DisusunOleh :
FAKULTAS TEKNIK
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah ini khususnya mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar. Atas dukungan dan materi yang
diberikan, maka kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kami, ibu Dra.
Nikmat Akmal,M.Pd dan Ibu Dian Agustina Dalimunthe,S.Pd., M.Pd. yang selalu memberi
bimbingan, saran, dan ide atas menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa tidaklah terlalu sempurna makalah yang telah dibuat ini. Oleh
karena itu, kami sangat membutuhkan saran dan kritik dari dosen pengampu untuk
penyempurnaan tugas penyusunan makalah ini.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................35
3.2 SARAN................................................................................................................................35
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui isi buku agar kita dapat menemukan kritikan terhadap dua buku tersebut
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari kedua buku tersebut
3. Mengetahui perbandingan antar kedua buku tersebut.
4. Memahami bagaimana cara mengkritik dan mereview sebuah buku
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tahun : 2008
Tahun : 2012
2
2.2 RINGKASAN BUKU
BAB II
BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN KONTENPORER
Metode Mengajar adalah cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa yang kita ajar.Macam –macam metode mengajari antara lain ceramah,
ekspositori, tanya jawab, penemuan. Model Pengajaran mempunyai makna yang lebih luas
daripada suatu strategi, metode, atau prosedur. Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu
rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta
didik,dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting
lainnya.
Model pengajaran meliputi pendekatan suatu model pengajaran yang luas dan
menyeluruh. Contohnya pada model pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-
kelompok kecil siswa bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh
siswa dan guru. Ada beberapa model pembelajaran yaitu
1. Model Pengajaran langsung
Model pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar
siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur
dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.Ciri-ciri pengajaran langsung
yaitu adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar, sintaks atau pola
keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran dan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar
yang mendukung berlangsung dan berhasilnya pengajaran..
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pengajaran kooperatif
yaitu, untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif,
kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis
kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, penghargaan lebih diutamakan pada kerja
4
kelompok daripada perorangan. Tujuan penerapan pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar
akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan
atau masalh, memusatkan pada keterkaitan antar displin,penyeledikan autentik, kerjasama,
dan menghasilkan karya dan peragaan.Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang
untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
Pembelajaran berdasarkan masalah bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan orang dewasa
yang autentik dan menjadi pembelajar yang mandiri.
4. Model Pembelajaran Tematik
Pembelajaran termatik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa. Ciri khas dari pembelajaran tematik adalah pengalaman dan kegiatan belajar
sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar,
kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat
dan kebutuhan siswa, kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga
hasil belajar dapat bertahan lebih lama, membantu mengembangkan keterampilan berpikir
siswa, menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang
sering di temui dalam lingkungannya.
5. Model Pembelajaran Kontekstual
Model Pembelajaran kontekstual merupakan rancangan pembelajaran yang dibangun atas
dasar asumsi bahwa knowledge is constructed by human (Zahorik,1995). Atas dasar itu maka
dikembangkan model pembelajaran konstruktivis yang membuka peluang seluas-luasnya
kepada siswa untuk meberdayakan diri. Cara belajar yang baik adalah dengan
siswamengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya.
BAB III
KONSEP DASAR PENILAIAN
Penilaian merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi
secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai
siswa yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya
(Depdiknas, 2001). Dengan demikian, inti dari penilaian adalah proses memberikan atau
menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Penilaian
5
berfungsi sebagai pemantau kinerja komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar
dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar.
Sistem penilaian dalam pembelajaran, baik pada penilaian berkelanjutan maupun
penilaian akhir, hendaknya dikembangkan berdasarkan sejumlah prinsip yaitu menyeluruh,
berkelanjutan, berorientasi pada indikator ketercapaian dan sesuai dengan pengalaman
belajar. Sesuai dengan kemampuan dasar yang ingin dicapai, maka pengujian harus
mencakup:
BAB IV
INSTRUMEN PENILAIAN
Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh
mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek
pengetahuan dan keterampilan.
Langkah penyusunan instrument test, Langkah awal dalam mengembangkan
instrumen adalah menetapkan spesifikasi, yaitu berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan
karakteristik yang harus dimiliki suatu instrumen. Penyusunan spesifikasi instrumen
mencakup kegiatan,menentukan tujuan,menyusun kisi-kisi,memilih bentuk instrumen, dan
menetukan panjang instrumen. Langkah penyusunan instrumen nontest,yaitu instrumen untuk
mengungkap aspek Psikomotor dapat berupa tes tertulis , tes identifikasi, tes simulasi, tes
contoh kerja.. Instrumen untuk mengungkap aspek Afektif ada dua komponenafektif yang
penting untuk diukur yaitu sikap dan minat pada pembelajaran yang digunakan hanya sikap
dan minat terhadap pelajaran, karena keduanya ini sangat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Untuk menetukan keberhasilan siswa dalam sistem penilaian ini dilakukan penskoran
dan penentuan standar keberhasilan belajar. Secara khusus sistem penilaian perlu
memperhatikan keterkaitannya dengan ranah yang ada,yaitu ranah kognitif,afektif dan
psikomotor, ketiga ranah tersebut memiliki karakteristik yang berbeda.oleh karena itu teknik
penskoran untuk ketiga ranah tersebut juga harus dibedakan. Tes kognitif, ada beberapa
model jenis tes yaitu penskoran untuk tes bentuk objektif, penskoran untuk tes esai,
6
penskoran tugas-tugas,pengukuran afektif dan tes psikomotor. Tes lisan, pertanyaan lisan
dapat digunakan untuk mengetahui taraf serap peserta didik untuk masalah yang berkaitan
dengan kognitif tingkat berpikir untuk pertanyaan lisan dikelas cenderung rendah,seperti
pengetahuan dan pemahaman.
BAB V
PENILAIAN KELAS
Penilaian kelas merupakan suatu kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan
keputusan tentang pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta didik setelah mengikuti
proses pembelajaran tertentu. Manfaat penilaian kelas yaitu untuk memberikan umpan balik
bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian
kompetensi, untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan,
dan sumber belajar yang digunakan, untuk masukan bagi guru guna merancang kegiatan
belajar, untuk memberikan informasi kepada orang tua dan komite sekolah tentang efektivitas
pendidikan.
Fungsi penilaian kelas yaitu, menggambarkan sejauhmana seorang peserta didik telah
menguasai suatu kompetensi, mengevaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka
membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya,
baik untuk pemilihan program, menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang
bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis yang membantu guru
menetukann apakah seseorang perlu mengikuti remedial atau pengayaan dan lain-lain.
Rambu-rambu Penilaian Kelas, kriteria penilaian kelas yaitu validitas, reliabilitas, terfokus
pada kompetensi, keseluruhan/komprehensif, objektivitas serta mendidik.
Ada beberapa teknik penilaian dalam pembelajaran di kelas,yaitu Teknik penilaian
unjuk kerja, merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik
dalam melakukan sesuatu. Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan
alat atau instrumen yaitu daftar cek dan skala penilaian. Teknik penilaian sikap dapat
dilakuakn dengan beberapa cara atau teknik antara lain, observasi perilaku,pertanyaan
langsung, dan laporan pribadi.
Langkah-langkah pelaksanaan penilaian, yaitu penetapan indikator pencapaian
kompetensi, pemetaan standar kompetensi,kompetensi dasar dan indikator, penetapan teknik
penilaian,. Contoh alat dan penskoran dalam penilaian yaitu format pengamatan unjuk kerja,
mempersiapkan alat dan bahan, pelaksanaan, menggunakan hasil pengukuran untuk menarik
kesimpulan, penilaian sikap ilmiah serta penilaian tertulis.
7
BAB VI
PENYUSUNAN INSTRUMEN DAN TEKNIK PENSKORAN
A. Komponen Penyusunan Tes
1. Tujuan Tes
Tujuan tes yang penting adalah untuk :
mengetahui tingkat kemampuan peserta didik
mengukur pertumbuhan dan perkembangan peserta didik,
mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik
mengetahui hasil pengajaran,
mengetahui hasil belajar,
mengetahui pencapaian kurikulum
mendorong peserta didik belajar, dan
mendorong guru agar mengajar yang lebih baik. Seringkali tes digunakan untuk
beberapa tujuan, namun tidak akan memiliki keefektifan yang sama untuk semua
tujuan.
Ditinjau dari tujuannya, ada empat macam tes yang banyak di gunakan di lembaga
pendidik, yaitu:
tes penempatan,
tes diagnostik,
tes formatif, dan
tes sumatif. Sistem penilaian berbasis kompetensi pada umumnya menggunakan tes
diagnostik, formatif, dan sumatif.
2. Langkah Pengembangan Tes
Ada sembilan langkah yang harus ditempuh dalam mengembangkan tes hasil atau prestasi
belajar, yaitu:
menyusun spesifikasi tes,
menulis soal tes,
menelaah soal tes,
melakukan uji coba tes,
menganalisis butir soal,
memperbaiki tes,
merakit tes,
8
melaksanakan tes, dan
menafsirkan hasil tes.
9
Misal dari instrumen untuk mengukur minat peserta didik yang telah berhasil dibuat ada
10 butir. Jika rentangan yang di pakai adalah 1 sampai 5, maka skor terendah seorang peserta
didik adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi sebesar 50, yakni dari 10 x 5.
BAB VII
KRITERIA TES YANG BAIK
A. Kesahihan/ Validitas
Sebelum soal tes ini dipakai harus di uji coba dahulu, selanjutnya dilakukan pengujian
validitas yang terdiri dari:
Validitas isi dan kontruk, validitas ini dilakukan bertujuan untuk menentukan kesesuaian
antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang
kita buat. Validitas ini dilakukan dengan meminta pertimbangan dari para ahli (pakar) dalam
bidang evaluasi atau ahli dalam bidang sedang diuji.
Validitas prediksi, validitas ini dimaksudkan agar hasil tes mampu memprediksi
keberhasilan peserta didik di kemudian hari, misalnya ujian masuk atau tes seleksi.
Validitas Empiris (Kriterium), validitas ini bertujuan untuk menentukan tingkat
kehandalan soal adalah validitas banding. Dalam penentuan tingkat validitas butir soal
digunakan korelasi product moment pearson dengan mengkorelasikan.
B. Keajegan Reliabilitas
Reliablitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan
suatu soal tes. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini digunakan perhitungan Alpha
Cronbach.
10
2.2.1 Ringkasan Buku II
BAB 1
PENDAHULUAN
2. Penilaian Pendidikan
3. Makna Menilai
11
Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian antara lain
sebagai berikut:
12
b. Ciri kedua yaitu pengunaan ukuran kuantitatif.
c. Ciri ketiga yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau satuan-
satuan yang tetap
d. Ciri keempat yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang
di sebabkan banyak faktor.
e. Ciri kelima bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan.
BAB 2
1. Subjek Evaluasi
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang
melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap
tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
2. Sasaran Evaluasi
Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian untuk unsur-
unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put.
a. In Put : Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan untuk
mencapai hasil yang di inginkan, yaitu : kemampuan, kepribadian sikap dan intelgensi
b. Transformasi: Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau objek
pendidikan demi di perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan, yaitu :
Kurikulum/materi, Metode dan cara penilaian, Media, Sistem administrasi dan
Pendidik dan anggotanya.
c. Out Put : Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui seberapa
jauh tingkah pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program
tersebut dengan menggunakan tes pencapaian.
BAB 3
1. Prinsip Evaluasi
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi
atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
13
a. Hubungan antara tujuan dengan KBM
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju
ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu
pada tujuan yang sudah dirumuskan.
KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan.
Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM
yang dilaksanakan.
2. Alat Evaluasi
Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci macam-
macam tes dan non tes.
b. Teknik Tes
14
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-
alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya tiga
macam tes, yaitu:
a. Tes diagnostic
b. Tes Formatif
c. Tes Sumatif
BAB 4
MASALAH TES
1. Pengertian
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring untuk
menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan sebagai ujian atau
percobaan.
Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik
apabila memenuhi lima syarat yaitu:
a) Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid jika tes itu
tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula.
15
b) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh
apapun.
c) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada unsur
subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
d) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh.
Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk sehingga
dapat diberikan kepada orang lain.
e) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan tidak
membuang waktu.
BAB 5
VALIDITAS
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris.
Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi, validitas konstrak,
validitas “ada sekarang” dan validitas predictive.
16
BAB 6
REALIBILITAS
Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan,
tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa
inggris disebut alternate-forms method (parallel forms).
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam
menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi
dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode
ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua tes
tersebut dihitung korelasinya.
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali
percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan
metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang dicobakan satu kali. Oleh
karena itu, disebut juga single-test-single-trial method.
BAB 7
TAKSONOMI
Taksonomi Bloom
Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih
rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut antara lain:
17
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dalam ranah ini
hirarkinya adalah pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
d. Garlach dan Sullivan mencoba mengganti gambaran tentang proses dalam rumusan yang
umum menjadi tingkah laku siswa yang dapat diamati.
BAB 8
TUJUAN INTRUKSIONAL
18
tujuan instruksional umum ( TIU)
tujuan instruksional khusus (TIK)
a. Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur
(metode) mangajar,
b. Peserta didik mengetahui arah belajarnya,
c. Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu
bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup
(overlap) antar pendidik,
d. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar peserta
didik,
e. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision
maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran.
a. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang
studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun 1984 masih terjadi di dalam diri
manusia.
b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku.
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik
mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam suatu
perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable).
5. Kata-Kata operasional
19
6. Kondisi Demonstrasi
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau
situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik mendemonstrasikan tingkah
laku akhir. Standar keberhasilan adalah kelompok TIK yang menunjukkan seberapa jauh
tingkat keberhasilan yang di tuntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.
Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang
menjelaskan: a) Materi yang dipelajari. b) Perilaku mengutarakan hasil. c) Proses
pencapaiannya.
BAB 9
Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi yang sudah
diajarkan. Tes ada yang dibuat oleh seorang guru yang kemudian disebut tes buatan guru dan
ada tes yang sudah memenuhi standar suatu satuan pendidikan maupun lembaga pendidikan
yang kemudian disebut tes terstandar.
a. Aptitude test
b. Achievement tes
Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan
petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka
seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan
(performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan
kelompok standar tersebut.
20
Perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru Secara singkat dapat
dikemukakan bahwa kegunaan tes standar adalah:
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah:
Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang
diberikan dalam waktu tertentu.
Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
Untuk memperoleh suatu nilai.
Sebuah tes yang sudah di katakan standart dan sudah dapat disebut sebagai tes standart,
biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat keterangan-keterangan atau
petunjuk-petunjuk yang perlu terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan
mengadakan interpretasi.Secara garis besar manual tes standar ini memuat:
a. Ciri-ciri mengenai tes, misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat reliabilitas dan
sebagainya.
b. Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes.
c. Proses standardisasi tes.
d. Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes
e. Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor
f. Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil
g. Saran-saran lain
BAB 10
PENYUSUNAN TES
1. Fungsi Tes
Fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal :
a. fungsi untuk kelas
21
b. fungsi untuk bimbingan.
c. fungsi untuk administrasi.
3. Komponen-Komponen Tes
Komponen Test terdiri dari:
a. Buku tes
b. Lembar jawaban r=tes
c. Kunci jawaban tes
d. Pedoman penilaian
BAB 11
1. Bentuk-Bentuk Tes
a. Tes Subjektif
Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Jumlah soal-soal bentuk subyektif biasanya tidak
banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kurang lebih 90-120 menit. Soal-soal
22
bentuk ini menuntut kemampuan peserta didik untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi,
dan menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
b. Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif
(Arikunto, 1995 : 165). Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil
kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes
untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal
memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua
kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah.
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang
bernilai benar atau salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut
benar atau salah.
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang
belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.
Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan
mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau
mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini
yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat
menjadi pernyataan yang benar.
23
3. Pengukuran Ranah Afektif
Pengukuran ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan), merespon,
menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif
adalah :
a. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai
dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program
perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain
diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan
kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai
dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
a. Skala Likert
b. Skala pilihan ganda
c. Skala Thurstone
BAB 12
TABEL SPESIFIKASI
Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak
menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup
dalam tes.
2. Langkah-Langkah Pembuatan
a. Untuk materi yang seragam
Yang dimaksud “seragam” disini adalah bahwa antara pokok materi yang satu dengan
pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku. Misalnya
50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi. Selanjutnya banyaknya
24
butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan cara menghitung persentase dari
banyaknya soal bagi tiap pokok materi yang sudah tertulis di kolom paling kanan.
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak perlu
mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom. Pemberian
imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas banyaknya soal untuk pokok materi
itu dan imbangan yang dikehendaki oleh penilaian menurut sifat pokok materi yang
bersangkutan.
Terdapat dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah penyususnan tabel spesifikasi
untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu:
BAB 13
a. Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh
jawaban tentang ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain
keadaan soal tersebut.
b. Mengadakan analisis soal (item analysis)
2. Analisis Butir soal
Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan terhadap
empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes telah dilaksanakan
dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh. Untuk mengetahui kapan soal
dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek sangat berhubungan dengan analisis soal,
yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.
25
a. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan
yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran.
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal yang indeks
kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0
menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah
b. Daya Pembeda.
Daya Pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, indeks
diskriminasi ini sama dengan indeks kesukaran yaitu berkisar antara 0,00 sampai 1,00.
c. Pola jawaban soal
Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan
jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan
menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang
tidak memilih pilihan manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah
pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak.
BAB 14
Maka penilaian kelas diartikan penilaian yang terarah pada semua kejadian yang
terdapat pada diri siswa dan lingkungannya secara riil. Oleh karena itu yang diraih adalah
hasil seutuhnya yang ada pada peserta didik , baik kognitif, afektif , dan psikomotorik.
b. Jenis Penilaian
Jenis-jenis penilaian yaitu:
26
a. Kuis, isian, atau jawaban singkat.
b. Ghgh b. Pertanyaan lisan
c. Ulangan harian
d. Ulangan tengah semester dan akhir semester
e. Tugas individu
f. Tugas kelompok
g. Respons atau ujian praktik
h. Laporan kerja praktik
i. Penilaian portofolio
c. Bentuk-Bentuk Penilaian
Ditinjau dari bentuknya , penilaian kelas meliputi 7 bentuk yaitu:
a. Penilaian melalui tes tertulis
b. Penilaian melalui tes lisan
c. Penilaian unjuk kerja
d. Penilaian produk
e. Pennilaian proyek
f. Penilaian portofolio dan
g. penilaian diri
BAB 15
1. Menskor
Nama lain menskor adalah memberi angka. Dalam hal pekerjaan menskor atau
menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu:
1. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.
2. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple
choice)
27
3. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (sort answer
test)
4. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
5. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay test)
6. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas
Skor : adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-
angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa.Nilai : adalah angka ubahan dari
skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar.Secara
rinci skor dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu skor yang diperoleh (obtained score), skor
sebenarnya (true score), dan skor kesalahan (error score).
Score yang diperoleh adalah sejumlah biji yang dimiliki oleh testee sebagai hasil
mengerjakan tes. Kelemaham-kelemahan butir tes, situasi yang tidak mendukung, kecemasan
dan lain-lain factor dapat berakibat terhadap skor yang diperoleh ini. Apabila factor yang
berpengaruh ini muncul, baik sebagian atauppun menyeluruh, penilai tidak dapat mengira-
ngira seberapa cermat skor yang diperoleh siswa ini mampu mencerminkan pengetahuan dan
keterampilan siswa yang sesungguhnya.
Skor sebenarnya (true score) sering kali juga disebut dengan istilah skor univers =
skor alam (universe score), adalah nilai hipotesis yang sangat tergantung dari perbedaan
individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara tetap. Perbedaan antara skor
yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya, disebut dengan istilah kesalahan dalam
pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor kesalahan. Hubungan antara ketiga macam
skor tersebut adalah sebagai berikut:
28
kelompok kurang. Apabila standar mutlak dan standar relatif ini dihubungkan dengan
pengubahab skor menjadi nilai, maka akan terlihat demikian.
BAB 16
MENGOLAH NILAI
Skala bebas yaitu skala yang tidak tetap, ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali lagi
50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi, angka tertinggi dari skala yang di
gunakan tidak selalu sama.
b. Skala 1-10
Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka 5,5
tersebut di bulatkan menjadi 6. Dengan menggunakan skala 1-10 maka bilangan bulat yang
ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar.
c. Skala 1-100
d. Skala huruf
29
Selain menggunakan angka, pemberian nilai dapat di lakukan dengan huruf
A,B,C,D,dan E. Huruf tidak menunjukan kuantitas, tetapi dapat di gunakan sebagai symbol
untuk menggambarkan kualitas.
2. Distribusi Nilai
a. Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak
Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan
yang ditentukan. Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal
(mentah).
3. Standar Nilai
a. Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9
b. Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale), yaitu skala
nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10.
c. Standar sepuluh. Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri Kurikulum SMA
Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar relative,
dengan nilai berskala 1 – 10.
BAB 17
1. Pengertian
Pengertian yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang
siswa di dalam urutan tingkatan, dalam istilah disebut rangking. Untuk dapat diketahui
rangking dari siswa di suatu kelas maka harus diadakanpengurutan nilai siswa tersebut dari
yang paling atas sampai ke nilai yang paling bawah.
30
a. Dengan rangking sederhana( simple rank) adalah urutan yang menunjukkan letak atau
kedudukan seseorang dalam kelompoknya dan dinyatakan dengan nomor atau angka
biasa.
b. Dengan rangking presentase (percentile rank) adalah kedudukan seseorang dalam
kelompok, yang menunjukkan banyaknya persentase yang berada di bawahnya
c. Standar Deviasi adalah penentuan kedudukan dengan membagi kelas atas kelompok-
kelompok. Tiap kelompok dibatasi oleh suatu standar deviasi tertentu.
d. Standard score atau z-score adalah angka yang menunjukkan perbandingan perbedaan
score seseorang dari mean dengan standar deviasinya untuk menentukan z-score,
harus diketahui:
Rata-rata skor dari kelompok.
Standar deviasi dari skor-skor tersebut
BAB 18
31
Memberi gambaran tentang prestasi siswa atau lulusan kepada calon pemakai
tenaga kerja.
BAB 19
MEMBUAT LAPORAN
1. Pentingnya Laporan
Laporan biasanya dibuat oleh seorang guru dibuat pada akhir semester, dibuatnya
laporan ini diperlukan untuk mengetahui hasil akhir dari apa yang dilakukan oleh siswa-siswi
serta diperlukan agar guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar sudah
berhasil atau belum jika belum maka guru akan meninjau kembali metodenya dalam
mengajar.Secara sistematis dapat dikemukakan disini bahwa laporan tentang siswa
bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu sebagai berikut:
a. Siswa sendiri
b. Guru yang mengajar akan mengetahui catatan laporan kemajuan siswa.
c. Guru lain
d. Petugas lain disekolah.
e. Orang tua akan mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari.
f. Pemakai lulusan
32
2. Macam dan Cara Membuat Laporan
a. Catatan lengkap.
b. Catatan tidak lengkap.
c. Lulus-belum lulus.
d. Nilai siswa.
BAB 20
1. Evaluasi Program
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan apakah target
progam yang disusun sudah tercapai dengan begitu maka akan diketahui bagaimana kualitas
mengajar seorang guru apakah sudah efektif atau belum berdasarkan tingkat pencapaian yang
sudah dicapai. Pentingnya evaluasi progam yaitu agar guru mengetahui betul apa yang terjadi
di dalam proses belajar-mengajar, guru berkepentingan atas kualitas pengajaran. Untuk
memperbaiki proses pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu mengetahui
seberapa tinggi tingkat pencapaian dari tugas yang telah dikerjakan selama kurun waktu
tertentu.
Apabila guru ingin melakukan evaluasi progam dengan lebih seksama, terlebih dahulu
harus menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data.
Mengenai bagaimana menyiapkan instrumen untuk angket, pedoman wawancar, pedoman
33
pengamatan dapat dipelajari dari buku-buku penelitian. Sebagai cara yang paling sederhana
adalah mengadakan pencatatan terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan sehari-hari di
kelas.
34
2.3 PERBANDINGAN BUKU
Dalam membandingkan kedua buku tersebut, saya menerangkan kelebihan dan
kekurangan pada buku
Buku 1
Kekurangan Kelebihan
Buku 2
Kekurangan Kelebihan
35
terdapat tabel
36
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat
kuantitatif.
Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik dan
buruk. Penilaian bersifat kuantitatif.
Mengadakan Evaluasi meliputi kedua langkah diatas, yakni mengukur dan menilai
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu,
yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil keputusan, yang dimaksudkan untuk membantu para guru dalam
pengambil keputusan dalam usaha menjawab pertanyaan atau permasalahan yang ada.
Waktu melaksanakan penilaian guru pasti telah menciptakan alat ukur, berupa tes
maupun nontes seprti soal-soal ujian, observasi proses pembelajaran dan sebagainya.
Hubungan antara keempat peengertian tersebut dalam kegiatan penilaian
pembelajaran, meskipun sering dilakukan oleh guru secara simultan.
3.2 SARAN
Menurut saran saya agar buku – buku tersebut dapat dilengkapi materi tentang
pembanghasan pokok, lalu masukkan beberapa gambar agar buku lebuh menarik di baca.
37