Anda di halaman 1dari 13

Menyusun Cerita Praktik Baik (Best Practice) Menggunakan Metode Star (Situasi,

Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak) Terkait Pengalaman Mengatasi


Permasalahan Peserta didik Dalam Pembelajaran

Menyelesaikan masalah terkait siwa mengalami miskonsepsi dalam menyelesaikan soal


peluang kejadian majemuk dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning berbantuan media kartu bridge
Syaiful Rizal
SMA Negeri 1 Pandaan - Jl. Dr. Sutomo Pandaan Pasuruan
syaifulrizal406@gmail.com
06 Januari 2023

Situasi
Pembelajaran yang selama ini berlangsung kurang maksimal, guru tidak mengaitkan
motivasi dengan penerapannya atau fungsi pada hal kontekstual. Rendahnya materi awal peserta
didik dan konsep-konsep dasar tentang materi jarak belum dipahami peserta didik dengan baik
yang mengakibatkan litetasi matematis peserta didik rendah. Guru belum bisa menciptakan
kedekatan pada peserta didik, membuat nyaman peserta didik dalam belajar, sehingga proses
kegiatan pembelajaran kurang maksimal. Ditambah lagi materi matematika yang membuat
down peserta didik sebelum mengerjakan, misalkan guru yang tiba-tiba memberikan
permasalahan tanpa memberikan penguatan konsep dn cara menyelesaikannya terlebih dahulu.
Tidak adanya produk tagihan dalam proses pembelajaran mengakibatkan peserta didik kurang
bertanggung jawab, hal ini dikarenakan waktu belajar peserta didik habis untuk menyelesaikan
tugas-tugas di luar matematika. Pada proses pembelajaran, guru belum bisa memberikan
apersepsi yang memunculkan antusias siwa, serta dalam pemberian motivasi guru belum
sepenuhnya bisa membuat peserta didik merasa tertantang dan memahami pentingnya
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pengembangan LKPD yang belum maksimal dimana
LKPD hanya disusun sebagai rangkuman materi dan latihan soal biasa saja, ditambah lagi
pemberian soal HOTS yang masih sangat kurang, sehingga keterampilan peserta didik dalam
menyelesaikan soal HOTS sangat rendah.

Praktik ini penting untuk dibagikan karena dapat menimbulkan dampak yang besar
dalam proses pembelajaran. Adapun kegiatan baik yang didapatkan dalam pelaksanaan
pembelajaran ini diantaranya adalah pengaturan alokasi waktu, alokasi waktu di atur dengan
sangat tepat dan baik sehingga bisa memfasilitasi peserta didik dalam menyelesaikan LKPD,
diskusi dan presentasi, sampai menyelesaikan soal posttest. Pemberian permasalahan yang
HOTS pada apersepsi, motivasi, LKPD dan posttest membuat peserta didik merasa tentantang
dan antusias, sehingga semangat belajar peserta didik sangat tinggi. Materi pembelajaran yang
disajikan langsung melalui permasalahan yang kontekstual pada LKPD dengan bantuan
instruksi penyelesaian dari guru membuat peserta didik mudah memahami dan menyelesaikan
permasalahan yang dilanjutkan mebuat kesimpulan tentang peluang kejadian saling lepas dan

1
tidak saling lepas. Peserta didik terlibat langsung saat mengonstruksi pemahaman, pemahaman
peserta didik dibangun langsung melalui diskusi kelompok sampai presentasi, sehingga dengan
pengalaman tersebut konsep yang diperoleh peserta didik sangatlah bermakna. Hal tersebut
yang berdampak sangat baik pada hasil posttestnya dimana 94% peserta didik telah tuntas
menyelesaikan tujuan pembelajarannya. Dari beberapa kegiatan baik yang muncul diharapkan
mampu memberikan motivasi sekaligus berbagi pengalaman kepada guru ataupun calon guru
yang mengalami permasalahan sama agar dapat memberikan yang terbaik dalam menerapkan
model pembelajaran inovatif, salah satunya dengan model pembelajaran PBL melalui LKPD
yang dikembangkan dengan baik berbantuan media kartu bridge pada materi peluang kejadian
saling lepas dan tidak saling lepas.

Pada pembelajaran ini guru berperan mengidentifikasi masalah, menentukan masalah,


menemukan akar masalah, dan menentukan solusinya agar tujuan pembelajaran dapat tercapai
dengan baik. Guru bertanggung jawab untuk membuat rencana perangkat pembelajaran yang
inovatif, menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter peserta didik dan
karakter pada materi yang diajarkan. Karakter pada tujuan pembelajaran juga perlu
diperhatikan untuk bisa menentukan model pembelajaran yang tepat. Kemudian
pengembangan LKPD menjadi tanggung jawab guru yang paling utama, pengembangan
LKPD harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, instruksi diberikan melalui
pertanyaan yang membantu peserta didik menyelesaikannya. Setelah itu yang paling utama
adalah pengembangan soal yang dibuat, soal disajikan daam bentuk permasalahan yang HOTS,
terutama pada kompetensi keterampilan, guru sangat dituntut untuk dapat mengembangkan
permasalahan HOTS yang bisa melatih peserta didik dalam mengembangkan literasi
matematisnya.

Tantangan
Pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan metode pembelajaran yang baik,
namun pengembangannya belum terlalu maksimal. Pada proses pembelajaran, guru telah
membuat rancangan pembelajaran yang inovatif, tetapi dalam langkah-langkah pembelajaran
belum dikembangkan dengan baik. Guru masih saja menggunakan metode ceramah, dimana
peserta didik hanya duduk tanpa adanya kelompok, mendengarkan penjelasan dari guru,
mencatat, dan sedikit sekali menciptakan keaktifan peserta didik dalam bertanya perihal
kesulitan yang didapatkan pada saat penjelasan materi. Padahal di materi peluang kejadian
majemuk hampir sebagian besar soal butuh bernalar, butuh menganalisis, menentukakan
pemecahan masalahnya, sebelum menyelesaikan prosedur penyelesaian. Namun dengan
metode ceramah yang diberikan oleh guru membuat batasan peserta didik dalam berlatih
menganalisis soal. Karena hal tersebut suasana pembelajaran menjadi tidak berjalan dua arah,
pembelajaran hanya didominasi oleh guru sehingga tidak memunculkan keaktifan peserta didik
dan peserta didik tidak termotivasi dalam belajar. Guru hanya mentransfer pengetahuan ke
peserta didik, tanpa dikembangkan langsung oleh peserta didik melalui LKPD dan

2
permasalahan kontekstual yang seharusnya. LKPD yang disusun oleh guru hanya bersifat
latihan soal biasa, belum ada instruksi dan langkah-langkah penyelesaian soal dengan baik,
belum ada langkah-langkah membangun konsep, kebanyakan konsep langsung diberikan di
awal, setelah itu langsung latihan soal biasa. Gaya belajar peserta didik yang bermacam-
macam dengan kemampuan peserta didik yang beragam, akan semakin mempersulit peserta
didik dengan semangat belajar tinggi untuk mengeksplor kemampuannya dalam menggali
informasi tentang materi pembelajaran, ditambah lagi feedback yang diberikan guru terhadap
peserta didik sangat kurang yang berdampak buruk terhadap motivasi belajar peserta didik.
Tantangan yang sebenarnya adalah guru harus mampu mendesain suatu model pembelajaran
yang sesuai dengan karakter materi serta karakter peserta didik, ditambah lagi pengembangan
LKPD harus mampu membantu siswa dalam mempelajari materi dan pemberian permasalahan
yang bersifat HOTS.

Aksi
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghadapi tantangan di atas adalah melalui
pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Model pembelajaran PBL erat kaitannya
dengan pemberian masalah nyata, sehingga bisa memfasilitasi belajar peserta didik terkait
materi peluang dimana permasalahan yang diberikan dekat dengan kehidupan peserta didik.
PBL bisa melatih peserta didik cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah yang
berhubungan dengan peluang kejadian majemuk yang nantinya akan diberikan melalui LKPD.
PBL sangat cocok diberikan pada materi peluang kejadian majemuk, hal ini dikarenakan peserta
didik telah menguasai konsep awalnya terkait peluang, sehingga peserta didik akan mampu
menyelesaikan permasalahan kontekstual terkait peluang kejadian majemuk melalui PBL.
Terdapat 5 tahap pembelajaran pada PBL yaitu (1) Orientasi peserta didik pada masalah, (2)
mengorganisasi peserta didik untuk belajar, (3) membantu penyelidikan individu maupun
kelompok (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya (5) menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
1. Kegiatan pendahuluan
Pembelajaran diawali dengan kegiatan pendahuluan meliputi persiapan belajar peserta
didik, langkah berikutnya adalah pemberian apersepsi terkait materi prasyarat yakni
tentang peluang yang disajikan dalam bentuk permasalahan HOTS yang menuntut
peserta didik untuk menganalisis kemudian membuat kesimpulan. Apersepsi disajikan
dalam permasalahan berikut

3
Berdasarkan permasalahan tersebut, peserta didik merasa penasaran dan tertantang,
sehingga peserta didik langsung menganalisis soal, kemudian berdiskusi dengan teman
sebangkunya dan menjawab permasalahan yang diberikan.

Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran melalui powerpoint,


ada 4 tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran yakni melalui model
pembelajaran PBL, peserta didik dapat menentukan peluang kejadian saling lepas
dengan benar, menentukan peluang kejadian tidak saling lepas dengan benar,
memecahkan masalah yang berkaitan dengan peluang kejadian saling lepas dari suatu
kejadian dalam kehidupan sehari-hari dengan benar, dan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan peluang kejadian tidak saling lepas dari suatu kejadian dalam
kehidupan sehari-hari dengan benar. Setelah itu pemberian motivasi, motivasi diberikan

4
dalam permasalahan yang berkaitan dengan peluang kejadian saling lepas, dimana
peserta didik belum memahami prosedur penyelesaiannya. Berikut adalah
permasalahan yang diberikan pada motivasi,

Kemudian guru memfasiltasi dan mengajak peserta didik hanya sebatas menganalisis
permasalahan dengan sederhana saja, belum pada tahap menyelesaikan dan
memberikan kesimpulan. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik bahwa
setelah mempelajari materi hari ini, peserta didik akan mampu menyelesaikan
permasalahan seperti yang diberikan, hal tersebut membangkitkan semangat belajar
peserta didik terhadap materi.
2. Kegiatan inti dengan 5 tahap pembelajaran PBL
• Orientasi peserta didik pada masalah
Tahap ini dimulai dengan pemberian masalah awal, masalah awal yang diberikan
terkait kompetensi pengetahuan, guru membantu peserta didik dalam
menemukan konsep irisan kejadian sebelum menentukan peluangnya, hal ini
membantu peserta didik dalam mengonstruksi pengetahuan awal terkait irisan
kejadian. Setelah itu guru menjelaskan metode pembelajaran yang akan
dilaksanakan yakni diskusi kelompok antara 4-5 peserta didik dengan bantuan
LKPD dan media kartu bridge. Kemudian dilanjutkan dengan pretest, pretest
diberikan dalam bentuk permasalahan pada kompetensi pengetahuan, hal ini
digunakan sebagai dasar bagi guru untuk mengetahui kesiapan peserta didik
terhadap materi yang akan dipelajari
• Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Pada tahap ini guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 4-5 anggota, kemudian berkumpul dalam kelompok dan perwakilan
peserta didik mengambil LKPD dan media kartu bridge. Guru mengingatkan

5
peserta didik untuk membaca instruksi dan langkah-langkah dalam
menyelesaikan permasalahan pada LKPD dengan seksama.

• Membantu penyelidikan individu maupun kelompok


Pada tahap ini, guru berkeliling ke setiap kelompok dan menfasilitasi peserta
didik yang mengalami kesulitan dalam memahami instruksi yang diberikan pada
LKPD.

kemudian guru membimbing peserta didik mengumpulkan informasi yang ada


pada permasalahan terkait peluang pada LKPD. Setelah itu guru membantu
peserta didik melakukan penyidikan dan mengeksplorasi penyelesaian masalah
dari permasalahan yang ada di LKPD, guru membimbing peserta didik dalam
menyelesaikan permasalahannya terkait prosedur penyelesaian yang dilakukan
peserta didik
• Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Sebelum mempresentasikan hasil diskusi, guru memastikan prosedur dan hasil
jawaban peserta didik sudah benar. Guru memastikan dan memberi penguatan
hasil peserta didik terhadap LKPD yang telah dikerjakan. Dalam hal ini
argumentasi dari peserta didik sangatlah penting, perbedaan sudut pandang
peserta didik yang berbeda bisa dimanfaatkan dalam pembuatan kesimpulan
akhir nanti.
• Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini guru mempersilahkan perwakilan satu kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusinya.

6
Guru mengondisikan peserta didik untuk aktif dalam kegiatan presentasi serta
guru meminta perwakilan kelompok yang mempunyai cara atau hasil yang
berbeda dengan kelompok sebelumnya untuk dipresentasikan. Kemudian guru
meminta peserta didik dari kelompok lain untuk mengajukan pertanyaan, saran
dan sebagainya untuk mengetahui letak perbedaannya sekaligus untuk
memberikan eksplorasi yang luas guna membantu menentukan kebenaran dari
penyelesaiannya. Setelah itu guru mengajak peserta didik membuat kesimpulan
tentang konsep peluang kejadian saling bebas, saling lepas, melalui powerpoint
dengan menayangkan permasalahan pada LKPD secara lebih jelas untuk
bersama-sama melihat kebenarannya dan menentukan kesimpulan akhirnya.
Setelah itu guru memberikan postest yang dikerjakan peserta didik selama 15
menit, soal posttest terdiri dari 4 permasalahan terkait 4 tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Berikut soal posttest yang diberikan

7
3. Kegiatan penutup
Pada kegiatan akhir ini guru melakukan refleksi pembelajaran dengan menanyakan
kepada peserta didik terkait pembelajaran hari ini, dilanjutkan pemberian tugas dan
mengingatkan untuk mempelajari materi berikutnya yakni tentang peluang kejadian
saling bebas, kemudian menutup kegiatan pembelajaran

8
Refleksi Hasil Dan Dampak
Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran dengan model PBL sudah dilaksanakan
sesuai tahap-tahap yang ada pada sintaks PBL dengan alokasi waktu yang sesuai dengan
rencana untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peluang kejadian majemuk.
berikut adalah hasil observasi dari rekan guru sekolah

Dari hasil observasi tersebut didapatkan guru berkeliling dan mendampingi peserta didik saat
diskusi kelompok menyelesaikan permasalahan yang ada pada LKPD. Pemberian masalah awal
yang bersifat HOTS sebagai apersepsi, membuat peserta didik sangat antusias dalam
meningkatkan literasi matematisnya. Begitupula saat pemberian motivasi, motivasi diberikan
dalam bentuk permasalahan, guru membantu peserta didik dalam menganalisis soal saja, belum
sampai pada tahap penyelesaian dikarenakan materi yang masih baru dipelajari, hal ini yang

9
mengakibatkan peserta didik penasaran dan semangat untuk melaksanakan pembelajaran.
Namun ditemukan beberapa peserta didik yang masih belum tau jenis jenis dan macam-macam
kartu bridge yang mengakibatkan diskusi kelompok sedikit terhambat dikarenakan salah satu
anggota pada kelompok masih menjelaskan dulu isi dan macam-macam kartu bridge. Selain itu
saat presentasi berlangsung, tidak terjadi diskusi antar sesama kelompok, tidak ada juga
pertanyaan dari lain kelompok, sehingga guru langsung memberikan penguatan materi tersebut
di saat peserta didik telah melakukan presentasinya. Berikut hasil observasi oleh guru sejawat
pada sekolah

Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta didik, peserta didik mudah memahami
materi karena penyampaian materi yang sederhana. Selain itu guru membawakan pembelajaran
secara berbeda dan interaktif, sehingga membuat peserta didik tidak bosan saat belajar.
Kemudian soal yang dibuat oleh guru membuat peserta didik tertantang. Berikut adalah hasil
wawancara dengan peserta didik

10
Konsep yang diperoleh peserta didik dibangun sendiri melalui diskusi kelompok dan presentasi,
media kartu bridge membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan, terutama
peserta didik yang mungkin jarang sekali bermain kartu bridge, sehingga bisa dimanfaatkan
dengan baik saat diskusi kelompok. Berikut adalah salah satu hasil wawancara peserta didik

Hal-hal yang terjadi dengan baik pada pembelajaran adalah permasalahan diberikan di
awal agar peserta didik bisa mengingat materi prasyarat sebelumnya tentang peluang.
Permasalahan HOTS yang diberikan membuat peserta didik mulai mengembangkan
kemampuan literasi matematisnya, mulai dari memformulasikan, mengaplikasikan, hingga
membuat suatu kesimpulan dari permasalahannya.Motivasi diberikan dalam permasalahan yang
berkaitan dengan peluang kejadian saling lepas, dimana peserta didik belum memahami
prosedur penyelesaiannya, guru mengajak peserta didik hanya sebatas menganalisis
permasalahan dengan sederhana saja, belum pada tahap menyelesaikan dan memberikan
kesimpulan. Guru memberikan penguatan kepada peserta didik bahwa setelah mempelajari
materi hari ini, peserta didik akan mampu menyelesaikan permasalahan seperti yang diberikan,
hal tersebut membangkitkan semangat belajar peserta didik terhadap materi. Ditambah lagi
permasalahan yang ada pada motivasi dimunculkan kembali pada LKPD, sehingga dalam
proses pembelajaran peserta didik akan otomatis bisa menyelesaikannya. Permasalahan yang
diberikan pada LKPD bersifat HOTS terkait peluang kejadian saling lepas dan tidak saling lepas
yang ada pada kasus 3 dan kasus 4. Pada kasus 1 dan kasus 2 permasalahan diberikan bertujuan
untuk membantu peserta didik dalam membedakan peluang kejadian saling lepas dan tidak
saling lepas, yang kemudian peserta didik menyimpulkan tentang perbedaan tersebut. Pada
kasus 3 dan kasus 4 permasalahan disajikan dalam bentuk HOTS yang menuntut peserta didik
untuk menganalisis sebelum membuat kesimpulan. Kemampuan literasi matematis peserta
didik sangat dikembangkan dalam menyelesaikan permasalahan, sehingga terjadi interaksi
diskusi kelompok yang sangat baik. Pembuatan kesimpulan dilakukan peserta didik pada saat
mengerjakan LKPD, LKPD didesain dengan langkah-langkah yang bisa membantu peserta
didik dalam memahami permasalahan, menyelesaikan permasalahan, serta membedakan terkait
peluang kejadian saling lepas atau tidak saling lepas dalam kesimpulan. Dalam memberikan
kesimpulan, peserta didik menuliskan dalam bahasanya sendiri yang diperoleh setelah
menyelesaikan permasalahan yang diberikan, kemudian bersama dengan guru peserta didik
membuat kesimpulan akhir setelah presentasi. Kesimpulan didapatkan dan dikembangkan
sendiri oleh peserta didik, dibahasakan dengan bahasa mereka, kemudian diberikan penguatan
dari guru yang membuat konsep yang diterima peserta didik semakin bermakna. Posttest
diberikan untuk melihat hasil belajar peserta didik setelah selesainya kegiatan pembelajaran.
Soal posttest ada 4 dimana masing-masing tujuan pembelajaran diberikan soal pada posttest
yang bertujuan melihat ketercapaian pembelajarannya. Soal pretest pada KD keterampilan
dibuat HOTS, sehingga membutuhkan kemampuan literasi matematis peserta didik yang sangat
baik. Alokasi waktu yang direncanakan sudah baik, sesuai dengan penerapannya dalam

11
pembelajaran, sehingga bisa memaksimalkan peserta didik dalam berdiskusi, presentasi, dan
mengerjakan posttest.

Namun disamping itu juga ada hal-hal yang belum berjalan dengan baik, salah satunya
pada saat diskusi kelompok, ada beberapa peserta didik yang sama sekali belum mengenal kartu
bridge, sehingga saat mengerjakan LKPD salah satu anggota pada kelompok tersebut harus
menerangkan secara detail terkait jenis kartu, warna kartu, macam-macam kartu. Hal ini
berdampak saat mengerjakan soal postetst, dimana beberapa peserta didik tersebut salah dalam
menentukan irisan dari dua kejadian. Harusnya saat Apersepsi diberikan penjelasan yang detail
terkait kartu bridge, sehingga peserta didik memiliki bekal pengetahuan yang nantinya akan
digunakan dalam menyelesaikan permasalahan. Kemudian pada saat kegiatan presentasi
berlangsung, tidak ada proses diskusi antar sesama kelompok, tidak ada proses tanya jawab
pada kelompok, sehingga guru langsung membuat penguatan materi seusai presentasi selesai

Pada pembelajaran ini ada 4 tujuan pembelajaran yang akan diselesaikan yang terdiri
dari 2 kompetensi pengetahuan dan 2 kompetensi keterampilan. Semua tujuan pembelajaran
tercapai dengan baik. Hal tersebut bisa dilihat dari pengerjaan LKPD saat diskusi kelompok,
dimana sudah 100% kasus pada LKPD sudah terselesaikan dengan baik. Setelah itu dari hasil
analisis posttest yang telah dikerjakan oleh 30 peserta didik, nilai terendah yang diperoleh
peserta didik adalah 65 dan nilai tertingginya 100, dengan rata-rata nilainya adalah 91,5. Berikut
data nilai dari ke 30 peserta didik

BANYAKNYA

3% 3%
0% 65-70
71-76

47% 77-82

44% 83-88
89-94
95-100
3%

Dengan KKM nilai kelas XII adalah 82, maka diperoleh 94% peserta didik telah tuntas di atas
KKM. Berdasarkan analisis hasil pekerjaan peserta didik, hanya ada 13% saja peserta didik
dengan jawaban dan hasil yang benar, namun tidak menyelesaikannya dengan prosedur

12
penyelesaian peluang kejadian majemuk dengan benar, selain itu ada 3% peserta didik yang
tidak mengerjakan soal terkait tujuan pembelajaran ke 3, serta ada 3% peserta didik yang tidak
memberikan kesimpulan akhir terkait soal nomor 2 dan nomor 3. Dari hasil tersebut, bisa
dikatakan bahwa semua tujuan pembelajaran telah tercapai dengan baik.
Secara garis besar jika ada kesempatan nantinya untuk mengajarkan kompetensi yang
sama, semua kegiatan akan tetap dilaksanakan dengan cara dan alokasi waktu yang sama, hanya
ada tambahan pada saat apersepsi, peserta didik harus diberikan pengetahuan dasar yakni
tentang kartu bridge yang akan digunakan dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran telah
berlangsung sesuai rencana, Pengaturan alokasi waktu, alokasi waktu yang diberikan ke peserta
didik sangat baik, dimana peserta didik bisa fokus berdiskusi kelompok, bertanya pada guru,
menganalisis permasalahan pada LKPD, melakukan perhitungan sampai membuat kesimpulan.
Apersepsi diberikan melalui soal HOTS yang peserta didik sendiri belum pernah menerimanya,
sehingga peserta didik merasa seru dn menantang yang membangkitkan antusias mereka dalam
belajar. Motivasi diberikan dalam bentuk permasalahan yang langsung terkait pada materi dan
nantinya akan peserta didik selesaikan pada LKPD. Permasalahan yang peserta didik sendiri
belum mampu menyelesaikan bisa dijadikan pemantik peserta didik untuk penasaran dan
semangat untuk mempelajari materi. Rancangan LKPD dengan langkah-langkah yang diberikan
sangat membantu peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan terutama pada kasus 1 dan
kasus 2. Kasus 1 dan kasus 2 digunakan dalam menentukan konsep peluang kejadian saling
lepas dan tidak saling lepas, permasalahan diberikan terkait kartu bridge dengan kasus yang
berbeda. Instruksi diberikan untuk membantu peserta didik dalam memisalkan kejadian,
menentukan ada tidaknya irisan, menentukan peluangnya, sampai di tahap akhir setelah
menyelesaikan kasus 1 dan kasus 2 peserta didik diminta menjelaskan perbedaan yang ada pada
kedua kasus tersebut, kemudian peserta didik mentukan kesimpulan akhir terkait peluang
kejadian saling lepas dan tidak saling lepas dengan bahasa mereka sendiri. Soal posttest
disajikan dalam permasalahan yang HOTS yang membuat rasa penasaran peserta didik tinggi,
sehingga kemampuan literasi matematisnya sangat digunakan dengan maksimal. Media kartu
bridge juga sangat membantu peserta didik yang belum memiliki gambaran tentang kartu
bridge, sehingga saat diskusi kelompok, peserta didik langsung mendemonstrasikan media kartu
bridge nya terkait permasalahan yang diberikan.

13

Anda mungkin juga menyukai