A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
1
menakutkan sehingga siswa sering tidak menguasai konsep dasar yang
terkandung dalam materi pelajaran matematika yang dapat mengakibatkan
kesalahan fatal terhadap keberhasilan belajar siswa sehingga hasil belajar
siswa menjadi rendah.
Hasil survei dari TIMSS ini tidak jauh berbeda dengan hasil survei
dari Programe for International Student Assessment (PISA). Pada tahun
2003 menempatkan Indonesia pada peringkat 2 terendah dari 40 negara
sampel, yaitu hanya satu peringkat lebih tinggi dari Tunisia. Pada PISA
tahun 2009 Indonesia hanya menduduki rangking 61 dari 65 peserta
dengan rata-rata skor 371, sementara rata-rata skor internasional adalah
496.
2
model pembelajaran konvensional , pembelajaran ini menggunakan
metode ekspositori, yaitu guru menjelaskan materi pelajaran secara
klasikal, kemudian guru memberikan contoh soal dan siswa
mengerjakannya. Model pembelajaran yang berkembang saat ini sangatlah
banyak, salah satunya model CORE (Connecting, Organizing, Reflecting,
Extending).
2. Identifikasi Masalah
3
3. Perumusan Masalah
Berdasakan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka
dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu apakah
terdapat pengaruh model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing,
Reflecting, Extending) terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematis pada siswa SMA Negeri 6 Pekanbaru tahun ajaran 2019/2020.
4. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan peneliti jika dibandingkan
dengan ruang lingkup yang ada pada penelitian ini, dan berdasarkan
identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini
dibatasi pada :
a. Model Pembelajaran yang akan diteliti adalah model pembelajaran
kooperatif tipe CORE (Connecting, Organizing, Reflecting,
Extending) pada kelas eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelas control di SMA Negeri 6 Pekanbaru.
b. Kemampuan pemecahan masalah matematis.
5.2.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1) Bagi siswa
4
Dengan diterapkan model pembalajaran CORE (Connecting,
Organizing, Reflecting, Extending) diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa.
2) Bagi guru
Model pembeajaran CORE (Connecting, Organizing,
Reflecting, Extending) yang dilakukan pada penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan
bagi guru dan sebagai salah satu alternatif strategi
pembelajaran matematika untuk melakukan inovasi dalam
pembelajaran matematika sehingga dapat mempengaruhi
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
3) Bagi sekolah
Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi sekolah
dalam rangka melakukan perubahan pembelajaran oleh guru.
4) Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman dan
landasan berpijak dalam rangka menindaklanjuti penelitian ini
dengan ruang lingkup yang lebih luas.
5
masalah adalah suatu kemempuan untuk menciptakan jawaban baru
dan dapat mengubahnya menjadi peluang atau kesempatan.
6
b. Merumuskan masalah matematik atau menyusun model
matematik.
c. Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah.
d. Menjelaskan/menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan
asal.
a. Connecting
7
Connect secara bahasa artinya come or bring together,
sehingga connecting dapat diartikan dengan menghubungkan (Santi,
2013: 5). Menghubungkan suatu konsep yang akan dipelajari dengan
yang sudah diketahui oleh peserta didik. Dengan koneksi yang baik,
diharapkan peserta didik akan mengingat informasi dan menggunakan
pengetahuan untuk menghubungkan dan menyusun ide-idenya.
Diskusi menentukan koneksi untuk belajar. Agar dapat berperan dalam
suatu diskusi, siswa harus mengingat informasi dan menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya untuk menghubungkan dan menyusun
ide-idenya. Katz dan Nirula (Siti, 2014: 14) menyatakan bahwa
dengan Connecting, sebuah konsep dapat dihubungkan dengan konsep
lain dalam sebuah diskusi kelas, dimana konsep yang akan diajarkan
dihubungkan dengan apa yang telah diketahui siswa. Agar dapat
berperan dalam diskusi, siswa harus mengingat dan menggunakan
konsep yang dimilikinya untuk menghubungkan dan menyusun ide-
idenya.
b. Organizing
8
terhadap diskusi, mereka dikuatkan dengan menghubungkan dan
mengorganisasikan apa yang mereka ketahui.
c. Reflecting
d. Extending
9
pengetahuan yang telah terbangun untuk menyelesaikan persoalan
secara individual. Dalam tahap ini, guru bisa menilai siswa mengikuti
proses pembelajaran dengan benar dan siswa yang hanya mengikuti
pembelajaran tanpa memahami alur yang telah diterapkan. Proses
Extending, memberikan penguatan kepada siswa atas memori yang
telah terbangun pada tahapan sebelumnya dan membuat siswa terbiasa
untuk menghadapi persoalan secara individual.
10
Adapun langkah-langkah yang peneliti gunakan dalam
penelitian ini adalah langkah-langkah menurut Shoimin. Penerapan
model pembelajaran CORE yang dilaksanakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a) Tahap persiapan
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan adalah guru
menyiapkan materi yang akan diajarkan yang telah termuat
di RPP, LKPD, kisi-kisi soal pretest dan posttest, soal
pretest dan posttest. Mengelompokkan peserta didik yang
diperoleh dari ulangan harian sebelumnya dengan anggota
kelompok belajar yang bersifat heterogen.
b) Tahap pelaksanaan
Kegiatan Awal
1. Guru menyuruh ketua kelas menyiapkan kelas dan
berdoa, mengucapkan salam, dan mengecek
kehadiran siswa.
2. Guru menyebutkan judul materi.
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan peserta didik dan memberikan
motivasi berupa cerita tentang manfaat segitiga agar
menarik perhatian peserta didik.
4. Guru menyampaikan materi prasyarat yang
berhubungan dengan materi yang akan dipelajari
dan menghubungkannya dengan materi yang akan
dipelajari (Connecting).
5. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan yaitu
pembelajaran CORE.
11
6. Guru mengelompokkan peserta didik menjadi 7
kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.
7. Guru membagikan LKPD kepada masing-masing
siswa disetiap kelompok.
Kegiatan Inti
Kegiatan Akhir
12
1. Peserta didik mengerjakan soal latihan untuk
memperluas pengetahuan mereka (Extending)
secara individu (mandiri).
2. Serangkaian pertanyaan guru menanyakan tentang
materi yang telah dipelajari dan peserta didik
menjawab pertanyaan.
3. Guru memberikan PR.
4. Guru memberikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya.
5. Guru menutup pembelajaran dengan meminta salah
satu peserta didik memimpin berdoa untuk
menumbuhkan sikap religius dan meninggalkan
kelas.
c) Evaluasi
Guru memberikan evaluasi dalam bentuk soal latihan dan
ulangan harian (soal posttest). Soal latihan dan ulangan
dikerjakan secara individu oleh siswa.
1) Kelebihan
a. Mengembangkan keaktifan siswa dalam pemmbelajaran.
b. Mengembangkan dan melatih daya ingat siswa tentang
suatu konsep dalam materi pembelajaran.
c. Mengembangkan daya berpikir kritis sekaligus
mengembangkan keterampilan pemecahan suatu masalah.
d. Memberikan pengalaman belajar kepada siswa karena
mereka banyak berperan aktif sehingga pembelajaran
menjadi bermakna.
13
2) Kekurangan
a. Membutuhkan persiapan matang dari guru untuk
menggunakan model ini.
b. Jika siswa tidak kritis, proses pembelajaran tidak bias
berjalan dengan lancar.
c. Memerlukan banyak waktu.
d. Tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan model
CORE.
14
3. Hipotesis Penelitian
15
C. Metodologi Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 6 Pekanbaru yang
berlokasi di jalan Bambu Kuning No. 28 Rejosari, Kec. Tenayan Raya.
Dan penelitian ini juga akan dilakukan pada semester genap tahun ajaran
2019/2020.
16
Penelitian yang dilakukan peneliti ialah quasi experiment atau
eksperimen semu yang telah banyak dilakukan dalam dunia pendidikan.
Sugiyono (2013: 114) menyatakan bahwa “bentuk penelitian eksperimen
semu ini mempunyai mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat
berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen”.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non-
tes. Instrumen tes yang digunakan adalah tes kemampuan pemecahan
masalah matematis tipe uraian, karena dengan tipe uraian proses berpikir
siswa dapat dievaluasi, mempermudah mengidentifikasi kesalahan siswa
ditinjau dari bagaimana langkah-langkah siswa dalam menyelesaikan
persoalan dan untuk menghindari siswa menjawab secara menebak.
Instrumen non-tes yang digunakan adalah skala sikap untuk mengukur
sikap siswa terhadap pelajaran matematika, pembelajaran matematika
dengan model pembelajaran CORE (Connecting, Organizing, Reflecting,
Extending) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis.
17
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
mengunakan test setelah berakhirnya serangkaian proses pembelajaran
(post-test). Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan
data penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
3. Tahapan Akhir.
1) Memberikan post-test dengan waktu yang ditentukan oleh
peneliti.
18
2) Menganalisis nilai tes akhir matematika siswa dari hasil post-
test dan mengambil kesimpulan.
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes uraian.
Alasan yang digunakan bentuk uraian dalam penelitian ini, karena melalui tes
uraian menuntut siswa untuk dapat mengingat, mengenal kembali serta
mempunyai daya kreativitas yang tinggi dan tes ini bertujuan untuk mengukur
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa berdasarkan indikator-
indikator kemampuan pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat
Arikunto, S (2013:177), “Soal-soal bentuk uraian ini menuntut kemampuan
siswa untuk dapat mengorganisir, menghubungkan pengertian-pengertian
yang telah dimiliki”.
19
Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis ialah rata-rata skor
posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Metode statistik yang
digunakan adalah uji hipotesis dengan uji statistik uji-t. Sebelum dianalisis
dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji homogenitas. Peneliti
menggunakan alat bantu SPSS yaitu alat bantu yang berupa software yang
dirancang untuk membantu pengolahan data statistik. Sebelum pengujian
hipotesis dilakukan uji prasyarat pembuktian hipotesis, yaitu sebagai berikut:
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
Rumus Fhitung : 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
(∑ 𝑥)2
∑ 𝑥2
2 𝑁
Varian (𝑆𝐷 ) = (𝑁−1)
20
2. Uji Normalitas Data
a. Menentukan hipotesis
H0 : Data berasal dari distribusi normal
H1 : Data tidak berasal dari distribusi normal
b. Menentukan rata-rata data
c. Menghitung Standar Deviasi:
∑(𝑋𝑖−𝑋)2
SD = √ 𝑛−1
Kriteria uji : Tolak Ho jika D maks ≥ D tabel (data tidak berasal dari
distribusi normal) Terima Ho jika D maks < D tabel (data berasal dari
distribusi normal).
6.2.Uji Hipotesis
21
Jika kedua kelas sampel normal dan homogen maka untuk
pengujian hipotesis digunakan uji statistik uji-t. Langkah-langkah
pengujian hipotesis menggunakan uji statistik uji t adalah sebagai berikut:
Hipotesis statistik
H0 : 𝜇1 = 𝜇2
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2
Dimana:
𝜇1: rata-rata skor posttest kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada kelas eksperimen (model pembelajaran
CORE)
𝜇2: rata-rata skor posttest kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa pada kelas kontrol (model pembelajaran
langsung)
Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan rata-rata dua
pihak.
b. Menghitung nilai rata-rata, standar deviasi dan variansi
c. Mencari thitung dengan rumus (Sudjana, 2005:239)
22
𝑥1 −𝑥2 (𝑛1 −1)𝑠12 +(𝑛2 −2)𝑠22
thitung = 𝑠 dengan s² =
1 1 𝑛1 + 𝑛2 −2
√𝑛 +𝑛
1 2
Keterangan:
s² = Variansi gabungan
s = Standar deviasi gabungan
𝑥1 = Skor rata-rata kelas eksperimen
𝑥2 = Skor rata-rata kelas kontrol
s1= Standar deviasi kelas eksperimen
s2= Standar deviasi kelas kontrol
n1= Jumlah siswa kelas eksperimen
n2= Jumlah siswa kelas kontrol
d. Menentukan terlebih dahulu taraf signifikan yaitu α = 0,05 untuk
mencari nilai ttabel.
e. Tentukan kriteriannya
Kriteria pengujian adalah terima H0, jika −𝑡1−1∝ < 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 <
2
𝑡1−1∝ untuk taraf nyata ∝= 0,05 dan tolak H0 jika thitung mempunyai
2
f. Kesimpulan
Kesimpulan didapat setelah peneliti mengetahui hasil dari
perbedaan nilai thitung dan ttabel dari kriteria pengujian diatas. Sesuai
dengan pendapat Sugiyono (2014:112), jika terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
23
kontrol, maka perlakuan yang diberikan telah memberikan
pengaruh secara signifikan.
24
D. Daftar Pustaka
25
Pendidikan Matematika di Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UNY
tahun 2006: tidak diterbitkan
Yuwana Siwi Wiwaha Putra. 2013. Keefektifan Pembelajaran CORE Berbantuan
CABRI Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Materi Dimensi
Tiga. Skripsi tidak diterbitkan. UNS
Yamin, M. (2013). Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta:
Referensi (GP Press Group
26