Relevansi
Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki oleh mahasiswa ketika
masih berada pada jenjang SMA dan semester awal, akan lebih diasah, karena
mahasiswa akan memahami dengan jelas konsep evaluasi, pe ngukuran dan
penilaian. Selain itu, materi pada bab-bab selanjutnya di mata kuliah evaluasi
pembelaran ini merupakan penunjang ketika mahasiswa akan mengolah data
dalam penyusunan skripsi
3. Kompetensi Dasar:
Mampu menjelaskan langkah-langkah pokok yang harus ditem puh dalam
kegiatan evaluasi, mendeskripsikan rancangan pembuatan kisi-kisi dan uji coba
mendeskripsikan pengumpulan data, pengolahan, penafsiran data dan menyusun
laporan. Kompetensi ini terdiri dari enam indikator yakni:
18
b. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.
c. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal yang
ditetapkan. Contoh Kisi-kisi Soal :
d. Nama Madrasah :………….
…………
Program/Jurusan :
………………
……
Mata Pelajaran :
………………
……
Semester / Tahun :
………………
……
Kurikulum :
Acuann ………………
……
Alokasi Waktun :
………………
……
Jumlah Soal :
………………
……
Standar :
Kompetensi ………………
……
Kompet Materi Indik Bentuk No
ensi (PB/S ator Soal *) mor
Dasar PB) Ur
ut
So
al
19
1. Mengandung satu kata kerja operasional yang dapat diukur (measurable) dan
dapat diamati (observable)
2. Sesuai dengan materi yang hendak diukur.
3. Dapat dibuatkan soalnya sesuai dengan bentuk yang telah ditetapkan.
Contoh :
1. Menjelaskan peranan orang tua dalam keluarga.
2. Menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi pendidikan dalam keluarga.
3. Membedakan antara halal dan haram.
Untuk itu, guru harus memperhatikan domain dan jenjang kemampuan yang
akan diukur, seperti : recall, konperhensi, dan aplikasi. Kemampuan recall
berkenaan dengan aspek-aspek pengetahuan tentang istilah-istilah, definisi, fakta,
konsep, metode dan prinsip-prinsip. Sedangkan kemampuan konperhensi
berkenaan dengan kemampuan antara lain : menjelaskan / menyimpulkan suatu
informasi, menafsirkan fakta (grafik, diagram, tabel, dll), mentransferkan
pernyataan dari suatu bentuk ke dalam bentuk yang lain, misalnya dari
pernyataan verbal ke dalam bentuk rumus, memperkirakan akibat dari suatu
situasi. Kemampuan aplikasi meliputi kemampuan antara lain : menerapkan
hukum-hukum, prinsip-prinsip atau teori-teori dalam suasana yang sesungguhnya,
memecahkan masalah, membuat grafik, diagram, dll, mendemontrasikan
penggunaan suatu metode, prosedur, dll.
20
3. Pengolahan Data
Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari kita langsung yang
mengadakan kegiatan evaluasi maupun dari orang lain yang mengevaluasi orang
yang kita maksud, data tersebut harus diolah. Mengolah data berarti ingin
memberikan nilai dan makna kepada peserta didik mengenai kualitas hasil
pekerjaannya. Misalnya, jika seorang peserta didik mendapat nilai 65, kita belum
dapat memberikan keputusan tentang peserta didik itu, apakah yang termasuk
cerdas atau kurang apalagi memberikan keputusan mengenai aspek keseluruhan
kepribadian. Dalam pengolahan data biasanya sering digunakan analisis statistik,
terutama jika bertemu dengan data kuantitatif, yaitu data-data yang berbentuk
angka-angka.
21
atas dasar itu ia menentukan kemana arah yang harus ditempuhnya serta
apa yang harus dilakukannya.
BAB V
Relevansi
Kompetensi Dasar
Mampu memahami dan menjelaskan tentang teknik evaluasi tes dan non
tes Kompetensi ini terdiri dari 5 indikator yakni: 4. Menjelaskan macam-macam
teknik tes dan non tes.. 5. Menjelaskan Fungsi Tes 6. Membedakan antara
observasi, interview, dan angket. 7. Menjelaskan fungsi tes dan penggolongan tes.
8. Mempratekkan tes pada proses pembelajaran.
Materi Kuliah
1. Teknik Penilaian
Proses dan Hasil Belajar Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat
evaluasi yang bermacam-macam, seperti kuesioner, tes, skala, format
observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan non tes. Khusus
untuk evaluasi hasil pembelajaran alat evaluasi yang paling banyak
digunakan adalah tes. Oleh karena itu, pembahasan evaluasi hasil
pembelajaran dengan lebihmenekankan pada pemberian nilai terhadap
skor hasil tes, juga secara khusus akan membahas pengembangan tes
untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes sebagai alat evaluasi.
2. Teknik Tes
22
meluas, serta betul-betul dapat digunakan untuk mengukur dan
membandingkan keadaan psikhis atau tingkah laku individ.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga
menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut.
Prestasi atau tingkah laku tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian
tujuan intruksional pembelajaran atau tingkat penguasaan terhadap
seperangkat materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran, dan
dapat pula menunjukkan kedudukan siswa yang bersangkutan dalam
kelompoknya.
23
kondisi akhir setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi awal
peserta didik digunakan pre-tes dan kondisi akhir digunakan post-tes.
f). Tes Formatif Tes formatif adalah penggunaan tes hasil belajar
untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh
siswa dalam suatu program pembelajaran tertentu.
g). Tes Sumatif Istilah sumatif berasal dari kata “sum” yang
berarti jumlah. Dengan demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan
untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sekumpulan materi pelajaran
(pokok bahasan) yang telah dipelajari.
a). Bentuk Soal Pilihan Ganda Keunggulan dari bentuk soal pilihan
ganda ini, antara lain adalah sebagai berikut:
24
b). Bentuk Soal Uraian Keunggulan dari bentuk soal uraian ini,
antara lain adalah sebagai berikut:
a). Validitas
e). Reliabilitas
Ada beberapa cara untuk mencari reliabilitas suatu tes, antara lain :
25
(3). Teknik belah dua Ada dua prosedur yang dapat digunakan
dalam tes belah dua ini yaitu :
f). Objektivitas
g). Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu
bersifat praktis, mudah untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes
yang:
(2). Mudah memeriksanya artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci
jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaan
akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
h). Ekonomis
3. Teknik Nontes
Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada
ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih
menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, yakni:
pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner/angket
(questionanaire), dan analisis dokumen yang bersifat unobtrusive.
Rangkuman
26
Atas dasar pemaparan dan pembahasan tentang evaluasi pembelajaran di
atas, maka dapat disimpulkan beberapa kajian dan pembahasan yang esensial dari
bab ini, yakni sebagai berikut:
1. Tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau
prestasi siswa
3. Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi
menjadi: (1) tes kecepatan, (2) tes kemampuan, (3) tes hasil belajar, (4) tes
kemajuan belajar, (5) tes diagnostik, (6) tes formatif dan (7) tes sumatif
4. Bentuk tes terbagi atas tiga: (1) tes lisan, (2) tes tertulis dan (3) tes
tindakan atau perbuatan
BAB VI
Validitas (Kesahihan)
Tugas utama dalam pengukuran adalah memilih alat ukur yang dapat
dipertanggung jawabkan untuk mengukur tingkah laku/sifat sesuatu yang diukur.
Muller mengatakan bahwa kualitas instrumen penelitian ditentukan oleh dua
kriteria utama yaitu kesahihan dan keterandalan. (Daniel Mueller, 1986: 57).
27
Terdapat dua macam tipe kesahihan isi yaitu face validity dan logical
validity. Face falidity tercapai apabila pemeriksaan terhadap butir-butir tes
memberi kesimpulan bahwa tes tersebut mengukur aspek-aspek yang relevan.
Dasar penyimpulannya lebih banyak didsarkan pada akal sehat. Logical validity
atau sampling validity adalah tipe kesahihan yang menurut batasan seksama
terhadap kawasan tingkah laku yang diukur dan suatu rancangan logis mencakup
bagian-bagian kawasan tingkah laku tersebut.
Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa
yang hendak diukur. Dalam dunia pendidikan kita mengenal bermacam-macam
validitas tes;, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu
validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan validitas prediksi yang
akan diuraikan sebagai berikut :
Realiabilitas (Keterandalan)
28
Keterandalan menurut Sumadi Suryabrata; (2000: 29) adalah alat ukur
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya.
Hal ini ditunjukkan oleh taraf keajengan (konsistensi) skor yang diperoleh para
subyek yang diukur dengan alat yang sama, atau diukur dengan alat yang setara
pada kondisi yang berbeda.
BAB VII
29
beberapa macam kunci jawaban yang dapat dipergunakan untuk
mengoreksi jawaban soal tes objektif.
Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Lisan
Contoh: instrument yang dipergunakan dalam meng amati calon guru yang
melaksanakan praktek mengajar, aspek-aspek yang diamati meliputi 17 unsur
dengan skor minimum 1 (satu) dan maksimum (lima).
Apa yang terjadi selama ini, banyak di antara para guru yang masih
mencampuradukkan antara dua pengertian, yaitu skor dan nilai.
30
Nilai : angka (bisa juga huruf) yang merupakan hasil ubahan dari skor yang
sudah dijadikan satu dengan skor-skor lainnya, serta dengan menggunakan acuan/
standar tertentu, yakni acuan patokan dan acuan norma.
Mengolah Skor Mentah Menjadi Nilai Huruf Pengolahan skor mentah menjadi
nilai huruf menggunakan sifat-sifat yang terdapat pada kurva normal sebagai
dasar perhitungan. Adapun ciri-ciri atau sifat-sifat distribusi normal antara lain
adalah seperti berikut:
Nilai pada dasarnya melambangkan penghargaan yang diberi kan oleh tester
kepada testee atas jawaban betul yang diberikan oleh testee dalam tes hasil
belajar. Artinya makin banyak jumlah butir soal dapat dijawab dengan betul, maka
penghargaan yang diberikan oleh tester kepada testee akan semakin tinggi.
sebaliknya, jika jumlah butir item yang dapat dijawab dengan betul itu hanya
sedikit, maka penghargaan yang diberikan kepada testee juga kecil atau rendah.
Tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes tertulis), secara
lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan. Adanya perbedaan pelaksanaan tes hasil
belajar tersebut menuntut adanya perbedaan dalam pemeriksaan, pemberian skor,
dan pengolahan hasil-hasilnya.
Teknik pengolahan hasil tes hasil belajar dapat dilakukan dengan beberapa
cara, yakni: mengolah skor mentah menjadi nilai huruf, mengolah skor mentah
menjadi nilai 1 – 10, mengolah skor mentah menjadi nilai dengan persen,
mengolah skor mentah menjadi skor standar z, dan mengolah skor mentah
menjadi skor standar T.
BAB VIII
31
tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang
atau cukup.
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee
yang berkemampuan rendah sehingga sebagian besar testee yang memiliki
kemampuan tinggi dapat menjawab butir item tersebut dengan benar, sementara
testee yang kemampuannya rendah tidak dapat menjawab soal itu dengan benar.
Indeks daya pembeda antara soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang
menjawab dari masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian
antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian
validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya dalam
mmembedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta yang
berkemampuan rendah.
Derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui dari besar kecilnya
angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka yang dapat
memberikan petunjuk mengenai tingkat kesulitan item itu dikenal dengan istilah
Difficulty Index (angka indeks kesukaran item), yang didalam dunia evaluasi hasil
belajar pada umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata
Proportion (Proporsi).
Angka indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai
dengan 1,00, artinya angka indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan
paling tinggi adalah 1,00.
Daya pembeda item adalah kemampuan suatu butir item tes hasil belajar
untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee
yang berkemampuan rendah sehingga sebagian besar testee yang memiliki
kemampuan tinggi dapat menjawab butir item tersebut dengan benar, sementara
testee yang kemampuannya rendah tidak dapat menjawab soal itu dengan benar.
Indeks daya pembeda antara soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang
menjawab dari masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian
antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan.
32
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda berkisar antara -1
sampai dengan +1. Tanda negative menunjukkan bahwa peserta tes yang
berkemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta tes yang
berkemampuan tinggi menjawab salah.
Fungsi distraktor hanya berlaku pada soal bentuk pilihan ganda oleh
karena ada alternative jawaban (opsi) yang merupakan pengecoh. Butir soal yang
baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang menjawab
salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara
tidak merata. Pengecoh dianggap baik apabila jumlah peserta didik yang memilih
pengecoh itu sama atau mendekati jumlah ideal.
33
made from a variety of observations and from the background and training of the
evaluator”.
34
Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran secara luas. Sistem pembelajaran
dimaksud meliputi: tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan
maupun sistem penilaian itu sendiri. Selain itu, evaluasi pembelajaran juga
ditujukan untuk menilai efektifitas strategi pembelajaran, menilai dan
meningkatkan efektifitas program kurikulum, menilai dan meningkatkan
efektifitas pembelajaran, membantu belajar peserta didik, mengidentifikasi
kekuatan dan kelemahan peserta didik, serta untuk menyediakan data yang
membantu dalam membuat keputusan.
Chittenden (1994) secara simpel mengklasifikasikan tujuan penilaian
(assessment purpose) untuk Keempat tujuan tersebut oleh Arifin (2013:15)
diuraikan sebagai bertikut:
(1). keeping track,
(2). checkingup,
(3). finding-out,
(4). summing-up.
35
Jadi, proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang mengupayakan agar peserta didik dapat secara aktif
mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapantahapan mengamati
dalam rangka mengidentifikasi atau menemukan masalah, merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan.
Merujuk kepada teori-teori yang dikemukakan di atas dapat ditarik benang
merah bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik, sekurangkurang
memiliki empat karakteristik pokok yaitu:
a. Berpusat pada peserta didik;
b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum
atau prinsip;
c.Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa; dan
d. Dapat mengembangkan karakter peserta didik.
36
C.Mengenal Penilaian Otentik
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pendekatan saintifik dalam
pembelajaran meliputi komponen: mengamati, menanya, mencoba, mengolah,
menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Guna memperoleh penggambaran
yang lebih objektif terhadap pencapaian peserta didik terhadap berbagai kegiatan
tersebut, maka dituntut diterapkannya peneilaian otentik.
Dengan demikian, penilaian otentik harus mampu untuk menggambarkan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan apa yang sudah atau belum dimiliki oleh
peserta didik secara memuaskan, bagaimana mereka menerapkan pengetahuannya
dalam dunia nyata, dalam hal apa mereka sudah atau belum mampu menerapkan
perolehan belajar, dan sebagainya. Atas dasar itu, guru dapat mengidentifikasi
materi apa yang sudah layak dilanjutkan dan untuk materi apa pula kegiatan
remedial harus dilakukan.
37
Dalam memberikan tugas kepada peserta didik ada beberapa hal yang
harus dipertimbangkan sebagai kriteria tugas, yaitu:
a. Tugas tersebut secara signifikan cukup bermakna bagi peserta didik dan guru;
b. Disusun secara bersama antara guru dan peserta didik;
c. Menuntut siswa dapat menemukan dan menganalisis informasi dan menarik
kesimpulan tentang hal tersebut;
d. Meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil dengan jelas;
e. Mengharuskan peserta didik untuk bekerja atau melakukannya sesuai dengan
realitas kehidupan sebagaimana adanya.
38
2. Pilihan ganda (multifle chois),
3. Menjodohkan (matching),
4. Bentuk pilihan benar-salah (true false).
BAB IV
INSTRUMEN EVALUASI BENTUK NON-TES
A.Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya
- tidak). Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik
mendapat nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati
oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya
benar-salah, dapat diamatitidak dapat diamati. Dengan demikian tidak terdapat
nilai tengah.
B.Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan
penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai
secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
C.Penilaian Sikap
Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang
diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen
kognitif, dan komponen konatif. Komponen afektif adalah perasaanyang dimiliki
oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif
39
adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen
konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
D.Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang
harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian,
pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui
pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik
mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan
kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
· Kemampuan pengelolaan
· Relevansi
· Keaslian
E. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat
suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh
dari hasil akhir saja tetapi juga proses pembuatannya.
Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta didik
membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil
karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik,
plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan
perlu diadakan penilaian yaitu:
- Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan peserta didik merencanakan,
menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
- Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan peserta didik
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
- Tahap penilaian (appraisal), meliputi: menilai kemampuan peserta didik
membuat produk sesuai kegunaannya dan memenuhi kriteria keindahan.
F. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan
pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut
dapat berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang
dianggap terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam
40
penghargaan atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu
dalam satu mata pelajaran. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru
dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik
dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat
memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karya
peserta didik, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
G.Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana
subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan,
status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian,
yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses
pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta
didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan
berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajarantertentu, berdasarkan kriteria
atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya,
peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan
perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik
diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat
diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya
sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
41
secara variatif dan terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas, oleh karena itu
disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan pengumpulan
kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek),
kinerja/penampilan (performance), dan tes tertulis (paper and pencil).
D. Prinsip-Prinsip Penilaian Berbasis Kelas
Sebagai bagian dari kurikulum berbasis kompetensi, pelaksanaan PBK sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor dan komponen yang ada di dalamnya. Namun
demikian, guru mempunyai posisi sentral dalam menentukan keberhasilan dan
kegagalan kegiatan penilaian
E. Implementasi Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana
yang tercantum dalam kompetensi dasar, hasil belajar, dan materi pokok dari
setiap mata pelajaran. Di samping mengukur hasil belajar siswa sesuai dengan
ketentuan kompetensi setiap mata pelajaran masing-masing kelas dalam
kurikulum nasional. Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah
yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik).
Ketiga ranah ini sebaiknya dinilai proporsional sesuai dengan sifat mata
pelajaran yang bersangkutan.
F. Bentuk Instrumen dan Pensekoran
1.Instrumen Tes
1. Pertanyaan Lisan.
Pensekoran pertanyaan lisan dapat dilakukan dengan pola kontinum 0 –1
0 atau 10 – 100. Untuk memudahkan pensekoran, dibuat rambu-rambu
jawaban yang akan dijadikan acuan. Contoh soal: Uraikan beberapa arti
kata al-din?
2. Pilihan Ganda.
Bentuk ini bisa mencakup banyak materi pelajaran, pensekorannya
objektif, dan bisa dikoreksi dengan mudah. Tes pilihan ganda dapat
dipakai untuk menguji penguasaan kompetensi pada tingkat berpikir
rendah, seperti pengetahuan (recall ) dan pemahaman, sampai pada tingkat
berpikir tinggi seperti aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
3. Uraian Objektif .
Jawaban uraian objektif sudah pasti. Uraian objektif lebih tepat digunakan
untuk bidang Ilmu Alam, walaupun tidak tertutup kemungkinannya untuk
digunakan dalam bidang ilmu yang lain. Agar hasil pensekorannya
objektif, diperlukan pedoman pensekoran.
4. Uraian Bebas.
Uraian bebas dicirikan dengan adanya jawaban yang bebas. Namun
demikian, sebaiknya dibuatkan kriteria pensekoran yang jelas agar
penilaiannya objektif. Tingkat berpikir yang diukur bisa tinggi.
5. Performans/Unjuk Kerja.
Bentuk ini cocok mengukur kompetensi peserta didik dalam melakukan
tugas tertentu seperti praktik ibadah atau perilaku lainnya. Performans
dalam mata pelajaran PAI umumnya berupa praktik ibadah.
42
6. Instrumen Non-tes
Instrumen nontes seperti telah dikemukakan terdahulu, meliputi: angket,
inventori dan pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek
sikap dan minat terhadap mata pelajaran, konsep diri dan nilai.
G. Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model
analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis
kualitatif adalah analisis yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun
keahlian yang sama. Tujuannya adalah untuk menilai materi, konstruksi, dan
apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi pedoman dan bisa dipahami
peserta didik. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
mengujicobakan instrumen yang telah dinalisis secara kualitatif kepada sejumlah
peserta didik yang memiliki krakteristik sama dengan peserta didik yang akan
diuji dengan instrumen tersebut.
H. Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian
Penilaian berbasis kelas sebagai komponen KBK, tidak bisa melepaskan diri dari
silabus. Oleh karena itu selalu dikatakan bahwa Silabus dan sistem penilaian
merupakan urutan penyajian bagian-bagian dari silabus dan sistem penilaian suatu
mata pelajaran. Silabus dan sistem penilaian disusun berdasarkan prinsip yang
berorientasi pada pencapaian kompetensi.
BAB VI PENGUKURAN RANAH KOGNITIF,
AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK
A. Pengukuran Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Bloom
mengelompokkan ranah kognitif ke dalam enam kategori dari yang sederhana
sampai kepada yang paling kompleks dan diasumsikan bersifat hirarkis, yang
berarti tujuan pada level yang tinggi dapat dicapai apabila tujuan pada level yang
rendah telah dikuasai (Sudijono, 1996:49-50).
B. Pengukuran Ranah Afetktif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap adalah
salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan persepsi dan tingkah
laku. Istilah sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude. Attitude adalah suatu
cara bereaksi terhadap suatu perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi
terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Ada beberapa bentuk skala
yang dapat digunakan untuk mengukur sikap (afektif) yaitu: (1) Skala likert, (2)
Skala pilihan ganda, (3) Skala thurstone, (4) Skala guttman, (5) Skala differential,
dan (6) Pengukuran minat.
C. Pengukuran Ranah Psikomotorik
Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah: (a) imitasi, (b) manipulasi, (c)
ketepatan, (d) artikulasi, dan (e) naturalisasi.
1) Daftar Cek
Pengukuran ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan menggunakan
daftar cek ( ya - tidak) . Pada pengukuran ranah
43
psikomotorik yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh
penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidak memperoleh nilai.
2) Skala Rentang
Pengukuran ranah psikomotorik yang menggunakan skala rentang
memungkinkan penilai memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu
karena pemberian nilai secara kontinuum di mana pilihan kategori nilai
lebih dari dua.
BAB VII ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN
Analisis instrumen penilaian dikaji segi analisis logis/rasional dan analisis
empirik. Analisis logis/rasional meliputi ranah materi, ranah konstruksi dan ranah
bahasa. Sedangkan analisis empirik meliputi seperti validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya beda tes.
A. Analisis Logis/Rasional
Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi dan bahasa. Analisis
materi dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitan dengan substansi
keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai
dengan soal.
B. Analisis Empirik
Analisis empirik terhadap instrumen/soal dilakukan dengan melakukan menguji
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda.
1.Validitas Tes
a.Pengertian Validitas Tes
Valid artinya sah atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebut merupakan
alat ukur yang tepat untuk mengukur suatu objek. Berdasarkan pengertian
ini, maka validitas tes pada dasarnya berkaitan dengan ketepatan.
b.Cara-cara Menentukan Validitas Tes
Pada garis besarnya, cara-cara menentukan validitas tes dibedakan kepada dua,
yaitu validitas rasional/logis dan validitas empiris atau validitas berdasarkan
pengalaman.
1.Validitas eksternal
Validitas eksternal dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor hasil uji coba
instrumen yang dibuat guru dengan instrumen yang sudah baku.
2.Validitas Internal
Validitas Internal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu analisis faktor dengan
analisis butir.
2.Reliabilitas Tes
Menurut arti kata reliabel berarti dapat dipercaya. Berdasarkan arti kata tersebut,
maka instrumen yang reliabel adalah instrumen yang hasil pengukurannya dapat
dipecaya. Salah satu keriteria instrumen yang dapat dipercaya jika instrumen
tersebut digunakan secara berulang-ulang, hasil pengukurannya tetap.
44
Secara garis besar, ada dua macam cara menentukan reliabilitas instrumen, yaitu
reliabilitas eksternal dan reliabilitas internal.
a.Reliabilitas Eksternal
Menguji reliabilitas eksternal suatu tes dilakukan dengan beberapa metode
diantaranya: (1) metode paralel, (2) metode tes ulang, dan (3) metode belah dua.
1.Metode tes ulang
Metode tes ulang atau test-retest method sering pula dinamakan metode stabilitas.
Metode tes ulang dilakukan dengan mengujicobakan sebuah tes kepada
sekelompok peserta didik sebanyak dua kali pada waktu yang berbeda.
2.Metode bentuk paralel
Metode bentuk paralel atau alternate-forms method atau double test- double trial
method atau dikenal dengan juga metode ekuivalen. Metode paralel dilakukan
dengan mengujicobakan dua buah instrumen yang dibuat hampir sama. Uji coba
dilakukan terhadap sekelompok responden.
3 Metode belah dua
Metode belah dua digunakan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terjadi
pada metode bentuk paralel dan metode tes ulang karena metode ini
memungkinkan mengestimasi reliabilitas tanpa harus menyelenggarakan tes dua
kali.
BAB VIII PENILAIAN ACUAN PATOKAN DAN PENILAIAN ACUAN
NORMA
A. Penilaian Acuan Patokan
Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilah Criterion Referenced
Test adalah penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu kepada
kriteria pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya
(Slameto, 1988). Nilai-nilai yang diperoleh peserta didik dikaitkan dengan tingkat
pencapaian penguasaan (mastery) peserta didik tentang materi pengajaran sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hal senada diungkapkan
Shirran (2008) menjelaskan PAP menfokuskan pada apa yang mampu dikerjakan
peserta didik dan apakah peserta didik tersebut menguasai mata pelajaran.
B. Penilaian Acuan Norma
Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilah Norm Referenced Test
adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu pada norma kelompok.
Nilai-nilai yang diperoleh peserta didik diperbandingkan dengan nilai-nilai
peserta didik lainnya yang termasuk di dalam kelompoknya (Slameto, 1988).
C. Pengolahan Tes Acuan Norma
Berbeda halnya dengan PAP yang dikaji adalah masalah sampling materi tes, dan
penetapan tinggi rendahnya patokan yang ditetapkan sebagai kriteria keberhasilan,
maka dalam PAN adalah pengolahan data statistiknya. Standar yang digunakan
dalam PAN adlah skor rata-rata kelompok yang mengikuti tes, sehingga
penentuannya dilakukan dengan mengolah data secara empirik. Pendidik tidak
dapat menetapkan patokan terlebih dahulu seperti pada PAP.
45
KELEBIHAN BUKU DAN KEKURANGAN
BUKU 1
Kelebihan
Terhitung dari pokok pembahasannya buku utama ada 8 bab.
Materi yang ada pada buku pertama cara penjelasannya jelas dan tidak
bertele – tele.
Menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dimengerti di kalangan
pelajar maupun dikalangan mahasiswa.
Buku menggunakan kata-kata yang sederhana untuk dimengerti di
Kekurangan
Banyak kata penulisan yang salah
Materi-materi yang dijelaskan dari buku tidak to the point ,pembahasannya
lebih seperti mendeskripsikan jadi harus dibaca berulang-ulang baru bisa
paham inti sari dari pembahasan tersebut.
Dalam penulisan dan pembahasan yaitu dalam penulisan buku masih ada
penulisan EYD yang kurang tepat sehingga pembaca merasa kurang puas
dalam buku ini.
Buku 2
Kelebihan
1. Dilihat Dari Aspek Tampilan
a. Memiliki desain sampul yang menarik.
b. Dibagian belakang sampul dilengkapi dengan biography penulis sehingga
memudahkan pembaca untuk lebih mengenal sang penulis buku.
c. Judul buku yang ditawarkan mudah dipahami
2. Dilihat Dari Aspek Layout dan Tata letak
a. Memiliki layout yang baik pada bab dan sub babnya, yaitu telah terlihat
kontras sehingga pembaca mudah mengenali bagian judul dan sub judul.
Sub judul juga telah diberi sedikit area kosong setelah bagian isi sehingga
pembaca memiliki jeda untuk beralih ke bagian berikutnya.
b. Perataan pada buku mengunakan perataan kiri kanan ( Justify) sehingga
terkesan rapi.
c. Elemen-elemen komunikasi grafis (teks, gambar, tabel) dalam buku telah
ditulis dan disusun dengan baik dan komunikatif
3.Dilihat Dari Aspek Isi Buku
46
Memiliki isi/pembahasan yang sangat terstruktur sehingga pola piker
pembaca pun menjadi terarah dan mudah untuk mengikuti langkah langkah yang
disampaikan. Ditambah lagi isi buku banyak dilengkapi dengan teori-teori yang
mendukung isi/pembahasan berdasarkan pendapat para ahli sehingga
pemahaman konten akan lebih jelas untuk dipelajari.
4.Dilihat Dari Aspek Tata Bahasa
Menggunakan bahasa yang baku dan sesuai dengan kaidah Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD).
Kekurangan
1.Dari aspek tampilan, tidak ditemukan kekurangan.
2.Dari segi layout dan tata letak, terdapat kekurangan sebagai berikut:
a. font yang digunakan untuk mebuat subbab dengan isi/pembahasan
menggunakan font yang sama sehingga tampilan buku tampak kurang
menarik.
b. huruf yang digunakan ( font style) yang digunakan pada sub judul dan isi
(body text ) menggunakan huruf yang sama dan tidak adanya ornamen-
ornamen disetiap pergantian bab sehingga tampak monoton.
3.Dari aspek Isi buku, terdapat kekurangan sebagai berikut: Tidak memuat
kesimpulan diakhir pembahasan yang merupakan intisari dari pembahasan
materi tiap bab.
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari kedua buku diatas dapat disimpulkan pengertian evaluasi sebagai kegiatan
identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah
tercapai atau belum, berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat
tingkat efisiensi pelaksanaannya. Sedangkan Evaluasi Pendidikan merupakan
proses untuk menentukan tujuan pendidikan dibandingkan tujuan yang telah
ditentukan atau secara umum dapat diartikan bahwa evaluasi pendidikan sebagai
suatu kegiatan penilaian yang dilakukan didalam dunia pendidikan.
Berdasarkan hasil critical book report yang telah dilakukan terhadap buku
Evaluasi Pembelajaran karangan Drs.Asrul,M.Si., maka buku ini cocok dijadikan
sebagai buku referensi dalam mempelajari tentang manajemen sekolah. Hal ini
karena, dengan membaca buku ini, pembaca akan memperoleh pengetahuan/teori
dasar dan praktik yang dibutuhkan agar bisa merancang suatu manajemen sekolah
dengan baik. Materi yang disampaikan pada buku ini cukup sitematis, walaupun
terkadang terdapat beberapa kalimat yang cukup sulit dipahami
karena penyampaiannya dikolaborasi dengan kata-kata berbahasa Inggris.
Dengan adanya pemahaman dan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari buku ini,
mahasiswa akan lebih aktif dalam mengikuti pertemuan didalam kelas, terkhusus
pada mata kuliah Manajemen Sekolah.
48
3. 2. Saran
Adapun rekomendasi atau saran yang dapat diberikan antara lain adalah:
buku Evaluasi Pembelajaran karangan Drs.Asrul,M.Si., cocok digunakan
sebagai buku pedoman dalam mempelajari Evaluasi Pembelajaran di Sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,Nahjiah.2015.Buku Ajar Evaluasi Pembelajaran.Yogyakarta:Intervena Yogyakarta
49