Abstrak
Pembelajaran matematika dan kemampuan pemecahan
masalah matematis merupakan salah satu kemampuan yang
harus dimiliki oleh peserta didik pada abad 21 ini. Namun
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di
Indonesia masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya
adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengelola
aktivitas di dalam kelas belum maksimal. Penulisan artikel ini
bertujuan untuk untuk menghasilkan Model Pembelajaran
PBL-4C untuk membiasakan pemecahan masalah
Matematika peserta didik serta menghasilkan model
pembelajaran PBL-4C yang valid, praktis dan efektif.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau
Research and Development (R&D). Proses pengembangan
model mengacu pada model pengembangan Plomp yang
meliputi 4 fase yaitu (1) fase investigasi awal (2) fase design
(3) fase realisasi (4) fase tes, evaluasi dan revisi. Hasil
validasi masing-masing instrumen kevalidan tersebut berada
pada kategori sangat valid.
A. Latar Belakang
mampu berpikir kritis merupakan salah satu agenda penting dan isu vital dalam
bidang pendidikan kearah yang lebih baik, salah satunya adalah pembaharuan dan
1
inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Setelah diberlakukan kurikulum
bekerja secara efektif dengan tim yang beragam, berpikiran terbuka untuk berbagai
ide-ide dan nilai-nilai, menetapkan dan mencapai tujuan, mengolah proyek secara
efektif, bertanggung jawab atas hasil yang diperoleh, menunjukkan etika yang baik,
dan bertanggung jawab kepada diri sendiri dan masyarakat yang lebih besar (Pasific
Solving, 4) Creativity and innovation. Salah satu ciri pembelajaran pada abad 21
pembelajaran kurikulum 2013 memberi dampak yang sangat besar bangsa untuk
Hasil Survey PISA yang dilakukan oleh OECD (Organisation for Economic Co-
2
matematika siswa di Indonesia perlu mendapat perhatian dari semua pihak karena
RPP, dan LKPD yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dari hasil
wawancara diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang ada tidak khusus
berlandaskan pada model pembelajaran yang ada, sedangkan hal yang perlu menjadi
Menurut Arends dalam (Trianto, 2009), Problem Based Learning (PBL) adalah
suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang keterampilan pemecahan masalah.
Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melatih
peserta didik dalam memecahkan masalah, masalah yang diajukan oleh guru yakni
3
permasalahan kontekstual yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
bahwa : (1) kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kontekstual masih sangat
kurang. Siswa masih banyak dibantu oleh guru dalam memahami suatu masalah
dalam proses pembelajaran guru belum sepenuhnya menjadi fasilitator bagi siswa,
melainkan guru menjadi pemeran utama didalam kelas, hal ini disebabkan karena
kurangnya kemampuan guru dalam merancang pembelajaran agar siswa lebih aktif
didalam kelas, (3) potensi siswa sekiranya dibiasakan dalam memecahkan suatu
masalah agar kemampuan berfikir kritis, bernalar dan berfikir kreatif pada siswa
dapat berkembang, (4) potensi siswa terhadap keterampilan tingkat tingginya dalam
belajar matematika masih sangat kurang padahal kemampuan berfikir tingkat tinggi
sangat dibutuhkan dalam pembelajaran abad 21, (5) sangat memungkinkan agar
menalar maupun menganalisis. Oleh karena itu melatih kegiatan belajar mengajar
4
mengintegrasikan keterampilan abad 21 agar proses pemecahan masalah siswa dapat
meningkat.
disiplin ilmu untuk mendapatkan solusi yang tepat. PBL menjadi salah satu cara yang
dapat digunakan oleh para pendidik dalam usaha membantu siswa agar menjadi
abad 21. Sejalan dengan hal tersebut, maka penulis hendak meneliti lebih lanjut
B. Metode
and Development (R&D). Tahapan yang dilakukan terdiri dari data hasil studi
yang meliputi 4 fase yaitu (1) fase investigasi awal. Pada tahap ini dilakukan analisis
kebutuhan peserta didik, analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan
pembelajaran. (2) fase design. Pada fase ini dirancang model pembelajaran PBL-4C
5
meliputi sintaks model, prinsip sosial, prinsip reaksi, dampak instruksional dan
pengiring serta sistem pendukung. (3) fase realisasi. Pada tahap ini disusun model
PBL-4C secara lengkap berdasarkan tahap desain sebelumnya. (4) fase tes, evaluasi
dan revisi. Pada tahap ini dilakukan dua hal yaitu tahap validasi dan tahap uji coba.
Gambar 1.1 Diagram alir model pembelajaran problem based learning (PBL)
terintegrasi keterampilan abad 21
6
C. Hasil dan Pembahasan
dihadapi oleh guru MTs Arifah Gowa khususnya guru Matematika yang
mengajar di kelas VII. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru Matematika MTs
Berdasarkan hasil analisis peserta didik menunjukkan bahwa siswa kelas VII MTs
Arifah Gowa telah mempelajari materi-materi penunjang sistem persamaan linear dua
variabel. Adapun bahasa yang digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagian
persamaan linear dua variabel. Sedangkan berdasarkan hasil analisis konsep diperoleh
hasil bahwa materi pelajaran dalam penelitian ini adalah materi SPLDV dengan
mengacu pada kurikulum 2013. Secara garis besar materi disajikan dalam penelitian
Subtitusi).
Berdasarkan hasil investigasi awal maka didesain buku model PBL-4C yang dapat
menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh guru serta desain buku siswa
dan LKPD untuk melatih peserta didik dalam belajar menggunakan model PBL-4C.
Hasil pengembangan pada fase ini berupa rancangan awal mencakup tiga hal,
yaitu (1) Rancangan awal buku model pembelajaran PBL-4C, (2) Rancangan awal
perangkat pembelajaran yang sesuai model pembelajaran PBL-4C dan (3) Rancangan
instrument yang akan digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam
proses pengembangan.
RPP didesain sesuai dengan tahapan model pembelajaran PBL-4C. Buku model
petunjuk pelaksanaan model serta contoh yang dapat memudahkan guru. Buku siswa
bacaan dan uji kompetensi yang soal-soalnya berupa soal HOTS sehingga dapat
yang terdapat pada LKPD. Dilengkapi dengan petunjuk pengisian sehingga peserta
8
Hasil Tahap Realisasi/Konstruksi
Hasil yang diperoleh pada fase-1 dan fase-2 selanjutnya diperbaiki, didiskusikan
dengan pakar, dan dicermati kembali. Produk yang diperoleh pada fase ini adalah
buku model dan instrumen instrumen kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan model
pembelajaran PBL-4C.
Dengan mengadaptasi fase-fase pada model Polya, berikut ini disajikan sintaks
Pada fase-3 realisasi telah dihasilkan prototype Model PBL-4C yang terdiri atas:
Hasil-hasil tersebut ditindak lanjuti pada fase-4 ini dengan melakukan kegiatan-
kegiatan uji kevalidan Model PBL-4C, dan uji kevalidan beberapa instrumen terkait.
Model pembelajaranan yang dihasilkan, dievaluasi oleh ahli. Validasi para ahli
difokuskan pada format, isi, ilustrasi, dan bahasa yang mencakup semua model
pembelajaran yang dikembangkan. Hasil validasi ahli berupa koreksi, kritik, dan
9
saran digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan penyempurnaan terhadap
model pembelajaran.
interaksi dinamis antara guru - peserta didik, yaitu; (1) komunikasi sebagai aksi atau
komunikasi satu arah, (2) komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, dan
(3) komunikasi transaksi atau komunikasi banyak arah. Dengan demikian, model
sistem sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganut pola hubungan
multi-arah yaitu guru dengan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik.
Prinsip reaksi model pembelajaran PBL-4C yaitu peranan (respon) guru dapat
masalah (soal) yang dapat melatih kemampuan pemecahan masalah peserta didik,
10
c) Sistem Pendukung model pembelajaran PBL-4C
Sistem pendukung meliputi sarana, perangkat, dan alat bantu atau media. Oleh
karena itu, untuk memperoleh tujuan pembelajaran yang diharapkan maka diperlukan
rancangan model beserta sistem pendukungnya antara lain silabus, RPP, buku siswa,
lembar kerja peserta didik, tes hasil belajar, instrumen dan rubrik penilaian, dan
didik dalam belajar yang didapatkan melalui pembelajaran baik secara individu
Berdasarkan hasil analisis validasi dari para validator, didapatkan hasil validasi
pada beberapa instrumen kevalidan antara lain: buku model pembelajaran PBL-4C
dengan rata-rata 3.67, buku siswa dengan rata-rata 3.98, LKPD dengan rata-rata 4,35.
RPP dengan rata-rata 4,48. Tes hasil belajar dengan rata-rata 3,71. Angket respon
peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran PBL-4C dengan rata-rata 4,12.
Angket respon peserta didik terhadap LKPD dengan rata-rata 3,73. Angket respon
peserta didik terhadap buku siswa dengan rata-rata 3,75. Angket respon guru dengan
rata-rata 3.65. Lembar observasi aktivitas peserta didik dengan rata-rata 3,75. dan
11
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan rata-rata 3,40. Masing-masing
instrumen kevalidan tersebut berada pada kategori sangat valid. Dengan demikian,
kevalidan.
komponen sintaks pada uji coba I adalah 78% pada uji coba II adalah 87% (2) rata-
rata persentase keterlaksanaan sistem sosial pada ujicoba I adalah 84% pada ujicoba
II adalah 92% (3) rata-rata persentase keterlaksanaan prinsip reaksi pada ujicoba I
adalah 80% dan pada ujicoba II adalah 88% (4) rata-rata persentase keterlaksanaan
sistem pendukung pada ujicoba I adalah 90% dan pada ujicoba II adalah 100%.
Berdasarkan hasil analisis angket respon guru menunjukkan respon yang positif
terhadap model pembelajaran yang digunakan. Hasil analisis data dari angket respon
guru adalah persentase rata-rata untuk respon guru 93% berada pada kategori sangat
Pada uji keefektifan, keefektifan model pembelajaran dilihat dari: (1) aktivitas
peserta didik; (2) respon peserta didik; dan (3) tes hasil belajar. Hasil analisis data
12
dari komponen- komponen keefektifan tersebut yaitu (1) rata-rata persentase aktivitas
peserta didik dalam penerapan model PBL-4C pada uji coba I adalah 68% dan pada
uji coba II adalah 85% berada pada kategori “baik”. (2) rata-rata persentase respon
peserta didik pada uji coba I adalah 80% dan pada uji coba II adalah 85% yang
memberikan respon positif, dan (3) tes hasil belajar pada uji coba I sebanyak 77%
peserta didik tuntas dan pada uji coba II sebanyak 88% peserta didik yang tuntas
belajar sehingga memenuhi kriteria tuntas klasikal. Dari hasil uji coba yang dilakukan
ketiga kriteria tersebut telah terpenuhi, dengan demikian model pembelajaran yang
matematika peserta didik dimana peserta didik mencari informasi yang diperlukan
b) Alat evaluasi, baik berupa tes maupun tugas menggunakan pemecahan masalah
matematika yang berbasis soal kontekstual non rutin untuk mengukur hasil
13
d) Model pembelajaran PBL-4C dirancang untuk melatih kemampuan komunikasi
yang dipresentasikan.
D. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengembangan model pembelajaran PBL-4C menggunakan langkah-langkah
pengembangan Plomp yang dibagi dalam 4 tahapan yaitu (a) tahap investigasi
awal, (b) tahap desain, (c) tahap realisasi konstruk, dan (d) tahap tes, evaluasi, dan
revisi.
14
2. Buku model pembelajaran PBL-4C dan instrumen pendukungnya memenuhi
kriteria kevalidan karena berada pada kategori sangat valid berdasarkan hasil
validasi buku model pembelajaran PBL-4C, buku siswa, LKPD, RPP, tes hasil
PBL-4C, angket respon peserta didik terhadap LKPD, angket respon peserta didik
terhadap buku siswa, angket respon guru, lembar observasi aktivitas peserta didik,
3. Model pembelajaran PBL-4C dinilai efektif dilihat dari hasil analisis data dari
komponen (a) rata-rata persentase aktivitas peserta didik pada uji coba I dan pada
uji coba II berada pada kategori baik. (b) Rata-rata persentase respon peserta didik
pada uji coba I dan pada uji coba II berada pada kategori positif berdasarkan
respon peserta didik. (c) Tes hasil belajar pada uji coba I dan pada uji coba II
E. Daftar Pustaka
Aji, M. Q. W. (2019). Mengembangkan Kecakapan abad 21 mahasiswa melalui
model pembelajaran inkuiri. Teknodika.
https://doi.org/10.20961/teknodika.v17i2.3 5281
Branca, N.A. 1980. Problem Solving as a Goal, Process and Basic Skill. Dalam
Krulik, S dan Reys, R.E (ed). Problem Solving in School Mathematics.
NCTM: Reston. Virginia.
Edens, K. M. (2000). Preparing problem solvers for the 21st century trhough
problem-based learning. College Teaching, 48(2), 55-60.
15
OECD, PISA. 2017. How Does PISA for Development measure mathematical
literacy. Paris: OECD Publisher.
Pacific Policy Research Center. 2010. 21st Century Skills for Students and Teachers.
Honolulu: Kamehameha Schools, Research & Evaluation Division.
Sugiyarti, L., Arif, A., & Mursalin. (2018). Pembelajaran abad 21 di SD. Prosiding
Seminar dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar
16