Anda di halaman 1dari 16

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED

LEARNING TERINTEGRASI KETERAMPILAN ABAD 21

Syamsinar, Abd. Rahman, Awi Dassa, Baso Intang, Hamzah Upu


1
Universitas Patompo, 1,2,3,4,5Universitas Negeri Makassar
Email: syamsyamsinar56@gmail.com

Abstrak
Pembelajaran matematika dan kemampuan pemecahan
masalah matematis merupakan salah satu kemampuan yang
harus dimiliki oleh peserta didik pada abad 21 ini. Namun
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di
Indonesia masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya
adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengelola
aktivitas di dalam kelas belum maksimal. Penulisan artikel ini
bertujuan untuk untuk menghasilkan Model Pembelajaran
PBL-4C untuk membiasakan pemecahan masalah
Matematika peserta didik serta menghasilkan model
pembelajaran PBL-4C yang valid, praktis dan efektif.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau
Research and Development (R&D). Proses pengembangan
model mengacu pada model pengembangan Plomp yang
meliputi 4 fase yaitu (1) fase investigasi awal (2) fase design
(3) fase realisasi (4) fase tes, evaluasi dan revisi. Hasil
validasi masing-masing instrumen kevalidan tersebut berada
pada kategori sangat valid.

A. Latar Belakang

Arus globalisasi semakin hebat memunculkan persaingan dalam berbagai bidang

kehidupan, di antaranya bidang pendidikan. Penyediaan sumber daya manusia yang

mampu berpikir kritis merupakan salah satu agenda penting dan isu vital dalam

pendidikan modern. Pemerintah terus melakukan perubahan dan inovasi dalam

bidang pendidikan kearah yang lebih baik, salah satunya adalah pembaharuan dan
1
inovasi kurikulum, yakni lahirnya kurikulum 2013. Setelah diberlakukan kurikulum

2013 sekarang diberlakukan kurikulum merdeka yang mulai menerapkan

pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran abad 21.

Keterampilan abad 21 merupakan keterampilan dan kemampuan individu untuk

bekerja secara efektif dengan tim yang beragam, berpikiran terbuka untuk berbagai

ide-ide dan nilai-nilai, menetapkan dan mencapai tujuan, mengolah proyek secara

efektif, bertanggung jawab atas hasil yang diperoleh, menunjukkan etika yang baik,

dan bertanggung jawab kepada diri sendiri dan masyarakat yang lebih besar (Pasific

Policy Research Center, 2010: 7).

Aji (2019) mengatakan bahwa pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan

sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21, yaitu keterampilan 4C

yang meliputi: 1) Communication, 2) Collaboration, 3) Critical thinking and Problem

Solving, 4) Creativity and innovation. Salah satu ciri pembelajaran pada abad 21

adalah pembelajaran yang menuntut agar peserta didik memiliki kemampuan

pemecahan masalah. Menurut Sugiyarti et al., (2018), penerapan konsep 4C dalam

pembelajaran kurikulum 2013 memberi dampak yang sangat besar bangsa untuk

menghadapi tantangan hidup abad 21.

Hasil Survey PISA yang dilakukan oleh OECD (Organisation for Economic Co-

operation and Development) menyatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah

2
matematika siswa di Indonesia perlu mendapat perhatian dari semua pihak karena

tergolong masih rendah.

Peneliti melakukan observasi awal dan wawancara dengan seorang guru

matematika SMK di Kab. Gowa. Wawancara yang dilakukan meliputi aspek

pengembangan model pembelajaran dan perangkat pendukungnya seperti silabus,

RPP, dan LKPD yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dari hasil

wawancara diperoleh informasi bahwa model pembelajaran yang ada tidak khusus

pada model pembelajaran pemecahan masalah sehingga hal ini menyebabkan

kemampuan pemecahan masalah siswa sangat rendah. Dengan tidak tersedianya

model khusus maka perangkat pembelajaran yang digunakan juga hanya

berlandaskan pada model pembelajaran yang ada, sedangkan hal yang perlu menjadi

perhatian guru yaitu kemampuan pemecahan masalah siswa harus ditingkatkan

sehingga perlu di kembangkan suatu model pembelajaran yang tujuannya untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

Menurut Arends dalam (Trianto, 2009), Problem Based Learning (PBL) adalah

suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu

konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang keterampilan pemecahan masalah.

Model Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang melatih

peserta didik dalam memecahkan masalah, masalah yang diajukan oleh guru yakni

3
permasalahan kontekstual yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang membutuhkan pemikiran kreatif.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di MTs Arifah Gowa diperoleh informasi

bahwa : (1) kemampuan siswa dalam memecahkan masalah kontekstual masih sangat

kurang. Siswa masih banyak dibantu oleh guru dalam memahami suatu masalah

kontekstual. Siswa belum mampu membangun pengetahuan mereka sendiri, (2)

dalam proses pembelajaran guru belum sepenuhnya menjadi fasilitator bagi siswa,

melainkan guru menjadi pemeran utama didalam kelas, hal ini disebabkan karena

kurangnya kemampuan guru dalam merancang pembelajaran agar siswa lebih aktif

didalam kelas, (3) potensi siswa sekiranya dibiasakan dalam memecahkan suatu

masalah agar kemampuan berfikir kritis, bernalar dan berfikir kreatif pada siswa

dapat berkembang, (4) potensi siswa terhadap keterampilan tingkat tingginya dalam

belajar matematika masih sangat kurang padahal kemampuan berfikir tingkat tinggi

sangat dibutuhkan dalam pembelajaran abad 21, (5) sangat memungkinkan agar

mengembangkan keterampilan berfikir tingkat tinggi siswa jika proses belajar

dibiasakan dengan keterampilan abad 21 karena dengan adanya keterampilan abad

21dalam pembelajaran matematika akan membantu siswa untuk melatih kemampuan

menalar maupun menganalisis. Oleh karena itu melatih kegiatan belajar mengajar

matematika dengan mengembangkan keterampilan abad 21 maka sangat penting

untuk mengembangkan model pembelajaran Problem Based Learning dengan

4
mengintegrasikan keterampilan abad 21 agar proses pemecahan masalah siswa dapat

meningkat.

Pembelajaran Problem Based Learning disusun dengan landasan teori-teori

pembelajaran yang sangat inovatif (misal konstruktivime dan pembelajaran

berdasarkan pengalaman) dengan mensetting permasalahan yang melibatkan berbagai

disiplin ilmu untuk mendapatkan solusi yang tepat. PBL menjadi salah satu cara yang

dapat digunakan oleh para pendidik dalam usaha membantu siswa agar menjadi

kompeten dalam memecahkan masalah dan menghadapi tantangan ke depan. Edens

(2000) mengemukakan bahwa PBL mampu membekali siswa dengan keterampilan

abad 21. Sejalan dengan hal tersebut, maka penulis hendak meneliti lebih lanjut

mengenai pengembangan model PBL abad 21 guna meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa.

B. Metode

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan atau Research

and Development (R&D). Tahapan yang dilakukan terdiri dari data hasil studi

pendahuluan dianalisis untuk menjadi dasar analisis kebutuhan pengembangan model

PBL-4C. Proses pengembangan model mengacu pada model pengembangan Plomp

yang meliputi 4 fase yaitu (1) fase investigasi awal. Pada tahap ini dilakukan analisis

kebutuhan peserta didik, analisis tugas, analisis konsep, dan perumusan tujuan

pembelajaran. (2) fase design. Pada fase ini dirancang model pembelajaran PBL-4C
5
meliputi sintaks model, prinsip sosial, prinsip reaksi, dampak instruksional dan

pengiring serta sistem pendukung. (3) fase realisasi. Pada tahap ini disusun model

PBL-4C secara lengkap berdasarkan tahap desain sebelumnya. (4) fase tes, evaluasi

dan revisi. Pada tahap ini dilakukan dua hal yaitu tahap validasi dan tahap uji coba.

Data yang telah dikumpulkan dengan menggunakan instrumen-instrumen tersebut,

selanjutnya dianalisis secara kuantitatif.

Langkah-langkah pada model pengembangan diatas, dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 1.1 Diagram alir model pembelajaran problem based learning (PBL)
terintegrasi keterampilan abad 21
6
C. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah dilakukan, maka hasil yang

diperoleh adalah sebagai berikut:

Hasil Fase Investigasi Awal

Investigasi awal dilakukan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang

dihadapi oleh guru MTs Arifah Gowa khususnya guru Matematika yang

mengajar di kelas VII. Berdasarkan hasil diskusi dengan guru Matematika MTs

Arifah Gowa tentang kegiatan pembelajaran Matematika di sekolah tersebut,

diperoleh hasil analisis kebutuhan siswa dimana kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah kontekstual dan keterampilan berpikir masih sangat kurang.

Proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Guru belum sepenuhnya

menjadi fasilitator bagi siswa, melainkan pemeran utama di dalam kelas.

Berdasarkan hasil analisis peserta didik menunjukkan bahwa siswa kelas VII MTs

Arifah Gowa telah mempelajari materi-materi penunjang sistem persamaan linear dua

variabel. Adapun bahasa yang digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari sebagian

besar telah menggunakan bahasa Indonesia.

Berdasarkan hasil analisis tugas mencakup pokok bahasan SPLDV, yaitu

persamaan linear dua variabel. Sedangkan berdasarkan hasil analisis konsep diperoleh

hasil bahwa materi pelajaran dalam penelitian ini adalah materi SPLDV dengan

mengacu pada kurikulum 2013. Secara garis besar materi disajikan dalam penelitian

ini adalah SPLDV dengan indikator-indikator ketercapaian antara lain : memodelkan


7
SPLDV, Metode Eliminasi, Metode Subtitusi, dan Metode Campuran (Eliminasi-

Subtitusi).

Hasil Tahap Desain

Berdasarkan hasil investigasi awal maka didesain buku model PBL-4C yang dapat

menjadi solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh guru serta desain buku siswa

dan LKPD untuk melatih peserta didik dalam belajar menggunakan model PBL-4C.

Hasil pengembangan pada fase ini berupa rancangan awal mencakup tiga hal,

yaitu (1) Rancangan awal buku model pembelajaran PBL-4C, (2) Rancangan awal

perangkat pembelajaran yang sesuai model pembelajaran PBL-4C dan (3) Rancangan

instrument yang akan digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam

proses pengembangan.

RPP didesain sesuai dengan tahapan model pembelajaran PBL-4C. Buku model

pembelajaran PBL-4C didesain mudah digunakan. Karena dilengkapi dengan

petunjuk pelaksanaan model serta contoh yang dapat memudahkan guru. Buku siswa

didesain sesuai dengan tahapan model pembelajaran PBL-4C, dilengkapi dengan

bacaan dan uji kompetensi yang soal-soalnya berupa soal HOTS sehingga dapat

melatih kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik. dan LKPD

didesain menarik sehingga peserta didik termotivasi dalam mengerjakan soal-soal

yang terdapat pada LKPD. Dilengkapi dengan petunjuk pengisian sehingga peserta

didik mudah dalam menggunakannya.

8
Hasil Tahap Realisasi/Konstruksi

Hasil yang diperoleh pada fase-1 dan fase-2 selanjutnya diperbaiki, didiskusikan

dengan pakar, dan dicermati kembali. Produk yang diperoleh pada fase ini adalah

buku model dan instrumen instrumen kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan model

pembelajaran PBL-4C.

Dengan mengadaptasi fase-fase pada model Polya, berikut ini disajikan sintaks

Model Pembelajaran PBL-4C :

a. Fase I : Penyampaian tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa;

b. Fase II : Orientasi siswa pada masalah;

c. Fase III : Merencanakan penyelesaian masalah;

d. Fase IV : Menyelesaikan masalah;

e. Fase V : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.

Hasil Fase Pengujian, Evaluasi, dan Revisi Model Pembelajaran PBL-4C

Pada fase-3 realisasi telah dihasilkan prototype Model PBL-4C yang terdiri atas:

buku model, dan instrumen-instrumen (kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan).

Hasil-hasil tersebut ditindak lanjuti pada fase-4 ini dengan melakukan kegiatan-

kegiatan uji kevalidan Model PBL-4C, dan uji kevalidan beberapa instrumen terkait.

Model pembelajaranan yang dihasilkan, dievaluasi oleh ahli. Validasi para ahli

difokuskan pada format, isi, ilustrasi, dan bahasa yang mencakup semua model

pembelajaran yang dikembangkan. Hasil validasi ahli berupa koreksi, kritik, dan

9
saran digunakan sebagai dasar untuk melakukan revisi dan penyempurnaan terhadap

model pembelajaran.

Langkah-Langkah Pengembangan Model Pembelajaran PBL-4C

a) Sistem Sosial Model PBL-4C

Terdapat tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan

interaksi dinamis antara guru - peserta didik, yaitu; (1) komunikasi sebagai aksi atau

komunikasi satu arah, (2) komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah, dan

(3) komunikasi transaksi atau komunikasi banyak arah. Dengan demikian, model

sistem sosial yang digunakan dalam penelitian ini adalah menganut pola hubungan

multi-arah yaitu guru dengan peserta didik serta peserta didik dengan peserta didik.

b) Prinsip Reaksi Model PBL-4C

Prinsip reaksi model pembelajaran PBL-4C yaitu peranan (respon) guru dapat

meningkatkan kemampuan dan keterampilan peserta didik untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang diterapkan antara lain; mengecek pemahaman peserta didik

melalui tugas, mengorganisasikan peserta didik dalam bentuk kelompok, menyajikan

masalah (soal) yang dapat melatih kemampuan pemecahan masalah peserta didik,

menggunakan pertanyaan-pertanyaan dalam membimbing peserta didik, memecahkan

masalah, dan memberikan umpan balik.

10
c) Sistem Pendukung model pembelajaran PBL-4C

Sistem pendukung meliputi sarana, perangkat, dan alat bantu atau media. Oleh

karena itu, untuk memperoleh tujuan pembelajaran yang diharapkan maka diperlukan

rancangan model beserta sistem pendukungnya antara lain silabus, RPP, buku siswa,

lembar kerja peserta didik, tes hasil belajar, instrumen dan rubrik penilaian, dan

instrumen pendukung lainnya.

d) Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional model pembelajaran PBL-4C, yaitu keterampilan peserta

didik dalam belajar yang didapatkan melalui pembelajaran baik secara individu

maupun kelompok. Adapun dampak pengiring model pembelajaran PBL-4C, yaitu

keaktifan dan kepercayaan diri peserta didik.

Tingkat Kevalidan Model Pembelajaran PBL-4C

Berdasarkan hasil analisis validasi dari para validator, didapatkan hasil validasi

pada beberapa instrumen kevalidan antara lain: buku model pembelajaran PBL-4C

dengan rata-rata 3.67, buku siswa dengan rata-rata 3.98, LKPD dengan rata-rata 4,35.

RPP dengan rata-rata 4,48. Tes hasil belajar dengan rata-rata 3,71. Angket respon

peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran PBL-4C dengan rata-rata 4,12.

Angket respon peserta didik terhadap LKPD dengan rata-rata 3,73. Angket respon

peserta didik terhadap buku siswa dengan rata-rata 3,75. Angket respon guru dengan

rata-rata 3.65. Lembar observasi aktivitas peserta didik dengan rata-rata 3,75. dan

11
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan rata-rata 3,40. Masing-masing

instrumen kevalidan tersebut berada pada kategori sangat valid. Dengan demikian,

buku model pembelajaran PBL-4C dan instrumen pendukungnya memenuhi kriteria

kevalidan.

Tingkat Kepraktisan Model Pembelajaran PBL-4C

Berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dilihat dari komponen

model pembelajaran PBL-4C diantaranya (1) rata-rata persentase keterlaksanaan

komponen sintaks pada uji coba I adalah 78% pada uji coba II adalah 87% (2) rata-

rata persentase keterlaksanaan sistem sosial pada ujicoba I adalah 84% pada ujicoba

II adalah 92% (3) rata-rata persentase keterlaksanaan prinsip reaksi pada ujicoba I

adalah 80% dan pada ujicoba II adalah 88% (4) rata-rata persentase keterlaksanaan

sistem pendukung pada ujicoba I adalah 90% dan pada ujicoba II adalah 100%.

Berdasarkan hasil analisis angket respon guru menunjukkan respon yang positif

terhadap model pembelajaran yang digunakan. Hasil analisis data dari angket respon

guru adalah persentase rata-rata untuk respon guru 93% berada pada kategori sangat

positif. Dengan demikian, menurut kriteria, maka model pembelajaran yang

dikembangkan memenuhi kriteria praktis.

Tingkat Keefektifan Model Pembelajaran PBL-4C

Pada uji keefektifan, keefektifan model pembelajaran dilihat dari: (1) aktivitas

peserta didik; (2) respon peserta didik; dan (3) tes hasil belajar. Hasil analisis data

12
dari komponen- komponen keefektifan tersebut yaitu (1) rata-rata persentase aktivitas

peserta didik dalam penerapan model PBL-4C pada uji coba I adalah 68% dan pada

uji coba II adalah 85% berada pada kategori “baik”. (2) rata-rata persentase respon

peserta didik pada uji coba I adalah 80% dan pada uji coba II adalah 85% yang

memberikan respon positif, dan (3) tes hasil belajar pada uji coba I sebanyak 77%

peserta didik tuntas dan pada uji coba II sebanyak 88% peserta didik yang tuntas

belajar sehingga memenuhi kriteria tuntas klasikal. Dari hasil uji coba yang dilakukan

ketiga kriteria tersebut telah terpenuhi, dengan demikian model pembelajaran yang

dikembangkan telah memenuhi kriteria keefektifan.

Karakteristik Model Pembelajaran PBL-4C

a) Model pembelajaran PBL-4C melatih kemampuan memecahkan masalah

matematika peserta didik dimana peserta didik mencari informasi yang diperlukan

dan menyelesaikan soal yang diberikan.

b) Alat evaluasi, baik berupa tes maupun tugas menggunakan pemecahan masalah

matematika yang berbasis soal kontekstual non rutin untuk mengukur hasil

belajar, khususnya kemampuan pemecahan masalah matematika peserta didik.

c) Model pembelajaran PBL-4C dirancang untuk melatih kemampuan matematisasi

peserta didik yang mencakup kemampuan pemodelan atau penyederhanaan

bentuk permasalahan nyata dalam soal kedalam bentuk matematika.

13
d) Model pembelajaran PBL-4C dirancang untuk melatih kemampuan komunikasi

dan pemecahan masalah. Dalam pelaksanaannya peserta didik merencanakan dan

menyiapkan hasil pemecahan masalah dan mengkomunikasikannya (presentasi)

kepada kelompok lain. Kelompok penyaji mempresentasikan hasil pemecahan

masalahnya dan kelompok lain mengkritisi dan mengevaluasi pemecahan masalah

yang dipresentasikan.

Keunggulan Model Pembelajaran PBL-4C

Keunggulan model pembelajaran PBL-4C adalah sebagai berikut:

a) Mendorong peserta didik untuk terbiasa dalam memecahkan masalah matematika.

b) Melatih kemampuan komunikasi peserta didik.

c) Menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja dan dapat mengembangkan

hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

d) Meningkatkan kepercayaan diri peserta didik.

e) Menumbuhkan nilai kerjasama yang efektif antara anggota kelompok.

f) Mendorong peserta didik lebih mandiri dan bertanggungjawab dalam belajar.

D. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Pengembangan model pembelajaran PBL-4C menggunakan langkah-langkah
pengembangan Plomp yang dibagi dalam 4 tahapan yaitu (a) tahap investigasi
awal, (b) tahap desain, (c) tahap realisasi konstruk, dan (d) tahap tes, evaluasi, dan
revisi.
14
2. Buku model pembelajaran PBL-4C dan instrumen pendukungnya memenuhi

kriteria kevalidan karena berada pada kategori sangat valid berdasarkan hasil

validasi buku model pembelajaran PBL-4C, buku siswa, LKPD, RPP, tes hasil

belajar, angket respon peserta didik terhadap penerapan model pembelajaran

PBL-4C, angket respon peserta didik terhadap LKPD, angket respon peserta didik

terhadap buku siswa, angket respon guru, lembar observasi aktivitas peserta didik,

dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

3. Model pembelajaran PBL-4C dinilai efektif dilihat dari hasil analisis data dari

komponen (a) rata-rata persentase aktivitas peserta didik pada uji coba I dan pada

uji coba II berada pada kategori baik. (b) Rata-rata persentase respon peserta didik

pada uji coba I dan pada uji coba II berada pada kategori positif berdasarkan

respon peserta didik. (c) Tes hasil belajar pada uji coba I dan pada uji coba II

peserta didik tuntas belajar sehingga memenuhi kriteria tuntas klasikal.

E. Daftar Pustaka
Aji, M. Q. W. (2019). Mengembangkan Kecakapan abad 21 mahasiswa melalui
model pembelajaran inkuiri. Teknodika.
https://doi.org/10.20961/teknodika.v17i2.3 5281

Branca, N.A. 1980. Problem Solving as a Goal, Process and Basic Skill. Dalam
Krulik, S dan Reys, R.E (ed). Problem Solving in School Mathematics.
NCTM: Reston. Virginia.

Edens, K. M. (2000). Preparing problem solvers for the 21st century trhough
problem-based learning. College Teaching, 48(2), 55-60.

15
OECD, PISA. 2017. How Does PISA for Development measure mathematical
literacy. Paris: OECD Publisher.

Pacific Policy Research Center. 2010. 21st Century Skills for Students and Teachers.
Honolulu: Kamehameha Schools, Research & Evaluation Division.

Permendikbud beserta undang-undang nomor 60 (2014). Tentang Kurikulum di


Indonesia

Sugiyarti, L., Arif, A., & Mursalin. (2018). Pembelajaran abad 21 di SD. Prosiding
Seminar dan Diskusi Nasional Pendidikan Dasar

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,


Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Kencana Predana Media Group.

16

Anda mungkin juga menyukai