Anda di halaman 1dari 32

1

A. JUDUL : PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DENGAN STRATEGI THINK-TALK-WRITE (TTW)

DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII-A

SMP PLUS YLPI P. MARPOYAN PEKANBARU

B. BIDANG ILMU : PENDIDIKAN MATEMATIKA

C. LATAR BELAKANG MASALAH

Matematika salah satu sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan untuk

menumbuhkembangkan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kritis dalam diri

peserta didik. Demikian pula matematika merupakan pengetahuan dasar yang

diperlukan oleh peserta didik untuk menunjang keberhasilan belajarnya dalam

menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Bahkan matematika adalah merupakan

subjek yang sangat penting dalam sistem pendidikan di seluruh dunia ( Masykur dan

Halim, AF 2007:41). Karena itulah, peserta didik perlu memiliki pengetahuan

matematika yang cukup untuk menghadapi masa depan. Menyadari akan pentingnya

peranan matematika, baik dalam penataan nalar dan pembentukan sikap maupun

dalam penggunaan matematika, maka peningkatan prestasi belajar matematika di

setiap jenjang pendidikan perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Oleh

karena di dalam memasuki era globalisasi dan tinggal landas pembangunan nasional,

semakin terasa adanya tuntutan yang tinggi akan kualitas manusia Indonesia.
2

Menurut Sriyanto (2007:12), matematika memiliki beberapa ciri–ciri penting,

yaitu : (1) Memiliki obyek yang abstrak, dimana obyek matematika adalah fakta,

konsep, operasi dan prinsip yang kesemuannya itu berperan dalam membentuk proses

berpikir matematis, dengan salah satu cirinya adalah adanya alur penalaran yang

logis, (2) Memiliki pola pikir deduktif dan konsisten.

Dengan mengetahui ciri-ciri, fungsi dan tujuan matematika tersebut,

diharapkan guru matematika dapat memahami adanya hubungan antara matematika

dengan berbagai ilmu lain. Sebagai contoh, banyak teori-teori dan cabang-cabang dari

fisika dan kimia (modern) yang ditemukan dan dikembangkan melalui konsep

kalkulus, dan teori ekonomi mengenai permintaan dan penawaran yang

dikembangkan melalui fungsi dan kalkulus. Untuk itu, sangat diharapkan agar para

siswa diberikan penjelasan untuk melihat berbagai contoh penggunaan matematika

sebagai alat untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lain, dalam kehidupan

kerja atau dalam kehidupan sehari-hari. Namun tentunya harus disesuaikan dengan

tingkat perkembangan siswa, sehingga diharapkan dapat membantu proses

pembelajaran matematika di sekolah.

Dalam proses pembelajaran matematika di sekolah, peningkatan hasil belajar

sangat diharapkan, agar diperoleh ketuntasan belajar siswa. Untuk mewujudkan

peningkatan hasil belajar tersebut tidak terlepas dari peranan guru sebagai motivator

dan fasilitator. Oleh sebab itu diharapkan guru dapat menggunakan strategi yang

tepat, agar tercipta proses belajar mengajar yang efektif. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Slameto (2003:76) bahwa proses belajar mengajar yang efektif

dapat dicapai apabila guru menggunakan strategi yang baik. Dengan digunakannya
3

strategi yang baik diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilannya dalam memecahkan masalah. Selain itu juga diharapkan dapat

meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa sehingga mereka aktif ketika berada

dalam kelas saat proses pembelajaran berlangsung, yang pada akhirnya dapat

meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.

Hasil wawancara penulis dengan guru bidang studi matematika kelas VIII-A

SMPN PLUS YLPI P. Marpoyan Pekanbaru pada tanggal 18 Agustus 2010, diperoleh

informasi bahwa penguasaan siswa terhadap pelajaran matematika masih tergolong

rendah apa lagi yang berhubungan dengan soal cerita, hal ini dapat dilihat dari hasil

yang diperoleh siswa pada ulangan harian semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011

masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimun (KKM)

yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 70. Seperti pada materi Faktorisasi Suku aljabar

yang mencapai KKM hanya 3 siswa dari 13 siswa yaitu 23,08%. Hasil yang peneliti

dapatkan selama Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP PLUS YLPI P.

Marpoyan pada materi Fungsi siswa yang mencapai KKM hanya 5 siswa dari 13

siswa yaitu 38,46%. Ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya

kurangnya pemahaman siswa tentang dasar-dasar matematika seperti penjumlahan,

pengurangan, perkalian dan pembagian, siswa jarang dikelompokkan dalam belajar,

kemudian siswa kurang aktif dalam diskusi baik bertanya sesama temannya maupun

kepada gurunya sendiri sehingga masalah siswa tersebut susah untuk diselesiakan.

Akhirnya, guru susah untuk mengetahui sampai dimana pemahaman siswa tentang

materi yang disampiakannya selama proses belajar berlangsung.


4

Kelas VIII-A SMP PLUS YLPI P. Marpoyan Pekanbaru yang peneliti

observasi, saat proses belajar mengajar berlangsung pada awal tahun ajaran baru

2010/2011, dimana guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian

tugas, dari awal hingga akhir pertemuan guru menjelaskan materi pelajaran kepada

siswa, selanjutnya guru bertanya kepada siswa seputar materi yang telah

dijelaskannya. Setelah itu guru memberi tugas kepada siswa berupa soal-soal latihan

yang ada di dalam buku paket. Aktivitas siswa hanya mengikuti alur pembelajaran

yang dilakukan oleh guru sehingga pembelajaran cendrung didominasi oleh guru. Hal

ini menyebabkan siswa menjadi cepat bosan, dan juga masih banyak siswa yang

hanya menunggu jawaban dari temannya apabila di suruh mengerjakan soal, sehingga

membuat suasana kelas menjadi ribut akibat dari suara-suara siswa yang berbicara

dengan temannya sambil menunggu jawaban dari temannya itu selesai. Masalah yang

seperti inilah yang membuat siswa menjadi tidak aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran sehingga siswa kurang dapat mengemukakan ide-ide yang dimilikinya.

Akhirnya kebanyakan siswa itu menjadi tidak suka belajar matematika.

Dengan melihat permasalahan yang terjadi di atas, perlu diterapkan suatu

model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengkontruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa lebih mudah untuk

memahami konsp-konsep yang diajarkan dan mengkomunikasikan ide-idenya dalam

bentuk lisan maupun tulisan.

Sanjaya, Wina (2009:215) juga menegaskan bahwa tujuan pembelajaran

bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah
5

laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Untuk itulah diharapkan guru

selalu menggunakan berbagai macam metode dan strategi dalam mengajar.

Model pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW merupakan strategi

yang dapat menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi

matematik siswa serta membantu siswa untuk terampil mengungkapkan ide-ide

melalui tulisan yang berarti membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran,

yaitu pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti akan mengadakan penelitian yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi Think-Talk-

Write (TTW) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas

VIII-A SMP PLUS YLPI P. Marpoyan Pekanbaru”.

Dalam penelitian ini, materi yang akan diteliti adalah kubus dan balok pada

semester genap tahun pelajaran 2010/2011.

D. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini permasalahan

yang dikemukakan adalah: Apakah hasil belajar matematika siswa kelas VIII-A SMP

PLUS YLPI.P. Marpoyan Pekanbaru pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011

dapat meningkat setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif dengan strategi

TTW pada materi pokok kubus dan balok ?


6

E.TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-A

SMP PLUS YLPI P. Marpoyan Pekanbaru pada semester genap tahun pelajaran

2010/2011 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW

pada materi pokok kubus dan balok.

F. MANFAAT PENELITIAN

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Siswa

Model pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa kelas VIII-A SMP PLUS YLPI P. Marpoyan Pekanbaru

terutama pada materi pokok kubus dan balok

2. Guru

Model pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW yang dilakukan pada

penelitian ini diharapkan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran

matematika untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran bagi guru.

3. Sekolah

Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

salah satu bahan masukan bagi sekolah dalam rangka meningkatkan hasil belajar

matematika di SMP PLUS YLPI P. Marpoyan Pekanbaru.


7

4. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan berpijak bagi peneliti dalam rangka

menindaklanjuti penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih luas.

G. KAJIAN PUSTAKA

1. Hasil Belajar Matematika

Menurut Sriyanto (2007:12) kata Matematika berasal dari kata “mathema”

dalam bahasa Yunani yang diartikan sebagai “sains”, ilmu pengetahuan atau belajar”,

juga mathematikos yang diartikan sebagai “suka belajar”. Menurutnya lagi

matematika merupakan kumpulan butir-butir pengetahuan benar yang hanya terdiri

atas dua jenis kebenaran , yaitu aksioma dan teorema. Sehingga dari pengertian diatas

dapat peneliti simpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang

butir-butir pengetahuan benar yang terdiri dari aksioma dan teorema. Belajar

merupakan kegiatan yang paling pokok, dengan belajar seseorang akan mengalami

suatu perubahan tingkah laku dalam dirinya. Sebagaimana yang dikatakan oleh

Hamalik,Oemar (2001:28) bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah

laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto (2003:2) menyatakan

bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sanjaya, Wina

(2009:219) menyatakan bahwa belajar adalah proses berfikir. Belajar berfikir

menekankan kepada proses mancari dan menemukan pengetahuan melalui interaksi

antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran berfikir, proses pendidikan


8

di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi pengetahuan materi pelajaran,

akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan siswa untuk memperoleh

pengetahuannya sendiri. Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

belajar merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan seseorang yang dapat memberi

perubahan tingkah laku dalam dirinya sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi

dengan lingkungannya yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek kognitif,

afektif, maupun psikomotor.

Selanjutnya aktivitas dan usaha yang dilakukan untuk mencapai perubahan

merupakan proses belajar, sedangkan perubahan itu merupakan hasil belajar. Hasil

belajar tersebut diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar

merupakan faktor penting dalam pendidikan, secara umum hasil belajar selalu

dipandang sebagai perwujudan nilai yang diperoleh siswa melalui proses

pembelajaran. Hamalik, Oemar (2005:155) menyatakan hasil belajar merupakan

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur

dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut

dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

dibandingkan dengan sebelumnya. Menurut Sutikno, Sobri (2009:4) hasil belajar

adalah ditandai dengan adanya perubahan yaitu perubahan yang terjadi di dalam diri

seseorang setelah berakhirnya melakukan aktifitas tertentu. Sedangkan Sanjaya, Wina

(2009:111) menyatakan tingkah laku sebagai hasil belajar dirumuskan dalam bentuk

kemampuan atau kompetensi yang dapat diukur atau yang dapat ditampilkan melalui

performance siswa.
9

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulan bahwa hasil belajar adalah

merupakan suatu hasil dari proses belajar dengan adanya perubahan tingkah laku dan

kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

Sedangakan hasil belajar matematika pada penelitian ini adalah tingkat penguasaan

yang dicapai siswa setelah melakukan proses pembelajaran model kooperatif dengan

strategi TTW pada materi kubus dan balok.

2. PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) sesuai dengan fitrah manusia

sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai

tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib (Suyatno.

2009:51). Pembelajaran kooperatif ini mencakupi suatu kelompok kecil siswa yang

bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan

suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama

(Suherman,dkk. 2001:218). Selanjutnya. Isjoni (2007:16) pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan

kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi

permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat

bekerja sama dengan orang lain. Yamin, M dan Ansari, BI ( 2009:74 ) juga

manyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah merupakan model pembelajaran

yang mengutamakan kerjasama di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar

bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
10

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif yaitu : (a) setiap anggota

memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa, (c) setiap

anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman

sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan

interpersonal kelompok, dan (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat

diperlukan (Isjoni, 2007:20). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang dirancang agar siswa

dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dengan cara bekerja sama di dalam

kelompok-kelompok kecil yang heterogen.

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut Slavin dalam

Gimin, dkk (2008:37) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

FASE-FASE TINGKAH LAKU GURU


1. Menyampaikan tujuan Guru menyampaikan tujuan yang ingin
pembelajaran dan dicapai pada pelajaran tersebut dan
memotivasi siswa. memotivasi siswa belajar.
2. Menyajikan Informasi. Guru menyajikan informasi kepada siswa
dengan jalan demontrasi.
3. Mengorganisasikan Guru mengorganisasikan siswa kedalam
siswa dalam kelompok kelompok belajar dan membantu setiap
belajar. kelompok agar melakukan transisi
kelompok secara efisien.
4. Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok
dalam bekerja dan pada saat mereka mengerjakan tugas.
belajar.
5. Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerja kelompoknya.
11

6. Penghargaan kelompok. Guru mencari cara untuk memberi


penghargaan kepada siswa baik dari proses
maupun hasil belajar individu dan
kelompok.

Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif melalui tahap-tahap sebagai

berikut:

1. Tahap Persiapan

2. Penyajian Kelas.

3. Kegiatan Kelompok

4. Evaluasi

5. Penghargaan Kelompok

3. Pembelajaran Kooperatif Strategi Think-Talk-Write (TTW)

Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana

yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai

secara optimal. Dengan demikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran

memegang peran yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi

pembelajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran,

karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui

penggunaan metode pembelajaran ( Sanjaya, Wina 2008:147 ). Sedangkan Strategi

pengajaran merupakan teori mengajar menjadi rumusan tentang cara mengajar yang

harus ditempuh dalam situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesifik
12

(Hamalik, 2005:183). Sebuah strategi dapat berlaku umum bagi semua guru bidang

studi selama orientasi sasarannya sama.

Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) adalah strategi pembelajaran

yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi

matematika siswa. Pembelajaran ini dimulai dengan berfikir melalui bahan bacaan

(menyimak, mengkritisi dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan

dengan presentasi, diskusi dan kemudian membuat laporan hasil persentasi ( Suyatno.

2009:66). Pada strategi pembelajaran TTW ini siswa terdorong untuk berpikir dan

terlibat secara langsung dalam proses belajar mengajar. Strategi pembelajaran ini

pada dasarnya dibangun melalui kegiatan berpikir, berbicara, dan menulis. Dengan

strategi ini diharapkan dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman

konsep matematika siswa yang berakhir pada tingginya hasil belajar siswa.

Aktifitas berpikir (think) dapat dilihat dari proses membaca suatu teks

matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat catatan apa yang telah

dibaca. Dalam membuat atau menulis catatan siswa membedakan ide yang disajikan

dalam teks bacaan, kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa sendiri.

Menurut Yamin, M dan Ansari, BI (2009:85) membaca secara komprehensif

secara umum dianggap berpikir. Dalam strategi ini teks bacaan selalu dimulai dengan

soal-soal kontekstual yang diberi sedikit panduan sebelum siswa membuat catatan

kecil.

Tahap berikutnya yaitu berkomunikasi (talk) dengan menggunakan kata-

kata dan bahasa yang mereka pahami. Pemahaman matematik dibangun melalui
13

interaksi antara sesama individu yang merupakan aktivitas sosial yang bermakna.

Siswa menggunakan bahasa untuk menyajikan ide-ide kepada temannya.

Selanjutnya, siswa menulis (write) hasil diskusi/dialog pada lembar kerja

siswa yang diberikan. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, karna setelah

berdiskusi atau berdialog lalu mengungkapkannya melalui tulisan.

Menurut Yamin, M dan Ansari, BI (2009:84) langkah-langkah pembelajaran

dengan strategi TTW adalah sebagai berikut:

a. Guru membagi teks bacaan berupa LKS yang memuat situasi masalah, petunjuk

serta prosedur pelaksanaannya untuk dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual,

untuk dibawa ke forum diskusi (think).

c. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan

(talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar.

d. Setelah selesai, siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil

kolaborasi (write).

Setelah melihat langkah-langkah pembelajaran dengan strategi TTW di atas,

penulis dapat menyimpulkan ada beberapa kelebihan dari strategi ini yaitu:

a. Pada tahap Think, siswa dituntut membuat catatan yang berarti menganalisis

tujuan isi teks dan memeriksa bahan-bahan yang ditulisnya. Hal ini dapat

meningkatkan keterampilan dan pemahaman siswa tentang apa yang dipelajarinya.

b. Pada tahap Talk, Melalui interaksi (percakapan) antara sesama individual

merupakan aktifitas sosial yang bermakna yang dapat meningkatkan kemampuan

berkomunikasi dan pemahaman matematika siswa.


14

c. Pada tahap Write, aktifitas menulis berarti mengkonstruksikan ide-ide yang

dimilikinya karna mengungkapkan pemikirannya melalui tulisan.

Beberapa keterbatasan yang dapat penulis simpulkan dari strategi TTW ini

yaitu:

a. Beberapa siswa mungkin sulit untuk menganalisis tujuan isi teks dan enggan

mengeluarkan ide atau pendapatnya. Mereka cenderung menurut.

b. Beberapa siswa mungkin terlalu banyak berbicara dan cenderung merendahkan

siswa yang lain dalam kelompoknya.

Memperhatikan beberapa keterbatasan dari pembelajaran dengan strategi

TTW ini, penulis mengusulkan agar guru dapat berperan sebagai mediator yang

baik dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Dengan demikian

pembelajaran yang dilakukan akan menjadi efektif dan efisien sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai.

Adapun skema model pembelajaran dengan strategi Think-Talk-Write

(TTW) menurut Yamin, M dan Ansari, BI (2009:89) adalah sebagai berikut:


15

Belajar Bermakna
Guru Melalui Strategi TTW

Situasi Masalah Dampak

Siswa
Mermbaca Teks
&
THINK Siswa Membuat Catatan
Secara Individual

Interaksi dalam Grup :


TALK Aktivitas Untuk
Siswa Membahas Isi catatan

Kontruksi
WRITE Aktivitas Pengetahuan Hasil
Siswa dari Think & Talk
Secara Individual

Kemampuan
Pemahaman
dan
Komunikasi
Matematika

Gambar 2.1: Model Pembelajaran dengan Strategi TTW


16

4. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi TTW

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW yang

diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persiapan.

Pada tahap ini guru melakukan beberapa langkah:

 Menentukan materi pokok.

Dalam menerapkan pembelajaran kooperatif dangan strategi TTW dipilih materi

yang akan disajikan yaitu Kubus dan Balok pada semester genap tahun pelajaran

2010/2011.

 Membuat perangkat pembelajaran.

Perangkat yang digunakan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar

Pengamatan, dan Lembar Kerja Siswa.

 Menentukan skor dasar individu.

Skor dasar dipilih dari hasil akhir sebelum tindakan dilakukan (sebelum penerapan

pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW).

 Membentuk kelompok-kelompok kooperatif.

Dalam pembelajaran kooperatif, pengelompokan dipilih secara heterogen antara 4

sampai 6 orang. Dalam penelitian ini anggota kelompok dipilih secara heterogen

yang berjumlah 4 orang tiap kelompok. Jika jumlah siswa tidak habis dibagi

empat, sisanya dimasukkan ke salah satu kelompok.


17

2. Penyajian Kelas.

Penyajian kelas dimulai dengan pendahuluan. Guru memberikan sedikit

penjelasan tentang apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompoknya

(menyampaikan standar kompetensi dan kompetensi dasar). Selanjutnya, guru

menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan isi materi secara umum serta

menyampaikan kepada siswa mengapa materi itu perlu dipelajari. Informasi ini

bertujuan untuk memotivasi siswa memahami konsep-konsep yang relevan dengan

apa yang akan dipelajarinya dan juga mengingatkan kembali tentang materi yang

telah lalu yang berhubungan denagn materi yang akan di pelajari.

3. Kegiatan Kelompok.

Setelah menyampaikan kompetensi dasar, guru membentuk kelompok belajar

sesuai dengan pembagian pada pembelajaran kooperatif. Kegiatan kelompok yang

dilakukan adalah sebagai berikut:

 Guru memberikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan pada kelompoknya

masing-masing.

 Masing-masing kelompok diberi waktu untuk membaca dan memahami teks pada

LKS dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individu (Think).

 Selanjutnya siswa diberi waktu berdiskusi dengan kelompoknya untuk membahas

isi catatan (Talk).

 Kemudian, siswa diminta untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil

kolaborasi melalui tulisan (Write).


18

 Selanjutnya guru meminta perwakilan dari anggota tiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya, kelompok lain menanggapinya.

 Siswa menyimpulkan hasil diskusi kelompok yang dipresentasikan di bawah

bimbingan guru.

4. Evaluasi.

Evaluasi dikerjakan secara individu dengan waktu yang telah ditentukan oleh

guru mencakup semua materi yang telah dibahas melalui pembelajaran kooperatif

dengan strategi TTW. Skor yang diperoleh siswa dalam evaluasi yang diadakan pada

setiap akhir siklus, selanjutnya diproses untuk menentukan nilai perkembangan

individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

5. Penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut :

 Menentukan skor tes individu dan skor tes kelompok.

Perhitungan skor tes individu ditujukan untuk menentukan nilai perkembangan

individu yang akan disumbangkan sebagai skor kelompok.

Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor

terdahulu (skor dasar) dengan skor tes akhir (tes setelah dilakukan tindakan

penerapan pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW). Kriteria sumbangan

skor yang digunakan seperti terlihat pada tabel berikut (Slavin, Robert E

2009:159).
19

Tabel 2.2 Kriteria nilai perkembangan individu.


Skor Kuis Nilai Perkembangan
Lebih 10 poin dibawah skor dasar 5
10 poin sampai 1 dibawah skor dasar 10
Skor dasar sampai 10 poin diatasnya 20
Lebih dari 10 poin diatas skor dasar 30
Nilai sempurna (tidak berdasar skor dasar) 30

 Memberikan penghargaan kelompok.

Skor kelompok dihitung berdasarkan rata-rata nilai perkembangan yang

disumbangkan oleh anggota kelompok. Menurut Slavin (1995) dalam Gimin,dkk

(2008:39), dari nilai perkembangan individu yang diperoleh, terdapat tiga tingkat

kriteria penghargaan yang diberikan untuk penghargaan kelompok, yaitu:

▪ Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik.

▪ Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok hebat.

▪ Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok super.

Namun Slavin juga menyatakan, guru boleh merubah kriteria ini. Dalam penelitian

ini peneliti memodifikasi kriteria penghargaan kelompok sebagai berikut:

▪ Kelompok dengan rata-rata skor: 5 ≤ x < 15 sebagai kelompok baik.

▪ Kelompok dengan rata-rata skor: 15 ≤ x < 25 sebagai kelompok hebat.

▪ Kelompok dengan rata-rata skor: 25 ≤ x ≤ 30 sebagai kelompok super.

Untuk lebih jelasnya peneliti memodifikasi penerapan pembelajaran kooperatif

dengan strategi TTW dengan mengacu kepada sintak kooperatif yang dapat dilihat

pada tabel berikut:


20

Tabel 2.3 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW

Fase-fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Metode


Kooperatif
A. kegiatan awal
1. Menyampaikan 1. Guru menyampaikan 1. Siswa mendengarkan Ceramah
tujuan tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran
pembelajaran yang disampaikan oleh
guru.
2. Memotivasi 2. Guru memotivasi 2. Siswa mendengarkan
siswa siswa untuk siap penjelasan guru.
mengikuti pelajaran.
3. Menyajikan 3. Guru menyajikan 3. Siswa memperhatikan
informasi informasi mengenai materi yang
isi materi secara disampaikan guru.
umum.
4. Mengorganisasi 4. Guru membentuk 4. Siswa duduk berke
siswa dalam kelompok. lompok sesuai dengan
kelompok kesepakatan.
B. Kegiatan inti
5. Membimbing 1. Guru membagikan 1. Siswa menerima LKS Diskusi
kelompok LKS pada tiap yang dibagikan guru.
dalam belajar kelompok. Tanya Jawab
2. Guru memberikan 2. Siswa memahami teks
kesempatan kepada yang ada pada LKS
tiap kelompok untuk dan membuat catatan
memahami teks pada kecil dari hasil bacaan
LKS dan membuat secara individu.
catatan kecil dari hasil
bacaan secara
individu (Think).
3. Guru memberikan 3. Siswa mendiskusi kan
waktu kepada setiap hasil kerjanya yang
kelompok untuk didapat secara individu
mendiskusikan hasil dengan anggota
kerja yang didapat kelompoknya.
secara individu
(Talk).
4. Guru meminta 4. Siswa menuliskan hasil
siswa untuk menu- diskusi kelompok
liskan hasil diskusi secara individu.
kelompok secara
individu (Write).
6. Evaluasi 5. Guru meminta 5. Siswa mempresen
perwakilan dari tasikan hasil kerjanya
anggota tiap didepan kelas, siswa
kelompok untuk yang lain menanggapi.
mempresentasikan
hasil kerjanya, siswa
yang lain
menanggapi.
21

7. Penghargaan 6. Guru menilai hasil 6. Siswa menerima


kelompok kerja kelompok dan penghargaan.
memberikan
penghargaan.

C. Kegiatan 1. Guru membantu 1. Siswa menerima


Akhir siswa menyimpul- bantuan guru
kan materi yang menyimpulkan materi.
dipelajari.
2. Guru memberikan 2. Siswa mencatat
pekerjaan rumah. pekerjaan rumah yang
3. Guru menyampaikan diberikan guru.
materi yang akan 3. Siswa mencatat materi
dipelajari pada yang akan dipelajari
pertemuan pada pertemuan
berikutnya. berikutnya.
4. Guru menutup 4. Siswa mengucapkan
pelajaran dengan salam
mengucapkan salam.

5. Hubungan Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi TTW Terhadap Hasil

Belajar

Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses

pembelajaran, salah satunya adalah Model Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi

Think-Talk-Write (TTW). Strategi TTW ini dirancang untuk mempengaruhi pola

interaksi siswa, yang menuntut siswa untuk berpikir secara kritis dan dapat lebih

memahami materi pelajaran yang diajarkan ( Yadrika, G, 2010:20).

Pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW ini dimulai dengan

memotivasi siswa untuk siap mengikuti pelajaran agar siswa termotivasi untuk

belajar. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan secara

umum tentang isi materi yang akan dipelajari. Kemudian, guru mengorganisasikan

siswa kedalam kelompok belajar. Kelompok belajar dapat membuat siswa saling

bekerja sama dalam menyelesaikan sebuah persoalan.


22

Tahap selanjutnya guru membagikan LKS kepada siswa yang berisi tentang

ringkasan materi dan beberapa soal yang harus dipelajari siswa. Awalnya siswa harus

membuat catatan kecil dari hasil bacaan secara individu yang ditulis dalam buku

catatan dan mencoba mencari jawaban dari soal yang ada. Catatan kecil ini dapat

berarti menganalisis tujuan isi teks. Selanjutnya siswa diberi waktu berdiskusi dengan

kelompoknya untuk membahas isi catatan. Dalam berdiskusi siswa mencoba untuk

memahami teks dan mencari penyelesaian soal yang ada pada LKS. Selanjutnya guru

meminta siswa untuk mengungkapkan pemikiran kelompok melalui tulisan secara

individu. Hal ini berarti siswa mengkonstruksikan ide-ide yang dimilikinya melalui

tulisan dan dapat menambah kreativitas siswa dalam menulis.

Tahap selanjutnya guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerjanya mewakili kelompoknya. Siswa yang lain

menanggapi apa yang dipresentasikan agar terjadi komunikasi antar siswa untuk

mencari penyelesaian yang tepat. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada

siswa yang mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap akhir, guru menyimpulkan

materi yang dipelajari dari hasil presentasi yang disajikan agar pembelajaran dapat

diarahkan dengan benar.

Dengan tahapan-tahapan pembelajaran yang dilakukan tersebut, maka siswa

dituntut untuk saling bekerja sama dan berfikir kritis dalam menyelesaikan suatu

persoalan. Hal ini dapat membuat siswa lebih memahami konsep-konsep yang

dipelajarinya sehingga dapat menyebabkan hasil belajar meningkat. Dari penelitian

sebelumnya, yang pernah diteliti oleh Fikriyah (2007:62) juga menyimpulkan bahwa

dengan penerapan pembelajaran kooperatif tengan strategi TTW dapat meningkatkan


23

pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari sehingga hasil belajar siswa

meningkat.

H. HIPOTESIS TINDAKAN

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika diterapkan model

pembelajaran kooperatif dengan strategi Think-Talk-Write (TTW) pada siswa kelas

VIII-A SMP PLUS YLPI P. Marpoyan Pekanbaru pada materi kubus dan balok di

semester genap tahun ajaran 2010/2011 maka hasil belajarnya akan meningkat

I. METODE PENELITIAN

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

tindakan kelas (PTK) adalah suatu kegiatan penelitian ilmiah yang dilakukan secara

rasional dan sistematis terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru (tenaga

pendidik), kolaborasi (tim peneliti), sejak disusunnya suatu perencanaan sampai

penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-

mengajar, untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi pembelajaran yang

dilakukan (Iskandar, 2009:21). Menurut Arikunto, dkk (2008:3) bahwa penelitian

tindakan kelas adalah merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa

sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam seebuah kelas secara

bersama.
24

Selanjutnya Iskandar (2009:33) menjelaskan tujuan dari PTK adalah :

1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil

pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas, sekolah .

2. Membantu guru, serta tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah

pembelajaran di dalam dan di luar kelas.

3. Mencari jawaban secara ilmiah (rasional, sistematis, empiris) mengapa

masalah tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan .

4. Meningkatkan sikap propesionalisme sebagai pendidik

5. Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga

tercipta perbaikan dan peningkatan mutu atau kualitas pembelajaran secara

berkelanjutan .

Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Dengan Strategi TTW pada pembelajaran matematika

dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-A

SMP PLUS YLPI P. Marpoyan Pekanbaru. Peneliti dan guru bersama-sama akan

melakukan perencanaan tindakan dan refleksi hasil tindakan.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan melalui empat langkah utama yaitu

prencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat langkah utama yang saling

berkaitan itu dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas sering disebut dengan

istilah siklus. Kemudian tahapan pada setiap siklus mengacu pada Arikunto (2008:16)

dapat digambarkan seperti berikut:


25

Refleksi Awal Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Apabila permasalahan belum terselesaikan


dilanjutkan ke siklus berikutnya

 Refleksi awal : Refleksi awal dilakukan oleh peneliti dalam rangka

mencari informasi untuk mengenali kondisi awal guna mendapatkan masalah yang

tepat, merumuskan masalah dan merencanakan tindakan yang akan dilakukan

 Perencanaan : rencana tindakan kelas “apa” yang akan dilakukan untuk

memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi.

 Pelaksanaan : apa yang akan dilakukan oleh guru atau peneliti sebagai

upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.

 Pengamatan : mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang

dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

 Refleksi : peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil

atau dampak dari berbagai tindakan.


26

 Perencanaan ulang

Masing-masing komponen pada setiap siklus dalam penelitian ini berisikan :

1) Rencana : menyusun RPP, LKS, mempersiapkan tes hasil belajar dan

mempersiapkan lembar pengamatan.

2) Tindakan : memotivasi siswa dengan melakukan penerapan model pembelajaran

kooperatif dengan strategi TTW. Selama proses pembelajaran, siswa

dikelompokkan dengan beranggotakan 4 orang.

3) Observasi : observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.

Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru, teman peneliti dan peneliti yang

melaksanakan tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan.

4) Refleksi : data yang diperoleh dari kegiatan observasi dan tes hasil belajar

dianalisis dan hasilnya dijadikan bahan kajian pada kegiatan refleksi. Pada

kegiatan refleksi akan ada beberapa pertanyaan yang dijadikan sebagai patokan

keberhasilan, misalnya hasil belajar siswa sudah menunjukkan ketuntasan belajar

siswa, bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung.

2. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII-A SMP PLUS YLPI P.

Marpoyan Pekanbaru tahun pelajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa adalah 13

orang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan dengan karakteristik dan

kemampuan siswa yang heterogen.


27

3. Instrumen Penelitian

a. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran digunakan pada penelitian ini terdiri dari :

1. Silabus dan Sistem Penilaian

Silabus dan sistem penilaian disusun berdasarkan prinsip yang berorientasi

pada pencapaian kompetensi. Sesuai dengan prinsip tersebut maka silabus dan sistem

penilaian mata pelajaran matematika dimulai identitas sekolah, standar kompetensi,

kompetensi dasar, materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian yang

meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen dan contoh instrumen serta alokasi waktu,

sumber bahan atau alat. Pembuatan silabus dan sistem penilaian ini bertujuan agar

peneliti mempunyai acuan yang jelas dalam melakukan tindakan selama jangka

waktu tertentu.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun secara sistematis berisi: standar

kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, model dan metode

pembelajaran, kegiatan pembelajaran yang dimulai dengan pendahuluan, kegiatan inti

dan penutup. RPP ini berfungsi sebagai acuan peneliti dalam melaksanakan satu kali

proses pembelajaran. Tujuannya agar proses pembelajaran berjalan sebagaimana

mestinya sesuai dengan silabus yang telah disusun.

3. Lembar Kerja Siswa (LKS)


28

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah langkah kerja dalam memahami konsep

dengan prosedur yang dibuat sedemikian rupa sehingga siswa mampu menyelesaikan

suatu permasalahan. Lembar karja siswa berisi tujuan pembelajaran, konsep-konsep

materi pokok dan soal-soal latihan. Lembar kerja siswa berguna bagi siswa untuk

pemahaman konsep materi pokok yang sudah dipelajari berdasarkan langkah kerja

yang dirancang untuk memecahkan suatu permasalahan.

b. Instrumen Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang aktivitas dan

interaksi siswa dan guru selama proses pembelajaran serta data tentang hasil belajar

matematika siswa setelah proses pembelajaran. Data tentang aktivitas dan interaksi

siswa dan guru selama proses pembelajaran dikumpulkan dengan menggunakan

lembar pengamatan, sedangkan data tentang hasil belajar matematika siswa

dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar matematika dalam bentuk

ulangan harian.

1. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan disusun berdasarkan penerapan pemebelajaran kooperatif

dengan strategi TTW yang diisi untuk setiap kali pertemuan. Lembar pengamatan

bertujuan untuk mengamati aktivitas dan interaksi siswa dan guru selama proses

pembelajaran berlangsung yang mengacu pada langkah-langkah penerapan model

pembelajaran kooperatif dengan strategi TTW.

2. Tes Hasil Belajar


29

Tes hasil belajar digunakan untuk melihat ketercapaian kompetensi siswa dan

keberhasilan tindakan. Tes hasil belajar berupa ulangan harian yang dilakukan setelah

selesai sebuah sub materi tertentu.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

a. Teknik Tes

Dalam penelitian ini, data hasil belajar matematika siswa dikumpulkan

dengan melakukan tes yang berbentuk ulangan harian dengan bentuk soal essay

(uraian) pada saat selesai siklus, baik siklus pertama maupun siklus kedua. Pada

siklus pertama terdapat 3 kali pertemuan ditambah 1 kali ulangan harian dan siklus

kedua terdapat 4 kali pertemuan ditambah 1 kali ulangan harian. Data yang dikumpul

berupa nilai dari tes yang dilakukan pada setiap siklus pada materi kubus dan balok.

b. Teknik Pengamatan

Pengamatan pada penelitian ini dilakukan dengan mengamati aktifitas siswa

dan guru setiap kali pertemuan pada proses pembelajaran yang dikumpul

menggunakan lembar pengamatan yang telah disusun oleh peneliti. Penelitian ini

bertujuan untuk melihat keterlaksanannya model pembelajaran kooperatif dengan

strategi TTW dalam proses pembelajaran.

5. Teknik Analisis Data

Data yang sudah diperoleh melalui lembar pengamatan maupun tes hasil

belajar matematika kemudian dianalisis. Teknik analisis data yang digunakan adalah

analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif ini bertujuan untuk


30

menggambarkan data tentang hasil belajar belajar siswa secara individu dan analisis

kualitatif bertujuan untuk menggambarkan data tentang aktivitas guru dan siswa

selama proses pembelajaran berlangsung.

1. Analisis Lembar Pengamatan

Hasil pengamatan yang diperoleh pengamat dan peneliti dari lembar

pengamatan dianalisis yang selanjutnya direfleksi guna mengetahui aktivitas siswa

dan guru selama proses pembelajaran untuk melihat kesesuaian antara perencanaan

dengan pelaksanaan tindakan. Apabila hasil dari refleksi tersebut masih terdapat

kekeliruan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan tindakan dilakukan perencanaan

ulang untuk diperbaiki pada siklus selanjutnya.

2. Analisis Keberhasilan Tindakan

Keberhasilan tindakan pada penelitian ini dilihat dari skor dasar, ulangan

harian I dan ulangan harian II dianalisis untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa

dengan melihat ketercapain siswa terhadap KKM. Siswa dikatakan tuntas secara

individu apabila daya serap siswa mencapai ≥ 70% sesuai dengan KKM sekolah

terhadap materi kubus dan balok.

Ketuntasan belajar siswa secara individu dapat dihitung dengan menggunakan

rumus :

KI = x 100 (Rezeki, 2009:5)

Keterangan :

KI = Ketuntasan individu
31

SS = Skor hasil belajar siswa

SMI = Skor maksimal ideal

Persentasi ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung dengan

menggunakan rumus :

KK = x 100% (Rezeki, 2009:5)

Keterangan :

KK = Persentase ketuntasan klasikal

JST = Jumlah siswa yang tuntas

JS = Jumlah siswa keseluruhan

Apabila jumlah siswa yang mencapai KKM pada Ulangan Harian I dan

Ulangan Harian II meningkat dari skor dasar, maka dapat dikatakan hasil belajar

siswa meningkat.

Peningkatan hasil belajar siswa dapat juga dilihat dari jumlah siswa yang

memperoleh nilai tinggi dan rendah pada skor dasar, ulangan harian I, dan Ulangan

Harian II, dengan menggunakan distribusi frekuensi. Apabila jumlah siswa yang

memperoleh nilai rendah menurun pada ulangan harian I dan II dari skor dasar, dan

jumlah siswa yang memperoleh nilai tinggi meningkat pada ulangan harian I dan II

dari skor dasar, dengan demikian dapat dikatakan hasil belajar siswa meningkat.
32

Anda mungkin juga menyukai