Anda di halaman 1dari 8

PROBLEMATIKA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

KELAS V DI SDN SANANWETAN 02

Puspita Putri Kurniasari(1), Muhammad Ramadhani(2), Atika Ailis Ayu Lestari(3)

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Nahdlatul Ulama Blitar

Jl. Majid No. 22 Kota Blitar

Email : puspitaputri1604@gmail.com(1), mrddhani9@gmail.com(2),


ayulestari.j2@gmail.com(3)

Abstrak

Problematika proses pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah salah


satu dari berbagai mata pelajaran yang menjadi beban yang sangat berat saat pandemi covid-
19 melanda. Berbagai macam strategi dan proses agar siswa bisa mendapatkan materi
pembelajaran yang diberikan guru secara maksimal. Metode yang penelitian menggunakan
yakni metode kualitatif dengan wawancara kepada salah satu guru di SD Negeri Sananwetan
02 Kota Blitar yang mengeluh dengan keadaan pandemi covid-19 yang melanda sehingga
kurangnya rasa peduli anak terhadap pembelajaran yang semestinya harus mereka dapatkan.
Siswa lebih memilih untuk bermain game ketimbang belajar di rumah Sehingga ketika
diterapkannya pembelajaran tatap muka, anak tidak mengetahui materi yang diberikan oleh
gurunya, membuat guru untuk mengulangi materi yang semester lalu agar anak bisa
memahami materi selanjutnya. Karena kurangnya kerjasama antara guru dan orang tua.
Padahal ketika pembelajaran daring/online anak mendapatkan nilai yang memuaskan, tetapi
ketika tatap muka (luring) anak tidak mengetahui apa-apa. Terutama dalam pembelajaran
matematika yang sifatnya harus berkelanjutan dari metri sebelumnya. Jadi kalau ingin bisa
perkalian, mau tidak mau harus bisa juga pembagian, jika ingin bisa pembagian harus bisa
perkalian.

Kata kunci : Problematika, Pembelajaran.


PENDAHULUAN

Pembelajaran matematika dalam Sekolah Dasar (SD) adalah menjadi suatu tantangan
cukup berat yang harus diselesaikan oleh siswa dan guru harus bisa membuat pembelajaran
matematika menjadi menyenangkan agar bisa menarik minat siswa dalam mempelajarinya.
Karena mata pelajaran matematika menjadi patokan penting bagi para wali murid terkait
pembelajaran matematika yang dapat menunjang penilaian mata pelajaran lain dengan
keberhasilan siswa dalam belajar.

Namun dengan datangnya pandemi yang belum kunjung selesai sampai sekarang, ini
menjadikan guru, terutama guru matematika lebih memutar otak dan mencari berbagai
macam cara agar siswa bisa memahami materi yang disampaikan. Melihat matematika
terutama di kelas atas itu sudah menjuru ke materi yang cukup berat.

Kesulitan umum yang dialami oleh guru dalam pembelajaran matematika adalah dalam
memahami dan menanamkan konsep dasar materi dengan benar. Kesalahan guru dalam
membelajarkan dikelas juga menjadi patokan dan harus diperhatikan dalam memberi
pelajaran matematika kepada siswa, berdasarkan observasi dilapangan masih banyak kita
lihat guru yang menekankan siswanya untuk menghafalkan rumus-rumus matematika yang
diberikan, sehingga mengakibatkan siswanya dapat melupakan rumus-rumus tersebut dengan
cepat karena terpaksa.

Ditambah dengan kemajuan tekhnologi yang sekarang siswa cenderung mencari jawaban
diinternet dan mencari yang instan terkait pembelajaran matematika maupun terkait
pertanyaan dari soal yang diberikan oleh guru.hal ini justru menjadikan guru mengalami
kesulitan tersendiri untuk menerangan materi yang sedikit lebih sulit. Terkadang kita juga
melihat di lapangan, kurangnya minat belajar anak terhadap pembelajaran matematika yang
dianggap rumit dan kurang menarik.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kulitatif yang bersifat
wawancara terhadap guru di SDN Sananwetan 02. Bogdan dan Taylor (1975:5),
mendefinisikan metode penelitaian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Menggunakan metode ini lebih efektif karena langsung mengetahui keluh dan kesah dari guru
yang melaksanakan langsung, mulai dari proses pembelajaran yang bisa diterapkan kepada
siswa sampai proses pembuatan proses pembelajaran yang harus disiapkan saat menghadapi
siswa dipagi hari.

Peneliti memilih metode kulitatif karena menginginkan hasil penelitian yang


efektifitas dan faktual yang langsung dilakukan oleh guru terhadap siswa di kelas. Jadi,
peneliti dapat memilih metode kualitatif data melalui wawancara, dokumentasi dan observasi.
Pada pendekatan kualitatif yang peneliti kumpulkan terkait proses pembelajaran saat pandemi
dan tatap muka yang mulai diterapkan.

PEMBAHASAN

Pengertian Problematika

Proses belajar mengajar di sekolah tentunya tidak berjalan dengan tanpa halangan
atau problematika (masalah). Probematika yang muncul mulai dari siswa yang sulit mencerna
materi pelajaran, dan permasalahan guru ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Menurut Oka (1974; 15), problematika merupakan persoalan denggan berbagai kemungkinan
cara pemecahan yang mungkin diterapkan tanpa evaluasi manakah manakah yang lebih baik
dari bentuk-bentuk yang ada. Sedangkan menurut Moleong (1998: 62), masalah adalah suatu
keadaan yang bersumber dari hubungan yang antara dua factor atau lebih yang menghasilkan
suatu yang membingungkan. Jadi, probematika merupakan suatu keadaan dimana terdapat
dua permasalahan yang berasal dari 2 factor, sehingga menimbulkan permasalahan baru yang
harus dicari solusinya tanpa harus tau mana yang lebih baik.

Guru sebagai pengevaluasi hasil belajar siswa, guru harus aktif mengikuti hasil belajar
yang telah dicapai siswa dari waktu ke waktu. Hasil evaluasi tersebut sebagai umpan balik
(feed back) terhadap proses belajar mengajar dan sebagai tolok ukur untuk memperbaiki serta
meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Untuk pelajaraan matematika hampir
semua guru telah melaksanakan evaluasi di akhir proses belajar mengajar di kelas. Namun
hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Kadang- kadang hasil yang dicapai dibawah stadart
atau dibawah rata-rata. Untuk pelajaran selain matematika evaluasi dilaksanakan pada akhir
pelajaran atau pada saat proses belajar berlangsung.

Pengertian Pembelajaran Matematika

Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berpiki, karena itu
matematika sangat diperlukan baik untuk memecagkan masalah dalm kehiupan sehari-hari
maupun untuk menunjang ilmu pengetahuan dan teknologi (Offirston, 2014:1). Ini berarti
matematika dapat mempersiapkan siswa agar mampu menggunakan pola pikir matematika
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan lain.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu modern,


mempunyaiperan penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia
(Depdiknas, 2006: 147). Suatu pembelajaran akan efektif apabila tujuannya tercapai sesuai
yang direncanakan. Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu usaha yang
sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimliki guru untuk
menjadikan seseorang bisa mencapai tujuan kurikulum (Kosasih, 2014:11).

Pembelajaran matematika adalah logika berpikir bukan sekedar pandai berhitung.


Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantuseperti kalkulator, komputer,namun
menyelesaikan masslah diperlukan logika berpikir dan analisis (Fatimah, 2009:8). Oleh
karena itu, siswa dalm belajar matematika harus memiliki pemahaman yang benar dan
lengkap sesuai tahapan, melalui cara dan media yang menyenangkan dengan menjalankan
prinsip matematika.

Berdasarkan uraian di atas, amka dapat disimpilkan bahawa pembelajaran matematika


di sekolah dasar merupakan salah satu kajian yang penting untuk diberikkan kepada semua
siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan kemmapuan menghitung dan
mengolah data. Pembelajaran matematika juga dapat digunakan untuk sarana dalam
pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol,
tabel, diagram dan media lain.

Problematika Proses Pembelajaran Matematika di Kelas V

Bapak Bayu Tatak sebagai wali kelas VB di SDN Sananwetan 02 yang mengatakaan
bahawa sebelum pandemi pembelajaran dilaksanakan dengan tatap muka. Model
pembelajaran yang dipakai pun sangat bervariasi terkadang juga menggunakan Microsoft
Power Point untuk menarik minat dan fokus siswa terhadap pembelajaran. Pak Bayu sering
mengobrol dengan para siswanya untuk mendekati mereka, Bapak Bayu berharap bisa
mengenal karakter masing-masing siswanya. Dalam pembelajaran matematika ini Pak Bayu
sering mengulang penjelasan saat dirasa ada yang belum dimengerti oleh siswanya. Peserta
didik memiliki karakter mereka masing-masing dan kemampuan berfikir yang berbeda.
Kemampuan yang berbeda dari setiap individu memerlukan pelayanan tersendiri bagi
guru dalam upaya penyesuaian program pengajaran yang akan dibuat dan dilaksanakan.
Denganadanya penangananyang berbeda pada individu dalam proses pembelajaran
diharapkan setiap individu merasa nyaman dengan pembelajaran yang diterimanya sehingga
diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar individu.

Di dunia belajar mengajar kerap kali kita temui suatu problem atau masalah yang ada
dilapangan. Demikian suatu problem yang dihadapi disalah satu sekolah dasar SDN
Sananwetan 02 yang terletak di Kota Blitar. Pendidikan adalah pusat utama dalam hal apapun
yang diterapkkan sejak dini. Namun, dengan adanya kendala pandemi ini pendidikan tidak
dapat dilaksanakan dengan tatap muka dan terpaksa harus dilaksanakan melalui media atau
daring. Tidak dapat dipungkiri bahwa diindonesia ini masih banyak lingkungan yang sulit
dijangkauinternet atau orang tua yang belum memahami penggunannya. Dengan hal diatas
pendidikan di Indonesia ini bisa dikatakan mengkhawatirkan dan harus segera diberikan
sebuah tindak lanjut untuk kedepannya.

Di SDN Sananwetan 02 yang memiliki letak di tengah kota tentunya sangat mudah
menjangkau internet. Namun, saat pembeelajaran daring dilakukan maka yang mengawasi
murid tersebut adalah orang tua atau wali mereka. Bapak Bayu Tatak sebagai wali kelas VB
mengatakan bahwa tidak semua orang tua bisa mengawasi anaknya dalam pembelajaran
daring ini dikarenakan kesibukkan dalm dunia kerja. Selain itu, banyak siswa broken home
sehingga dia tinggal bersama neneknya yang sama sekali tidak paham dengan tekknologi.
Sebenarnya, Bapak Bayu meengungkapkan bahwa semua siswanya sudah memiliki
smartphone masing-masing dan mereka dirasa cukup pintar dalam menggunakan smart
phonenya. Lalu, apa kendala khusus yang dialami saat pembelajaran? Tanpa pengawasan
orang tua seringkali Smartphone tersebut disalah gunakan untuk bermain game online atau
hal-hal yang merugikan.

Pada pembelajaran daring Bapak Bayu menggunakan aplikasi WhatsApp karena, saat
mencoba menggunakan aplikasi zoom atau google meet dirasa belum bisa prroduktif
diterapkan dikelas tersebut. Cara mempelajarkan pembelajaran mateematika yang banyak
sekali rumus yang harus dihhafal atau dimengeerti ooleh siswa pak bayu seringkali membuat
video-vidio pembelajaran. Video tersebut disertai dengan rumus-rumus dan cara
mmengerjakan soal yang jelas untuk memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran
tersebut. Setalah diberikan materi melalui video atau ppt yang dikirimkan digrub WhatsApp
Pak Bayu memberikan tugas untuk mengevaluasi apakah siswa tersebut dapat memahami
pembelajaran dengan baik dengan diberikan batasan waktu sampai jam 8 malam. Para
siswapun mengumpulkan tugas dengan tepat waktu pada awalnya mereka terlihat semangat
namun, semakin hari semangat itu mennurun. Dan ada salah satu siswa yang sering kali tidak
mengumpulkan tugas untuk mengatasi siswa tersebut Pak Bayu seringkali mengunjungi
kerumah keluarganya namun, orang tuannya hanya memarahinya lalu keesokan harinya
mengulangi lagi.
Setelah melihat banyak problem diatas dan guru di SDN Sananwetan 02 ini sering
melakukan evaluasi maka diadakan pembelajaran ganjil genapdengan siswa masuuk 50%
kehadiran. Saat peserta didik melakkukan pembelajaran tatap muka 50% Pak Tatak merasa
mereka cenderung diam dan asing dengan teman sekelasnya sendiri. Dan saat pak Tatak
mencoba mengulangi pembeelajaran yang sudah diajarkan saat daring ternyata banyak yang
tidak faham. Ternyata hal tersebut disebabakan karna orang tua yang kurang telaten dalam
mengajarkan anaknya sehingga tugas sering dikerjakan oleh guru les atau tetangganya.
Dengan pembelajaran 50% ini siswa dapat dengan mudah memahami pembelajaran walaupun
waktu yang diberikan sangat terbatas. Dengan pembelajaran tatap muka 50% ini sedikit
memudahkan guru untukmelakuka pendekatan dan memahami masing-masing karakter
peserta didik.

Solusi Problematika Proses Pembelajaran Matematika

Menurut para ahli solusi adalah jalan keluar atau jawaban dari suatu masalah (Munif
Chatib : 2011). Menanggapi pengertian dan permasalahan diatas peneliti memberikan solusi
yang akan membuat sekolah tersebut akan lebih maju dan meningkat dalam proses
pembelajaran terutama pelajaran matematika. Sebenarnya solusi dalam menghadapi
problematika dalam proses pembelajaran matematika ini sudah banyak sekali dilakukan oleh
pihak sekolah. Karna permasalahan yang sekarang lagi terjadi didepan mata kita ini adalah
pandemic atau virus COVID-19 yang tak kunjung hilang, sehingga membuat para guru
memutar otak dan merubah segala yang sudah diatur sedemikian rupa.

Namun solusi yang sekarang dilakukan guru di SD Sananwetan ini juga sudah
memberikan perubahan dan membawa peningkatan yang sangat drastis kepada pesrta didik.
Yakni dengan memasukkan peserta didik 50% dalam pembelajaran, menurut peneliti ini
adalah solusi yang sudah sangat bagus, sehingga anak lebih mudah memahami materi yang
disampaikan oleh guru, ketimbang ketika daring kemarin.
Tidak sampai disana memasukkan siswa 50% ini ternyata juga memunculkan masalah
baru yakni penympaian materi yang kurang maksimal karna waktu yang diberikan juga lebih
sedikit dari sebelumnya, dan juga guru harus mengulang materi yang lama juga. Karena
materi ketika daring kemarin murid ternyata masih banyak yang belum memahami. Jadi dari
peneliti memberikan solusi agar lebih pendekatan kepada siswa dan wali murid juga seperti
yang dilakukan waktu pandemi kemarin yang dilakukan oleh bapak/ibu guru. Karena dengan
pendekatan dengan orang tua itu bisa membuat agar orang tua juga akan lebih sadar akan
keadaan anak dan juga perkembangan dari pembelajara anak, agar materi yang telah
disampaikan di sekolah juga bisa dipelajari lagi bersama orang tua atau keluarganya di
rumah.

Karena jika hanya guru yang bergerak untuk mengubah cara belajar anak yang bisa
dikatakan libur 1 tahun karena adanya pandemi yang masih berlangsung ini, itu sangat sulit
untuk membuat anak agar berinteraksi dengan keadaan yang berbeda seperti sebelumnya. jadi
agar anak lebih mudah bersosial kembali dengan keadaan sekitarnya dukungan dari orang tua
da lingkungan sekitar sangat dibutuhkan.

Daftar Rujukan

Sukasno. (2019). Problematika Pembelajaran Matematika Di SD. STKIP : Lubuklinggau.


Afifah Nurul. (Januari 2015). Problematika Pendidikan di Indonesia.
Jurnal Metrouniv. Vol. 1
Chatib, Munif. (2011). Gurunya Manusia : Menjadikan Semua Anak Istimewa dan Semua
Anak Juara. Bandung: Mizan Pustaka.
Oka, I Gusti Ngurah. (1974). Problematika Bahasa dan Pengajaran Bahasa Indonesia.
Surabaya: Usaha Nasional.
Moleong, L.J. (1998). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Offirston, Topic. (2014). Aktivitas Pembelajaran Matematika Melalui Inkuiri Berbantuan
Software Cinderella. Yogyakarta: Deepublish.
Depdiknas. (2006). Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta:
Depdiknas.
Kosasih, E. (2014). Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013.
Bandung: Yrama Widya.
Fatimah, Siti. (2009). Matematika Asyik dengan Metode Pemodelan. Bandung: Dar Mizan.
Bogdan, Robert C. and Taylors K.B. (1992). Qualitative Research foe Education An
Introduction to Theory and Methods. Boston: Ally and Bacon Inc.

Anda mungkin juga menyukai