Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP

HASIL BELAJAR MATERI HUKUM NEWTON


TENTANG GERAK

I Dewa Putu A.D*, I Dewa Putu N, Wayan Suana


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1
*email: dewa.putu.psht@gmail.com

Abstract: The Influence of Problem Based Learning to Learning Outcomes Newton’s Law of
Motion. The purpose of this study was to determine the effect of problem-based learning to
improve learning outcomes physics class X SMA Negeri 1 Seputih Mataram. The samples used in
the study were students of class X MIA 1 as an experimental class using problem-based learning
model and class X MIA 2 as the control class using direct learning model. The method used is the
pretest-posttest control group design. Data were tested using independent samples T-test test. Based
on the results obtained experimental class pretest and posttest 33.72 at 59.97 with an average
increase of 26.25 learning outcomes and results obtained control class pretest and posttest 36.19 at
50.28 with an average increase learning outcomes by 14 09. Based on the test results the difference
of learning outcomes using independent sample T-test of 0.000, it can be concluded that there are
significant usage based learning model of the physics student learning outcomes.
.
Keywords: Learning Outcomes Physics, Newton’s Law of Motion, Problem Based Learning.

Abstrak: Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah terhadap Hasil Belajar Materi Hukum
Newton tentang Gerak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari model
pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri
1 Seputih Mataram. Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas X MIA 1 sebagai
kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran berbasis masalah dan kelas X MIA 2 sebagai
kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung. Metode penelitian yang digunakan
adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Data yang diuji menggunakan uji independent
sampel t test. Berdasarkan hasil pretest kelas eksperimen diperoleh 33,72 dan posttest sebesar
59,97 dengan peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 26,25 dan hasil pretest kelas kontrol
diperoleh 36,19 dan posttest sebesar 50,28 dengan peningkatan rata-rata hasil belajar sebesar 14,09.
Berdasarkan hasil uji perbedaan hasil belajar menggunakan independent sampel t test sebesar
0,000, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran berbasis
terhadap hasil belajar fisika siswa.

Kata Kunci: Hasil Belajar Fisika, Hukum Newton tentang Gerak, Pembelajaran Berbasis Masalah.

1
PENDAHULUAN
Pada saat proses pembelajaran tugas
menggunakan model pembelajaran
dan tanggung jawab dari seorang guru
berbasis masalah. Melalui model pem-
yaitu mengelola pembelajaran dengan
belajaran berbasis masalah, siswa terlibat
lebih efektif, efisien, dan positif, yang
secara langsung selama proses pem-
ditunjukan dengan adanya kesadaran dan
belajaran, baik mental maupun fisik untuk
keterlibatan aktif pada siswa saat pem-
memecahkan suatu permasalahan yang
belajaran. Guru sebagai pengarah dan
diberikan oleh guru. Pada model pem-
pembimbing siswa, sedangkan siswa
belajaran berbasis masalah juga dapat
yang mengalami hal itu mendapatkan
membelajarkan siswa untuk mengembang-
perubahan diri dalam pembelajaran ter-
kan kemandirian dan percaya diri dalam
sebut.
menyelesaikan masalah dan pengambilan
Berdasarkan hasil wawancara yang
keputusan dalam konteks kehidupan
dilakukan di SMA Negeri 1 Seputih
sehari-hari yang kompleks dengan maksud
Mataram, diketahui bahwa proses pem-
untuk menyusun pengetahuan mereka
belajaran fisika di kelas X guru hanya
sendiri.
menggunakan model pembelajaran
Sani (2014 : 127) menyatakan bahwa
konvensional, mencatat materi yang
“Pembelajaran berbasis masalah merupa-
ditulis, dan mengerjakan soal di LKPD
kan pembelajaran yang penyampaiannya
yang telah disediakan sekolah. Model
dilakukan dengan cara menyajikan suatu
pembelajaran konvensional juga meng-
permasalahan, mengajukan pertanyaan-
akibatkan siswa hanya diam men-
pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan
dengarkan guru menjelaskan di depan
membuka dialog, permasalahan yang dikaji
kelas, mencatat ketika guru menulis di
hendaknya merupakan permasalahan kon-
papan tulis dan mengerjakan soal saja
tekstual yang ditemukan perserta didik
tidak cukup efektif dalam pembelajaran
dalam kehidupan sehari-hari.”
karena siswa mengerjakan soal-soal dan
Bern & Erickson dalam Komalasari
rumus-rumus yang ada di LKPD tersebut.
(2011 : 59) menyatakan bahwa “Pem-
Hal ini dilakukan guru untuk menyingkat
belajaran berbasis masalah merupakan
waktu yaitu dua kali tatap muka setiap
strategi pembelajaran yang melibatkan
minggu karena jumlah materi yang
siswa dalam memecahkan masalah dengan
banyak. Dampak dari semua ini adalah
mengintegrasikan berbagai konsep dan ke-
hasil belajar yang diperoleh pun masih
terampilan dari berbagai disiplin ilmu.”
tergolong rendah.
Ngalimun (2012 : 118) menyatakan
Mengantisipasi permasalahan ter-
bahwa “Pembelajaran berbasis masalah
sebut, diperlukan model pembelajaran
memiliki karakteristik sebagai berikut: (1)
yang tepat untuk mengoptimalkan proses
Belajar dimulai dengan suatu masalah, (2)
dengan penyajian materi yang menarik,
Memastikan bahwa masalah yang diberi-
melibatkan siswa dalam pembelajaran
kan berhubungan dengan dunia nyata
sehingga siswa lebih aktif. Model pem-
siswa/mahasiswa, (3) Mengorganisasikan
belajaran yang diperlukan untuk me-
pelajaran diseputar masalah, bukan di-
ngedepankan aktivitas siswa, di mana
seputar disiplin ilmu, (4) Memberikan
siswa memperoleh pengalaman secara
tanggung jawab yang besar kepada pelajar
langsung dan menemukan sendiri per-
dalam membentuk dan menjalankan secara
masalahan yang ada di sekitarnya.
langsung proses belajar mereka sendiri, (5)
Model pembelajaran yang tepat untuk
Menggunakan kelompok kecil, dan (6) Me
memecahkan masalah tersebut adalah
nuntut pelajar untuk mendemontrasikan

2
apa yang telah mereka pelajari dalam Simpulan penelitian ini yaitu model pem-
bentuk suatu produk atau kinerja.” belajaran Berbasis Masalah dapat me-
Kharida (2009 : 83) menyatakan ningkatkan kemampuan berpikir kritis
bahwa “Model pembelajaran berbasis siswa pada sub pokok bahasan Gerak
masalah yang digunakan di SMA Islam Lurus Berubah Beraturan.”
Sultan Agung 1 Semarang di kelas XI, Puspita (2015 : 26) menyatakan bahwa
dapat meningkatkan aktivitas belajar dan “Pada penerapan model pembelajaran ber-
hasil belajar siswa. Peningkatan rata-rata basis masalah terjadi peningkatan pe-
hasil belajar kognitif sebesar 0.26 atau nguasaan konsep pada kelas eksperimen
26%. Peningkatan rata-rata aktivitas belajar pada kriteria sedang dengan faktor gain
siswa sebesar 0.33 atau 33%.” 0,58 dan kelas kontrol pada kriteria sedang
Setyorini (2011 : 52) menyatakan dengan faktor gain 0,41 serta peningkatan
bahwa “model pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada kelas
masalah sudah dapat meningkatkan ke- eksperimen pada kriteria sedang dengan
terampilan berpikir kritis siswa dengan faktor gain 0,35 dan pada kelas kontrol
hasil 75% siswa memiliki kemampuan pada kriteria rendah dengan faktor gain
berpikir kritis dan 7,5% memiliki ke- 0,25. Hasil penelitian tersebut me-
mampuan sangat kritis. Sementara pada nunjukkan bahwa nilai faktor gain kelas
praktikum diperoleh hasil sebesar 82,5%. eksperimen, baik peningkatan penguasaan

Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap Tingkah Laku


1. Orientasi siswa pada masalah Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau
demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,
memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
2. Mengorganisasi siswa untuk Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3. Membimbing individu dan Guru mendorong siswa untuk dan kelompok
kelompok mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Menyajikan hasil karya Guru membantu siswa dalam merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model serta membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
5.Mengevaluasi pemecahan Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau
masalah evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses
yang mereka gunakan.
Ismail dalam Rusman (2010 :235)

Aspek psikomotorik memiliki rerata 82,75 konsep maupun keterampilan proses sains
dalam kategori sangat aktif, kemudian lebih tinggi dibandingkan nilai faktor gain
untuk aspek afektif nilai rerata sebesar 73,3 kelas kontrol. Dengan demikian penerapan
yang termasuk dalam kategori baik. model pembelajaran PBM Berbasis Inkuiri

3
sangat efektif untuk meningkatkan pe- siswa untuk mengembangkan pengetahuan
nguasaan konsep dan keterampilan proses barunya dan bertanggung jawab dalam
sains siswa dibandingkan dengan model pembelajaran yang mereka lakukan.”
pembelajaran Direct Interaction.” Selain memiliki keunggulan model pem-
Nurun (2014 : 125) menyatakan bahwa belajaran berbasis masalah juga memiliki
“Model pembelajaran berbasis masalah kelemahan. Kelemahan dari model pem-
dapat membantu siswa dalam pembelajaran belajaran berbasis masalah yaitu: (1)
materi perbaikan dan setting ulang PC Ketika siswa tidak memiliki minat atau
dapat meningkatkan keterampilan berpikir tidak memiliki kepercayaan bahwa
kritis siswa dalam pembelajaran yaitu masalah yang dipelajari sulit untuk di-
sebesar 24,2%, keterampilan berpikir kritis pecahkan, maka mereka merasa enggan
siswa setelah penerapan PBM yaitu siswa untuk mencoba. (2) Keberhasilan strategi
dengan kategori keterampilan berpikir pembelajaran Problem Based Learning
kritis sangat tinggi sebanyak 20 siswa membutuhkan waktu yang cukup untuk
(69%), kategori tinggi sebanyak 7 siswa persiapan, (3) Tanpa pemahaman mengapa
(24,2%), kategori rendah sebanyak 2 siswa mereka berusaha untuk memecahkan
(6,9%), dan kategori sangat rendah yaitu masalah yang sedang dipelajari, maka
sebanyak 0 siswa (0%), penerapan PBM mereka tidak akan belajar apa yang mereka
dapat meningkatkan hasil belajar siswa ingin pelajari.
sebesar 31,03%, dan (d) Hasil belajar siswa Slameto (2010 : 2) menyatakan bahwa
setelah penerapan PBM yakni jumlah siswa “Hasil belajar ialah suatu proses usaha
yang mencapai KKM sebanyak 29 siswa yang dilakukan seseorang untuk mem-
(100%).” peroleh suatu perubahan tingkah laku yang
Srinivasan (2007 : 74) menyatakan baru secara sebagian atau keseluruhan,
bahwa “Tujuan dari PBL yang digunakan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
pada sekolah kedokteran dan dibandingkan interaksi dengan lingkungannya.”
dengan CBL menggunakan metode pem- Dimyati & Mudjiono (2006 : 13) me-
belajaran berbasis inkuiri didapat hasil nyatakan bahwa “Hasil belajar berkaitan
beberapa siswa lebih memilih PBL merasa dengan pencapaian dalam memperoleh
didorong belajar mandirinya dan lebih kemampuan sesuai dengan tujuan khusus
banyak dalam praktiknya daripada meng- yang direncanakan. Oleh sebab itu, tugas
gunakan CBL berbasis inkuiri kurang utama guru dalam kegiatan ini adalah me-
terdorong dalam belajar dan masih kurang ngumpulkan data tentang keberhasilan
dalam hal praktiknya.” siswa mencapai tujuan pembelajaran. Ber-
Amir (2009) menyatakan bahwa dasarkan data tersebut, guru mampu me-
“model pembelajaran berbasis masalah ngembangkan dan memperbaiki program
memiliki keunggulan, sebagai berikut: (1) pembelajaran.”
Pemecahan masalah merupakan teknik Hamalik dalam Wulandari (2013 : 18)
yang cukup bagus untuk memahami isi menyatakan bahwa “hasil belajar me-
pelajaran. (2) Pemecahan masalah dapat nunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan
menantang kemampuan siswa serta mem- prestasi belajar itu merupakan indikator
berikan kepuasan untuk menemukan adanya perubahan tingkah laku siswa.
pengetahuan baru bagi siswa. (3) Pe- Hasil belajar merupakan tanda terjadinya
mecahan masalah dapat meningkatkan perubahan tingkah laku dalam bentuk
aktivitas pembelajaran siswa. (4) Pemecah- perubahan pengetahuan. Perubahan ter-
an masalah membantu siswa bagaimana sebut terjadi dengan peningkatan dan
mentransfer pengetahuan mereka dalam pengembangan yang lebih baik dibanding-
memahami masalah dalam kehidupan kan dengan yang sebelumnya, misalnya
nyata. (5) Pemecahan masalah membantu dari tidak tahu menjadi tahu.”

4
Hasil belajar memuat tiga ranah. relasi guru dengan siswa, siswa dengan
Dimyati dalam Septiani (2013 : 13) siswa, pelajaran, waktu sekolah, tata tertib
menyatakan bahwa bahwa: (1) Ranah atau disiplin yang ditegakkan secara
kognitif terdiri dari enam jenis perilaku, konsekuen dan konsisten. 3) Faktor
yaitu pengetahuan, pemahaman, pe- lingkungan masyarakat. Lingkungan yang
nerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. (2) dapat menunjang keberhasilan belajar
Ranah afekif terdiri dari lima perilaku, diantaranya adalah lembaga-lembaga pen-
yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, didikan nonformal, seperti kursus bahasa
dan penentuan sikap, organisasi, dan asing, bimbingan tes, pengajian remaja dan
pembentukan pola hidup. (3) Ranah lain-lain.
psikomotor terdiri atas tujuh jenis perilaku, Berdasarkan uraian di atas, maka
yaitu persepsi, kesiapan, gerakan ter- tujuan dari penelitian ini adalah untuk
bimbing, gerakan yang terbiasa, gerakan mengetahui pengaruh dari model pem-
kompleks, penyesuaian gerakan, dan belajaran berbasis masalah dalam me-
kreativitas. ningkatkan hasil belajar pada materi
Slameto (2010 : 54) menyatakan bahwa Hukum Newton tentang Gerak siswa kelas
“Faktor yang mempengaruhi keberhasilan X SMA Negeri 1 Seputih Mataram.
belajar itu dapat dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu: a) Faktor intern yang METODE
berpengaruh terhadap belajar dikelompo- Penelitian ini merupakan penelitian
kan menjadi dua faktor yaitu: (1) Faktor eksperimen dengan populasi siswa kelas X
jasmani keadaan jasmani yang perlu di- SMA Negeri 1 Seputih Mataram pada
perhatikan. Pertama kondisi fisik yang semester genap tahun pelajaran 2016/
normal atau tidak memiliki cacat sejak 2017.
dalam kandungan sampai sesudah lahir. Teknik pengambilan sampel untuk
Kedua kondisi kesehatan fisik. Kondisi penelitian ini menggunakan teknik cluster
fisik yang sehat dan segar sangat mem- random sampling. Sampel dalam penelitian
pengaruhi keberhasilan belajar. (2) Faktor ini adalah siswa kelas X MIA 1 sebagai
psikologis mampu mempengaruhi ke- eksperimen dan kelas X MIA 2 sebagai
berhasilan belajar meliputi segala hal yang kelas kontrol di SMA Negeri 1 Seputih
berkaitan dengan kondisi mental seseorang. Mataram.
Terdapat tujuh faktor yang tergolong dalam Penelitian ini menggunakan desain
faktor psikologis. Faktor-faktor itu meliputi penelitian Pretest-Posttest control group
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, design, yaitu satu kelompok subyek diberi
kematangan dan kelelahan. b) Faktor perlakuan tertentu (eksperimen), sementara
ekstern yang berpengaruh terhadap belajar satu kelompok lainnya dijadikan sebagai
dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, kelompok kontrol. Secara umum, desain
yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan penelitian yang akan digunakan dapat
faktor masyarakat. (1) Faktor lingkungan digambarkan pada Gambar 1.
keluarga. Suasana lingkungan rumah yang
cukup tenang, adanya perhatian orang tua E O1 X O2
terhadap perkembangan proses belajar dan
pendidikan anak-anaknya akan mem- K O3 - O4
pengaruhi keberhasilan belajarnya. (2)
Faktor lingkungan sekolah. Mempengaruhi Gambar 1. Desain Eksperimen
keberhasilan belajar semua siswa di
sekolah mencakup metode mengajar, (Sugiyono, 2013: 114)
kurikulum,

5
Penelitian ini menggunakan instrumen Pada penelitian ini, kelas yang di-
soal uraian yang terdiri dari enam soal gunakan adalah kelas X MIA 1 sebagai
untuk mengukur kemampuan kognitif kelas eksperimen dan kelas X MIA 2
siswa dan lembar keterlaksanaan pem- sebagai kelas kontrol. Pelaksanaan pem-
belajaran berbasis masalah untuk me- belajaran pada kelas eksperimen yakni
ngetahui ketercapain dalam pembelajaran diikuti oleh 32 siswa dan sesuai jadwal
dengan menggunakan model pembelajaran pelajaran fisika di sekolah, yaitu pada
berbasis masalah. hariSelasa pukul 11.15 WIB sampai 14.00
Data perolehan hasil belajar selanjut- WIB. Keseluruhan proses pembelajaran se-
nya diuji menggunakan uji normalitas banyak tiga kali pertemuan. Pertemuan
untuk mengetahui data normal, uji pertama dilaksanakan selama tiga jam
homogenitas untuk mengetahui varians untuk mata pelajaran fisika tentang Hukum
yang sama, dan uji independent sampel T I Newton dan Hukum II Newton. Alokasi
test untuk mengetahui perbedaan kedua waktupembelajaran sama untuk setiap
sampel. pertemuanya sama, yaitu tiga jam dan di-
laksanakan di kelas dan di laboratorium
HASIL DAN PEMBAHASAN fisika. Pada pertemuan kedua hingga per-
Penelitian ini untuk melihat pengaruh temuan ketiga dilaksanakan pembelajaran
hasil belajar fisika siswa yang meng- secara berturut-turut Hukum III newton
gunakan model pembelajaran berbasis dan gaya gesekan, kemudian dilaksanakan
masalah dan model pembelajaran kon- prestest dan posttest.
vensional pada materi Hukum Newton

Tabel 2. Perolehan Hasil Belajar Fisika Siswa


No Kelas Rata- Rata- Rata-rata Kriteria
rata rata Persentase
Pretest Posttest Kenaikan Hasil
Belajar %
1 Eksperimen 33,72 59,97 26,25% Cukup
2 Kontrol 36,19 50,28 14,09% Kurang

tentang Gerak dan mulai dilaksanakan Berdasarkan Tabel 2, kelas eksperimen


pada tanggal 10 Januari 2017 di SMA yang menggunakan model Pem belajaran
Negeri 1 Seputih Mataram. Proses pem- Berbasis Masalah diuji kemampuan awal
belajaran berlangsung selama tiga kali diperoleh 33,72 setelah diajarkan dengan
tatap muka pada setiap kelas eksperimen model pembelajaran berbasis masalah

Tabel 3. Uji Normalitas


No Kelas Sig Sig Posttest
Pretest
1 Eksperimen 0,561 0,768
2 Kontrol 0,902 0,560

dan kelas kontrol dengan alokasi waktu 9 meningkat sebesar 59,97 dengan rata-rata
jam pelajaran dimana 7 jam untuk pem- persentase kenaikan hasilbelajar sebesar
belajarandan 2 jam untuk melaksanakan 26,25 % pada kriteria cukup di-
posttest. bandingkan dengan kelas kontrol

6
menggunakan model pembelajaran bahwa ada pengaruh pada hasil belajar
konvensional diuji kemampuan awal di- fisika siswa setelah menggunakan model
peroleh 36,19 setelah diajarkan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam
model pembelajaran konvensional me- pembelajaran dibandingkan menggunakan
ningkat sebesar 50,28 dengan rata-rata model pembelajaran konvensional.
persentase kenaikan hasil belajar sebesar Berdasarkan hasil analisis pada uji
14,09 % pada kriteria kurang. independent sampel T test dapat dikatakan
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa ada pengaruh rata-rata hasil belajar
bahwa data pretest dan posttest pada kelas siswa antara pembelajaran menggunakan
eksperimen dan kelas kontrol memiliki model pembelajaran berbasis masalah dan
data berdistribusi nomal, di mana Asym sig model pembelajaran konvensional pada

Tabel 4. Uji Homogenitas


Levene Statistic df1 df2 Sig.
0,226 1 62 0,636

Tabel 5. Independent Sampel T test


F Sig. T Df Sig. Mean Std. 95% Confidence
(2- Differen Error Interval of the
tailed ce Differe Difference
) nce Lower Upper
Equal 5.888 .018 7.163 62 .000 12.156 1.697 8.764 15.548
variances
ngain assumed 7.163 52.446 .000 12.156 1.697 8.752 15.561
_pre_ Equal
post variances
not
assumed

(2-tailed) di atas 0,05 yaitu 0,561 dan materi Hukum Newton Tentang Gerak.
0,768 untuk kelas eksperimen dan 0,902 Hasil belajar siswa pada ranah kognitif
dan 0,560 untuk kelas kontrol. dilakukan dengan menggunakan instrumen
Berdasarkan Tabel 4, data penelitian penilaian kognitif berupa soal uraian. Data
hasil belajar kedua kelas memiliki varians pretest dan posttest digunakan untuk
yang sama karena nilai Fhitung > Ftabel, yakni menunjukkan kemampuan awal dan ke-
0,636 > 0,289 yang artinya H0 diterima dan mampuan akhir pada ranah kogintif siswa.
data memiliki varian yang homogen. Rata-rata hasil belajar yang diambil se-
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat pada belum dan sesudah menggunakan model
Equal variances assumed diperoleh nilai pembelajaran berbasis masalah pada kelas
pada t sebesar 7.163 dan df sebesar 62 dan eksperimen dan kelas kontrol meng-
Equal variances not assumed diperoleh gunakan model pembelajaran konven-
nilai pada t sebesar 7.163 dan df sebesar sional, hal ini digunakan untuk mengetahui
52,446 dengan nilai signifikansi kurang model yang tepat digunakan untuk me-
dari 0,05 yaitu 0,000 dan t hitung< t tabel, ningkatkan hasil belajar fisika siswa.
yakni 0,000< 0,678, maka dapat di- Berikut ini merupakan tabel dan grafik
simpulkan bahwa h0 ditolak. Dapat di- yang menunjukkan adanya perbedaan rata-
katakan
7
rata hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan model pembelajaran ber-
menggunakan model pembelajaran ber- basis masalah terjadi karena dalam
basis masalah dan model pembelajaran pembelajaran guru memberikan suatu
langsung pada kelas eksperimen dan kelas masalah berdasarkan kehidupan sehari-hari
kontrol. siswa, sehingga siswa lebih tertarik dalam
Pada kelas eksperimen yang meng- menyelesaikan masalah yang diberikan
gunakan model pembelajaran berbasis oleh guru, lalu guru mengajak siswa untuk
masalah, rata-rata hasil belajar siswa se- membuktikan masalah tersebut yang sudah
belum menggunakan model pembelajaran tersedia dalam LKPD dengan cara me-
berbasis masalah sebesar 33,72, kemudian lakukan percobaan kemudian siswa dapat
setelah menggunakan model pembelajaran menemukan jawaban sendiri dari per-
berbasis masalah meningkat menjadi masalahan yang diberikan oleh guru, dan
59,97, dalam hal ini terjadi peningkatan guru memberikan penguatan terhadap
rata-rata hasil belajar sebesar 26,25 setelah jawaban yang telah disampaikan agar
jawaban tersebut dapat diterima oleh
Tabel 6. Rata-rata Pretest dan Posttest
No Kelas Pretest Posttest
1 Eksperimen 33.72 59.97
2 Kontrol 36.19 50.28

59.97
60 50.28
50 36.19
33.72
40
pretest posttest
30
20
10
0
kelas eksperimen kelas kontrol

Gambar 2. Grafik Rata-rata pretest dan


Posttest

menggunakan model pembelajaran ber- semua siswa. Berdasarkan penelitian telah


basis masalah. Begitu pun dengan kelas dilakukan, siswa menjadi lebih paham dan
kontrol yang menggunakan model pem- mengerti tentang materi yang mereka
belajaran konvensional, rata-rata hasil pelajari. Berbeda dengan kelas kontrol
belajar siswa sebelum menggunakan model yang hanya mendengarkan guru men-
pembelajaran konvensional diperoleh 36, yampaikan materi di depan kelas, sehingga
19, kemudian mengalami peningkatan se- rata-rata hasil belajar fisika siswa yang
besar 50,28 setelah menggunakan model menggunakan model pembelajaran ber-
pembelajaran konvensional, dengan pe- basis masalah lebih tinggi daripada meng-
ningkatan sebesar 14,09. Perbedaan rata- gunakan model pembelajaran konven-
rata hasil belajar sebelum dan sesudah sional.
8
Pada kelas eksperimen, siswa yang dalam hal penggunaan waktu yang masih
memperoleh hasil belajar dengan kriteria kurang, persiapan materi saat mengajar
baik sebanyak 5 orang, siswa dengan belum sepenuhnya matang, dan masih agak
kriteria cukup sebanyak 19 orang dan grogi dalam mengajar di depan kelas.
kriteria kurang sebanyak 8 orang, Hal ini sesuai dengan penelitian se-
sedangkan untuk kelas kontrol siswa yang belumnya yang sudah dilakukan oleh
memperoleh hasil belajar dengan kriteria Handika (2013) yang menyatakan bahwa
baik sebanyak 1 orang, untuk siswa dengan “Pembelajaran berbasis masalah mem-
kriteria cukup sebanyak 5 orang dan untuk berikan pengaruh yang lebih baik dan
siswa dengan kriteria rendah sebanyak 26 secara signifikan meningkatkan ke-
orang. Grafik hasil belajar siswa yang terampilan proses sains siswa sekolah
memperoleh kriteria baik, cukup dan dasar.”
kurang dapat dilihat pada Gambar 3.

30
26
25
19
20

15 kelas eksperimen
8 kelas kontrol
5 8
10 1 5
5 5
5 1

0
Baik Cukup Kurang

Gambar 3. Grafik kriteria hasil belajar

Pada penelitian ini, dapat dikatakan Penelitian ini menuntut para guru untuk
bahwa pembelajaran berbasis masalah menyajikan masalah yang mampu me-
memberikan pengaruh positif terhadap ningkatkan rasa keingintahuan siswa.
hasil belajar fisika siswa yang mengalami masalah-masalah dapat diperoleh dari
peningkatan yang tinggi daripada meng- lingkungan sekitar dan digali dari
gunakan model pembelajaran konven- pengalaman siswa sendiri. Masalah yang
sional. diberikan terdapat dalam LKPD kemudian
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa secara bersama-sama mencari solusi
ini, guru hanya berperan dalam menyajikan dari masalah melalui tahapan keterampilan
masalah, mengajukan masalah dan mem- proses sains yang ada. Melalui pem-
fasilitasinya. Siswa diberikan suatu belajaran berbasis masalah ini, guru di-
masalah oleh guru dan siswa membukitkan harapkan mampu mengembangkan ide
nya melalui percobaan tentang kebenaran kreativitasnya untuk meningkatkan mutu
masalah tersebut, sehingga membuat siswa dan hasil pembelajaran.
lebih memahami materi dengan benar. Hal ini didukung juga dengan
Penggunaan model pembelajaran dalam penelitian oleh Juliawan (2012) yang
penelitian ini juga mengalami kendala menyatakan bahwa “Model pembelajaran
9
berbasis masalah memberikan bekal canggung bertanya atau minta petunjuk
kepada perserta didik tentang cara belajar kepada guru.
memahami permasalahan dan me- Hal ini juga didukung oleh pendapat
mecahkannya sehingga peserta didik Wulandari (2013) yang menyatakan bahwa
benar-benar mampu memperoleh pe- “Model PBL lebih menekankan pada per-
ngetahuan dan pengalaman yang ontentik.” tukaran pendapat dan berbagi pengalaman
Hal ini didukung oleh Herman (2007) dalam pemecahan masalah. Siswa yang
yang menyatakan bahwa “Disposisi mate- memiliki motivasi tinggi akan lebih tertarik
matis siswa yang mendapatkan PBM me- untuk mengeksplor pengetahuan dan ber-
nunjukkan hal-hal yang positif, seperti: (1) keinginan untuk mengetahui suatu hal baru
Kebanyakan siswa (77,2%) menyatakan guna memecahkan masalah yang ber-
senang belajar matematika melalui hubungan dengan dunia nyata.”
pemecahan masalah. (2) Sebagian besar Akan tetapi, kondisi tersebut tidak
siswa (72,8%) merasa tertantang dalam terjadi pada model pembelajaran demo-
belajar matematika melalui pemecahan nstrasi yang selalu mengedepankan peran
masalah. (3) Mayoritas siswa (90%) ber- guru daripada siswa. Meskipun siswa
anggapan bahwa pemecahan masalah perlu sama-sama memiliki motivasi rendah
dilakukan melalui kerja kelompok. (4) dalam belajar, hasil belajar yang dicapai
Sebagian besar siswa (72,8%) menyatakan berbeda, perbedaan hasil belajar tersebut
bahwa selalu ada cara lain untuk terjadi karena penggunaan model yang
menyelesaikan masalah. (5) Kebanyakan berbeda pula, yakni metode PBL dan
siswa (82,8%) percaya bahwa dirinya model pembelajaran dengan demontrasi.
mempunyai kemampuan untuk me- Siswa yang memiliki motivasi rendah yang
nyelesaikan masalah. (6) Sebagian besar diajar dengan model PBL lebih termotivasi
siswa (82,2%) memandang perlu meng- untuk menelusuri dan mengeksplor
hargai pendapat orang lain. (7) Mayoritas pengalaman sendiri daripa siswa yang
siswa (86,2%) berpendapat bahwa belajar diajar dengan model pembelajaran
matematika melalui pemecahan masalah demontrasi yang selalu mengedepankan
bermanfaat untuk kehidupan. (8) Lebih peran guru daripada siswa. Dalam model
dari setengah dari keseluruhan siswa pembelajaran demontrasi ini peran guru
(65,5%) menyatakan perlunya memikirkan lebih dominan, sehingga menyebabkan
cara lain yang lebih baik dalam me- siswa kurang antusias mengikuti kegiatan
nyelesaikan masalah. (9) Kebanyakan belajar mengajar dan cenderung cepat
siswa (71,7%) menyatakan perlu untuk me- bosan.
ngikuti cara yang dilakukan teman dalam
menyelesaikan masalah, jika cara tersebut SIMPULAN
lebih baik daripada caranya.” Berdasarkan hasil dan pembahasan,
Gambaran disposisi matematis yang maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
diperoleh dari respons siswa di atas, di- pengaruh dari model pembelajaran berbasis
kuatkan lagi dengan hasil observasi yang masalah dalam meningkatkan hasil belajar
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. fisika kelas X SMA Negeri 1 Seputih
Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam Mataram dengan hasil belajar siswa pada
kegiatan pembelajaran aktivitas siswa kelas eksperimen dari 33,72 menjadi 59,97
belajar lebih mengemukan daripada dengan kenaikan skor rata-rata sebesar
kegiatan guru mengajar. Umumnya siswa 26,25. Kemudian pada kelas control, hasil
menunjukkan semangat dan ketekunan belajar dari 36,19 menjadi 50,28, dengan
yang cukup tinggi dalam menyelesaikan perolehan skor rata-rata sebesar 14,09.
masalah, aktif berdiskusi dan saling mem- Jadi, model pembelajaran berbasis masalah
bantu dalam kelompok, dan tidak sangat berpengaruh untuk membantu siswa

10
dalam meningkatkan hasil belajar, karena didikan Fisika Indonesia, Vol.5 (2),
siswa lebih aktif dalam pembelajaran 83-89.
dengan masalah yang diberikan oleh guru Komalasari, Kokom.2011. Pembelajaran
dan siswa lebih mudah dalam memahami Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
materi yang diberikan dibandingkan kelas Bandung: Refika Aditama.
kontrol menggunakan model pembelajaran Ngalimun.2012. Strategi dan Model
langsung siswa cenderung diam ketika Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
guru sedang memberikan pertanyaan dan Pressindo.
siswa lebih sulit dalam memahami materi Nurun, Yunin. 2014. Penerapan Model
yang diberikan. Problem Based Learning untuk Me-
ningkatkan Keterampilan Berpikir
DAFTAR RUJUKAN Kritis dan Hasil Belajar Siswa.
Amir, M. Taufiq. 2009. Pembelajaran Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol. 3
Berbasis Masalah (Online), (1), 125-141.
(http://www. wawasan pendidik- Rusman. 2010. Model-Model Pem-
an.com /2016/01/ Pengertian Ciri- belajaran. Depok: Raja Grafindo
ciri Langkah-langkah dan Ke- Persada.
lebihan serta Kekurangan Model Sani, Ridwan Abdullah.2014. Pem-
Pembelajaran Problem-Based Learn belajaran Saintifik untuk Imp-
ing .html), diakses Tanggal 29 Mei lementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
2016. Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Setyorini,U. 2011. Penerapan Model Based
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Learning untuk Meningkatkan
Cipta. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Handika, Ilham. 2013. Pengaruh pem SMP. Jurnal Pendidikan Fisika
belajaran Berbasis Masalah ter- Indonesia ,Vol. 7 (1), 52-56.
hadap Penguasaan konsep dan Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor
Keterampilan Proses Sains Siswa yang Mempengaruhi. Jakarta:
Kelas V. Jurnal Prima Edukasia, Rineka Cipta.
Vol.1 (1), 85-93. Srinivasan. 2007. Comparing Problem-
Herman, Tatang. 2007. Pembelajaran Based Learning with Case-Based
Berbasis Masalah untuk Me- Learning: Effects of a Major
ningkatkan Kemampuan Berpikir Curricular Shift at Two Institutions.
Matematis Tingkat Tinggi Siswa Journal of the Association of
Sekolah Menengah Pertama. American Medical Colleges, Vol.
Educationist,Vol.1 (1), 47-56. 82 (1), 74-82.
Juliawan, Didik. 2012. Pengaruh model Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Pembelajaran Berbasis Masalah Kuantitatif, Kualitatif, dan
terhadap Pemahaman Konsep dan Kombinasi. Bandung: Alfabeta.
Keterampilan Proses Sains Siswa Wulandari, Bekti. 2013. Pengaruh Problem
Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kuta Based Learning Terhadap Hasil
Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Belajar Dtinjau Dari Motivasi
Pendidikan IPA, Vol.2 (1), 1-17. Belajar PLC di SMK. Jurnal
Kharida,L.A. 2009. Penerapan Model Pendidikan Vokasi,Vol. 3 (2), 178-
Pembelajaran Berbasis Masalah 191.
untuk Peningkatan Hasil Belajar
Siswa pada Pokok Bahasan
Elastisitas Bahan. Jurnal Pen-

11

Anda mungkin juga menyukai