Anda di halaman 1dari 16

GAYA KOMUNIKASI GURU MATEMATIKA DALAM

PEMBELAJARAN DITINJAU DARI TEORI KOMUNIKASI


LOGIKA DESAIN PESAN
(Studi Kasus pada Guru Matematika MTs Negeri Mranggen)

PROPOSAL TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister


Pendidikan

Oleh

Muhamad Yasin
0401511040

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Aktifitas kegiatan seorang guru tidak dapat dilepaskan dengan proses

pengajaran. Agar proses pengajaran dapat terlaksana dengan baik, maka salah

satu hal yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga pengajar (Uno,

210: 40). Mengajar dan gaya belajar adalah perilaku atau tindakan yang guru

dan peserta didik tunjukkan pada saat pembelajaran. Pengajaran perilaku

mencerminkan keyakinan dan nilai-nilai guru dalam mentransfer ilmu

pengetahuan (Brown, 2003). Perilaku peserta didik memberikan wawasan ke

dalam cara memandang peserta didik, berinteraksi, dan merespon terhadap

lingkungan di mana pembelajaran terjadi.

Salah satu kegiatan dalam proses belajar mengajar adalah kegiatan tatap

muka. Pada kegiatan tatap muka ini dapat dilakukan dengan dua jenis. Pertama

komunikasi antar personal (interpersonal communicaaation) yaitu komunikasi

antara komunikator dengan seorang komunikan. Kedua komunikasi kelompok

(group communication) yang dilakukan antara komunikator dengan beberapa

kelompok, baik kelompok kecil maupun kelompok besar. Pada dua jenis

komunikasi tersebut, bila dilakukan dalam proses pembelajaran maka akan

terjadi tiga pola komunikasi antara guru dan peserta didik, yakni komunikasi

sebagai aksi, komunikasi sebagai interaksi, dan komunikasi sebagai transaksi

(West dan Turner, 2008).


3

Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah menempatkan guru

sebagai pemberi aksi dan peserta didik sebagai penerima aksi. Guru aktif dan

peserta didik pasif, mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan

pelajaran. Dalam komunikasi sebagai interaksi atau komuniksi dua arah, guru

berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi, demikian pula halnya dengan

peserta didik, bisa sebagai penerima aksi bisa pula sebagai pemberi aksi. Hal ini

menyebabkan terjadi dialog antara guru dan peserta didik.

Dalam komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah,

komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dan peserta didik. Peserta didik

dituntut lebih aktif daripada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai

sumber belajar bagi peserta didik lain. Mengingat pembelajaran merupakan

suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan

berbagai sumber untuk belajar, maka pembelajaran dapat melibatkan dua pihak

yaitu peserta didik sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator.

Suparman (2010, 61) menyatakan banyak orang pintar dan berilmu akan

tetapi ia tak mampu menyampaikan ilmunya, apalagi untuk mentransfer

ilmunya kepada orang lain. Dalam kenyataannya di MTs Negei Mranggen guru

sering kali berhadapan dengan kendala yang datang dari dalam maupun dari

luar lingkungan sistem pembelajaran baik fisik maupun nonfisik. Pembelajaran

membutuhkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mendesain

pembelajaran, dan kemampuan menejemen kelas, sehingga tercipta

pembelajaran yang efektif (Supriadie, 2012: 5).


4

Proses belajar mengajar merupakan aktivitas psikis yang berkenaan

dengan bahan ajar. Aktivitas dalam mempelajari bahan ajar tersebut akan

memakan waktu. Waktu yang dibutuhkan tergantung dari seberapa sulit

bahan ajar yang diberikan guru serta tergantung juga pada kemampuan peserta

didiknya. Jika bahan ajar yang diberikan mudah dan kemampuan peserta didik

nya tinggi maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan cepat.

Berbagai upaya untuk mereformasi pembelajaran matematika telah dilakukan

berbagai pihak, termasuk organisasi-organisasi seperti National Council of

Teachers of Mathematics tahun 2000 (Ferrini dan Mundy, 2000: 868) yang

menghasilkan 3 standar profesional pembelajaran matematika, yakni

Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics, Professional

Standards for Teaching Schools Mathematics, dan Assesment Standards of

School Matematics, yang memuat berbagai pinsip dan standar. Berbagai

dokumen tersebut dikembangkan untuk mendorong dan mendukung guru dalam

rangka membantu peserta didik mencapai pemahaman dan kecakapan melalui

pembelajaran matematika.

Salah satu isu penting yang menjadi fokus perhatian berbagai organisasi

tersebut adalah pengembangan aspek komunikasi dalam pembelajaran

matematika. Terkait dengan komunikasi matematik, Principles and Standards

for School Mathematics (Koening, 2000: 7) menyebutkan bahwa standar

kemampuan yang seharusnya dikuasai oleh peserta didik adalah sebagai

berikut; (1) mengorganisasi dan mengkonsolidasi pemikiran matematika dan

mengkomunikasikan kepada peserta didik lain, (2) mengekspresikan ide-ide


5

matematika secara koheren dan jelas kepada peserta didik lain, guru, dan

lainnya, (3) meningkatkan atau memperluas pengetahuan matematika peserta

didik dengan cara memikirkan pemikiran dan strategi peserta didik lain, (4)

menggunakan bahasa matematika secara tepat dalam berbagai ekspresi

matematika.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika dan standar kompetensi

lulusan peserta didik sekolah dari pendidikan dasar sampai menengah adalah

komunikasi matematik sebagaimana tertuang dalam Badan Standar Nasional

Pendidikan (2006: 124) yaitu (1) memahami konsep matematika, menjelaskan

keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara

luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan

penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan

menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, atau media lain, (5) memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah, (6) menalar secara logis dan kritis serta

mengembangkan aktivitas kreatif dalam memecahkan masalah dan

mengkomunikasikan ide. Di samping itu memberi kemampuan untuk

menerapkan Matematika pada setiap program keahlian.


6

Mahmudi (2009: 4) mengemukakan terdapat beragam bentuk

komunikasi matematik, diantaranya (1) merefleksi dan mengklarifikasi

pemikiran tentang ide-ide matematika, (2) menghubungkan bahasa sehari-hari

dengan bahasa matematika yang menggunakan simbol-simbol, (3)

menggunakan keterampilan membaca, mendengarkan, menginterpretasikan dan

mengevaluasi ide-ide matematika, (4) menggunakan ide-ide matematika untuk

membuat dugaan (conjecture) dan membuat argumen yang meyakinkan.

Komunikasi matematik mencakup komunikasi tertulis maupun lisan

atau verbal. Komunikasi tertulis dapat berupa penggunaan kata-kata, gambar,

tabel, dan sebagainya yang menggambarkan proses berpikir peserta didik.

Komunikasi tertulis juga dapat berupa uraian pemecahan masalah atau

pembuktian matematika yang menggambarkan kemampuan peserta didik dalam

mengorganisasi berbagai konsep untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan

komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan dan penjelasan verbal suatu

gagasan matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi melalui interaksi antar

peserta didik misalnya dalam pembelajaran dengan setting diskusi kelompok.

Slameto (2010: 54-71) mengindikasikan adanya sejumlah faktor yang

mempengaruhi belajar peserta didik, diantaranya (1) faktor intern yaitu faktor

yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, misalnya faktor jasmaniyah,

faktor psikologis, dan faktor kelelahan; dan (2) faktor ekstern yaitu faktor yang

ada di luar diri individu yang sedang belajar, misalnya faktor keluarga dan

faktor sekolah. Banyak kita jumpai pandangan tentang mengajar, masing-

masing pandangan memiliki relevansi dengan situasi tertentu. Oleh karena itu
7

guru harus memiliki pengetahuan tentang mengajar sebagai pegangan untuk

praktek di sekolah.

Faktor lain yang juga sangat menentukan keberhasilan proses belajar

mengajar di dalam kelas, adalah interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara

guru dan peserta didik dalam proses belajar mengajar merupakan proses

komunikasi multi-arah, yakni penyampaian pesan berupa materi pelajaran

(Nurdin, 2005: 470).

Proses interaksi antara guru dan peserta didik dalam proses belajar

mengajar matematika memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dari beberapa

pelajaran lainnya, karena objek kajian langsung matematika yang bersifat

abstrak. Guru harus mampu menjelaskan pesan-pesan matematika yang abstrak

tersebut agar lebih mudah diterima oleh siswa. Bahkan dalam menghadapi

peserta didik Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah yang masih berada pada

tahap berpikir konkrit, guru harus mampu merepresentasikan objek-objek kajian

langsung matematika yang abstrak dalam bentuk yang kongkret atau semi

konkrit.

Guru yang tidak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengkonstruk sendiri pengetahuan yang harus dimilikinya, dengan kata lain,

guru tidak memberi kesempatan peserta didik untuk berinteraksi dan mampu

menemukan sendiri pengetahuannya. Ini berarti bahwa seorang guru

matematika yang kurang berinteraksi dengan peserta didiknya, dapat

menyebabkan proses belajar kurang lancar, sehingga peserta didik merasa jauh

dengan gurunya dan akan sulit menerima penjelasan dari guru.


8

Guru menyampaikan materi kepada peserta didiknya memerlukan suatu

kesepahaman antara guru dan peserta didik sehingga membentuk suatu

interaksi yang komunikatif. Seorang guru seharusnya tidak memosisikan

dirinya sebagai subyek tunggal di dalam kelas dan menempatkan peserta didik

sebagai obyeknya, akan tetapi lebih memandang keduanya sebagai subyek yang

mempunyai kognisi yang berbeda serta mempunyai pemahaman berbeda pula

dalam memahami sesuatu. Kedua pemahaman yang berbeda tersebut agar dapat

dicapai kesepahaman maka dibutuhkan tindakan-tindakan yang komunikatif.

Dalam pembelajaran matematika yang komutatif (Forrest, 2005)

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, yaitu (1) pembelajaran mencerminkan

kebutuhan peserta didik yakni keterampilan matematika yang bermakna, yang

bersifat humanis, menempatkan peserta didik pada posisi aktif, (2)

pembelajaran mengarahkan peserta didik untuk menguasai matematika dalam

konteks komunikasi.

Dalam berkomunikasi, guru menyampaikan sesuatu yang dikirimkan

sewaktu kegiatan komunikasi berlangsung yang disebut dengan pesan. Pesan

yang disampaikan dapat diidentifikasi dalam dua bentuk, yakni pesan verbal

dan non- verbal. Guru matematika menjelaskan materi dengan menerangkan

dan melontarkan kata-kata, menuliskan penjelasannya dengan simbol-simbol

merupakan bentuk pesan verbal. Sedangkan pesan non-verbal ialah pesan dalam

bentuk isyarat, misalkan guru mengisyaratkan perintahnya hanya dengan

menunjukkan tangannya. Pesan juga merupakan suatu wujud informasi yang

mempunyai makna. Apabila pesan yang disampaikan guru tidak bisa dipahami
9

oleh siswanya maka pesan yang dikirimkan tersebut tidak menjadi

informasi. Akan tetapi, perlu disadari bahwa suatu pesan bisa mempunyai

makna yang berbeda bagi siswa satu ke siswa lain karena pesan berkaitan erat

dengan masalah penafsiran bagi yang menerimanya.

Komunikasi antara guru dan peserta didik merupakan faktor penting

dalam proses belajar mengajar sehingga materi yang disampaikan terserap oleh

peserta didik dengan baik. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan

peserta didik sebagai subyek yang menerima pelajaran, sedangkan guru

menunjuk pada apa yang harus dilakukan sebagai pengajar. Dua konsep

tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi interaksi anatara

guru dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik pada saat

pelajaran itu berlangsung. Dengan demikian, pembelajaran matematika

mengarah pada kegiatan komunikasi nyata dan penugasan yang bermakna bagi

peserta didik.

Modifikasi belajar tradisional adalah salah satu cara untuk memasukkan

pembelajaran aktif di kelas. Beberapa alternatif format pembelajaran tidak

hanya meningkatkan prestasi peserta didik tetapi juga meningkatkan kadar

keterlibatan peserta didik dalam kegiatan belajar. Jelas, terdapat berbagai

metode pengajaran dan gaya yang dapat digunakan dalam mengajar matematika

di kelas.

Hamalik (2004: 44) mengemukakan bahwa (1) mengajar adalah

menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik di sekolah, (2) mengajar

adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga


10

pendidikan sekolah, (3) mengajar adalah usaha mengorganisasi lingkungan

sehingga menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik, (4) mengajar atau

mendidik adalah memberikan bimbingan belajar kepada peserta didik, (5)

mengajar adalah kegiatan mempersiapkan peserta didik untuk menjadi warga

negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat, (6) mengajar adalah suatu

proses membantu peserta didik menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Komunikasi memberikan kontribusi untuk pengembangan pemahaman

matematika di kelas (TIPS4RM, 2005). Ini berarti guru dapat mendorong siswa

untuk menganalisis dan mengubah pemikiran mereka sendiri, mempertanyakan,

berkomentar, berteori, berdiskusi, dan mempertahankan ide-idenya sendiri.

Komunikasi dan interaksi di dalam kelas dan di luar kelas sangat menentukan

efektifitas dan mutu pendidikan (Arismunandar, 2003). Untuk mempermudah

dalam berkomunikasi dengan peserta didik, guru harus memperhatikan

bagaimana cara penyampaian pesan dalam pembelajaran, sehingga siswa dapat

dengan mudah menerima penjelasan. Hal senada juga diungkapkan oleh

Widjajanti (2010) “... guru matematika dalam mengomunikasikan konsep,

struktur, teorema, atau rumus matematis kepada para siswa, akan berpengaruh

terhadap gambaran siswa tentang matematika”. Oleh karena itu gaya

komunikasi matematik amatlah penting untuk dilakukan oleh para guru

matematika.

Penyusunan pesan yang dilakukan setiap guru berbeda-beda, ada guru

yang menyampaikan pesan dengan berbicara gugup, terlalu cepat, terlalu lemah,

atau diulang-ulang. Ini semua tentu akan mempengaruhi terhadap komunikasi


11

pembelajaran. Dengan demikian harus diusahakan agar bisa berbicara yang

mudah dipahami oleh siswa.

Di MTs N Mranggen guru dalam menyampaikan materi pelajaran

matematika, misalnya tentang garis singgung lingkaran belum mengetahui dan

memahami gaya komunikasi apa yang digunakannya. Biasanya guru merasa

telah mengajarkan mata pelajaran seperti yang diinginkan peserta didik, guru

merasa puas jika bisa menyelesaikan materi tepat pada waktunya. Padahal

belum tentu peserta didik mengerti dan memahami materi pelajaran tersebut.

Kenyataan di lapangan, belum sepenuhnya guru matematika di MTs N

Mranggen mengetahui tentang gaya komunikasi yang digunakan dalam

pembelajaran, guru kurang memperhatikan bagaimana membangun komunikasi

dengan peserta didik dalam pembelajaran untuk menciptakan lingkungan kelas

menjadi hidup, sehingga peserta didik senang dan tidak jenuh dalam menerima

materi yang disampaikan oleh guru dengan berbagai gaya komunikasi yang

digunakan.

Di MTs N Mranggen, belum pernah diadakan penelitian tentang gaya

komunikasi guru matematika dalam pembelajaran. Peneliti yang juga sebagai

salah satu pengajar matematika di MTs N Mranggen ini mencoba mengangkat

guru sebagai subyek penelitian, sehingga guru termotivasi untuk

mengembangkan kemampuannya dalam mengajar dan menginformasikan

materi kepada peserta didik dengan berbagai strategi dan gaya. Dengan

demikian peserta didik akan memperoleh pemahaman sebagaimana yang

diinginkan oleh guru.


12

O’Keefe (1993: 2) menjelaskan bahwa teori desain pesan merupakan

sebuah teori yang sistematis tentang hubungan antara struktur pesan dan fungsi

pesan. Struktur pesan mengacu pada organisasi, substansi, dan penempatan

wacana. Fungsi pesan melibatkan kedua kondisi generasi pesan yang antecedent

(terutama tujuan dari produsen pesan) dan efek yang disengaja ataupun tidak

disengaja dari pesan. Dia juga memperluas teorinya dengan memasukkan

pandangan bagaimana seseorang mendesain pesan. Setiap orang berpikir secara

berbeda mengenai bagaimana berkomunikasi, cara membuat pesan dan

menggunakan logika yang berbeda dalam memutuskan apa yang harus

dikatakan kepada orang lain.

Hasil buruk penerimaan materi oleh peserta didik belum tentu karena

gurunya kurang menguasai materi, akan tetapi disebabkan karena metode/gaya

komunikasi yang kurang baik di depan peserta didik (Naim, 2011: 27). Dari hal

tersebut tanpa ruh komunikasi yang baik pendidikan akan kehilangan cara dan

orientasi dalam membangun kualitas output yang diharapkan.

Komunikasi dalam pembelajaran sangat menentukan hasil pembelajaran

(Naim, 2011: 53). Dalam proses komunikasi antara guru dan peserta didik yang

berjalan dengan baik akan membawa hasil pembelajaran yang baik, namun

sebaliknya jika komunikasi keduanya tidak berjalan dengan baik, maka

berakibat kurang bagus terhadap hasil pembelajaran. Seorang guru yang tidak

mampu mengomunikasikan pikiran, pengetahuan, dan wawasannya, tentu tidak

akan mampu memberikan transformasi pengetahuannya kepada para peserta

didiknya (Naim, 2011: 28). Ini berarti gaya komunikasi yang digunakan oleh
13

guru dalam suatu pembelajaran akan berpengaruh terhadap kompetensi peserta

didik.

Terkait dengan hal di atas, permasalahan yang sering terjadi di kelas

adalah ketidaksesuaian gaya komunikasi yang digunakan guru dalam

pembelajaran matematika. Ketidaksesuaian ini akan berdampak pada hasil

belajar siswa yang merasa tidak nyaman dan cenderung bosan dalam mengikuti

pembelajaran (Endarwita, 2012).

Berdasarkan hasil pengalaman dan pengamatan permasalahan umum

yang dijumpai ternyata belum banyaknya penelitian yang mengkaji tentang

gaya komunikasi guru dalam pembelajaran. Oleh karenanya peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian ini yang mungkin bisa memberikan kontribusi

positif dalam dunia pendidikan terutama para pendidik.

Permasalahan lain yang didapat oleh penulis dari hasil observasi awal di

lapangan adalah gaya komunikasi guru dalam pembelajaran matematika belum

teridentifikasi dengan jelas, sehingga perlu pengkajian yang lebih mendalam

tentang gaya komunikasi yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran. Selain

permasalahan tersebut di atas dampak dari gaya komunikasi guru terhadap hasil

belajar peserta didik juga merupakan permasalahan yang akan peniliti kaji

dalam penelitian ini.

Dari berbagai paparan tentang teori komunikasi yang bisa digunakan

guru, mungkin terdapat gaya komunikasi yang mengakibatkan peserta didik

kesulitan dalam menerima pesan dari guru, sehingga dengan analisa

penggunaan teori komunikasi logika desain pesan oleh guru metematika dapat
14

meminimalkan kesulitan peserta didik dalam menerima materi pelajaran.

Dengan demikian, gaya komunikasi yang dilakukan guru sangat menarik

untuk diteliti lebih mendalam agar dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti termotivasi untuk

mengadakan penelitian yang berjudul Gaya Komunikasi Guru Matematika

Dalam Pembelajaran Ditinjau dari Teori Komunikasi Logika Desain Pesan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, ada beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi pada penelitian ini yaitu:

1. Gaya komunikasi yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika

berpengaruh terhadap kompetensi matematis peserta didik. Data

menunjukkan bahwa semakin buruk komunikasi semakin gagal hasil

pembelajaran.

2. Komunikasi guru dalam pembelajaran matematika belum teridentifikasi

secara jelas.

3. Belum diketahuinya dampak dari gaya komunikasi guru matematika

terhadap hasil belajar peserta didik.

1.3. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada gaya komunikasi guru matematika ditinjau

dari komunikasi logika desain pesan. Subyek penelitian ini adalah guru

matematika di MTs Negeri Mranggen. Penelitian dilaksanakan pada

pembelajaran matematika tahun pelajaran 2012/2013.


15

1.4. Pertanyaan Penelitian

Secara umum pertanyaan peneliti dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana gaya komunikasi guru dalam mengajar matematika di MTs Negeri

Mranggen ditinjau dari teori komunikasi logika desain pesan?”. Supaya

penelitian ini lebih terarah, maka pertanyaan umum penelitian kemudian

dijabarkan dalam pertanyaan khusus sebagai berikut:

1. Bagaimana model gaya komunikasi guru matematika di MTs Negeri

Mranggen ditinjau dari teori komunikasi logika desain pesan?

2. Apa kendala dan keberhasilan gaya komunikasi guru dalam pembelajaran

matematika di MTs Negeri Mranggen ditinjau dari teori komunikasi logika

desain pesan?

1.5. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah didiskripsikannya gaya

komunikasi guru matematika di MTs Negeri Mranggen Kabupaten Demak

ditinjau dari teori komunikasi logika desain pesan. Secara khusus penelitian ini

memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Didiskripsikannya model gaya komunikasi guru matematika di MTs Negeri

Mranggen ditinjau dari teori komunikasi logika desain pesan.

2. Didiskripsikannya kendala dan keberhasilan gaya komunikasi guru dalam

pembelajaran matematika di MTs Negeri Mranggen ditinjau dari teori

komunikasi logika desain pesan.


16

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini di bagi menjadi 2 yaitu manfaat teoritis

dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Dapat menjadi salah satu penyumbang penemuan teori baru yang

berkaitan dengan pembelajaran matematika, khususnya mengenai gaya

komunikasi guru matematika dalam pembelajaran ditinjau dari teori

komunikasi logika desain pesan.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya

yang tertarik dengan masalah ini.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh pembaca sebagai sarana

pendidikan dan menjadi sebuah model untuk menganalisa gaya

komunikasi guru matematika dalam pembelajaran .

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi pelaksana

pendidikan tentang gaya komunikasi guru matematika dalam

pembelajaran ditinjau dari teori komunikasi logika desain pesan.

Anda mungkin juga menyukai