Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana problematika bahan ajar dan
media pembelajaran matematika di SDI Kota Blitar. Dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif atau narasi. Dalam pengambilan data peneliti menggunakan teknik wawancara.
Dari wawancara tersebut peneliti mengumpulkan data sampai menyimpulkan data. Dari hasil yang
ada di SDI Kota Blitar khususnya pada pelajaran matematika berjalan dengan cukup baik.
Meskipun masih terdapat kendala yaitu pada kelas yang diteliti cenderung banyak anak yang
mengalami broken home sehingga mengakibatkan pembelajaran yang kurang maksimal. Pada
pembelajaran daring terdapat kendala seperti susah sinyal, bahan ajar yang terpaku pada buku
penerbit dan media pembelajaran yang kurang menarik menyebabkan minat belajar siswa
menurun. Saran yang diberikan peneliti, guru hendaknya melakukan pembelajaran sesuai dengan
bahan ajar yang diambil oleh sekolah dan dengan bimbingan guru siswa dapat termotivasi
diharapkan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran.
Kata Kunci: Problematika, Bahan Ajar, Media Pembelajaran,Matematika
PENDAHULUAN
Matematika berhubungan dengan ide-ide/ konsep-konsep abstrak yang
tersusun secara hirarkis, untuk mempelajari suatu konsep yang berdasarkan pada
konsep yang lain, seseorang perlu memahami lebih dahulu konsep prasyarat
tersebut, tanpa memahami konsep prasyarat tersebut tidak mungkin orang itu
memahami konsep barunya dengan baik (Hudojo, 1990:4). Pembelajaran
matematika di sekolah dasar adalah salah satu mata pelajaran yang memiliki peran
penting guna meningkatkan kualitas manusia terutama dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dewasa ini matematika sering diakui sebagai tolok
ukur dalam mengukur tingkat kecerdasan seseorang. Sejalan dengan pengertian
matematika menurut Depdiknas (2006), yaitu ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi moderen, mempunyai peranan penting dalam berbagai
disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Selain itu sudah tertera dalam Kurikulum 2013, bahwa matematika bertujuan
menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu
menggunakan pendekatan Sscientific (ilmiah) (Kemendikbud, 2013). Hal
tersebutlah yang mendasari bahwa pembelajaran matematika di sekolah dasar
perlu memperlakukan anak secara khas, yaitu dengan cara mengasah kemampuan
berfikir, bernalar dan berimajinasi guna membantu mengasah kecerdasannya
secara langsung, yang selain itu juga dijadikan landasan untuk belajar pada
jenjang berikutnya.
Guna memahami materi pembelajaran tersebut, diperlukan sebuah alat bantu
dan pendukung agar materi yang disampaikan mudah ditangkap dan diterima oleh
siswa. Alat bantu ini berupa bahan ajar dan media pembelajaran. Sejalan dengan
pengertian bahan ajar menurut Pannen (1995) (dalam Sadjati, 2012:1.5) adalah
bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru
dan siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan media pembelajaran menurut
Arief S. Sadiman (1986) (dalam Soenarto, 2012:1) yang menerangkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan minat siswa sehingga proses belajar terjadi.
Banyaknya guru yang terkendala dalam memanfaatkan bahan ajar dan media
pembelajaran ini, sehingga membuat siswa merasa mudah bosan dan kesulitan
dalam memahami materi matematika. Terlebih pembelajaran saat ini mayoritas
dilaksanakan secara daring. Salah satu problematika terkait bahan ajar dan media
pembelajaran juga terjadi di SDI Kota Blitar, hal ini terutama disebabkan adanya
perbedaan pembelajaran secara daring dengan luring. Berdasarkan hasil
wawancara dengan seorang guru SDI Kota Blitar pada Rabu (16/06/21), yang
menjelaskan bahwa sebelum pembelajaran daring dilaksanakan, penyampaian
materi dan media pembelajaran matematika disampaikan secara langsung dan
mempraktekkan secara langsung pula sehingga membuat anak akan lebih mudah
memahaminya. Sebaliknya ketika pembelajaran daring, penyampaian materi
hanya melalui video pembelajaran dan penugasan lainnya yang bersumber dari
buku-buku pendamping. Hal ini menyebabkan kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi matematika yang notabenenya harus sering dipraktekkan.
Melihat dari permasalahan tersebut, tentunya perlu ada sebuah upaya-upaya
perbaikan. Dimana guru bisa memberikan pendampingan kepada siswa yang
kurang memahami materi dan memberikan penugasan tersendiri guna
meningkatkan pemahaman anak tersebut. Selain itu, guru bisa memberikan media
pembelajaran yang menarik kepada para siswanya, sehingga anak akan mudah
memahaminya materi matematika.
METODE
Penelitian ini dilakukan di SDI Kota Blitar pada tanggal 16 Juni 2021 pukul
11.30 WIB. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dimana data yang disajikan berupa kata-kata. Menurut (Sukmadinata,
2011:73) mengemukakan penelitian deskrtiptif kualitatif ditujukan untuk
mendiskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat
alamiah atau pun rekayasa manusia, yang lebih mengenai karakteristik, kualitas,
dan ketertarikan antar kegiatan. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif yang diharapkan mampu menghasilkan uraian secara mendalam tentang
permasalahan bahan ajar dam media pembelajaran matematika di SDI Kota Blitar.
Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara dan teknik dokumentasi
guna mendukung proses penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
problematika apa saja yang dialami oleh guru dalam proses pembelajaran daring
maupun dengan tatap muka. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang guru
kelas atas dan seorang guru kelas bawah.
SARAN
Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan temuan dari penelitian sebagai
berikut : Guru hendaknya melakukan pembelajaran sesuai dengan bahan ajar dan
media yang diambil oleh sekolah serta pantang menyerah dalam membantu dan
memotivasi sisw dalam pembelajaran karena dengan siswa yang cenderung pasif
maka peran guru lebih berat dan lebih utama dalam memberikan proses
pembelajaran. Dengan bimbingan dari guru yang setiap saat memberikan motivasi
diharapkan siswa akan menjadi aktif dalam pembelajaran dan diharapakan guru
dapat membuat pembelajaran lebih menyenangkan agar anak tertarik mengikuti
proses pembelajaran. Orang tua merupakan faktor penentu dan mendukung proses
pembelajaran anak. Dengan pengawasan yang baik maka anak akan selalu
senantiasa belajar dengan tekun sehingga diharapkan wali murid ikut serta
mengawasi proses belajar anak selama di rumah,memperhatikan kesulitan anak
dalam belajar dan membatasi waktu bermain anak yang dirasa tidak penting. Serta
mengarahkan anak untuk menggunakan kemajuawan teknologi ke ranah yang
positif
Tindak lanjut tersebut bisa dibicarakan dengan guru maupun dengan wali
murid agar kegiatan tersebut tepat dengan problematika yang sedang dihadapi.
Tidak hanya guru wali muridpun juga diharapkan membantu guru dalam
mengatasi hal ini. Guru juga bisa melakukan kerjasama dengan wali murid supaya
hasil pembelajaran menjadi maksimal. Sehingga orang tua dan guru bias
memaksimalkan media yang telah disediakan.
RUJUKAN