Anda di halaman 1dari 60

CRITICAL BOOK REPORT

MK. EVALUASI PEMBELAJARAN


MATEMATIKA

PRODI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA –


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM

BUKU AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN

(Nahjiah Ahmad,2015)

NAMA MAHASISWA : 1. Annisa Fajrika Adinia (4193311063)

2.Nazla Khairani Nasution (4193311044)

3. cindera Indah Afriana (4193311058)

4. Ezra pebiola Lumbantobing (4193311021)

5.Tambok Doniwahyu Novaldy(4193311027)

DOSEN PENGAMPU : Tiur Malasari Siregar M.Si

MATA KULIAH : Evaluasi Pembelajaran Matematika

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa ,Karna atas berkat dan rahmatnya
kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah evaluasi pembelajaran Matematika ini yang
berjudul ‘’Critical Book Report’’. kami berterimakasih pada dosen pengampu kami yaitu ibu
Tiur Malasari Siregar M.Si yang sudah memberikan bimbingannya. kami sadar bahwa tugas
ini memiliki banyak kekurangan oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan kami juga mengharapkan kritik dan saran dalam tugas ini agar di lain waktu
kami bisa membuat tugas dengan lebih baik lagi.

“critical Book Report “ ini dimaksudkan untuk dapat dipergunakan sebagai bahan
acuan atau referensi dan mempermudah bagi para mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan
Evaluasi Pembelajaran Matematika dimana dapat memilah buku yang sesuai dengan topic
yang dimiliki Akhir kata kami ucapkan terima kasih semoga apa yang kami telah kerjakan
bisa bermanfaat bagi orang lain.

Medan, 11 Oktober 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi CBR ............................................................................................


B. Tujuan CBR .....................................................................................................
C. Manfaat CBR ...................................................................................................
D. Indentitas buku………………………………………………………………….
BAB II RINGKASAN ISI BUKU

BAB III PEMBAHASAN

A. Pembahasan Isi Buku…………………………………………………………..


B. Kelebihan dan Kelemahan Buku .......................................................................
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Rekomendasi ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Rasionalisasi pentingnya CBR Sering kali kita bingung memilih buku


referensi untuk kita baca dan pahami.Terkadang kita memilih satu buku,namun
kurang memuaskan hati kita.Misalnya dari segi analisis bahasa , pembahasan tentang
kewarganegaraan. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi,terkhusus pada pokok bahasa
tentang Kewarganegaraan.
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai
suatu buku melainkan untuk menjelaskan apa adanya suatu buku yaitu kelebihan atau
kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah
buku kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun
kekurangan buku tersebut. Yang lebih jelasnya dalam mengkritik buku, kita dapat
menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti
dengan pendapat isi buku.

B. Tujuan Penulisan CBR


1. Untuk Menambah wawasan tentang Evaluasi pemebalajaran.
2. Untuk Mendeskripsikan mengenai materi dalam evaluasi pembelajaran dari dua
referensi buku yang berbeda, serta guna memperoleh kesimpulan, yakni buku
manakah yang lebih relevan sebagai acuan mahasiswa dalam mempelajari mata
kuliah evaluasi pembelajaran matematika.
3. Meningkatkan daya analisa dan pengetahuan berkaitan dengan sistem
pembelajaran.

C. Manfaat CBR
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku
atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
3. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara
penulisan,isi, dan substansi buku.

D. Identitas Buku
 Identitas Buku 1
1. Judul : Buku Ajar Evaluasi Pembelajaran
2. Edisi :1
3. Pengarang : Nahjiah Ahmad
4. Penerbit : Interpena
5. Kota Terbit :yogyakarta
6. Tahun Terbit : 2015
7. ISBN :-

 Identitas Buku 2
1. Judul : Evaluasi Pembelajaran
2. Edisi :1
3. Pengarang : 1. Drs. Asrul,M.si
2. Rusydi Ananda,M.Pd
3. Dra.Rosnita,MA
4. Penerbit : citapustaka Media
5. Kota Terbit :Bandung
6. Tahun Terbit : 2014
ISBN :978-602-1317-49-5
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

RINGKASAN ISI BUKU 1


BAB I: KONSEP DASAR EVALUASI PEMBELAJARAN
1.1 Hakekat Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan mengukur dan menilai. Mengukur lebih besifat kuantitatif,
sedangkan menilai lebih bersifat kualitatif. Penentuannya bisa dilakukan salah satunya
dengan cara pemberian tes kepada pembelajar. Pengukuran tidak hanya terbatas pada
kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa
dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen. Pengukuran adalah
proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan
atributatribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya
definisinya tidak dimengerti.

1.2 Ruang lingkup evaluasi


Ruang lingkup yang dimaksudkan disini adalah aspek-aspek apa saja yang akan
dievaluasi. n aspek-aspeknya bisa mencakup aspek murid, guru, fasilitas dan sebagainya.
Evaluasi terhadap masing-masing aspek tersebut harus lengkap. Dikatakan evaluasi yang
lengkap apabila menyangkut segala aspek yang lengkap dan menyangkut segala aspek
kehidupan masyarakat dan sekolah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan murid dan guru.
Sebagai contoh jika akan mengevaluasi pertumbuhan pendidikan murid, harus menilai
kehidupan rumah tangganya, kehidupan masyarakatnya, kehidupan sekolahnya, mengelola
kelas, status sosial ekonominya, dan sebagainya.

1.3 Metode Evaluasi


Memang secara tradisional skala penilaian sering digunakan sebagai instrumen atau alat
untuk menilai guru dan murid. Tetapi sebenarnya dalam evaluasi pendidikan yang modern
metode tradisional tetap digunakan tetapi juga dilengkapi dengan metode-metode lain, yang
dengan demikian hasil evaluasi yang dapat diperoleh dengan tes dapat dipadukan dengan
hasil evaluasi yang diperoleh dari metode-metode lain dengan harapan memperoleh hasil
yang maksimal. Metodemetode yang juga dapat digunakan untuk mengevaluasi supervisi
pendidikan adalah catatan anekdot, catatan pertumbuhan, daftar cek, inventory, interview.
Kesemuanya dapat digunakan untuk mengukur aspek-aspek fisik, sosial, emosional, status,
dan pertumbuhan mental.

1.4 Penggunaan Hasil Evaluasi


Manfaat evaluasi pendidikan banyak sekali khususnya pelaksanaan supervisi pendidikan
yang harus menyusun program supervisi pendidikan. Dengan pelaksanaan evaluasi supervisi
pendidikan ini dapat memperoleh, informasi tentang kebutuhan-kebutuhan pada diri yang
dinilai, kemudian dapat dijadikan dasar merancang pengalaman-pengalaman untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu. Hasil evaluasi juga dapat digunakan untuk menentukan
sampai seberapa jauh tujuan-tujuan telah dicapai tujuan berikutnya. Bahkan dari itu melalui
evaluasi ini dapat juga diketahui kekuatan-kekuatan dan digunakan kelemahan-kelemahan
setiap individu. Dengan informasi ini guru dan supervisor dapat secara obyektif merancang
pengalaman belajar berikutnya.

1.5 Dasar-Dasar Evaluasi


Keberhasilan evaluasi pembelajaran dapat dievaluasi dengan mengukur perubahan-
perubahan dan perbaikan-perbaikan yang ada pada periode waktu tertentu dalam keseluruhan
program pendidikan. William H.Burton dan Leo J Bruekner menyebutkan bidang-bidang
yang akan diubah dalam, evaluasi keberhasilan program evaluasi pendidikan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
2. Perbaikan kurikulum.
3. Perbaikan praktik pengajaran, termasuk perkembangan pribadi guru.
4. Perbaikan atau peningkatan kualitas dan pemberdayagunaan kualitas materi pelajaran dan
alat bantu belajar mengajar.
5. Perbaikan hubungan sekolah dengan masyarakat. (William H.Burton dan Leo J Bruekner,
1966,)

1.6 Hakikat Penilaian (Asesment)


Penilaian dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Assesment berarti menilai sesuatu.
Menilai itu sendiri berarti mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mengacu pada
ukuran tertentu , seperti menilai baik atau buruk, sehat atau tidak pandai atau bodoh, tinggi
rendah . Penilain juga dapat diartikan sebagai kegiatan menafsirkan data hasil pengukuran.
Inti penilaian adalah proses mmemberikan nilai kepada objek tertentu berdasarkan kriteria
tertentu. Dari penegertian tersebut, maka antara penilaian dan evaluasi belajar hampir sama,
bedanya dalam evaluasi berakhir dengan pengambilan keputusan sedangkan penilaian hanya
sebatas memberikan nilai saja. Penilaian merupakan suatu tin.- dakan atau proses
menentukan nilai sesuatu obyek. Penilaian adalah suatu keputusan tentang nilai. Penilaian
dapat dilakukan berdasarkan hasil pengukuran atau dapat pula dipengaruhi oleh hasil
pengukuran.

1.7 Hakikat Pengukuran (Measurement)


Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah measurement merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dalam artian memberi angka terhadap sesuatu yang
disebut obyek pengukuran atau obyek ukur. Mengukur pada hakekatnya adalah pemasangan
atau korespondensi 1-1 antara angka yang diberikan dengan fakta dan diberi angka atau
diukur. Secara konseptual angka-angka hasil–hasil pengukuran pada dasarnya adalah
kontinum yang bergerak dari suatu kutub lain yang berlawanan, misalnya dari rendah
ketinggi yang diberi angka dari 0–100, dari otoriter ke demokratik, dari negatif ke positif
yang juga diberi angka dari 0–100, dari dependen ke idependen yang juga diberi angka 0–
100.

1.8 Hakikat Tes


tes adalah cara yang digunakan atau prosedur yang ditempuh dalam rangka pengukuran
dan penilaian di bidang pendidikan, yang memberikan tugas dan serangkaian tugas yang
diberikan oleh guru sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkat laku atau
prestasi peserta didik.

BAB II: TUJUAN, PRINSIP, CIRI, DAN JENIS EVALUASI PEMBELAJARAN


2.1. Tujuan Evaluasi
Tujuan umum evaluasi pendidikan adalah untuk menghimpun bahan-bahan
keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf
kemajuan yang dialami oleh para peserta didik setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, mengetahui tingkat efektivitas dari metode-
metode pembelajaran yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka
waktu tertentu.
Tujuan Evaluasi Pembelajaran Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui kefektifan dan efesiensi system pembelajaran baik yang menyangkut dengan
tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun system belajar itu sendiri
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk
mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar siswa, serta keefektifan
pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran dan penilaian.

2.2. Prinsip Dasar Evaluasi


a. Kontinyu.
Evaluasi tidak boleh dilaukan secara incidental karena pembelajaran itu sendiri adalah
suatu proses yang kontinu.
b. Kooperatif.
Prinsip ini menyatakan bahwa dalam kegiatan evaluasi guru hendaknya bekerja sama
dengan semua pihak, seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah termasuk
peserta didik itu sendiri.
c. Komprehensif
Dalam melakukan evaluasi terhadap suatu objek, guru harus mengambil seluruh
objek, sebagai bahan evaluasi.
d. Adil dan Obyektif.
Kata adil dan obyektif memang mudah diucapkan, tetapi sulit dilaksanakan. Meskipun
kewajiban manusia harus berihktiar.
e. Praktis
Praktis mengandung arti mudah dipahami dan digunakan, baik oleh guru sendiri yang
menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut.

2.3. Ciri-Ciri Evaluasi Belajar


1. Desain atau rancangan program evaluasi itu komprehensif Tujuan-tujuan umum
yang akan dinilai hendaknya mencakup tidak hanya konsep, keterampilan, dan
pengetahuan, tetapi juga apresiasi, sikap, minat, pemikiran kritis, dan penyesuaian diri
yang bersifat personal dan sosial.

2. Perubahan-perubahan tingkah laku individu harus mendasari penilaian perumbuhan


dan perkembangannya Tingkah laku total dan suatu individu-intelektual, fisik,
emosional, dan sosial harus menjadi perhatian guru dan supervisor di dalam setiap
situasi belajar. Jika siswa belajar berhitung, atau IPA, atau sejarah, atau pelajaran apa
saja, dia pada saat itu juga belajar mengubah sikap, mengembangkan minat, dan
membuat penyesuaian secara emosional maupun sosial.
3.Hasil-hasil evaluasi harus disusun dan dikelompokkan sedemikian rupa sehingga
memudahkan interpretasi yang berarti.Hasil-hasil kuantitatif dan kualitatif yang
diperoleh dan program evaluasi harus disimpulkan ke dalam pola penskoran yang
jelas, secara statistik, grafik, ataupun secara verbal, sehingga dan data evaluasi itu
gambaran atau lukisan individu dapat dilihat dan dipahami dengan mudah, dan dapat
dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

4. Program evaluasi haruslah berkesinambungan dan saling berkaiitan (interrelated)


dengan kurikulum Di sekolah-sekolah modern, evaluasi dipandang sebagai suatu
proses yang berkesinambungan, dilakukan terus-menerus. Observasi, penilaian, dan
tes-tes yang di1akukan dari hari kehari hendaknya direncanakan secara teratur
sehingga guru dapat benar-benar mengevaluasi dan membimbing pertumbuhan siswa
seacara positif.

2.4. Jenis-Jenis Evaluasi


1. JENIS-JENIS EVALUASI
 Evaluasi Formatif Adalah evaluasi yang ditujukan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar.
 Evaluasi Sumatif Adalah evaluasi yang ditujukan untuk keperluan penentuan
angka kemajuan atau hasil belajar siswa.
 Evaluasi Penempatan Adalah evaluasi yang ditujukan untuk menempatkan
siswa dalam situasi belajar atau program pendidikan yang sesuai dengan
kemampuannya.
 Evaluasi Diagnostik Adalah evaluasi yang ditujukan guna membantu
memecahkan kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tertentu.

1. Evaluasi Formatif dan Evaluasi Sumatif


Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan oleh guru selama dalam
perkembangan atau dalam kurun waktu proses pelaksanaan suatu Program
Pengajaran Semester sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan oleh guru pada akhir semester.
Perbedaanya ialah
Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif
Tujuannya untuk memperbaiki PBM. Tujuannya untuk mengetahui hasil
1. Dilaksanakan setelah selesai atau tingkat kemajuan belajar siswa.
mengajarkan suatu unit pengajaran 1. Dilaksanakan setelah mengajarkan
tertentu seluruh unit pengajaran, yang menjadi
forsi sesuatu semester
2. Frekuensi 2 – 4 kali dalam satu 2. Frekuensinya 1 x dalam satu
semester. semester.
3. Lingkup atau scope bahannya 3. Lingkup atau scope bahannya luas
sempit.
4. Obyeknya hanya terdapat suatu 4. Obyeknya meliputi berbagai aspek
aspek perilaku perilaku.
5. Bobot atau kadar nilainya rendah. 5. Bobot atau kadar nilainya tinggi

2. Kriteria Evaluasi
Kriteria berfungsi sebagai ukuran, apakah seseorang telah memenuhi
persyaratan untuk digolongkan sebagai siswa yang berhasil, pandai, baik, naik
kelas, lulus atau tidak. Kriteria penilaian itu disebut dengan istilah “Standar
Penilaian”. Dan standar penilaian yang dimaksud dibedakan menjadi 2 (dua)
jenis, yaitu:
a. Standar Penilaian Yang mutlak.
Kriteria ini lebih dikenal dengan istilah “Penilaian Acuan Patokan” atau
disingkat PAP. Dan istilah ini merupakan terjemahan dari istilah asing
“Criterion Referenced”. Standar ini bersifat tetap atau bahkan tidak dapat
ditawar. Dalam artian bahwa kriteria keberhasilan siswa itu tidak
dipengaruhi oleh prestasi suatu kelompok siswa. Apabila kita
menggunakan standar ini, maka keberhasilan atau kegagalan siswa dalam
mengikuti pelajaran ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (sebelum evaluasi dilaksanakan).
b. Standar Perilaian Yang Relatif.
Kriteria ini lebih dikenal dengan istilah “Penilaian Acuan Normal” atau
disingkat PAN. Dan istilah ini merupakan alih bahasa dari istilah asing
“Norm Referenced”. Berbeda dengan standar mutlak, pada standar yang
relatif ini keberhasilan siswa ditentukan oleh posisinya di antara kelompok
siswa yang mengikuti evaluasi. Dengan lain perkataan, bahwa
keberhasilan seseorang siswa dipengaruhi oleh tempat relatifnya
dibandingkan dengan prestasi rata-rata kelompok. Dengan menggunakan
standar relatif, dapat terjadi bahwa siswa yang prosentasi (%) jawaban
yang benar hanya 50% dapat dinyatakan lulus atau berhasil, karena
kebanyakan teman-teman yang lain mencapai angka prosentasi yang lebih
rendah.

BAB III: SASARAN , FUNGSI DAN KLASIFIKASI EVALUASI PEMBELAJARAN

3.1. Sasaran evaluasi


Sasaran Evaluasi Pembelajaran pembelajaran adalah aspek-aspek yang terkandung dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu meliputi :
(1). Tujuan pembelajaran
(2). Unsur dinamis pembelajaran Dapat disebut juga dengan sumber belajar, yang meliputi :
pesan,orang, bahan, alat, teknik, dan latar.
(3). Pelaksanaan pembelajaran dapat diartikan sebagai interaksi antar sumber belajar dengan
siswa.
(4). Kurikulum dalam hal ini kurikulum dipandang sebagai rencana tertulis, yakni
seperangkat komponen pembelajaran yang diuraikan secara tertulis pada buku.

3.2. Fungsi Evaluasi.


fungsi evaluasi memang cukup luas, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.
Bila kita melihat secara menyeluruh maka fungsi evaluasi dibagi menjadi:
a. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan,
b. Secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk
terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan
seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya,
c. Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan
peserta didik pada kelompok tertentu sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya masing-
masing,
d. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk
anak yang pandai, sedang atau kurang,
e. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya,
f. Untuk membantu guru dalam memberikan bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka
menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas, g. Secara
administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik
kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur, termasuk peserta didik itu
sendiri.

3.3. Fungsi Evaluasi Pembelajaran


Secara garis besar dalam proses belajar mengajar, evaluasi memiliki fungsi pokok
a). Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan
belajar mengajar selama jangka waktu tertentu
b). Untuk mengukur sampai diana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
c). Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar
Selain itu hasil evaluasi pengajaran juga dapat digunakan untuk :
a). Bahan pertimbangan bagi bimbingan individual peserta didik.
b). Membuat diagnosis mengenal kelemahan-kelemahan dan kemampuan peserta didik.
c). Bahan pertimbangan bagi perubahan atau perbaikan kurikulum.

3.4. Klasifikasi evaluasi


Sumadi Suryabrata mengelompokan tiga klasifikasi evaluasi yaitu:
a. Klasifikasi berdasar fungsi, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis,
didaktif/instruksional dan administratif.
b. Klasifikasi berdasarkan keputusan pendidikan digunakan untuk mengambil keputusan
individual, institusional, didaktik insrtuksional dan keputusan penelitian.
c. Klasifikasi formatif dan sumatif digunakan untuk mendapatkan umpan balik dalam
perbaikan proses belajar mengajar.
Lebih lanjut Suryabrata mengemukakan:

1. Klasifikasi evaluasi pendidikan berdasarkan fungsingnya, harus memenuhi beberapa


kebutuhan: a). Psikologik, untuk kerangka acuan melangkah menuju tujuan pendidikan.
b). Didaktik, untuk motivasi belajar kepada peserta didik, memberikan pertimbangan
pemberian bahan pengajaran, metode pengajaran dan bimbingan khusus kepada peserta didik.
c). Administratif, untuk pengisian buku rapor, menentukan indeks prestasi, pengisian STTB,
dan tentang ketentuan kenaikan kelas.

2. Klasifikasi evaluasi pendidikan berdasarkan Keputusan pendidikan:


a). Keputusan Individual, keputusan pendidikan yang dibuat oleh individu–individu yang
secara langsung menyangkut individu tertentu.
b). Keputusan Intistusional, keputusan pendidikan yang dibuat atau dikeluarkan oleh lembaga
tertentu yang ditujukan kepada orang banyak
c). Keputusan Didaktik Institusional, keputusan pendidikan yang diambil untuk memenuhi
kebutuhan– kebutuhan pengajaran.
d). Keputusan–keputusan penelitian, keputusan pendidikan yang diambil berdasarkan
penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan di masa yang akan
datang

3. Klasifikasi evaluasi pendidikan berdasarkan waktu dan penempatan Evaluasi pendidikan


itu dilaksanakan:
a). Evaluasi Formatif, untuk mendapatkan umpan–balik guna penyempurnaan proses
belajar–mengajar.
b). Evaluasi Sumatif, untuk mengukur keberhasilan seluruh program pendidikan pada akhir
pelaksanaan pembelajaran.

BAB IV: PROSEDUR EVALUASI PEMBELAJARAN

4.1 Membuat Perencanaan Evaluasi


 Menyusun Kisi-kisi (Layout/Blue-Print/Table of Specification)
Kisi-kisi adalah suatu format yang berisi komponen identitas dan komponen matriks
untuk memetakan soal dari berbagai topik/ satuan bahasan sesuai dengan kompetensi
dasarnya masing-masing. Fungsi adalah sebagai pedoman bagi guru untuk membuat
soal menjadi tes. Adapun syarat-syarat kisi-kisi yang baik adalah :
a. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.
b. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.
c. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indicator dan bentuk soal yang ditetapkan.

Ciri-ciri indikator adalah :


1. Mengandung satu kata kerja operasional yang dapat diukur (measurable) dan dapat
diamati (observable)
2. Sesuai dengan materi yang hendak diukur.
3. Dapat dibuatkan soalnya sesuai dengan bentuk yang telah ditetapkan.
Contoh :
1. Menjelaskan peranan orang tua dalam keluarga.
2. Menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi pendidikan dalam keluarga.
3. Membedakan antara halal dan haram.

 Uji Coba
Jika soal dan perangkatnya sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan
terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk melihat soal-soal mana yang perlu
diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali. Soal yang baik adalah soal yang
sudah mengalami beberpa kali uji coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis
empiris dan rasional. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan
setiap soal

1. Pelaksanaan Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi, baik melalui
tes (tertulis, lisan maupun perbuatan) maupun melalui nontes. Dalam pelaksanaan
evaluasi, guru harus memperhatikan kondisi tempat tes diadakan. Tempat ini harus terang
dan enak dipandang serta tidak menakutkan, sehingga peserta didik tidak takut dan
gugup. Suasana tes harus kondusif agar peserta didik nyaman menjawab pertanyaan tes.

4.2 Pengolahan Data


Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari kita langsung yang mengadakan
kegiatan evaluasi maupun dari orang lain yang mengevaluasi orang yang kita maksud,
data tersebut harus diolah. Mengolah data berarti ingin memberikan nilai dan makna
kepada peserta didik mengenai kualitas hasil pekerjaannya.

4.3 Penafsiran Hasil Evaluasi


Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi harus didasarkan atas kriteria tertentu yang
disebut norma. Bila penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu
hanya berdasarkan pertimbangan pribadi dan kemanusiaan, maka termasuk kesalahan
yang besar. Ada dua jenis penafsiran data, yatu penafsiran kelompok dan penafsiran
individual. Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui
karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara lain prestasi kelompok,
rata-rata kelompok, sikap kelompok, dan distribusi nilai kelompok. Sedangkan penafsiran
individual adalah penafsiran yang hanya tertuju kepada individu saja. Misalnya, dalam
kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis lainnya.

4.4 Laporan
Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang
berkepentingan, seperti pimpinan/kepala sekolah, pemerintah, dan peserta didik itu
sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai peserta didik dapat diketahui oleh
berbagai pihak dan dapat menentukan langkah selanjutnya. Di samping itu, laporan juga
penting bagi peserta didik itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang dimilikinya,
dan atas dasar itu ia menentukan kemana arah yang harus ditempuhnya serta apa yang
harus dilakukannya.

BAB V :TEKNIK TES DAN NON TES

5.1 Teknik Tes

Secara umum tes diartikan sebagai alat yang dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau
penguasaan obyek ukur terhadap seperangkat konten dan materi tertentu. Menurut Sudijono
tes adalah alat atau prosedur yang dipergunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian.
Anastasi dan Urbina mengemukakan bahwa tes dapat juga diartikan sebagai alat ukur yang
mempunyai standar objektif sehingga dapat dipergunakan secara meluas, serta betul-betul
dapat digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikhis atau tingkah laku
individu.

Tes Menurut Tujuannya

Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi:

a) Tes Kecepatan (Speed Test)


Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testi) dalam hal kecepatan berpikir
atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun hafalan dan
pemahaman dalam mata pelajaan yang telah dipelajarinya.

b) Tes Kemampuan (Power Test)


Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam mengungkapkan
kemampuannya
(dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang
disediakan.

c) Tes Hasil Belajar (Achievement Test)


Tes bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dalam suatu kurun waktu tertentu.

d) Tes Kemajuan Belajar ( Gains/Achievement Test)


Untuk mengetahui kondisi awal peserta didik digunakan pre-tes dan kondisi akhir
digunakan post-tes.

e) Tes Diagnostik (Diagnostic Test)


Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau
mengidentifikasi kesukaran-kesukaran dalam belajar.

f) Tes Formatif
Tes formatif adalah penggunaan tes hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana
kemajuan belajar yang telah dicapai oleh siswa.

g) Tes Sumatif
Tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam
sekumpulan materi pelajaran.

Ciri-ciri Tes yang Baik

Sebuah test dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi kriteria, yaitu
memiliki validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis.
5.2 Teknik Nontes

Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor,
berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam
teknik nontes, yakni: pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner/angket
(questionanaire), dan analisis dokumen yang bersifat unobtrusive.

BAB VI: VALIDITAS DAN REABILITAS TES

6.1 Validitas (Kesahihan)

Tugas utama dalam pengukuran adalah memilih alat ukur yang dapat dipertanggung
jawabkan untuk mengukur tingkah laku/sifat sesuatu yang diukur. Ary dkk (1982: 281)
mengemukakan kesahihan menunjukkan pada sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur
apa yang harus diukur. Croccher dan Algina berpandangan, kesahihan juga tidak sekedar
mengukur apa yang hendak diukur, melainkan juga mengandung pengertian sejauh mana
informasi yang diperoleh dari pengukuran dapat dinterpretasikan sebagai tingkat atau
karakteristik yang diukur.

Dalam dunia pendidikan kita mengenal bermacam-macam validitas tes, validitas suatu tes
dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas
konkuren, dan validitas prediksi yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Validitas isi, dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang akan diukur.
Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting, yaitu valid isi dan
valid samplingnya.
2. Validitas Konstruk; merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah
konstruk sementara atau hypotetical construct.
3. Validitas konkuren; adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan
skor lain yang telah dibuat.
4. Validitas prediksi; adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat memprediksi
tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan
yang direncanakan.
6.2 Realiabilitas (Keterandalan)

Keterandalan menurut Sumadi Suryabrata; (2000: 29) adalah alat ukur menunjukkan sejauh
mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf
keajengan (konsistensi) skor yang diperoleh para subyek yang diukur dengan alat yang sama,
atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda.

Ary, dan kawan-kawan (1982 : 302-308) berpendapat ada empat cara yang dilakukan untuk
menentukan indeks keterandalan sebagai berikut:

1.Tes ulang. Cara ini adalah dengan memberikan tes yang serupa sebanyak dua kali
kepada kelompok obyek ukur yang sama, kemudian kedua skor tes tersebut
dikorelasikan.
2.Cara belah dua. Jenis ini dapat dilakukan dengan cara memberikan tes pada
sekelompok obyek ukur yang sama butir-butir tes tersebut dibagi dua bagian yang
sebanding. Kemudian kedua skor yang berasal dari dua bagian tersebut dikorelasikan.
3.Bentuk setara. Keterandalan jenis ini dapat diselidiki dengan cara memberikan dua
bentuk tes yang setara pada obyek ukur yang sama dalam waktu yang sama (secara
berurutan).
4.Formula Kuder-Richardson (KR) atau disebut juga dengan metode kesamaan rasional.
Prosedur ini dapat dilakukan dengan cara mmenghitung koefisien korelasi setiap butir
dalam suatu tes dengan butir-butir lainnya, serta dengan skor tes itu secara
keseluruhan (skor total).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut terlihat bahwa keterandalan instrumen penelitian


mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan
pengukuran.

Reliabilitas dibedakan atas dua macam yaitu:

a. Reliabilitas Konsistensi Tanggapan


Reliabilitas konsistensi tanggapan responden mempersoalkan apakah tanggapan
responden atau obyek terhadap tes tersebut sudah sudah baik atau konsisten.

b. Reliabilitas Konsistensi Gabungan Item


Reliabilitas konsistensi gabungan item berkaitan dengan kemantapan atau
konsistensi antara item-item berkaitan dengan kemantapan atau konsistensi antara
item-item suatu tes. Hal ini dapat diungkapkan dengan pertanyaan, apakah
terhadap obyek ukur yang sama, item yang satu menunjukkan hasil ukur yang
sama dengan item yang lainnya? Dengan kata lain bahwa terhadap obyek ukur
yang sama, apakah hasil ukur yang satu tidak kontradiksi dengan hasil ukur item
yang lain.

BAB VII : TEKNIK PEMERIKSAAN, PEMBERIAN SKOR DAN PENGOLAHAN


HASIL TES

7.1 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Tertulis

Tes hasil belajar yang diselenggarakan secara tertulis dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu: tes hasil belajar (tertulis) bentuk uraian (subjective test = essay test) dan tes hasil
belajar (tertulis) bentuk obyektif (objective test). Karena kedua bentuk tes hasil belajar itu
memiliki karakteristik yang berbeda, maka teknik pemeriksaan hasil-hasilnya pun berbeda
pula. Sudjiono mengemukakan (2009:289) memaparkan teknik pemeriksaan hasil tes sebagai
berikut:

a. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Uraian


b. Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Bentuk Obyektif

7.2 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Lisan

Pemeriksaan yang dilaksanakan dalam rangka menilai jawaban–jawaban testee pada tes hasil
belajar secara lisan pada umumnya bersifat subjektif, sebab dalam tes lisan itu tester tidak
berhadapan dengan lembar jawaban soal yang wujudnya adalah benda mati, melainkan
berhadapan dengan individu atau makhluk hidup yang masing–masing mempunyai ciri dan
karakteristik berbeda sehingga memungkinkan bagi tester untuk bertindak kurang atau
bahkan tidak objektif. (Buchori; 1990:220).

7.3 Teknik Pemeriksaan Hasil Tes Perbuatan

Dalam tes perbuatan ini pemeriksaan hasil-hasil tes nya dilakukan dengan menggunakan
observasi (pengamatan). Sasaran yang perlu diamati adalah tingkah laku, perbuatan, sikap
dan lain sebagainya. Untuk dapat menilai hasil tes tersebut diperlukan adanya instrument
tertentu dan setiap gejala yang muncul diberikan skor tertentu pula.

Contoh: instrument yang dipergunakan dalam mengamati calon guru yang melaksanakan
praktek mengajar, aspek-aspek yang diamati meliputi 17 unsur dengan skor minimum 1
(satu) dan maksimum (lima).

7.4 Teknik Pemberian Skor Tes Hasil Belajar

Penskoran

Penskoran merupakan langkah pertama dalam proses pengolahan hasil tes. Penskoran adalah
suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi angka-angka. Cara menskor hasil tes
biasanya disesuaikan dengan bentuk soal-soal tes yang dipergunakan, apakah tes objektif atau
tes essay, atau dengan bentuk lain

Perbedaan Skor dan Nilai

Skor : hasil pekerjaan menskor yang diperoleh dengan menjumlahkan angka-angka bagi
setiap soal tes yang dijawab betul oleh siswa, dengan memperhitungkan bobot jawaban
betulnya.

Nilai : angka (bisa juga huruf) yang merupakan hasil ubahan dari skor yang sudah dijadikan
satu dengan skor-skor lainnya, serta dengan menggunakan acuan/ standar tertentu, yakni
acuan patokan dan acuan norma.

7.5 Teknik Pengolahan Tes Hasil Belajar

Teknik pengolahan hasil tes hasil belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni:
mengolah skor mentah menjadi nilai huruf, mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10,
mengolah skor mentah menjadi nilai dengan persen, mengolah skor mentah menjadi skor
standar z, dan mengolah skor mentah menjadi skor standar T.

BAB VIII: TEKNIK MENGANALISA ITEM TES HASIL BELAJAR

8.1 Teknik Analisis Derajat Kesukaran Item


Butir-butir tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir yang baik. Apabila
butir-butir tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu muda dengan kata lain derajat
kesukaran item itu adalah sedang atau cukup. Witherington dalam (1989:87) mengatakan,
bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar dapat diketahui
dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item tersebut. Angka
indeks kesukaran item itu besarnya berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00, artinya angka
indeks kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan paling tinggi adalah 1,00. Angka indeks
kesukaran sebesar 0,00 (P = 0,00) merupakan petunjuk bagi tester bahwa butir item tersebut
termasuk dalam kategori item yang terlalu sukar, sebab disini seluruh testee tidak dapat
menjawab item dengan betul. Sebaliknya, apabila angka indeks kesukaran item itu adalah
1,00 (P=1,00) ini merupakan petunjuk bahwa item ini adalah termasuk dalam kategori item
yang terlalu mudah, sebab disini seluruh testee dapat menjawab dengan betul butir item
tersebut.

Angka indeks kesukaran item itu dapat diperoleh

dengan menggunakan rumus :

P = ∑x

Sm N

Keterangan:

P = Proportion = angka indeks kesukaran item

Ʃx = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan betul

terhadap butir item tersebut.

N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar

Rumus yang lainnya adalah

P=∑B

Keterangan:

P = Proportion = angka indeks kesukaran item


ƩB = banyaknya testee yang dapat menjawab dengan

betul terhadap butir item tersebut

N = Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar

Interval Indeks Kesukaran Item

Besarnya P Interprestasi

0,00 – 0,30 Terlalu sukar

0,31 – 0,70 Cukup (sedang)

0,71 – 1,00 Terlalu mudah

Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-
soal yang sedang, yaitu soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,31 sampai dengan
0,70. Perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar, lalu tidak berarti
tidak boleh digunakan, hal ini tergantung dari penggunaannya.

8.2 Teknik Analisis Daya Pembeda Item

Indeks daya pembeda antara soal-soal yang ditetapkan dari selisih proporsi yang
menjawab dari masing-masing kelompok. Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi
soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama dengan
daya pembeda soal yaitu daya dalam mmembedakan antara peserta tes yang berkemampuan
tinggi dengan peserta yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya
pembeda berkisar antara -1 sampai dengan +1. Tanda negative menunjukkan bahwa peserta
tes yang berkemampuannya rendah dapat menjawab benar sedangkan peserta tes yang
berkemampuan tinggi menjawab salah. Dengan demikian soal yang indeks daya pembedanya
negative menunjukn terbaliknya kualitas tes. Sebuah soal mungkin juga tidak dapat
membedakan kelompok peserta tes (misalnya soal dengan p=0 atau p=1).

Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian dua kelompok menjadi dua
bagian, yaitu kelompok atas yang merupakan kelompok yang berkemampuan tinggi dengan
kelompok bawah yaitu kelompok peserta tes yang mempunyai kemampuan rendah.
Kemampuan tinggi ditunjukkan dengan perolehan skor tinggi dan kemampuan rendah
ditunjukkan dengan perolehan skor rendah.Indeks daya pembeda didefinisikan sebagai selisih
antara proporsi jawaban benar pada kelompok atas dengan proporsi jawaban benar pada
kelompok bawah (Croccker dan Algina, 1986). Metode kelompok eksrtem dapat juga
digunakan untuk menghitung daya beda soal. Jika tes diberikan kepada peserta tesyang cukup
besar, daya pembeda soal dapat ditentukan dengan membandingkan kelompok yang memiliki
skor yang tinggi (misalnya 25% teratas) dengan kelompok memiliki skor yang rendah (25%
terbawah). Tahapan pertama dalam menghitung daya pembeda adalah menentukan kelompok
atas dan kelompok bawah. Umumnya, para ahli tes membagi kelompok ini menjadi 27% atau
33% kelompok atas dan 27% atau 33% kelompok bawah (Cureton, 1957).

Mengetahui daya pembeda item sangat penting, karena salah satu dasar yang
digunakan untuk menyusun butir-butir soal tes hasil belajar, dan butir-butir hasil belajar itu
haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan adanya perbedaan-perbedaan
kemampuan yang terdapat dikalangan testee tersebut. Daya pembeda dapat diketahui dari
besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Daya pembeda pada dasarnya dihitung atas
dasar pembagian testee kedalam dua kelompok, yaitu kelompok atas dan kelompok bawah.
Indeks diskriminasi pada umumnya dilambangkan dengan huruf D indeks diskriminasi (daya
pembeda) berkisar antara 0,00 sampai 1,00, tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif.

-1,00 0,00 1.00

Daya pembeda daya pembeda daya pembeda

Negatif rendah tinggi

Klasifikasi daya pembeda

▶ D : 0,00 – 0,20 Jelek (Poor)

▶ D : 0,21 – 0,40 Cukup ( Satisfactory)

▶ D : 0,41 – 0.70 Baik (Good)

▶ D : 0,71 - 1,00 Baik sekali (excellent)

▶ D : negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir

soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

Rumus mencari D adalah


D = = Pa . Pb

Dimana :

J = Jumlah peserta tes

Ja = Banyak peserta kelompok atas

Jb = Banyak peserta kelompok bawah

Ba = Banyak peserta kelompok atas menjawab benar

Bb = Banyak peserta kelompok bawah menjawab benar

Pa = Proporsi peserta kelompok atas menjawab benar

Pb = Proporsi peserta kelompok bawah menjawab benar

8.3 Fungsi Distraktor (Pengecoh)

Butir soal yang baik, pengecohnya akan dipilih secara merata oleh peserta didik yang
menjawab salah. Sebaliknya, butir soal yang kurang baik, pengecohnya akan dipilih secara
tidak merata. Pengecoh dianggap baik apabila jumlah peserta didik yang memilih pengecoh
itu sama atau mendekati jumlah ideal. Indeks pengecoh dihitung dengan rumus:

IP = P x 100%

( N – B)/(n – 1)

Keterangan :

IP = Indeks pengecoh

P = Jumlah peserta didik yang memilih pengecoh

N = Jumlah peserta didik yang mengikuti tes

B = Jumlah peserta didik yang menjawab benar pada

setiap soal

n = Jumlah alternatif jawaban (opsi).


RINGKASAN ISI BUKU 1

BAB I: KONSEP DASAR DAN EVALUASI PEMBELAJARAN

Kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang


mesti dikuasai oleh seorang pendidik maupun calon pendidik sebagai salah satu kompetensi
professionalnya. Evaluasi pembelajaran merupakan satu kompetensi professional seorang
pendidik. Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang
salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran.

A. Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Ujian ulangan harian
yang dilakukan guru di kelas atau bahkan ujian akhir sekolah sekalipun, belum dapat
menggambarkan esensi evaluasi pembelajaran, terutama bila dikaitkan dengan
penerapan kurikulum 2013. Tes adalah pemberian suatu tugas atau rangkaian tugas
dalam bentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Pengukuran (measurement) adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas daripada
sesuatu. Sesuatu itu bisa berarti peserta didik, starategi pembelajaran, sarana prasana
sekolah dan sebagainya. Untuk melakukan pengukuran tentu dibutuhkan alat ukur.
Sedangkan penilaian (assesment) adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis
dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil
belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan
kriteria dan pertimbangan

Berdasarkan pengertian tersebut, Arifin selanjutnya menjelaskan beberapa hal tentang


evaluasi, bahwa:

1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang
diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah gambaran kualitas daripada
sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti. Sedangkan kegiatan
untuk sampai kepada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas daripada sesuatu,
terutama yang berkenaan dengan nilai dan arti.
3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan (judgement).
Pemberian pertimbangan ini pada dasarnya merupakan konsep dasar
evaluasi.
4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan
kriteria tertentu. Tanpa kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang
diberikan bukanlah suatu proses yang dapat diklasifikasikan sebagai
evaluasi.

B. Proses Evaluasi Dalam Pendidikan

Input Transformasi Output

Umpan Balik

(feed back)

C. Ciri-ciri Evaluasi dalam Pendidikan


Ada lima ciri evaluasi dalam pendidikan sebagaimana diungkapkan Suharsimi
(2002:11), yaitu: Ciri pertama, penilaian dilakukan secara tidak langsung. Sebagai
contoh mengetahui tingkat inteligen seorang anak, akan mengukur kepandaian
melalui ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal.
Ciri kedua dari penilaian pendidikan yaitu penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian
pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan symbol bilangan sebagai hasil
pertama pengukuran. Setelah itu lalu diinterpretasikan ke bentuk kualitatif.
Ciri ketiga dari penilaian pendidikan, yaitu bahwa penilaian pendidikan
menggunakan, unit-unit untuk satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk anak
normal.
Ciri kempat dari penilaian pendidikan adalah bersifat relatif artinya tidak sama atau
tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.
Ciri kelima dalam penilaian pendidikan adalah bahwa dalam penilaian pendidikan itu
sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber kesalahan dapat ditinjau dari
berbagai faktor yaitu :
a. Terletak pada alat ukurnya.
b. Terletak pada orang yang melakukan penilaian.
c. Terletak pada anak yang dinilai.
D. Tujuan Dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan
efisiensi sistem pembelajaran secara luas. Sistem pembelajaran dimaksud meliputi:
tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian
itu sendiri. Selain itu, evaluasi pembelajaran juga ditujukan untuk menilai efektifitas
strategi pembelajaran, menilai dan meningkatkan efektifitas program kurikulum,
menilai dan meningkatkan efektifitas pembelajaran, membantu belajar peserta didik,
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, serta untuk menyediakan
data yang membantu dalam membuat keputusan. Chittenden (1994) secara simpel
mengklasifikasikan tujuan penilaian (assessment purpose) adalah untuk
(1). keeping track,
(2). checkingup,
(3). finding-out,
(4). summing-up.

E. Objek Evaluasi Pendidikan


Aspek-aspek yang diperlukan dalam evaluasi terhadap peserta didik meliputi:
a. Aspek-aspek tentang berfikir, termasuk didalamnya: intelegensi, ingatan, cara
menginterupsi data, prinsif-prinsif pengerjaan pemikiran logis.
b. Perasaan sosial; termasuk di dalamnya: cara bergaul, cara pemecahan nilai-nilai
sosial, cara menghadapi dan cara berpartisipasi dalam kenyataan sosial.
c. Keyakinan sosial dan kewarganegaraan menyangkut pandangan hidupnya
terhadap masalah-masalah sosial, politik dan ekonomi.
d. Apresiasi seni dan budaya.
e. Minat, bakat dan hobby.
f. Perkembangan sosial dan personal.
F. Tugas-Tugas
1. Seorang guru mengadakan ulangan harian. Setelah beberapa kali ulangan harian
diperoleh nilai rapor.
2. Berdasarkan pemaknaan terhadap penilaian ditinjau dari aspek siswa, guru dan
sekolah, baikkah kiranya jika guru memberikan ulangan tiap hari? Berikan
pendapat anda dari berbagi aspek tersebut. Kemukakan juga kelebihan dan
kekurangannya.
3. Pendidikan adalah sebuah sistem yang didalamnya terdapat tiga komponen yang
saling berkait yaitu: tujuan pendidikan, pengalaman belajar dan evaluasi hasil
belajar. Berikan gambaran yang jelas mengenai hubungan ketiga komponen di
atas.

BAB II : EVALUASI PEMBELAJARAN DALAM PERSPEKTIF KURIKULUM 2013


(PENILAIAN OTENTIK)

A. Teori Pendekatan Saintifik.


Pendekatan saintifik sudah lama diyakini sebagai jembatan bagi pertumbuhan
dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Proses
penalaran induktif menempatkan fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian
menarik simpulan secara keseluruhan. Buktibukti spesifik sebagai fenomena yang
khas ditempatkan ke dalam relasi idea yang lebih luas. Sementara penalaran deduktif
melihat fenomena umum untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik.
Pendekatan saintifik berkelindan pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau
gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan
sebelumnya.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan
proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan
menyimpulkan. Teori Piaget berpandangan bahwa belajar berkaitan dengan
pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu
struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Proses
terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik
bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajarinya, namun tugas-
tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal
development), yaitu perkembangan kemampuan peserta didik sedikit di atas
kemampuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky lebih lanjut menjelaskan bahwa proses
belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan
orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi
proses internalisasi.

B. Penerapan Pendekatan Saintifik dalam Proses Pembelajaran


Untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran menuntut
adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan
pembelajaran konvensional.Pendekatan saintifik dalam pembelajaran sebagaimana
dikonsepsikan oleh Kemendikbud (2013) meliputi komponen: mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata
pelajaran. Untuk mata pelajaran dan materi tertentu, pada situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan tersebut tidak selalu tepat diterapkan secara prosedural,
walaupun harus dipastikan akan tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah,
dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

C. Mengenal Penilaian Otentik


penggambaran yang lebih objektif terhadap pencapaian peserta didik terhadap
berbagai kegiatan tersebut, maka dituntut diterapkannya peneilaian otentik. Salah satu
tuntutan kurikulum 2013 adalah meminta peserta didik untuk mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Guna memperoleh
penggambaran yang lebih objektif terhadap pencapaian peserta didik terhadap
berbagai kegiatan tersebut, maka dituntut diterapkannya penilaian otentik. Penilaian
otentik lebih terfokus pada tugas-tugas kompleks atau kontekstual, yang memberi
kemungkinkan bagi peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam
pengaturan yang lebih otentik.
D. Perbandingan Penilaian Otentik dengan Penilaian Konvensional
Penilaian otentik yang sering dikontradiksikan dengan penilaian konvensional
yang seringkali berpatokan pada ukuran-ukuran atau standar seperti pada tes pilihan
ganda, isian, benar salah, menjodohkan dan bentuk-bentuk lainnya. Peserta didik
dipaksa untuk memilih satu jawaban, atau mengisi informasi untuk dilengkapi. Untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Karena itu sekolah mestilah membekali peserta
didik sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang tersusun dalam kurikulum.
Sedangkan penilaian otentik berangkat dari alasan praksis, bahwa untuk mencapai
tujuan tersebut, peserta didik harus mampu menampilkan sejumlah task yang
bermakna di dunia sesungguhnya. Dengan demikian maka sekolah harus
mempersiapkan peserta didiknya menjadi mahir dalam menampilkan sejumlah tugas
yang akan dikuasai saat mereka lulus kelak.

E. Penilaian Otentik dan Tugas Otentik

Penilaian otentik merupakan penilaian langsung dan ukuran langsung(Mueller,


2006:1). penilaian otentik juga digunakan untuk menilai hasil belajar berdasarkan
penugasan atau proyek. Penilaian otentik mengharuskan proses pembelajaran yang
otentik pula, yang sering disebut sebagai tugas-tugas otentik (authentic tasks).Dalam
memberikan tugas kepada peserta didik ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
sebagai kriteria tugas, yaitu: a. Tugas tersebut secara signifikan cukup bermakna bagi
peserta didik dan guru; b. Disusun secara bersama antara guru dan peserta didik; c.
Menuntut siswa dapat menemukan dan menganalisis informasi dan menarik
kesimpulan tentang hal tersebut; d. Meminta siswa untuk mengkomunikasikan hasil
dengan jelas; e. Mengharuskan peserta didik untuk bekerja atau melakukannya sesuai
dengan realitas kehidupan sebagaimana adanya.

F. Jenis-Jenis Penilaian Otentik


1. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama,
langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja
yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan
dan kelengkapan terhadap aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-
kemampuan khusus yang diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan
tugas-tugas pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai,
khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan
atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.
2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap
tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
3. Penilaian fortofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang
menunjukkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. 4.
Penilaian Tertulis
Tes tertulis terdiri atas memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih
jawaban terdiri atas pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan,
dan sebab-akibat.
G. Tugas – Tugas
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pendekatan saitifik dalam proses
pembelajaran, dan sebutkan latar belakang filosofis yang melatar belakangi
munculnya pendekatan ini.
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian otentik.
3. Jelaskan keterkaitan antara pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
dengan pentingnya penilaian model otentik

BAB III : INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES

A. Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay)


Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik
uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas.
Tes uraian sebagaimana dicontohkan di atas memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntuk kepada tester untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membanding-kan, membedakan, dan sebagainya.
c. Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai dengan sepuluh
butir. d. Pada umumnya butir-butir soal uraian diawali dengan kata-kata,
“uraikan”,…. “Mengapa”,….”Terangkan”,….”Jelaskan”,
baikan dan kekurangan. Kebaikan tes uraian diantaranya adalah:
- Bagi guru, menyusun tes tersebut sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang
lama.
- Si penjawab mempunyai kebebasan dalam menjawab dan mengeluarkan isi hati dan
buah pikirannya.
- Melatih mengeluarkan pikiran dalam bentuk kalimat atau bahasa yang teratur.
- Lebih ekonomis, hemat karena tidak memerlukan kertas terlalu banyak untuk
membuat soal tes, dapat didektekan atau ditulis dipapan tulis. Sedangkan kelemahan
tes uraian yakni:
- Tidak atau kurang dapat digunakan untuk mengetes pelajaran yang luas atau banyak
sehingga kurang dapat menilai isi pengetahuan siswa yang sebenarnya.
- Kemungkinan jawaban dan keterangan sifatnya menyulitkan penjelasan pengetesan
dalam mensekornya.
- Baik buruknya tulisan dan panjang pendeknya jawaban yang sama mudah
menimbulkan evaluasi dan perskoran (scorting) yang kurang objektif

B. Tes Hasil Belajar Bentuk Objektif Tes objektif disebut objektif karena cara
Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap
semua murid yang mengikuti sebuah tes.
1. Melengkapi (Completion test).
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau menyempurnakan.
Salah satu jenis objektif yang hampir mirip sekali dengan tes objektif fill in

2. Test objektif bentuk multifle choice test (pilihan berganda)

Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-
masing tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari
pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.

3. Test objektif bentuk matching (menjodohkan)


Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari
pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciriciri tes ini adalah :
a. Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
b. Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang telah
bersedia sehingga sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau
merupakan “jodoh” dari pertanyaan.

Test bentuk matching memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari tes ini
adalah 1. Pembuatan mudah.

2. Dapat dinilai dengan mudah dan cepat dan objektif.

3. Apabilas tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor merubah praktis dapat
dihilangkan

C. Tes Tindakan (Performance Test)


Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang
dihasilkannya atau ditampikannya. Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakan pun
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tes tindakan adalah:
(1) satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar
dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan membaca al-Qur’an berdasarkan
ilmu tajwid.
(2) sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan teori
dengan keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap.
(3) dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk saling
menyontek. (4) guru dapat lebih mengenal karakteristik masing-masing peserta didik
sebagai dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti penbelajaran remedial.
Adapun kelemahan/kekurangan tes tindakan adalah:
(1) memakan waktu yang lama
(2) dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
(3) cepat membosankan
(4) jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunyai arti
apa-apa lagi
(5) memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu
BAB III : INSTRUMEN EVALUASI BENTUK TES

Instrumen Evaluasi pembelajaran jenis tes adalah teknik yang paling umum digunakan dalam
kegiatan pengukuran. Meskipun teknik ini tidak selalu yang terbaik dan tepat untuk beberapa
tujuan. Jenisnya juga bermacam-macam. Misalnya tes prestasi belajar (achievement test), tes
penguasaan (proficiency test), tes bakat (aptitude test), tes diagnostik (diagnostic test). dan tes
penempatan (placement test). Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat
dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua
bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).

Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay) Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya
membutuhkan jawaban uraian, baik uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes
bentuk uraian ini, khususnya bentuk uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk
mengorganisasikan dan merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata sendiri serta
dapat mengukur kecakapan murid untuk berfikir tinggi yang biasanya dituangkan dalam
bentuk pertanyaan yang menuntut:

 Memecahkan masalah
 Menganalisa masalah
 Membandingkan
 Menyatakan hubungan
 Menarik kesimpulan dan sebagainya (Sutomo, 1995:80).
Dilihat dari keluasan materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi
menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas
(extended respons items).
Karakteristik Tes Uraian:
a. Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntuk kepada tester untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membanding-kan, membedakan, dan sebagainya.
c. Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai dengan sepuluh butir.
d. Pada umumnya butir-butir soal uraian diawali dengan kata-kata, “uraikan”,….
“Mengapa”,….”Terangkan”,….”Jelaskan”,
Untuk penyusunan jenis tes bentuk uraian ada beberapa langkah yang dapat dipedomani
sebagai berikut:
1. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian diusahakan agar soal tersebut dapat
mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan.
2. Untuk menghindari tumbuhnya perbuatan curang oleh tester misalnya, menyontek dan
bertanya kepada tester yang lainya hendaknya sesuatu kalimat pada soal berlawanan
dengan buku pelajaran.
3. Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-
pertanyaan itu jangan dibuat seragam melainkan bervariasi.
4. Kalimat soal yang disusun hendaklah ringkas dan padat.
5. Sebelum tester mengerjakan soal hendaklah seorang tester mengemukakan cara
mengerjakannya, contoh, “Jawaban soal harus ditulis di atas lembaran jawaban dan
sesuai dengan urut nomor
Tes objektif disebut objektif karena cara pemeriksaannya yang seragam terhadap semua
murid yang mengikuti sebuah tes. Tes objektif juga dikenal dengan istilah tes jawaban
pendek (short answer test). Terdapat beberapa jenis tes bentuk objektif, misalnya:
1. Melengkapi (Completion test).
Completion test adalah dikenal dengan istilah melengkapi atau menyempurnakan.
Contoh:
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang benar dan tepat. Faktor prima dari bilangan
15 adalah ......…
2. Test objektif bentuk multifle choice test (pilihan berganda)
Test multifle chois, tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana masing-masing
tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu dari pilihan-pilihan
tersebut yang benar atau yang paling benar.
Penyusunan tes dalam bentuk multifle chois
a. Hendaknya antara pernyataan dalam soal dengan alternatif jawaban terdapat
kesesuaian.
b. Kalimat pada tiap-tiap butir soal hendaknya dapat disusun dengan jelas.
c. Sebaiknya soal hendaknya disusun menggunakan bahasa yang mudah
dipahami.
d. Setiap butir pertanyaan hendaknya hanya mengandung satu masalah,
meskipun masalah itu agak kompleks.
Contoh “Hasil pembagian ¾ : ½ adalah:
a. 1 ½
b. 2 ½
c. 3½
d. 4½
Menurut Sumadi Surya Brata, merinci tes multiple choice ada beberapa macam yaitu:
 Jenis jawaban benar
 Jawaban yang sesuai yang paling tepat pertanyaan yang diikuti dengan alternatif
 Jawaban tidak sesuai.
 Jawaban negatif dalam suatu soal bentuk multifle chois peserta didik diberi
pernyataan yang disediakan alternatif jawaban.
3. Test objektif bentuk matching (menjodohkan)
Test bentuk ini sering dikenal dengan istilah tes menjodohkan, tes mencari
pandangan, tes menyesuaikan, tes mencocokkan. Ciriciri tes ini adalah :
a. Test terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban.
b. Tugas tes adalah mencari dan menetapkan jawaban-jawaban yang telah
bersedia sehingga sesuai dengan atau cocok atau merupakan pasangan, atau
merupakan “jodoh” dari pertanyaan.
4. Test objektif bentuk fill in (isian)
Test objektif bentuk fill in ini biasanya berbentuk cerita atau karangan.
5. Test objektif bentuk True False (benar salah)
Test ini juga sering dikenal dengan tes objektif bentuk “Ya-Tidak” tes objektif bentuk
true false adalah salah satu bentuk tes, dimana ada yang benar dan ada yang salah.
Contohnya adalah :
(B)-(S). Rasulullah dilahirkan pada tahun 571 H bertepatan dengan tahun Gajah.
6. Tes Tindakan (Performance Test)
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku,
tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi
penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar yang
dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang
diperintahkan dan ditanyakan. Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas
suatu perkerjaan yang telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga
keterampilan dan ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan
kemampuan merencanakan suatu pekerjaan.
BAB IV: INSTRUMEN EVALUASI BENTUK NON-TES

Hasil dari satu proses pembelajaran mencakup tidak hanya aspek kognitif, tapi juga aspek
afaktif dan psikomotorik. Sehingga hasil dari proses pembelajaran dapat berupa pengetahuan
teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan
teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes perbuatan. Sedangkan hasil
belajar berupa perubahan sikap hanya dapat diukur dengan teknik non-tes. Instrumen evaluasi
jenis non-tes dapat digunakan jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari
suatu pembelajaran yang berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat,
motivasi, dan lain-lain. Termasuk jenis instrumen evaluasi jenis non-tes adalah observasi,
wawancara, skala sikap, dan lain-lain.
a. Daftar Cek
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (ya - tidak).
Pada penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat
nilai apabila kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai.
b. Skala Rentang
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai
memberi nilai penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara
kontinuum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Penilaian sebaiknya
dilakukan oleh lebih dari satu penilai agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan
hasil penilaian lebih akurat.
c. Penilaian Sikap Sikap berangkat dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait
dengan kecenderungan bertindak seseorang dalam merespon sesuatu/ objek. Sikap
juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dapat dibentuk untuk terjadinya perilaku atau tindakan yang
diinginkan. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: komponen afektif, komponen
kognitif, dan komponen konatif.
Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap
sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai
objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.
d. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.
Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
Penilaian proyek dapat digunakan, diantaranya untuk mengetahui pemahaman dan
pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan
pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik
dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
- Kemampuan pengelolaan,
- Relevansi,
- Keaslian.
e. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu
produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil
akhir saja tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian
terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni,
seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang
terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3
(tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu:
- Tahap persiapan
- Tahap pembuatan (produk)
- mTahap penilaian (appraisal)
f. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat
berupa karya peserta didik (hasil pekerjaan) dari proses pembelajaran yang dianggap
terbaik oleh peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam peng- gunaan portofolio di
sekolah, antara lain :
- Saling percaya antara guru dan peserta didik
- Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik
- Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru
- Kepuasan
- Kesesuaian\
- Penilaian proses dan hasil
g. Penilaian dan pembelajaran
Penilaian Diri Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana
subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan,
status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata
pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan
dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di
kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta
untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil
belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah
disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek sikap
tertentu.

BAB V: PENILAIAN BERBASIS KELAS

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip
penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di bawah
kewenangan guru di kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar
yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah
dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. Dengan demikian PBK
tidak lain adalah sebuah pradigma, pendekatan, pola, dan sekaligus sebagai komponen utama
dalam penyelenggaraan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Ada empat komponen KBK
yang satu sama lain saling terkait erat, yaitu: kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis
kelas, kegiatan belajar mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis kelas.
Tujuan dan Fungsi Penilaian Berbasis Kelas
Sebagaimana evaluasi pendidikan pada umumnya, PBK juga bertujuan untuk memberikan
suatu penghargaan atas pencapaian hasil belajar siswa dan sekaligus sebagai umpan balik
untuk meneguhkan dan/ atau melakukan perbaikan program dan kegiatan pembelajaran. Jadi,
PBK berusaha untuk memahami secara lebih konkrit atas pencapaian hasil belajar siswa dan
sekaligus memahami seluruh kegiatan proses pembelajaran, pencapaian kurikulum, alat,
bahan dan metodologi pembelajaran.
Keunggulan Penilaian Berbasis Kelas Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu
komponen dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Penilaian ini dilaksanakan oleh
guru secara variatif dan terpadu dengan kegiatan pembelajaran di kelas, oleh karena itu
disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan pengumpulan kerja siswa
(portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja/penampilan (performance),
dan tes tertulis (paper and pencil). Sebagai bagian dari kurikulum berbasis kompetensi,
pelaksanaan PBK sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan komponen yang ada di
dalamnya. Namun demikian, guru mempunyai posisi sentral dalam menentukan keberhasilan
dan kegagalan kegiatan penilaian. Untuk itu, dalam pelaksanaan penilaian harus
memperhatikan prinsipprinsip berikut:
- Valid
- Mendidik
- Berorientasi pada kompetensi
- Adil dan obyektif
- Terbuka
- Berkesinambungan
- Menyeluruh
- Bermakna
Implementasi Penilaian Berbasis Kelas
Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana yang
tercantum dalam kompetensi dasar, hasil belajar, dan materi pokok dari setiap mata pelajaran.
Di samping mengukur hasil belajar siswa sesuai dengan ketentuan kompetensi setiap mata
pelajaran masing-masing kelas dalam kurikulum nasional. Penilaian berbasis kelas harus
memperlihatkan tiga ranah yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan
(psikomotorik).
Bentuk Instrumen dan Pensekoran
1. Instrumen Tes
a. Pertanyaan Lisan
b. Pilihan Ganda
c. Uraian Objektif
d. Uraian Bebas.
e. Jawaban Singkat
f. Menjodohkan
g. Portofolio
h. Performans/Unjuk Kerja
2. Instrumen Non-tes
Instrumen nontes seperti telah dikemukakan terdahulu, meliputi: angket, inventori dan
pengamatan. Instrumen ini digunakan untuk menilai aspek sikap dan minat terhadap
mata pelajaran, konsep diri dan nilai.
Analisis Instrumen
Suatu instrumen hendaknya dianalisis dulu sebelum digunakan. Ada dua model analisis yang
dapat dilakukan, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif adalah analisis
yang dilakukan oleh teman sejawat dalam rumpun keahlian yang sama. Tujuannya adalah
untuk menilai materi, konstruksi, dan apakah bahasa yang digunakan sudah memenuhi
pedoman dan bisa dipahami peserta didik. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan
cara mengujicobakan instrumen yang telah dinalisis secara kualitatif kepada sejumlah peserta
didik yang memiliki krakteristik sama dengan peserta didik yang akan diuji dengan instrumen
tersebut.
Pengembangan Silabus dan Sistem Penilaian Penilaian
berbasis kelas sebagai komponen KBK, tidak bisa melepaskan diri dari silabus. Oleh karena
itu selalu dikatakan bahwa Silabus dan sistem penilaian merupakan urutan penyajian bagian-
bagian dari silabus dan sistem penilaian suatu mata pelajaran. Silabus dan sistem penilaian
disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan
prinsip tersebut maka silabus dan sistem penilaian dimulai dengan identifikasi, standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan uraian materi pokok, pengalaman belajar,
indikator, penilaian, yang meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen,
serta alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat.
Langkah-langkah dalam penyusunan silabus dan sistem penilaian meliputi tahap-tahap:
identifikasi mata pelajaran; perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar; penentuan
materi pokok; pemilihan pengalaman belajar; penentuan indikator; penilaian, yang meliputi
jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh instrumen; perkiraan waktu yang dibutuhkan;
dan pemilihan sumber/bahan/alat.

BAB VI: PENGUKURAN RANAH KOGNITIF,AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

A.Pengukuran Ranah Kognitif

Tingkat kompetensi tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

1. Tingkatan pengetahuan ialah kemampuan mengingat kembali,misalnya, pengetahuan


mengenai istilah-istilah, pengetahuan mengenaiklasifikasi dan sejenisnya.
2. Tingkatan pemahaman yaitu kemampuan menggunakan informasidalam situasi yang
tepat,mencakup kemampuan untuk membandingkan,menunjukkan persamaan dan
perbedaan, mengidentifikasi karakteristik,menganalisis dan menyimpulkan.
3. Tingkatan penerapan mencakup kemampuan untuk menggunakanatau menerapkan
informasi yang telah dipelajari ke dalam situasiatau konteks yang lain, yaitu mampu
mengaplikasikan atas pengetahuandan pemahaman yang telah dimiliki sebagai hasil
dari proses pembelajaran.Kata-kata operasional yang biasa digunakan ialah:
mendemonstrasikan,menghitung, menyelesaikan, menyesuaikan, mengoperasikan,
meng-hubungkan, menyusun dan yang sejenis.
4. ingkatan analisis yaitu mengenal kembali unsur-unsur, hubungan-hubungan dan
susunan informasi atau masalah, misalnya: menganalisishubungan-hubungan meliputi
kemampuan untuk mengidentifikasi,memisahkan atau membedakan komponen atau
elemen suatu fakta,konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan dan
memeriksasetiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya konstraksi.
5. Tingkatan sintesis yaitu mengkombinasikan kembali bagian-bagiandari pengalaman
yang lalu dengan bahan yang baru menjadi suatukeseluruhan yang baru dan terpadu,
misalnya membuat suatu rencanaatau menyusun usulan kegiatan dengan suatu
kesatuan atau pola baru.
6. Tingkatan evaluasi yaitu menggunakan kriteria untuk mengukurnilai suatu gagasan,
karya dan sebagainya, misalnya menimbang-nimbang dan memutuskan mencakup
kemampuan untuk membuat penelitian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan,
metode, produk,atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Kata-kata
operasionalyang biasa digunakan ialah: menimbang, mengkritik,
membandingkan,memberi alasan, menyim-pulkan, memberi dukungan, dan yang
sejenis.

B.Pengukuran Ranah Afetktif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dannilai. Sikap adalah salah
satu istilah bidang psikologi yang berhubungandengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap
dalam bahasa Inggrisdisebutattitude.Attitudeadalah suatu cara bereaksi terhadap
suatuperangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatuperangsang atau situasi
yang dihadapi.

pengenalan tingkat yang paling rendah dan pengamalan sebagai tingkat yang paling
tinggi seseorangmemiliki kompetensi pengamalan jika sudah memiliki kompetensi
pengenalan, pemberian respon, penghargaan terhadap nilai pengorganisasian.

1. Pengenalan/penerimaan mencakup kemampuan untuk mengenal,bersedia


menerima dan memperhatikan berbagai stimulasi.
2. Pemberian respon mencakup kemampuan untuk berbuat sesuatusebagai reaksi
terhadap suatu gagasan, benda atau sistem nilai, lebihdari sekedar pengenalan.
3. Penghargaan terhadap nilai merupakan perasaan, keyakinan atauanggapan bahwa
suatu gagasan, benda atau cara berfikiir tertentumempunyai nilai.
4. Pengorganisasian menunjukkan saling berhubungan antara nilai-nilai tertentu
dalam suatu sistem nilai, serta menentukan nilai manayang mempunyai prioritas
lebih tinggi daripada nilai yang lain.
5. Pengamalan(characterization) berhubungan dengan pengorganisasiandan
pengintegrasian nilai-nilai kedalam suatu sistem nilai pribadi.Hal ini diperlihatkan
melalui prilaku yang konsistem dengan sistemnilai tersebut.

Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan untuk mengukursikap (afektif) yaitu:

1. Skala likert
2. Skala pilihan ganda
3. Skala thurstone
4. Skala guttman
5. Skala differential
6. Pengukuran minat.
C.Pengukuran Ranah Psikomotorik

Ranah psikomosotorik menurut Dave’s adalah:

1. Imitasi: mengamati dan menjadikan perilaku orang lain sebagai pola. Apayang
ditampilkan mungkin kualitas rendah. Contoh: menjiplak hasil karya seni.

2. Manipulasi: mampu menunjukkan perilaku tertentu denganmengikuti instruksi dan


praktek. Contoh: membuat hasil karya sendirisetelah mengikuti pelajaran, ataupun
membaca mengenai hal tersebut.

3. Ketepatan: meningkatkan metode supaya lebih tepat. Beberapa kekeliruantampak


jelas. Contoh: bekerja dan melakukan sesuatu kembali, sehinggamenjadi “cukup
baik.”

4. Artikulasi: mengkoordinasikan serangkaiantindakan, mencapai keselarasan dan


internal konsistensi. Contoh: memproduksifilm video yang menampilkan musik,
drama, warna, suara dsb.

5. Naturalisasi: Telah memiliki tingkatperformance yang tinggi sehingga menjadi


alami,dalam melakukan tidak perlu berpikir banyak. Misalkan: Michael
Jordanbermain basket, Nancy Lopez memukul bola golf.

Pengukuran ranah psikomotorik perlu memperhatikan hal-halberikut:

A. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didikuntuk menunjukkan


kinerja dari suatu kompetensi.

B. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerjatersebut.

C. kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.

D. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak,sehingga semua dapat
diamati.

E. kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamat

Bentuk-bentuk teknik pengukuran pada ranah psikomotorik antara lain:

1. Daftar Cek
2. Skala Rentang
BAB VII: ANALISIS INSTRUMEN PENILAIAN

Analisis instrumen penilaian dikaji segi analisis logis/rasionaldan analisis empirik.


Analisis logis/rasional meliputi ranahmateri, ranah konstruksi dan ranah bahasa. Sedangkan
analisisempirik meliputi seperti validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dandaya beda tes.

A.Analisis Logis/Rasional

Analisis logis/rasional meliputi analisis materi, konstruksi danbahasa. Analisis materi


dimaksudkan sebagai penelaahan yang berkaitandengan substansi keilmuan yang ditanyakan
dalam soal serta tingkatkemampuan yang sesuai dengan soal. analisis konstruksi
dimaksudkansebagai penelaahan yang umumnya berkaitan dengan teknik penulisansoal.
analisis bahasa dimaksudkan sebagai penelaahan soal yang berkaitandengan pengunaan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.

B.Analisis Empirik

1.Validitas Tes:

Valid artinya sah atau tepat. Jadi tes yang valid berarti tes tersebutmerupakan alat ukur
yang tepat untuk mengukur suatu objek. Berdasarkanpengertian ini, maka validitas tes pada
dasarnya berkaitan denganketepatan dan kesesuaian antara tes sebagai alat ukur dengan
objekyang diukur. Pada garis besarnya, cara-cara menentukan validitas tes dibedakankepada
dua, yaitu validitas rasional/logis dan validitas empiris atau validitas berdasarkan
pengalaman. Pada makalah ini akan diperkenalkan tiga cara yang lazim digunakan.

a. Validitas eksternal: Validitas eksternal dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor


hasil uji coba instrumen yang dibuat guru dengan instrumen yangsudah baku.

b. Validitas Internal: Validitas Internal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
analisisfaktor dengan analisis butir.

a. Analisis Faktor.

b. Analisis Butir.

2.Reliabilitas Tes
Sebuah tes dapat dikatakan reliabel jika tes tersebut digunakan secara berulang
terhadap pesertadidik yang sama hasil pengukurannya relatif tetap sama. Secara garis besar,
ada dua macam cara menentukan reliabilitasinstrumen, yaitu reliabilitas eksternal dan
reliabilitas internal.

a. Reliabilitas Eksternal: Menguji reliabilitas eksternal suatu tes dilakukan dengan


beberapametode diantaranya:

1. metode parallel: Metode bentuk paralel ataualternate-forms method


ataudoubletest-double trial methodatau dikenal dengan juga metode ekuivalen.

2. metode tes ulang: Metode tes ulang atautest-retest method sering pula
dinamakanmetode stabilitas.

3. metode belah dua: Metode belah dua digunakan untuk mengatasi kelemahan-
kelemahanyang terjadi pada metode bentuk paralel dan metode tes ulang
karenametode ini memungkinkan mengestimasi reliabilitas tanpa
harusmenyelenggarakan tes dua kali. Terdapat beberapa teknik dalam
metodebelah dua antara lain: a. Formula Spearman-Brown, b. Formula
Flanagan, c. Formula Rulon

b. Reliabilitas Internal: Pada reliabilitas internal, uji coba dilakukan hanya satu kali
danmenggunakan satu instrumen. Akan tetapi pada pembahasan ini diperkenalkan
hanya dua buah rumus,yaitu rumus KR 21 dan rumus Alpha.

C.Tarap Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidakterlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalusukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak
mempunyaisemangat untuk mencoba lagi, karena diluar jangkauannya. Misalnyasaja guru A
memberikan ulangan soalnya, mudah-mudah, sebaliknyaguru B kalau memberikan ulangan
soal-soalnya sukar-sukar.

Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi simbol P (Pbesar), singkatan
dari kata “Proporsi”. Dengan demikian maka soaldengan P = 0,20. Sebaliknya soal dengan P
= 0,30 lebih sukar daripada soal dengan P = 0,80.
𝐵
Adapun rumus mencari P adalah P= 𝐽𝑆

Dimana: P = indeks kesukaran.

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakanantara siswa
yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yangbodoh (berkemampuan rendah).
Angka yang menunjukkan besarnyabeda pembeda disebut indeks Diskriminasi, disingkat D.
Seperti halnyaindeks kesukaraan, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini berkisarantara 0,00
sampai 1,00 hanya bedanya indeks kesukaraan tidak mengenaltanda negative. Tanda negative
pada indeks diskriminasi digunakanjika sesuatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas tester
yaitu anakpandai disebut bodoh dan anak bodoh disebut pandai.

Kesimpulan: Secara umum dapat disimpulkan bahwa pengembangan instrumen penilaian


pemahaman konsepdapat dilakukan dengan menerapkan beberapa langkah yaitu menyusun
spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, uji coba, menganalisis butir soal,
memperbaiki tes,merakit tes dan melaksanakan tes. Langkah –langkah tersebut diterapkan
kedalam metode pengembangan yang terbagi menjadi tiga tahap yaitu studi pendahuluan,
tahap pengembangan dan uji produk.

BAB VIII: PENILAIAN ACUAN PATOKAN DANPENILAIAN ACUAN NORMA

A.Penilaian Acuan Patokan

Penilaian acuan patokan (PAP) atau dikenal dengan istilahCriterionReferenced Test


adalah penilaian acuan patokan adalah penilaian yangmengacu kepada kriteria pencapaian
tujuan pembelajaran yang telahdirumuskan sebelumnya (Slameto, 1988).

Tujuan PAP adalah untuk mengukur secara pasti tujuan atau kompetensiyang
ditetapkan sebagai kriteria keberhasilannya. Penilaian acuan patokanbermanfaat dalam upaya
meningkatkan kualitas hasil belajar, sebab peserta didik diusahakan untuk mencapai standar
yang telah ditentukandan hasil belajar peserta didik dapat diketahui derajat
pencapainya(Arifin, 2009). Untuk mencapai tujuan PAP tersebut maka dalam halini Davies
(1991) menjelaskan tiga syarat yang harus dipenuhi:
1. Tepat. Tes PAP harus sesuai dengan tujuan-tujuannya, dengan bahanpelajaran,
dengan strategi pembelajaran yang digunakan sertadengan peserta didik yang akan
menjawabnya.

2. Efektif. Tes PAP harus dapat melakukan tugasnya dengan baik.Ini berarti bahwa hal
itu harus dapat diandalkan (reliabel) dan sahih.

3. Praktis. Dalam pengertian ini, tes PAP harus dapat diterima baik olehguru maupun
peserta didik.

B. Penilaian Acuan Norma

Penilaian acuan norma (PAN) atau dikenal dengan istilahNormReferenced Test


adalah penilaian yang dilakukan dengan mengacu padanorma kelompok. Nilai-nilai yang
diperoleh peserta didik diperbandingkandengan nilai-nilai peserta didik lainnya yang
termasuk di dalam kelompoknya (Slameto, 1988). Istilah “norma” menunjukkan kapasitas
atau prestasikelompok, sedangkan yang dimaksudkan dengan “kelompok” adalahsemua
peserta didik yang mengikuti tes tersebut. Jadi pengertian “kelompok”yang dimaksudkan
dapat berarti sejumlah peserta didik dalam satukelas, sekolah, rayon, propinsi atau wilayah.

Rumus tersebut diantaranya adalah:

𝑷 + 𝑸 + 𝒏𝑹
𝟐+𝒏

Keterangan

P = nilai rapor semester lima,

Q = nilai rata-rata subsumatif semester enam,

R = nilai UN murni,

n= koefisien dari UN murni

Pengolahan nilai dengan cara PAN dapat dilakukan dengan statistik.Dalam hubungan
ini, penentuan norma kelompok besarnya prestasikelompok yang merupakan acuan penilaian
seperti terlihat dalamperumusan tentang PAN yang menggunakan tendensi central
sepertirata-rata hitung (mean), median, modus, percentile dan lain-lain.
Dengan demikian hasil tes dari suatu kelompok menunjukkankurva yang mendekati
normal, maka untuk menyatakan norma kelompok sebaliknya digunakan mead dan hasil tes
menunjukkan kurba yangmiring positif atau negatif, lebih memungkinkan menggunakan
mediansebagai norma atau prestasi kelompok. Untuk menentukan lebar jarakskala nilai,
digunakan rentangan tertentu yang dihitung berdasarkanbesarnya simpangan baku (standar
deviasi bagi penilaian yang menggunakanmean sebagai norma kelompok atau menggunakan
rentangan percenti bagi penilaian yang menggunakan median sebagai norma kelompok

Penggunaan PAN tergantung jenis kelompok, tempat dan waktu,pada kelompok


homogen berbeda dengan kelompok heterogen, kelompokbelajar di desa berbeda dengan
kelompok belajar di kota demikian juga kemampuan kelompok belajar 3 tahun lalu berbeda
dengan kemampuankelompok belajar pada saat ini. Oleh karena itu penilaian dalam system
PAN ini adalah kemampuan rata-rata kelompok, kemudian individudiukur seberapa jauh
penyimpangannya terhadap rata-rata tersebut.hal ini berarti bahwa tes yang digunakan harus
dapat memberikangambaran diskriminatif antara kemampuan peserta didik yang
pandaidengan peserta didik yang kurang pandai. Dalam kaitannya dengan daya diskriminasi
atau daya pembeda sebagai titik tolak pengembangantes hasil belajar, ada indikasi yang
menunjukkan bahwa makin tinggidaya diskriminatif suatu butir soal, menandakan tes
tersebut semakinbaik. Daya diskriminatif itu mencakup:

1. daya diskriminasi antarpeserta didik

2. daya diskriminasi antar situasi pembelajaran

3. daya diskriminasi antar kelompok.

C. Pengolahan Tes Acuan Norma

Berbeda halnya dengan PAP yang dikaji adalah masalah samplingmateri tes, dan
penetapan tinggi rendahnya patokan yang ditetapkansebagai kriteria keberhasilan, maka
dalam PAN adalah pengolahandata statistiknya. Standar yang digunakan dalam PAN adlah
skor rata-rata kelompok yang mengikuti tes, sehingga penentuannya dilakukandengan
mengolah data secara empirik. Pendidik tidak dapat menetapkanpatokan terlebih dahulu
seperti pada PAP. Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengolah nilai
denganmenggunakan PAN sebagai berikut:
1. memberi skor mentah: Untuk memberi skor mentah pada sebuah tes harus
diperhatikan:(1) bentuk-bentuk masing bagian tes, dan (2) bobot masing-
masingbagian tes.

2. mencari nilai rata-rata kelompok: Terdapat berbagai cara untuk melakukan


penghitungan nilai rata-rata sebagai berikut: a.Penghitungan nilai rata-rata dengan
jumlah peserta didik relatifkecil jumlahnya. b.Penghitungan nilai rata-rata dengan
jumlah peserta didik relatifbanyak jumlahnya.

3. mencari nilai simpangan baku: Setelah dilakukan penghitungan mean atau nilai
rata-rata darites yang dikerjakan peserta didik, maka langkah selanjutnya
dilakukanpenghitungan simpangan baku atau standar deviasi. Untuk melakukan
penghitungan simpanan baku dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.Penghitungan simpangan baku untuk data tunggal, b. Penghitungan simpangan
baku untuk data kelompok

4. menentukan pedoman konversi: Langkah berikutnya setelah dilakukan


penghitungan mean dansimpangan baku adalah menentukan pedoman konversi.
Untuk menentukan pedoman konversi harus memperhatikan: (1) skala penilaian
yan digunakan,dan (2) menghitung dan menetapkan tabel konversi nilai untuk
menentukanbesar kecilnya nilai yang diperoleh peserta didik.

5. menentukan nilai pesertadidik: Pada dasarnya pengolahan nilai tersebut adalah


nilai mentah pesertates, artinya sebelum dijadikan nilai standar, terlebih dahulu
diperbandingkandengan nilai rata-rata kelompok.
BAB III
PEMBAHASAN

A.PEMBAHASAN ISI BUKU

 PEMBAHASAN BUKU BAB I


pada buku 1 membahas tentang konsep dasar evaluasi pembelajaran yang dimana
evaluasi merupakan proses sistematis dari mengumpulkan, menganalisis, hingga
interpretasi (menafsirkan) data atau informasi yang diperoleh, Data atau informasi
diperoleh melalui pengukuran (measurement) hasil belajar melalui tes atau nontes.
Asesmen merupakan metode dan proses yang digunakan untuk mengumpulkan
umpan balik tentang seberapa baik siswa belajar. Dapat dilakukan di awal, di akhir
(sesudah), maupun saat pembelajaran sedang berlangsung. Asesmen dapat berupa tes
atau nontes Hasil pengukuran berupa besaran kuantitatif (sistem angka). Pengukuran
menggunakan alat ukur yang baku. Tes adalah cara atau metode untuk menentukan
kemampuan siswa menyelesaikan tugas tertentu atau mendemonstrasikan penguasaan
suatu keterampilan atau pengetahuan. Sedangkan buku 2 membahas tentang Kegiatan
evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh guru selama proses
pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain untuk
mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan
konsep dasar evaluasi yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep
dasar evaluasi yang harus dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon pendidik
(calon guru) adalah pengertian dasar tentang evaluasi, tujuan evaluasi, fungsi
evaluasi, makna evaluasi, dan prinsip-prinsip evaluasi yang telah diuraikan di atas.
Tanpa mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik (guru) tidak akan dapat
menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar
tentang konsep dasar evaluasi.

 PEMBAHASAN BUKU BAB II


Pada buku 1 menjelaskan tentang ciri khas dari evaluasi yaitu:

1. sebagai kegiatan yang sistematis, pelaksanaan evaluasi haruslah dilakukan secara


berkesinambungan. Sebuah program pembelajaran seharusnya dievaluasi disetiap
akhir program tersebut,
2. dalam pelaksanaan evaluasi dibutuhkan data dan informasi yang akurat untuk
menunjang keputusan yang akan diambil. Asumsi-asumsi ataupun prasangka.
bukan merupakan landasan untuk mengambil keputusan dalam evaluasi, dan
3. kegiatan evaluasi dalam pembelajaran tidak pernah terlepas dari tujuan-tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya
a. Evaluasi Belajar adalah pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian
dijadikan dasar penetapan ada tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang
terjadi pada diri siswa, setelah mengikuti proses belajar mengajar.
b. Tujuan diadakan evaluasi belajar adalah:
1). Untuk memperbaiki proses belajar mengajar (PBM).
2). Untuk menemukan angka kemajuan hasil belajar siswa.
3). Untuk penjurusan.
4). Untuk mengenal latar belakang siswa yang mendapatkan kesulitan belajar.
c. Prinsip evaluasi belajar adalah meliputi:
1). Dilaksanakan secara terus menerus.
2). Menyeluruh.
3). Obyektif.
4). Dilaksanakan dengan alat pengukur yang baik.
5). Deskriminatif.
d. Jenis-jenis evaluasi yang dilaksanakan di sekolah adalah:
1). Pre Test
2). Post Test
3). Formatif Test
4). Sumiatif Test
5). Diagnostik Test
6). Placement Test
7). Kriteria evaluasi dapat dibedakan menjadi:
8). Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced.
Sedangkan buku 2 menhelaskan tentang Penilaian Autentik adalah jenis
penilaian yang mencakup tiga ranah yaitu ranahkognitif (pengetahuan), ranah
afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Penilaianautentik juga
merupakan hasil perkembangan dari berbagai jenis penilaian karena jenispenilaian
terdahulu dirasa belum secara efektif digunakan untuk mengetahui
kompetensisiswa atau peserta didik.Penilaian autentik sangatlah erat hubungannya
dengan Kurikulum 2013, karenadalam Kurikulum 2013 menuntut pendidik untuk
menilai siswa atau peserta didiknyaberdasarkan tiga ranah yaitu ranah kognitif
(pengetahuan), ranah afektif (sikap), danpsikomotorik (keterampilan)

 PEMBAHASAN BUKU BAB III


Pada bab 3 pada buku 1 menjelaskan Sasaran evaluasi pembelajaran adalah aspek-
aspek yang terkandung dalam kegiatan pembelajaran, tujuan pembelajaran, sumber
belajar, pelaksanaan pembelajaran dan kurikulum sebagai seperangkat komponen
pembelajaran. Fungsi evaluasi pendidikan dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu:
untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah
melaksanakan kegiatan belajar dalam jangka waktu tertentu, untuk mengetahui
keberhasilan program pengajaran, yang meliputi tujuan, materi, metode, kegiatan
belajar–mengajar, alat dan sumber belajar serta prosedur dan alat evaluasi
pembelajaran, untuk keperluan bimbingan konseling, sebagai informasi atau data
dalam pelaksanaan bimbingan konseling dan untuk perbaikan dan pengembangan
kurikulum sekolah. Sedangkan Pada bab 3 buku 2 membahas mengenai instrumen
evaluasi bentuk tes. Instrumen Evaluasi pembelajaran jenis tes adalah teknik yang
paling umum digunakan dalam kegiatan pengukuran. Jenisnya juga bermacam-
macam. Misalnya tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan (proficiency
test), tes bakat (aptitude test), tes diagnostik (diagnostic test). dan tes penempatan
(placement test). Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tes tertulis ada dua
bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk objektif (objective).

 PEMBAHASAN BUKU BAB IV


Pada bab 4 buku satu menjelaskan Kisi-kisi adalah suatu format yang berisi
komponen identitas dan komponen matriks untuk memetakan soal dari berbagai topik/
satuan bahasan sesuai dengan kompetensi dasarnya masing-masing. Fungsi kisi-kisi
adalah sebagai pedoman bagi guru untuk membuat soal menjadi tes. Tujuandari uji
coba untuk melihat soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang
sama sekali .Mengolah data berarti ingin memberikan nilai dan makna kepada peserta
didik mengenai kualitas hasil pekerjaannya.Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi
harus didasarkan atas kriteria tertentu yang disebut norma. Ada dua jenis penafsiran
data, yatu penafsiran kelompok dan penafsiran individual. Prosedur terakhir dari
evaluasi adalah laporan yang ditujukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan.
Sedangkan Pada bab 4 buku 2 membahas mengenai instrument evaluasi bentuk non-
tes. Hasil dari satu proses pembelajaran mencakup tidak hanya aspek kognitif, tapi
juga aspek afaktif dan psikomotorik. Sehingga hasil dari proses pembelajaran dapat
berupa pengetahuan teoritis, keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat
diukur dengan menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan
menggunakan tes perbuatan. Sedangkan hasil belajar berupa perubahan sikap hanya
dapat diukur dengan teknik non-tes. Instrumen evaluasi jenis non-tes dapat digunakan
jika kita ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pembelajaran yang
berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat, motivasi, dan lain-lain.
Termasuk jenis instrumen evaluasi jenis non-tes adalah observasi, wawancara, skala
sikap, dan lain-lain.

 PEMBAHASAN BUKU BAB V


Pada bab 5 buku 1 membahas tentang alat evaluasi pembelajaran. Pelaksanaan
evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat evaluasi,
antara lain, kuesioner, tes, skala, format observasi, wawancara,dan analisa dokumen.
Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua,
yakni alat tes dan non-tes. Tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian
yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa
atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi
siswa.sedangkan Pada bab 5 buku 2 membahas mengenai penilaian berbasis kelas.
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip
penilaian berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di
bawah kewenangan guru di kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan
hasil belajar yang dikemukakan melalui pernyataan yang jelas tentang standar yang
harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
Dengan demikian PBK tidak lain adalah sebuah pradigma, pendekatan, pola, dan
sekaligus sebagai komponen utama dalam penyelenggaraan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK). Ada empat komponen KBK yang satu sama lain saling terkait
erat, yaitu: kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar
mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis kelas.

 PEMBAHASAN BAB VI
Pada bab 6 buku 1 membahas tentang validitas dan reabilitas tes. Validitas menunjuk
kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan
reliabilitas suatu alat pengukur adalah derajat keajegan/konsistensi alat tersebut dalam
mengukur apa saja yang diukurnya. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai
nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten
dalam mengukur yang hendak diukur.sedangkan pada buku 2 bab 6 menjelaskan
tentang Hasil belajar ranah kognitif, psikomotor, dan afektif tidak dijumlahkan,
karena dimensi yang diukur berbeda. Masing-masing dilaporkan sendiri-sendiri dan
memiliki makna yang sama penting. Ada peserta didik yang memiliki kemampuan
kognitif tinggi, kemampuan psikomotor cukup, dan memiliki minat belajar yang
cukup. Namun ada peserta didik lain yang memiliki kemampuan kognitif cukup,
kemampuan psikomotor tinggi. Bila skor kemampuan kedua peserta didik ini
dijumlahkan, bisa terjadi skornya sama, sehingga kemampuan kedua orang ini tampak
sama walau sebenarnya karakteristik kemampuan mereka berbeda. Selain itu, ada
informasi penting yang hilang, yaitu karakteristik spesifik kemampuan masing-
masing individu.

 PEMBAHASAN BUKU BAB VII

Pada bab 7 buku 1 membahas tentang teknik pemeriksaan, pemberian skor dan
pengolahan hasil tes. Tes hasil belajar dapat diselenggarakan secara tertulis (tes
tertulis), secara lisan (tes lisan) dan dengan tes perbuatan. Adanya perbedaan
pelaksanaan tes hasil belajar tersebut menuntut adanya perbedaan dalam pemeriksaan,
pemberian skor, dan pengolahan hasil-hasilnya. Teknik pengolahan hasil tes hasil
belajar dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni: mengolah skor mentah menjadi
nilai huruf, mengolah skor mentah menjadi nilai 1 – 10, mengolah skor mentah
menjadi nilai dengan persen, mengolah skor mentah menjadi skor standar z, dan
mengolah skor mentah menjadi skor standar T. sedangkan pada buku 2 bab 7
menjelaskan tentang pengembangan instrumen penilaian pemahaman konsepdapat
dilakukan dengan menerapkan beberapa langkah yaitu menyusun spesifikasi tes,
menulis soal tes, menelaah soal tes, uji coba, menganalisis butir soal, memperbaiki
tes,merakit tes dan melaksanakan tes. Langkah –langkah tersebut diterapkan kedalam
metode pengembangan yang terbagi menjadi tiga tahap yaitu studi pendahuluan, tahap
pengembangan dan uji produk.

 PEMBAHASAN BUKU BAB VIII

Pada buku 1 bab 8 menjelaskan tentang Analisis bui es hasil belajar merupakan power
test. Yakni kegiatan yang dilakukan secara sistematis terhadap butir tes yang diujikan
untuk mengukur kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan atau permasalahan
Manfaat analisis butir tes hasil belajar menentukan soal-soal yang cacat atau tidak
berfungsi dengan bai, meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu:
tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh soal dan merevisi soal yang tidak
relevan dengan materi yang diajarkan yang ditandai dengan banyaknya anak yang
tidak dapat menjawab butir soal tertentu .Tes hasil belajar biasanya berupa soal-soal
yang terdiri dari soal pilihan ganda dan soal uraian. Penganalisisan terhadap butir-
butir soal dapat dilakukan dari tiga segi yaitu teknik analisis kesukaran item soal
teknik analisis daya pembeda teknik analisis fungsi distraktor. Sedangkan pada buku 2
bab 8 menjelaskan tentang Penilaian acuan patokan adalah penilaian yang mengacu
kepada tujuan instruksional atau untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik
terhadap perilaku yang terdapat dalam tujuan instruksional khusus tersebut. Penilaian
acuan norma adalah penilaian yang mengacu kepada norma untuk menentukan
kedudukan atau posisi seorang peserta didik di antara kelompoknya. Persamaan
penilaian acuan norma dan acuan patokan antara lain adalah keduanya
mempersyaratkan perumusan secara spesifik perilaku yang diukur, disusun dari
sampel butir-butir tes yang relevan dan representatif, keduanya dinilai kualitasnya
dari segi validitas dan reliabilitas dan digunakan ke dalam pendidikan walaupun untuk
maksud yang berbeda.
B.KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

Kelebihan

1. Dilihat dari aspek tampilan buku (face vlue), buku ini bagus dan menarik. Membuat
kesan pertama orang yang melihat ingin sekali membacanya.
2. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk penggunaan font buku ini
sangat bagus sehingga terlihat lebih rapi.
3. Dari aspek isi buku, buku ini sangat rinci dalam menjelaskan konsep dasar evaluasi
pembelajaran
4. Dari aspek tata bahasa, buku ini sangat bagus karena menggunakan bahasa Indonesia
yang baik dan mudah dipahami oleh para pembaca.
5. Tiap bab terdapat evaluasi daftar pustakanya sehingga lebih memudahkan pembaca
jika ingin melihat referensi.

Kekurangan

1. Di setiap babnya buku ini tidak mempunyai rangkuman yang mencakup seluruh
materi pada perbabnya.
2. Buku ini di setiap babnya tidak mempunyai soal untuk mengasah kemampuan siswa.
3. Materi-materi yang dijelaskan dari buku tetapi pada setiap babnya dalam
pembahasannya tidak to the point, pembahasannya lebih seperti mendeskripsikan jadi
harus dibaca secara berulang-ulang baru bias paham inti sari pembahasan tersebut.
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan

Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh guru selama
proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain untuk
mengadakan perbaikan. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan konsep
dasar evaluasi yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep dasar evaluasi
yang harus dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon pendidik (calon guru) adalah
pengertian dasar tentang evaluasi, tujuan evaluasi, karakteristik evaluasi, teknik- teknik
evaluasi, dan terakhir macam-macam alat evaluasi yang telah diuraikan di atas. Tanpa
mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik (guru) tidak akan dapat menyusun suatu
alat evaluasi. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar tentang konsep dasar evaluasi.

Dari pembahasan diatas, maka menandakan bahwa evaluasi pembelajaran tidak hanya dapat
dilakukan oleh seorang guru sendirian, namun semua guru. Untuk itu, pemahaman tentang
konsep dasar evaluasi dan pembalajaran sangat diperlukan oleg guru demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang baik, efektif, dan efisisien.

A. Rekomendasi

Setelah membaca dan memahami apa arti yang sebenarnya dari evaluasi hasil pembelajaran,
maka saya sebagai pembaca buku ini menyarankan bagi kita semua terkhusus kepada tenaga
pengajar ataupun pendidik agar lebih memahami dan mengerti bagaimana cara memberi
penilaian terhadap hail belajar seorang peserta didik. kedua buku tersebut baik untuk dibaca
dan dipelajari karna bukunya bagus dan juga dapat dipelajari secara otodidak tanpa harus ada
yang mengajari. Serta buku bagus untuk menambah wawasan kita.
DAFTAR PUSTAKA

Asrul, Rusydi Ananda,Rosnita.2014.Evaluasi pembelajaran.Bandung: Cita pustaka Media

Ahmad,Nahjiah.2015.Evaluasi pembelajaran.Yogyakarta:Interpena Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai