DisusunOleh :
FAKULTAS TEKNIK
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
makalah ini khususnya mata kuliah Evaluasi Hasil Belajar. Atas dukungan dan materi yang
diberikan, maka kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu kami, ibu Dra.
Nikmat Akmal,M.Pd dan Ibu Dian Agustina Dalimunthe,S.Pd., M.Pd. yang selalu memberi
bimbingan, saran, dan ide atas menyelesaikan laporan ini.
Kami menyadari bahwa tidaklah terlalu sempurna makalah yang telah dibuat ini. Oleh
karena itu, kami sangat membutuhkan saran dan kritik dari dosen pengampu untuk
penyempurnaan tugas penyusunan makalah ini.
Kelompok
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
1.3 Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................37
3.2 SARAN......................................................................................................................37
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………...38
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui isi buku agar kita dapat menemukan kritikan terhadap dua buku tersebut
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan dari kedua buku tersebut
3. Mengetahui perbandingan antar kedua buku tersebut.
4. Memahami bagaimana cara mengkritik dan mereview sebuah buku
iii
BAB II
PEMBAHASAN
Penulis : Prof.Dr.H.Gunarto,M.Hum
Tahun : 2013
Tahun : 2012
iv
2.2 RINGKASAN BUKU
Hakikat Pembelajaran
Belajar suatu kata yang sudah cukup akrab dengan semua lapisan masyarakat. Bagi para
pelajar atau mahasiswa kata “belajar“ merupakan kata-kata yang tidak asing. Bahkan sudah
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu
di lembaga pendidikan formal. Kegiatan belajar mereka lakukan setiap waktu sesuai dengan
keinginan.
Berdasarkan uraian di atas maka belajar merupakan interaksi antara pendidik dengan
peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana baik didalam maupun di luar ruangan
untuk meningkat kan kemampuan peserta didik. Belajar untuk disekolah dasar berarti
interaksi antara guru dengan siswa yang dilakukan secara sadar dan terencana yang
dilaksanakan baik di dalam kelas maupn diluar kelas dalam rangka untuk meningkatkan
kemampuan siswa.
Interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar, terencana
baik didalam maupun di luar ruangan untuk meningkat kan kemampuan peserta didik
ditentukan oleh hasil belajar. Sebagaimana dikemukakan Oleh Hamalik (2006:30), bahawa
perubahan tingkah laku pada orang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi
mengerti, dan dari belum mampu kearah sudah mampu.Hasil belajar akan tampak pada
beberapa aspek antara lain: pengetahuan,pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi,
emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti, dan sikap. Seseorang yang telah
melakukan perbuatan belajar maka akan terlihat terjadinya perubahan dalam salah satu atau
bebarapa aspek tingkah laku sebagai akibat dari hasil belajar.
Hasil belajar yang dikemukakn oleh berapa pendapat makan penulis dapat
mendefinisikan bahwa hasil belajar merupakan proses perubahan kemampuan intelektual
v
(kognitif), kemampuan minat atau emosi (afektif) dan kemampuan motorik halus dan kasar
(psikomotor) pada peserta didik. Perubahan kemampuan peserta didik dalam proses
pembelajaran khususnya dalam satuan pendidikan dasar diharapkan sesuai dengan tahap
pekembangannnya yaitu pada tahapan operasional kongrit.
Tujuan Belajar
Tujuan dari interaksi antara pendidik dengan peserta didik yang dilakukan secara sadar,
terencana baik didalam maupun di luar ruangan untuk meningkat kan kemampuan peserta
didik baik perubahan kemampuan intelektual (kognitif), kemampuan minat atau emosi
(afektif) dan kemampuan motorik halus dan kasar (psikomotor) pada peserta didik
sebagaimana yang dikemukakan oleh Usman (2006: 34) bahwa hasil belajar yang dicapai
oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan
guru sebelumnya. Secara garis besar Taksonomi Bloom (Yulaelawati, 2004: 59-64) tujuan
hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yakni :
vi
Pengertian Tes
Dalam bahasa Perancis kuno, tes diartikan sebagai piring untuk menyisihkan logam-
logam mulia. Selain itu ada pula yang mengartikan tes sebagai sebuah piring yang dibuat dari
tanah. Istilah tes berasal dari bahasa latin “testum” yang berarti sebuah piring dari tanah liat.
Menurut Hasan dalam Arifin, Z (2009 : 3) menjelaskan “tes adalah alat pengumpulan data
yang di rancang khusus. Kekhususan tes bisa terlihat dari kontruksi butir (soal) yang
dipergunakan. Sedangkan menurut Sudijono, A (2008 : 67) mengartikan tes sebagai “cara
atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan”,
sedangkan Erman (2003 : 65) mengartikan tes sebagai “alat pengumpul informasi tentang
hasil belajar”.
Tes adalah seperangkat lembar soal atau serangkaian tugas (alat pengukur) berisi
tentang peryataaan atau pertanyaan yang harus di kerjakan oleh peserta didik atau
sekelompok yang harus dijawab dengan baik, benar jujur sehingga menghasilkan suatu nilai
sesui dengan tujuannya.
Pengertian Pengukuran
Pengukuran dalam bahasa inggris berarti measurement, yang dapat diartikan sebagai
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur pada dasarnya adalah
membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar . pengukuran bersifat kuantitatif.
Pengukuran adalah adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas
sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru, gedung sekolah, dan lain sebagainya.
dalam proses pengukuran, guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non tes). Alat ukur
tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reabilitas yang tinggi. Jadi di
dalam pengukuran suatu proses pemberian angka-angka pada sesuatu atau
Dari bebrapa pendapat makan pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan pendidik
untuk memberi angka-angka pada suatu benda atau peristiwa pada tes yang dikerjakan oleh
peserta didik dan berbersifat kuantitaif sehingga menjadi data yang dapat dibandingkan
dengan kriteria tertentu.seseorang berdasarka aturan-aturan tertentu yang hasilnya berupa
angka/skor. Pengukuran ini tidak membuahkan hasil nialai baik buruknya sesuatu tetapi hasil
pengukuran ini dapat di pakai untuk membuat penilaian /evaluasi. (Arifin, Z 2009. Dalam
vii
katalain mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran danengukuran
bersifat kuantitatif. (Daryanto,2010 : 6).
Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi berasl dari bahasa Inggris yaitu’ evalluation’. Dalam buku Essentials of
educational Evaluation karangan Edwin Wand dan Gerald W. Brown di katakana bahwa:
evaluation refer to the act or proses to determining the value of something (Wand and
Brown, 19, hal 1). Menurut beliau evaluasi adalah suatu yindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai darai pada sesuatu. (Nurkancana, W dkk :1983).
Evaluasi adalah suatu seni. Tidak ada satu pun evaluasi yang sempurna, walaupun
dilakukan dengan teknik yang berbedabeda. Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus
sehingga didalam proses kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya
sesuatu kesalahan. Cronbach dalam Daryanto,(2010 : 2), Menilai adalah mengambil suatu
keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian bersifat kualitatif.
(Daryanto,2010 : 6).
viii
sebagai berikut : Kontinuitas, Komprehensif, Adil dan Objektif, Kooperatif Praktis,
(Sudijono, A. 2009:17). Menurut Daryanto (2010:19) terdapat beberapa prinsip yang perlu
diperrhatikan dalam melakukan evaluasi. Prinsip-prinsip tersebut adalah: Keterpaduan,
Keterlibatan siswa, Koherensi, Pedagogis, Akuntabilitas.
Fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapat dikelompokkan menjadi empat
fungsi, Purwanto (2010: 5) yaitu: Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta
keberhasilan siswa, Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran, Untuk
keperluan bimbingan dan konseling (BK), Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan
kurikulum sekolah.
ix
Tujuan evaluasi pembelajaran dapat diketahui baik atau tidaknya tergantung dari
kualitas proses pembelajaran dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu, berikut beberapa
tujuan dari evaluasi pembelajaran
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan intruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom
yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif
x
dan ranah psikomotor. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di anatara
ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.
Merujuk pada Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan , Taksonomi ini pertama
kali disusun oleh Benjamin S. Blom (1956) bahwa ruang lingkup yang menjadi tujuan
daripada pendidikan adalah ranah/ domain kognitif, afektif dan psikomotor.
a) Tes Uraian : Tes uraian adalah lembar soal/ kerja yang berisi tentang pertanyaan
yang harus dijawab dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai (materi pelajaran) dan tes uraian terdiri dari uraian bebas, urain terbatas
dan uraian terstruktur
b) Pilihan Ganda : Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu
jawaban yang benar atau paling tepat. Dilihat dari setrukturnya, bentuk soal
pilihan ganda terdiri atas : Stem; Pertanyaan atau pernyataan yang berisi
permasalahan yang akan dinyatakan. Option; Sejumlah pilihan atau alternatif
jawaban. Kunci; Jawaban yang benar atau paling tepat. Distractor atau
pengecoh; Jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban.
c) Isian Singkat : Tes bentuk jawaban/ isian singkat dibuat dengan menyediakan
tempat kosong yang disediakan bagi siswa untuk menuliskan jawaban. Jenis soal
jawaban singkat ini bisa berupa pertanyaan dan melengkapi atau isian. Dengan
demikian isian sinkat adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik
dengan melengkapi baik berupa bilangan, kalimat, simbol/ lambang, kata, prase,
nama, tempat, nama tokoh, dan lainlain secara singkat dan tepat.
xi
d) Menjodohkan : Terdiri atas 2 kelompok pertanyaan. Kedua kelompok ini berada
dalam satu kesatuan. Bagian sebelah kiri merupakan beberapa pertanyaaan yang
harus dicari jawabanya yang ada pada kolom kanan. Dalam bentuk yang paling
sederhana, jumlah soal sama dengan jumlah jawabanya, tetapi sebaiknya jumlah
jawaban lebih banyak dari soal, karena hal ini akan mengurangi kemungkinan
siswa menjawab betul dengan hanya menebak.
PENDAHULUAN
2. Penilaian Pendidikan
Menurut suharsimi arikunto ada beberapa makna dari proses penilaian antara lain
sebagai berikut:
xiii
a. Ciri pertama yaitu bahwa penilaian dilakukan secara tidak langsung.
b. Ciri kedua yaitu pengunaan ukuran kuantitatif.
c. Ciri ketiga yaitu bahwa penilaian pendidikan mengunakan, unit-unit atau satuan-
satuan yang tetap
d. Ciri keempat yaitu bersifat relatif artinya tidak selalu tetap dari waktu ke waktu yang
di sebabkan banyak faktor.
e. Ciri kelima bahwa dalam penilaian pendidikan sering terjadi kesalahan-kesalahan.
BAB 2
1. Subjek Evaluasi
Dalam keterangan ini yang di maksud dengan subjek evaluasi adalah orang yang
melakukan pekerjaan evaluasi. Siapa yang dapat di sebut sebagai subjek evaluasi untuk setiap
tes, di tentukan oleh suatu aturan pembagian tugas atau ketentuan yang berlaku.
2. Sasaran Evaluasi
Adapun sasaran evaluasi di sini mencakup beberapa sasaran penilaian untuk unsur-
unsurnya, meliputi : Input, Transformasi dan Out put.
a. In Put : Berkenaan dengan hal ini ada beberapa aspek yang harus di perhatikan untuk
mencapai hasil yang di inginkan, yaitu : kemampuan, kepribadian sikap dan intelgensi
b. Transformasi: Di sini ada beberapa unsur yang dapat menjadi sasaran atau objek
pendidikan demi di perolehnya hasil pendidikan yang di harapkan, yaitu :
Kurikulum/materi, Metode dan cara penilaian, Media, Sistem administrasi dan
Pendidik dan anggotanya.
c. Out Put : Penilaian atas lulusan suatu sekolah di lakukan untuk mengetahui seberapa
jauh tingkah pencapaian atau prestasi belajar mereka selama mengikuti program
tersebut dengan menggunakan tes pencapaian.
BAB 3
1. Prinsip Evaluasi
xiv
Ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi
atau hubungan erat tiga komponen, yaitu:
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana tujuan
sudah tercapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal dari evaluasi menuju
ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam menyusun alat evaluasi ia mengacu
pada tujuan yang sudah dirumuskan.
KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan.
Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan dengan KBM
yang dilaksanakan.
2. Alat Evaluasi
Secara garis besar, maka alat-alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan
menjadi dua macam, yaitu tes dan non tes. Dibawah ini akan dijelaskan secara rinci macam-
macam tes dan non tes.
xv
b. Teknik Tes
Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi tetapi jika dibandingkan dengan alat-
alat yang lain, tes ini bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasan-batasan
Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan atas adanya tiga
macam tes, yaitu:
a. Tes diagnostic
b. Tes Formatif
c. Tes Sumatif
BAB 4
MASALAH TES
1. Pengertian
Istilah tes berasal dari bahasa Prancis Kuno yaitu “testum” yang berarti piring untuk
menyisihkan logam mulia. Dalam bahasa Indonesia tes diterjemahkan sebagai ujian atau
percobaan.
Suharsismi Arikunto (2008: 57-62) menyatakan bahwa suatu tes dapat dikatakan baik
apabila memenuhi lima syarat yaitu:
xvi
a) Validitas merupakan ketepatan, tes yang sebagai alat ukur dikatakan valid jika tes itu
tepat pada hasil belajar dan akan menghasilkan yang valid pula.
b) Reliabilitas, jika memberikan hasil yang tetap dari suatu tes, tidak terpengaruh oleh
apapun.
c) Objektifitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhinya, tidak ada unsur
subjektifitas yang mempengaruhi tes tersebut.
d) Praktikabilitas, tes ini merupakan tes yang praktis, mudah dan tidak mengecoh.
Mudah pelaksanaannya, mudah diperiksa, dan dilengkapi dengan petunjuk sehingga
dapat diberikan kepada orang lain.
e) Ekonomis, bahwa pelaksanaan tes tidak membutuh biaya yang mahal dan tidak
membuang waktu.
BAB 5
VALIDITAS
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris.
Sementara validitas itu terbagi menjadi beberapa4 yaitu validitas isi, validitas konstrak,
validitas “ada sekarang” dan validitas predictive.
BAB 6
REALIBILITAS
xvii
Cara-Cara Mencari Besarnya Realibilitas.
Tes parallel atau tes ekuivalen adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan,
tingkat kesukaran, dan susunan, tetapi butir-butir soalnya berbeda. Dalam istilah bahasa
inggris disebut alternate-forms method (parallel forms).
Metode tes ulang dilakukan orang untuk menghindari penyusunan dua seri tes. Dalam
menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi
dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya hanya satu dan dicobakan dua kali, maka metode
ini dapat disebut dengan single-test-double-trial method. Kemudian hasil dari kedua tes
tersebut dihitung korelasinya.
Kelemahan penggunaan metode dua tes dua kali percobaan dan satu tes dua kali
percobaandiatasi dengan metode ketiga ini yaitu metode belah dua. Dalam menggunakan
metode ini pengetes hanya menggunakan sebuah tes yang dicobakan satu kali. Oleh
karena itu, disebut juga single-test-single-trial method.
BAB 7
TAKSONOMI
Taksonomi Bloom
Menurut taksonomi Bloom ini tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan), dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih
rinci berdasarkan hirarkhinya. Domain-domain tersebut antara lain:
a. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Dalam ranah ini
hirarkinya adalah pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), aplikasi
(application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation).
xviii
c. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan
mesin. Ranah ini tersusun atas keterampilan (skill) dan kemampuan ( abilities)
d. Garlach dan Sullivan mencoba mengganti gambaran tentang proses dalam rumusan yang
umum menjadi tingkah laku siswa yang dapat diamati.
BAB 8
TUJUAN INTRUKSIONAL
xix
a. Pendidik mempunyai arah untuk memilih bahan pelajaran dan memilih prosedur
(metode) mangajar,
b. Peserta didik mengetahui arah belajarnya,
c. Setiap pendidik mengetahui batas-batas tugas dan wewenang mengajarkan suatu
bahan sehingga diperkecil kemungkinan timbulnya celah (gap) atau saling menutup
(overlap) antar pendidik,
d. Pendidik mempunyai patokan dalam mengadakan penilaian kemajuan belajar peserta
didik,
e. Pendidik sebagai pelaksana dan petugas-petugas pemegang kebijaksanaan (decision
maker) mempunyai kriteria untuk mengevaluasi kualitas maupun efiensi pengajaran.
a. Membuat sejumlah TIU (Tujuan Instruksional Umum) untuk setiap mata pelajaran/bidang
studi yang akan diajarkan dalam kurikulum 1975 maupun 1984 masih terjadi di dalam diri
manusia.
b. Dari masing-masing TIU dijabarkan menjadi sejumlah TIK yang rumusannya jelas,
khusus, dapat dimengerti, terukur, dan menunjukkan perubahan tingkah laku.
Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah peserta didik
mengalami proses belajar. Di sini tingkah laku ini harus menampakkan diri dalam suatu
perbuatan yang dapat diamati dan diukur (observable and measurable).
5. Kata-Kata operasional
6. Kondisi Demonstrasi
Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu kondisi atau
situasi yang dikenakan kepadapeserta didik pada saat pendidik mendemonstrasikan tingkah
xx
laku akhir. Standar keberhasilan adalah kelompok TIK yang menunjukkan seberapa jauh
tingkat keberhasilan yang di tuntut oleh penilai bagi tingkah laku pelajar pada situasi akhir.
Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang
menjelaskan: a) Materi yang dipelajari. b) Perilaku mengutarakan hasil. c) Proses
pencapaiannya.
BAB 9
Tes adalah salah satu bentuk instrumen evaluasi untuk mengukur seberapa besar
kemampuan siswa dalam memahami dan menguasai pokok-pokok materi yang sudah
diajarkan. Tes ada yang dibuat oleh seorang guru yang kemudian disebut tes buatan guru dan
ada tes yang sudah memenuhi standar suatu satuan pendidikan maupun lembaga pendidikan
yang kemudian disebut tes terstandar.
a. Aptitude test
b. Achievement tes
Istilah “standar” dalam tes dimaksudkan bahwa semua siswa menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang sama dari sejumlah besar pertanyaan dikerjakan dengan menggunakan
petunjuk yang sama dan dalam batasan waktu yang sama pula. Dengan demikian maka
seolah-olah ada suatu standar atau ukuran sehingga diperoleh suatu standar penampilan
(performance) dan penampilan kelompok lain dapat dibandingkan dengan penampilan
kelompok standar tersebut.
Perbedaan antara tes standar dengan tes buatan guru Secara singkat dapat
dikemukakan bahwa kegunaan tes standar adalah:
xxi
Jika banyak orang yang akan memasuki suatu sekolah tetapi tidak tersedia data
tentang calon ini.
4. Kegunaan tes Buatan
Secara singkat dapat dikemukakan bahwa kegunaan tes buatan guru adalah:
Untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang
diberikan dalam waktu tertentu.
Untuk menentukan apakah sesuatu tujuan telah tercapai.
Untuk memperoleh suatu nilai.
Sebuah tes yang sudah di katakan standart dan sudah dapat disebut sebagai tes standart,
biasanya dilengkapi dengan sebuah manual. Manual ini memuat keterangan-keterangan atau
petunjuk-petunjuk yang perlu terutama yang menjelaskan tentang pelaksanaan, menskor, dan
mengadakan interpretasi.Secara garis besar manual tes standar ini memuat:
a. Ciri-ciri mengenai tes, misalnya menyebutkan tingkat validitas, tingkat reliabilitas dan
sebagainya.
b. Tujuan serta keuntungan-keuntungan dari tes.
c. Proses standardisasi tes.
d. Petunjuk-petunjuk tentang cara melaksanakan tes
e. Petunjuk-petunjuk bagaimana cara menskor
f. Petunjuk-petunjuk untuk menginterpretasikan hasil
g. Saran-saran lain
BAB 10
PENYUSUNAN TES
1. Fungsi Tes
Fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal :
a. fungsi untuk kelas
b. fungsi untuk bimbingan.
c. fungsi untuk administrasi.
xxii
2. Langkah-Langkah dalam Penyusunan Tes
a. Menentukan tujuan mengadakan tes
b. Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c. Merumuskan Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dari tiap bagian bahan.
d. Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku
dalam terkandung TIK itu, tabel digunakan untuk identifikasi terhadap tingkah laku
yang dikehendaki, agar tidak terlewati.
e. Menyusun tabel spesifikasi yang memuat pokok materi, aspek berfikir yang diukur
beserta imbangan antara kedua hal tersebut. (Uraian penjelasan tentang tabel
spesifikasi i akan kami jelaskan di sub bab berikutnya)
f. Menuliskan butir-butir soal, didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada
tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup
3. Komponen-Komponen Tes
Komponen Test terdiri dari:
a. Buku tes
b. Lembar jawaban r=tes
c. Kunci jawaban tes
d. Pedoman penilaian
BAB 11
1. Bentuk-Bentuk Tes
a. Tes Subjektif
Secara umum soal subyektif adalah pertanyaan yang menuntut peserta didik
menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri. Jumlah soal-soal bentuk subyektif biasanya tidak
banyak, hanya sekitar 5-10 buah soal dalam waktu kurang lebih 90-120 menit. Soal-soal
bentuk ini menuntut kemampuan peserta didik untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi,
dan menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki.
xxiii
b. Tes objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif
(Arikunto, 1995 : 165). Merujuk kepada berbagai pendapat tentang tes objektif dapat diambil
kesimpulan bahwa tes objektif adalah tes yang semua informasi yang diperlukan peserta tes
untuk memberikan respon telah disediakan oleh penyusun tes, sehingga peserta tes tinggal
memilihnya. Jawaban yang berupa pilihan bersifat deterministik, sehingga hanya ada dua
kemungkinan kebenaran jawaban – benar atau salah.
Tes benar salah adalah bentuk tes yang mengajukan beberapa pernyataan yang
bernilai benar atau salah. Tugas peserta tes adalah menentukan apakah pernyataan tersebut
benar atau salah.
Tes pilihan ganda merupakan tes yang menggunakan pengertian/ pernyataan yang
belum lengkap dan untuk melengkapinya maka kita harus memilih satu dari beberapa
kemungkinan jawaban benar yang telah disiapkan.
Menjodohkan terdiri atas satu sisi pertanyaan dan satu sisi jawaban, setiap pertanyaan
mempunyai jawaban pada sisi sebelahnya. Siswa ditugaskan untuk memasangkan atau
mencocokkan, sehingga setiap pertanyaan mempunyai jawaban yang benar.
Tes isian terdiri dari kalimat yang dihilangkan (diberi titik-titik). Bagian yang dihilangkan ini
yang diisi oleh peserta tes merupakan pengertian yang diminta agar pernyataan yang dibuat
menjadi pernyataan yang benar.
Pengukuran ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena
dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah, Menerima (memperhatikan), merespon,
xxiv
menghargai, mengorganisasi, dan karakteristik suatu nilai.Sedangkan tujuan penilaian afektif
adalah :
a. Untuk mendapatkan umpan balik (feedback) baik bagi guru maupun siswa sebagai
dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program
perbaikan (remedial program) bagi anak didiknya.
b. Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku anak didik yang dicapai antara lain
diperlukan sebagai bahan bagi : perbaikan tingkah laku anak didik, pemberian laporan
kepada orang tua, dan penentuan lulus tidaknya anak didik.
c. Untuk menempatkan anak didik dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai
dengan tingkat pencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik.
d. Untuk mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.
a. Skala Likert
b. Skala pilihan ganda
c. Skala Thurstone
BAB 12
TABEL SPESIFIKASI
Fungsi dari tabel spesifikasi ialah untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak
menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup
dalam tes.
2. Langkah-Langkah Pembuatan
a. Untuk materi yang seragam
Yang dimaksud “seragam” disini adalah bahwa antara pokok materi yang satu dengan
pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku. Misalnya
50% untuk ingatan, 30% untuk pemahaman, dan 20% untuk aplikasi. Selanjutnya banyaknya
butir soal untuk setiap sel (kotak kecil) diperoleh dengan cara menghitung persentase dari
banyaknya soal bagi tiap pokok materi yang sudah tertulis di kolom paling kanan.
xxv
b. Untuk materi yang tidak seragam
Untuk membuat tabel spesifikasi pokok-pokok materi yang tidak seragam, tidak perlu
mencantumkan angka persentase imbangan tingkah laku di kepala kolom. Pemberian
imbangan dilakukan tiap pokok materi didasarkan atas banyaknya soal untuk pokok materi
itu dan imbangan yang dikehendaki oleh penilaian menurut sifat pokok materi yang
bersangkutan.
Terdapat dua langkah lagi sebagai tindak lanjut sesudah penyususnan tabel spesifikasi
untuk memperoleh seperangkat soal tes yaitu:
BAB 13
a. Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh
jawaban tentang ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain
keadaan soal tersebut.
b. Mengadakan analisis soal (item analysis)
Analisis butir soal yang dalam bahasa inggris disebut item analiysis dilakukan terhadap
empirik.Maksudnya, analisis itu baru dapat dilakukan apabila suatu tes telah dilaksanakan
dan hasil jawaban terhadap butir-butir soal telah kita peroleh. Untuk mengetahui kapan soal
dikatakan baik, kurang baik, dan soal yang jelek sangat berhubungan dengan analisis soal,
yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.
xxvi
a. Taraf Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan
yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran.
Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Soal yang indeks
kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0
menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah
b. Daya Pembeda.
Daya Pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, indeks
diskriminasi ini sama dengan indeks kesukaran yaitu berkisar antara 0,00 sampai 1,00.
c. Pola jawaban soal
Pola jawaban yang dimaksud adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan
jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan
menghitung banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang
tidak memilih pilihan manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah
pengecoh (distractor) berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tidak.
BAB 14
Maka penilaian kelas diartikan penilaian yang terarah pada semua kejadian yang
terdapat pada diri siswa dan lingkungannya secara riil. Oleh karena itu yang diraih adalah
hasil seutuhnya yang ada pada peserta didik , baik kognitif, afektif , dan psikomotorik.
b. Jenis Penilaian
Jenis-jenis penilaian yaitu:
xxvii
a. Kuis, isian, atau jawaban singkat.
b. Ghgh b. Pertanyaan lisan
c. Ulangan harian
d. Ulangan tengah semester dan akhir semester
e. Tugas individu
f. Tugas kelompok
g. Respons atau ujian praktik
h. Laporan kerja praktik
i. Penilaian portofolio
c. Bentuk-Bentuk Penilaian
Ditinjau dari bentuknya , penilaian kelas meliputi 7 bentuk yaitu:
a. Penilaian melalui tes tertulis
b. Penilaian melalui tes lisan
c. Penilaian unjuk kerja
d. Penilaian produk
e. Pennilaian proyek
f. Penilaian portofolio dan
g. penilaian diri
BAB 15
1. Menskor
Nama lain menskor adalah memberi angka. Dalam hal pekerjaan menskor atau
menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu:
1. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah.
2. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk pilihan ganda (multiple
choice)
xxviii
3. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk jawab singkat (sort answer
test)
4. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan (matching)
5. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian (essay test)
6. Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas
Skor : adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-
angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa.Nilai : adalah angka ubahan dari
skor dengan menggunakan acuan tertentu, yakni acuan normal atau acuan standar.Secara
rinci skor dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu skor yang diperoleh (obtained score), skor
sebenarnya (true score), dan skor kesalahan (error score).
Score yang diperoleh adalah sejumlah biji yang dimiliki oleh testee sebagai hasil
mengerjakan tes. Kelemaham-kelemahan butir tes, situasi yang tidak mendukung, kecemasan
dan lain-lain factor dapat berakibat terhadap skor yang diperoleh ini. Apabila factor yang
berpengaruh ini muncul, baik sebagian atauppun menyeluruh, penilai tidak dapat mengira-
ngira seberapa cermat skor yang diperoleh siswa ini mampu mencerminkan pengetahuan dan
keterampilan siswa yang sesungguhnya.
Skor sebenarnya (true score) sering kali juga disebut dengan istilah skor univers =
skor alam (universe score), adalah nilai hipotesis yang sangat tergantung dari perbedaan
individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki secara tetap. Perbedaan antara skor
yang diperoleh dengan skor yang sebenarnya, disebut dengan istilah kesalahan dalam
pengukuran atau kesalahan skor, atau dibalik skor kesalahan. Hubungan antara ketiga macam
skor tersebut adalah sebagai berikut:
BAB 16
MENGOLAH NILAI
Skala bebas yaitu skala yang tidak tetap, ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali lagi
50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi, angka tertinggi dari skala yang di
gunakan tidak selalu sama.
b. Skala 1-10
Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka 5,5
tersebut di bulatkan menjadi 6. Dengan menggunakan skala 1-10 maka bilangan bulat yang
ada masih menunjukan penilaian yang agak kasar.
c. Skala 1-100
d. Skala huruf
xxx
Selain menggunakan angka, pemberian nilai dapat di lakukan dengan huruf
A,B,C,D,dan E. Huruf tidak menunjukan kuantitas, tetapi dapat di gunakan sebagai symbol
untuk menggambarkan kualitas.
2. Distribusi Nilai
a. Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak
Pemberian skor terhadap siswa, didasarkan atas pencapaian siswa terhadap tujuan
yang ditentukan. Nilai diperoleh dengan mencari skor rata-rata langsung dari skor asal
(mentah).
3. Standar Nilai
a. Nilai standar berskala Sembilan (stannine), yaitu rentangan atau skala nilai yang
bergerak mulai dari 1 sampai dengan 9
b. Nilai standar berskala sebelas (standar eleven/ stanel= eleven points scale), yaitu skala
nilai yang bergerak mulai dari nilai 0 sampai dengan nilai 10.
c. Standar sepuluh. Didalam Buku Pedoman Penilaian (Buku III B Seri Kurikulum SMA
Tahun 1975) ditentukan bahwa untuk mengolah hasil tes, digunakan standar relative,
dengan nilai berskala 1 – 10.
BAB 17
1. Pengertian
xxxi
Pengertian yang dimaksud kedudukan siswa dalam kelompoknya adalah letak seorang
siswa di dalam urutan tingkatan, dalam istilah disebut rangking. Untuk dapat diketahui
rangking dari siswa di suatu kelas maka harus diadakanpengurutan nilai siswa tersebut dari
yang paling atas sampai ke nilai yang paling bawah.
BAB 18
xxxii
Menentukan kenaikan dan kelulusan siswa
Memindahkan atau menempatkan siswa
Memberikan beasiswa
Memberikan rekomendasi untuk melanjutkan belajar
Memberi gambaran tentang prestasi siswa atau lulusan kepada calon pemakai
tenaga kerja.
BAB 19
MEMBUAT LAPORAN
1. Pentingnya Laporan
Laporan biasanya dibuat oleh seorang guru dibuat pada akhir semester, dibuatnya
laporan ini diperlukan untuk mengetahui hasil akhir dari apa yang dilakukan oleh siswa-siswi
serta diperlukan agar guru dapat mengetahui tingkat keberhasilannya dalam mengajar sudah
berhasil atau belum jika belum maka guru akan meninjau kembali metodenya dalam
mengajar.Secara sistematis dapat dikemukakan disini bahwa laporan tentang siswa
bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu sebagai berikut:
a. Siswa sendiri
b. Guru yang mengajar akan mengetahui catatan laporan kemajuan siswa.
xxxiii
c. Guru lain
d. Petugas lain disekolah.
e. Orang tua akan mengetahui kemajuan anak dari hari ke hari.
f. Pemakai lulusan
BAB 20
1. Evaluasi Program
Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan apakah target
progam yang disusun sudah tercapai dengan begitu maka akan diketahui bagaimana kualitas
mengajar seorang guru apakah sudah efektif atau belum berdasarkan tingkat pencapaian yang
sudah dicapai. Pentingnya evaluasi progam yaitu agar guru mengetahui betul apa yang terjadi
di dalam proses belajar-mengajar, guru berkepentingan atas kualitas pengajaran. Untuk
memperbaiki proses pengajaran yang akan dilaksanakan lain waktu, guru perlu mengetahui
seberapa tinggi tingkat pencapaian dari tugas yang telah dikerjakan selama kurun waktu
tertentu.
xxxiv
3. Cara melaksanakan evaluasi progam.
Apabila guru ingin melakukan evaluasi progam dengan lebih seksama, terlebih dahulu
harus menyusun rencana evaluasi sekaligus menyusun instrument pengumpulan data.
Mengenai bagaimana menyiapkan instrumen untuk angket, pedoman wawancar, pedoman
pengamatan dapat dipelajari dari buku-buku penelitian. Sebagai cara yang paling sederhana
adalah mengadakan pencatatan terhadap peristiwa yang dialami dari kegiatan sehari-hari di
kelas.
A. KELEBIHAN BUKU
Kedua buku ini memiliki cover yang sangat menarik,landasan teori yang sangat lugas
dan pemahaman didalam buku ini mudah dimengerti, memiliki kata kata yang sangat lugas
,sehingga pembaca tidak kebingungan, kedua buku ini merupakan ebook, buku utama dan
buku pembanding satu sudah memiliki ISBN.
B. KELEMAHAN BUKU
Kedua buku ini tidak memberikan dampak yang negative bagi para pembaca
khususnya mahasiswa yang akan menjadi calon guru bahkan memberikan wawasan yang
positive yang membangun karakter yang lebih pada calon guru,namun jika berbicara
tentang kekurangan buku ini masih kurang memberikan tarikan untuk para pembaca dalam
memiliki keinginan membacanya,kedua buku ini sudah dirancang sedemikian baik.Dan
buku pembanding dua tidak memiliki ISBN
xxxv
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan hasil belajar adalah mengevaluasi kemamuan
yang dimiliki oleh siswa yang mencakup aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor
pada mata pelajaran di sekolah Dasar setelah melalui proses belajar menggunakan metode
pembelajaran. Aspek kognitif yang ditinjukkan dengan kemampuan siswa dalam
menyelesaikan ujian tertulis yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dengan
menerapkan pengetahuan yang dimiliki siswa. aspek afektif dan psikomotor yang ditinjau
dari sikap siswa pada saat proses pembelajaran.
Peran peserta didik adalah bertindak belajar, yaitu mengalami proses belajar,
mencapai hasil belajar, dan menggunakan hasil belajar yang digolongkan sebagai “dampak
pengiring”.Prestasi belajar mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai indikator
kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik, sebagai lambang
pemuasan hasrat ingin tahu, sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan, sebagai
indikator intern dan ektern dari suatu institusi pendidikan, dan sebagai indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik.
Saran
Rekomendasi saya untuk ketiga buku ini, menurut saya buku ini semuanya cocok
untuk bahan pengajaran dan media pembelajaran antar guru dengan siswa ataupun dosen
dengan mahasiswa atau untuk belajar mandiri di Kalangan umum.Karena selain buku-buku
ini mudah untuk di pahami, buku ini juga membahas secara rinci tentang dasar
kepemimpinan.
Buku ini juga sangat cocok sebagai buku bacaan karena buku ini ringan.
xxxvi
Buku-buku ini juga tidak semuanya lengkap, jadi saya sarankan untuk para pembaca, jangan
berpatok hanya pada satu atau dua buku saja. Sebab, sumber-sumber yang lain juga amatlah
penting, seperti media massa atau media elektronik (internet).
DAFTAR PUSTAKA
xxxvii