Anda di halaman 1dari 7

Nama : Yohanna Kristi

NRP : 5002201100

Departemen : Matematika

1. a. Jelaskan ke khasan dari demokrasi Indonesia dibandingkan dengan demokrasi universal

Demokrasi yang digunakan oleh bangsa Indonesia adalah Demokrasi Pancasila. Di mana menurut KBBI,
demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang berdasarkan sila Pancasila yang dilihat sebagai suatu
keseluruhan yang utuh. Demokrasi Pancasila hanya digunakan oleh bangsa Indonesia dan memiliki
kekhasan karena demokrasi ini diambil dari nilai-nilai Pancasila. Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud), demokrasi Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 memiliki
keunggulan tertentu. Berikut keunggulan Demokrasi Pancasila:

• Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat dalam semangat


kekeluargaan.
• Mengutamakan keselaran dan keseimbangan antara hak dan kewajiban, antara kepentingan
pribadi dan sosial.
• Lebih mengutamakan kepentingan dan keselamatan bangsa di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
Pada dasarnya Demokrasi Pancasila memiliki kesamaan dengan demokrasi secara universal. Namun,
terdapat ciri-ciri demokrasi Pancasila yang membedakan dengan demokrasi lainnya sebagai berikut:
• Penyelenggaraan pemerintahan berjalan sesuai dengan konstitusi yang berlaku.
• Dilakukan kegiatan Pemilihan Umum (Pemilu) secara berkesinambungan.
• Menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM) dan melindungi hak masyarakat minoritas.
• Proses demokrasi dapat menjadi ajang kompetisi berbagai ide dan cara menyelesaikan masalah.
• Ide-ide yang paling baik bagi Indonesia akan diterima, bukan berdasarkan suara terbanyak.

b. Jelaskan Lembaga-lembaga apa saja yang memiliki kewenangan dalam penegakan hukum,
beserta tupoksinya, berikan dasar hukumnya !

Beberapa lembaga penegak hukum di Indonesia, yaitu:

Nama Lembaga Tupoksi Dasar Hukum


Kepolisian Negara RI -Memelihara keamanan dan ketertiban UU RI No. 2 Tahun 2002
masyarakat;
-Menegakkan hukum; dan
-Memberikan perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat.
Kejaksaan RI Tugas : UU RI No. 16 Tahun 2004
Melaksanakan kekuasaan negara di bidang
penuntutan dan tugas lain berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan
serta mengawasi jalannya penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan di
bidang hukum.
Fungsi :
➢Perumusan kebijakan pelaksanaan dan
kebijakan teknis, pemberian bimbingan
dan pembinaan serta pemberian
perizinan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan
kebijakan umum yang ditetapkan
presiden;
➢Penyelenggaraan pembangunan
prasarana dan sarana, pembinaan
manajemen, administrasi, organisasi dan
ketatalaksanaan serta pengelolaan atas
kekayaan milik negara yang menjadi
tanggung jawabnya;
➢Pelaksanaan penegakan hukum baik
preventif maupun represif yang
berintikan keadilan di bidang pidana,
penyelenggaraan intelijen yustisial di
bidang ketertiban dan ketenteraman
umum, pemberian bantuan,
pertimbangan, pelayanan dan
penegakan hukum di bidang perdata dan
tata usaha negara serta tindakan hukum
dan tugas lain, untuk menjamin
kepastian hukum, menegakkan
kewibawaan pemerintah dan
penyelamatan kekayaan negara,
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan
umum yang ditetapkan oleh presiden;
➢Penempatan seorang tersangka atau
terdakwa di rumah sakit atau tempat
perawatan jiwa atau tempat lain yang
layak berdasarkan penetapan hakim
karena tidak mampu berdiri sendiri atau
disebabkan hal-hal yang dapat
membahayakan orang lain, lingkungan
atau dirinya sendiri;
➢ Pemberian pertimbangan hukum kepada
lembaga, instansi pemerintah di pusat
dan di daerah, Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah dalam
menyusun peraturan perundang-
undangan serta peningkatan kesadaran
hukum masyarakat; dan
➢ Penyelenggaraan koordinasi, bimbingan
dan petunjuk teknis serta pengawasan
yang baik ke dalam maupun dengan
instansi terkait atas pelaksanaan tugas
berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan kebijakan
yang ditetapkan oleh Presiden.
Hakim Tugas Pokok : UU RI No. 4 Tahun 2004
Hakim Pengadilan adalah pejabat yang
melakukan tugas kekuasaan kehakiman,
untuk memeriksa, memutus, dan
menyelesaikan perkara pidana dan perkara
perdata di tingkat pertama.

Fungsi :
Melakukan tugas-tugas Pengawasan sebagai
Pengawas Bidang dengan memberi petunjuk
dan bimbingan yang diperlukan bagi para
Pejabat struktural maupun Fungsional.

Advokat Memberi pendampingan hukum, membela UU RI No. 18 Tahun 2003


dan memastikan bahwa seorang klien
mendapatkan hak-haknya dalam
menjalankan proses hukum
KPK ➢ Koordinasi dengan instansi yang UU RI No. 30 Tahun 2002
berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
➢ Supervisi terhadap instansi yang
berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi.
➢ Melakukan penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi.
➢ Melakukan tindakan-tindakan
pencegahan tindak pidana korupsi; dan
➢ Melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara.

2. Bagaimana anda menyikapi masalah tersebut sehingga terasa aman bagi: diri anda, Keluarga,
Tetangga maupun Masyarakat yang berada di sekitar Saudara? Gunakan teori kewajiban dan
hak negara dan warga negara dalam menganalisis masalah tersebut
Warga Negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban. Salah satu contoh hak yaitu hak untuk hidup serta
mempertahankan kehidupannnya. Salah satu contoh kewajiban warga negara Indonesia yaitu wajib
menghormati Hak Asasi Manusia (HAM) sesama manusia dan wajib ikut dan turut serta dalam upaya
pembelaan negara. Lalu apa hubungan dari hak dan kewajiban tersebut dengan cara saya menyikapi
masalah Covid-19?
Saya menyikapi masalah Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan yang ada, melakukan
social distancing,tidak kumpul ramai-ramai jika kurang penting, mematuhi peraturan-peraturan yang
pemerintah keluarkan untuk menekan angka penularan Covid-19, menyebarkan post pengetahuan di
social media tentang protocol Covid dan bagaimana cara menyikapinya, serta menegur sesorang ketika
melanggar protokol kesehatan. Dengan saya melakukan hal seperti itu sebagai cara menyikapi Covid-19
saya sudah melaksanakan hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia. Di mana seseorang
memiliki hak untuk hidup dan mempertahankan hidupnya (mencegah tertular atau menularkan covid),
kewajiban mengormati HAM dan turut serta upaya pembelaan negara dimana kewajiban tersebut
memiliki arti sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (dengan cara saya menyikapi saya sudah berkontribusi untuk mengkatkan
kewaspadaan seseorang terhadpan penularan dan penyebaran virus, mengurangi resiko tertular atau
ditularkan virus, dan itu merupakan salah satu contoh menghargai HAM dan rasa cinta terhadap
Indonesia).

3. A. Apa evaluasi dan rekomendasi Saudara atas persoalan tersebut dalam perspektif HAM?

Pedagang Kaki Lima (PKL) sering kali mendapatkan perilaku yang dirasa tidak adil. Mereka sering diusir
atau diberi sanksi jika berjualan di tempat yang melanggar sesuai peraturan yang berlaku, tetapi di lain
sisi mereka harus mencukupi kebutuhan ekonominya untuk tetap bertahan hidup. Menurut saya dari sisi
pedagang seharusnya pedagang berjualan di tempat yang seharusnya dan tidak melanggar karena sudah
ada hukumnya dan pasti dibuat karena ada penyebabnya. Lalu, dari sisi pemerintah seharusnya tidak
boleh ada perlakukan diskrimansi hanya karena pandangan pandangan negatif terhadap PKL, karena itu
merupakan hak mereka untuk bertahan hidup, selama mereka tidak melanggar peraturan seharusnya
mereka dapat tenang tidak perlu takut terhadap aparatur keamanan. Jika bisa pemerintah sebaiknya
memberi edukasi terhadap mereka tentang tempat berjualan yang diperbolehkan dan memberikan
mereka bantuan.

B. Bagaimana sikap anda jika ada sebagian warga yang demonstrasi menentang kebijakan
pemerintah daerah yang membatasi usaha dengan alasan mencegah penyebaran COVID,
sementara para demonstran menentang kebijakan tersebut karena telah mengakibatkan
terampasnya hak untuk mencari penghidupan yang layak? Gagasan dan solusi apa yang anda
tawarkan terkait masalah tersebut?

Jika kebijakan tersebut hanya sekadar membatasi bukan memberhentikan saya setuju. Karena pasti itu
sudah dipikirkan secara matang sebab-akibatnya dan ini juga untuk kepentingan bersama agar angka
persebaran virus dapat menurun. Lalu untuk warga yang melakukan demonstrasi sebaiknya berpikir lagi
bahwa ini untuk kebaikan bersama karena semua orang dari berbagai kalangan ataupun sector pun
mengalami dampak yang sama juga, kita harus beradaptasi dengan perubahan yang ada. Yang pemerintah
lakukan adalah membatasi bukan memberhentikan. Jika terasa pendapatan kurang karena dibatasi
pemerintah sebaiknya melakukan hal-hal tambahan yang dapat menambah pemasukan. Dan bagi warga
yang kurang mampu bisa menerima bantuan social dari pemerintah. Untuk pemerintah sendiri jika
membuat kebijakan pembatasan berarti seharusnya pembagian bansos merata dengan benar benar
memanfaatkan fungsi pemerintahan dari terndah hingga tertinggi, lalu segera menindaklanjuti bila ada
tindakan korupsi.
4. A. Pendapat paling terkenal ialah dari L. Friedman dan Soerjono Soekanto. Coba anda jelaskan
factor penegakan hukum menurut kedua ahli tersebut ?

Menurut Lawrence M. Friedman, dalam setiap sistem hukum terdiri dari 3 (tiga) sub sistem, yaitu
sub sistem substansi hukum (legal substance), sub sistem struktur hukum (legal structure), dan
subsistem budaya hukum (legal culture).Substansi hukum meliputi materi hukum yang diantaranya
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Struktur hukum menyangkut kelembagaan
(institusi) pelaksana hukum, kewenangan lembaga dan personil (aparat penegak hukum).
Sedangkan kultur hukum menyangkut perilaku (hukum) masyarakat. Ketiga unsur itulah
yang mempengaruhi keberhasilan penegakan hukum di suatu masyarakat (negara), yang antara
satu dengan lainnya saling bersinergi untuk mencapai tujuan penegakan hukum itu sendiri yakni
keadilan.

Menurut Soerjono Soekanto, ruang lingkup dari istilah “ penegak hukum” luas sekali, oleh karena
mencakup mereka yang secara langsung dan secara tidak langsung berkecimpung di bidang penegakan
hukum. Dari pengertian yang luas tadi, Soerjono Soekanto lebih membatasi pengertiannya
yaitu kalangan yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak
hanya mencakup law enforcement, akan tetapi juga peace maintenance. Dengan demikian mencakup
mereka yang bertugas di bidang-bidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan, dan
pemasyarakatan.

b. Dalam penegakkan hukum yang berkeadilan, permasalahan apa saja yg dihadapi oleh negara
RI?

Masalah pokok penegakan hukum terletak kepada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor
tersebut adalah pertama, faktor hukumnya, kedua faktor penegak hukum, ketiga, faktor sarana atau
fasilitas, keempat faktor masyarakat dan kelima faktor kebudayaan.

➢ Pertama, faktor hukumnya itu sendiri. Hukum yang dimaksudkan adalah Undang-Undang (“UU”)
atau peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Pemerintah. Faktor hukum yang
dimaksud adalah bermula dari undang-undangnya itu sendiri yang bermasalah. Penegakan hukum
yang berasal dari UU itu disebabkan a). tidak diikutinya azas-azas berlakunya, UU b). belum ada
peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk menerapkan UU, c). Ketidak jelasan arti
kata-kata dalam UU yang akan berakibat kesimpang siuran dalam penafsiran serta penerapannya.
Disamping itu adalah ketidakjelasan dalam kata-kata yang dipergunakan dalam perumusan pasal-
pasal tertentu.
➢ Kedua, faktor penegak hukumnya. Yang dimaksudkan dengan penegak hukum itu adalah pihak-
pihak yang langsung maupun tidak langsung terlibat dalam penegakan hukum mulai dari Polisi,
Jaksa, Hakim, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Penasehat Hukum (Advokat) dan hingga
petugas-petugas sipir pemasyarakatan. Penyebabnya antara lain, pertama rendahnya kualitas
hakim, jaksa, polisi dan advokat; Kedua, Tidak diindahkannya prinsip the right man in the right
place; Ketiga, rendahnya komitmen mereka terhadap penegakan hukum; Keempat, tidak adanya
mekanisme penegakan hukum yang terintegrasi, baik dan moderen; Kelima, kuatnya pengaruh
dan intervensi politik dan kekuasaan ke dalam dunia caturwangsa, terutama ke badan kepolisian,
kejaksaan dan kehakiman; Terakhir hal yang kuatnya tuduhan tentang adanya korupsi dan
organized crime antar anggota penegak hukum dengan tuduhan mafia peradilan.
➢ Ketiga, faktor sarana dan fasilitas. Tanpa adanya atau dukungan sarana atau fasilitas yang
memadai, maka tidaklah mudah penegakan hukum berlangsung dengan baik, yang antara lain
mencakup tenaga manusia yang berpendidikan tinggi dan terampil, organisasi yang baik,
peralatan yang cukup memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal tersebut
tidak dipenuhi, maka sulitlah penegakan hukum dapat mencapai tujuannya. Tenaga manusia yang
berpendidikan tinggi disini diartikan sebagai para penegak hukum yang mumpuni dan berkualitas
yaitu mampu atau dapat melayani dan mengayomi masyarakat sesuai dengan tugas dan
bidangnya masing-masing. Proses penerimaan menjadi penegak hukum sebenarnya sudah
memenuhi syarat menghasilkan, misalnya, aparat kepolisian yang memiliki kemampuan baik
melayani masyarakat. Tetapi di dalam kenyataannya, sering kali proses penerimaan tersebut
dinodai dengan adanya suap atau jumlah orang yang sedikit untuk mau menjadi anggota penegak
hukum. Sehingga, kualitas daripada anggota penegak hukum tersebut perlu dipertanyakan dan
banyak yang tidak sesuai dengan yang telah ditentukan. Akibatnya para penegak hukum
cenderung lebih sedikit daripada jumlah masyarakatnya yang terus bertambah banyak, sehingga
aparat penegak hukum tidak dapat menjalankan tugasnya dengan maksimal sebagai sarana
penegakan hukum.
➢ Ke-empat, faktor masyarakat. Dari sudut sosial dan budaya, Indonesia merupakan suatu
masyarakat yang majemuk dengan sekian banyaknya golongan etnik dengan ragam kebudayaan-
kebudayaan yang berbeda. Seorang penegak hukum harus mengenal stratifikasi sosial atau
pelapisan masyarakat yang ada dalam suatu lingkungan beserta tatanan status/kedudukan dan
peranan yang ada. Setiap stratifikasi sosial pasti ada dasar-dasarnya. Hal lainnya yang perlu
diketahui dan dipahami adalah perihal lembaga-lembaga sosial yang hidup, serta sangat dihargai
oleh bagian terbesar warga-warga masyarakat yang ada. Dengan mengetahui dan memahami hal-
hal tersebut, maka dapat memudahkan penegak hukum untuk mengidentifikasikan nilai-nilai dan
norma-norma atau kaidah-kaidah yang berlaku di lingkungan tersebut. Dalam garis besar,
masyarakat di Indonesia terbagi dua yaitu masyarakat kalangan atas (orang kaya) dan kalangan
bawah (orang miskin). Penegakan hukum diantara keduanya pun sangat berbeda
penyelesaiannya. Hal ini karena pola pikir dan pengetahuan yang jelas berbeda. Jika orang
kalangan bawah, keinginan atau taatnya pada suatu hukum oleh seseorang sangat kecil
kemungkinannya atau tidak mau mematuhi hukum yang telah diatur. Hal ini, disebabkan kurang
pengetahuan dan pendidikan yang mereka miliki sangat terbatas, dan tidak dapat mengetahui
bahwa ada sanksi yang akan mengikat jika dilanggar (blue collar crime). Sedangkan, orang-orang
kalangan atas cenderung mengikuti hukum atau aturan-aturan yang ada, karena mereka lebih
memiliki pengetahuan yang banyak tentang hukum dan mengetahui sanksinya. Hal ini terjadi
cenderung lebih bersifat tertib. Pada kalangan atas ini jika terjadi kejahatan, maka dapat
dikatakan white collar crime (untuk kepentingan semata). Masyarakat di Indonesia semakin lama,
jumlah masyarakat miskinnya semakin banyak. Sehingga jika dilihat dari faktor masyarakat, maka
masalah kejahatan atau penegakan hukum ini ada di lapisan ini
➢ Kelima, faktor Kebudayaan. Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi yang
sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu untuk mengatur agar manusia dapat mengerti
bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya ketika berhubungan
dengan orang lain. Pada dasarnya, kebudayaan mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang
berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa saja yang
dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Sebenarnya,
faktor kebudayaan memiliki kemiripan dengan faktor masyarakat. Hanya saja, di dalam faktor
kebudayaan lebih ditekankan mengenai masalah sistem nilai-nilai yang ada di tengahnya
masyarakat. Dalam faktor masyarakat, dikatakan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat terhadap
ketataan aturan masyarakat masih rendah. Hal ini, dikarenakan adanya budaya kompromistis
sering terjadi masyarakat Indonesia. Kenyataannya, akan terdapat kecenderungan budaya
masyarakat untuk meloloskan diri dari aturan yang berlaku menjadi-jadi.

Sitasi:

https://tirto.id/pengertian-demokrasi-pancasila-sejarah-prinsip-ciri-cirinya-gcJE

https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/194500869/peran-lembaga-peradilan-dalam-
penegakan-hukum-dan-ham?page=all

https://kejati-ntb.kejaksaan.go.id/index.php/tugas-pokok-dan-fungsi-kejaksaan/

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt543f98530e977/tugas-advokat-bukan-untuk-
memenangkan-
klien/#:~:text=%22Tugas%20advokat%20memberi%20pendampingan%20hukum,aula%20Pengadilan%2
0Tinggi%20Padang%2C%20Kamis.

https://www.kpk.go.id/id/tentang-kpk/struktur-organisasi/93-tentang-kpk/fungsi-dan-tugas

https://www.kompas.com/skola/read/2021/01/14/141309969/contoh-hak-dan-kewajiban-sebagai-
warga-
negara#:~:text=Wajib%20menjunjung%20hukum%20serta%20pemeritahan,serta%20dalam%20upaya%
20pembelaan%20negara.

chrome-
extension://oemmndcbldboiebfnladdacbdfmadadm/https://media.neliti.com/media/publications/2821
66-reformasi-penegakan-hukum-perspektif-huk-068a307f.pdf

https://business-law.binus.ac.id/2018/12/26/penegakan-hukum-masalahnya-apa/

Anda mungkin juga menyukai