Anda di halaman 1dari 4

A.

PENGERTIAN HAKIM

Hakim adalah Pejabat Peradilan Negara yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk mengadili. Mengadili merupakan serangkaian tindakan hakim untuk menerima,
memeriksa, dan memutuskan perkara hukum berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak
di sebuah sidang pengadilan berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Dalam upaya
menegakkan hukum dan keadilan serta kebenaran, hakim diberi kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan. Dengan kata lain, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh
kekuasaan-kekuasaan lain dalam memutuskan perkara. Apabila hakim mendapatkan pengaruh
dari pihak lain dalam memutuskan perkara, cenderung keputusan hakim itu tidak adil, yang
pada akhirnya akan meresahkan masyarakat, serta wibawa hukum dan hakim akan pudar.

B. HAKIM BERDASARKAN JENIS LEMBAGA PERADILAN

Menurut ketentuan Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan


Kehakiman, hakim berdasarkan jenis lembaga peradilannya dapat diklasifi kasikan menjadi
tiga kelompok berikut:

1. Hakim pada Mahkamah Agung yang disebut dengan Hakim Agung.


2. Hakim pada badan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung, yaitu dalam
lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan
militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus
yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.
3. Hakim pada Mahkamah Konstitusi yang disebut dengan Hakim Konstitusi.

C. PERAN HAKIM

Hakim memeliki banyak peran antara sistem hukum, seperti pada


kasus Sistem (common law) seperti yang pernah terjadi di Amerika Serikat dan Inggris, hakim
berperan sebagai wasit yang tidak memihak, terutama untuk memastikan prosedur berjalan
dengan semestinya. Sementara penuntutan dan pembelaan mengajukan kasus mereka kepada
juri, yang biasanya dipilih dari warga negara biasa. Juri bertugas sebagai pencari fakta utama,
sedangkan hakim akan menyelesaikan hukuman. Akan tetapi, dalam kasus pengadilan yang
lebih kecil hakim dapat mengeluarkan putusan ringkasan tanpa harus melanjutkan ke
pengadilan juri.
D. TUGAS HAKIM

❖ Tugas Hakim adalah menegakkan keadilan sesuai dengan irah-irah yang dibuat pada kepala
putusan yang berbunyi “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
➢ Sesuai dengan simbol pengadilan timbangan ,yaitu menjunjung tinggi harkat dan
martabat, artinya hukum tidak pernah memihak, setiap perbuatan akan ditimbang berat
ringannya sebelum hukuman dijatuhkan.

❖ Keadilan yang dimaksudkan dalam putusan hakim adalah yang tidak memihak terhadap
salah satu pihak perkara, mengakui adanya persamaan hak dan kewajiban kedua belah
pihak.
➢ Sesuai dengan simbol pengadilan kepala diikat dengan kain merah yang
menyimbolkan keberanian Hakim dalam mengambil keputusan untuk terdakwa
dengan menghadapi segala resiko atau ancaman.

❖ Dalam menjatuhkan putusan, hakim harus harus sesuai dengan peraturan yang ada yakni
pasal uu kuhp yang dilanggar sehingga keputusan dapat sesuai dengan keadilan yang
diinginkan oleh masyarakat. Pihak yang menang dapat menuntut atau mendapatkan apa
yang menjadi haknya dan pihak yang kalah harus memenuhi apa yang menjadi
kewajibannya.
➢ Sesuai dengan simbol pengadilan "Memegang Buku KUHP di jantung/dada" yang
menyimbolkan keputusan yang diambil sesuai dengan UU KUHP dan pasal yang
dilanggar.

❖ Dalam rangka menegakkan keadilan, putusan hakim di pengadilan harus sesuai dengan
tujuan sejatinya yaitu memberikan kesempatan yang sama bagi pihak yang berperkara di
pengadilan.
➢ Sesuai dengan simbol pengadilan "Mata Ditutup dengan Kain Putih" yang
menyimbolkan keputusan hakin yang diambil dari mata hati yang bersih.

❖ Nilai keadilan juga diperoleh dengan kenetralan dan kewibawaan seorang hakim ketika
proses penyelesaian perkara dilakukan secara adil dan tidak berpihak kepada pihak
manapun, karena jika seorang hakim memihak kepada salah satunya, maka itu adalah suatu
bentuk ketidakadilan.
➢ Sesuai dengan simbol "Jubah hitam" yang menyimbol kan kenetralan dan kewibawaan.
E. FUNGSI HAKIM

Melakukan tugas-tugas Pengawasan sebagai pengawas bidang dengan memberi


petunjuk dan bimbingan yang diperlukan bagi para pejabat struktural maupun Fungsional.

Dalam artian fungsi hakim ialah menegakkan kebenaran sesungguhnya dari apa yang
dikemukakan dan dituntut oleh para pihak tanpa melebihi atau menguranginya terutama yang
berkaitan dengan perkara perdata, sedangkan dalam perkara pidana mencari kebenaran
sesungguhnya secara mutlak tidak terbatas pada apa yang telah dilakukan oleh terdakwa,
melainkan dari itu harus diselidiki dari latar belakang perbuatan terdakwa. Artinya hakim
mengejar kebenaran materil secara mutlak dan tuntas.

F. KODE ETIK

Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim merupakan panduan keutamaan moral bagi
hakim, baik dalam menjalankan tugas profesinya maupun dalam hubungan kemasyarakatan di
luar kedinasan.

Prinsip-prinsip dasar Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim diimplementasikan


dalam 10 (sepuluh) aturan perilaku sebagai berikut:

1. Berperilaku Adil
Adil bermakna menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan yang menjadi
haknya, yang didasarkan pada suatu prinsip bahwa semua orang sama kedudukannya di depan
hukum.

2. Berperilaku Jujur
Kejujuran bermakna dapat dan berani menyatakan bahwa yang benar adalah benar dan
yang salah adalah salah. Kejujuran mendorong terbentuknya pribadi yang kuat dan
membangkitkan kesadaran akan hakekat yang hak dan yang batil. Dengan demikian, akan
terwujud sikap pribadi yang tidak berpihak terhadap setiap orang baik dalam persidangan
maupun diluar persidangan.

3. Berperilaku Arif dan Bijaksana


Arif dan bijaksana bermakna mampu bertindak sesuai dengan norma-norma yang hidup
dalam masyarakat baik norma-norma hukum, norma-norma keagamaan, kebiasan-kebiasan
maupun kesusilaan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pada saat itu, serta mampu
memperhitungkan akibat dari tindakannya.

4. Bersikap Mandiri
Mandiri bermakna mampu bertindak sendiri tanpa bantuan pihak lain, bebas dari campur
tangan siapapun dan bebas dari pengaruh apapun. Sikap mandiri mendorong terbentuknya
perilaku Hakim yang tangguh, berpegang teguh pada prinsip dan keyakinan atas kebenaran
sesuai tuntutan moral dan ketentuan hukum yang berlaku.
5. Berintegritas Tinggi
Integritas bermakna sikap dan kepribadian yang utuh, berwibawa, jujur dan tidak
tergoyahkan. Integritas tinggi pada hakekatnya terwujud pada sikap setia dan tangguh
berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam melaksanakan tugas.
Integritas tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang berani menolak godaan dan
segala bentuk intervensi, dengan mengedepankan tuntutan hati nurani untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan serta selalu berusaha melakukan tugas dengan cara-cara terbaik untuk
mencapai tujuan terbaik.

6. Bertanggung Jawab
Bertanggungjawab bermakna kesediaan untuk melaksanakan sebaik-baiknya segala
sesuatu yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki keberanian untuk menanggung
segala akibat atas pelaksanaan wewenang dan tugasnya tersebut.

7. Menjunjung Tinggi Harga Diri


Harga diri bermakna bahwa pada diri manusia melekat martabat dan kehormatan yang
harus dipertahankan dan dijunjung tinggi oleh setiap orang. Prinsip menjunjung tinggi harga
diri, khususnya Hakim, akan mendorong dan membentuk pribadi yang kuat dan tangguh,
sehingga terbentuk pribadi yang senantiasa menjaga kehormatan dan martabat sebagai aparatur
Peradilan.

8. Berdisiplin Tinggi
Disiplin bermakna ketaatan pada norma-norma atau kaidah-kaidah yang diyakini sebagai
panggilan luhur untuk mengemban amanah serta kepercayaan masyarakat pencari keadilan.
Disiplin tinggi akan mendorong terbentuknya pribadi yang tertib di dalam melaksanakan tugas,
ikhlas dalam pengabdian dan berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta tidak
menyalahgunakan amanah yang dipercayakan kepadanya.

9. Berperilaku Rendah Hati


Rendah hati bermakna kesadaran akan keterbatasan kemampuan diri, jauh dari
kesempurnaan dan terhindar dari setiap bentuk keangkuhan. Rendah hati akan mendorong
terbentuknya sikap realistis, mau membuka diri untuk terus belajar, menghargai pendapat orang
lain, menumbuh kembangkan sikap tenggang rasa, serta mewujudkan kesederhanaan, penuh
rasa syukur dan ikhlas di dalam mengemban tugas.

10. Bersikap Profesional


Profesional bermakna suatu sikap moral yang dilandasi oleh tekad untuk melaksanakan
pekerjaan yang dipilihnya dengan kesungguhan, yang didukung oleh keahlian atas dasar
pengetahuan, keterampilan dan wawasan luas. Sikap profesional akan mendorong
terbentuknya pribadi yang senantiasa menjaga dan mempertahankan mutu pekerjaan, serta
berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan kinerja, sehingga tercapai setinggi-tingginya
mutu hasil pekerjaan, efektif dan efisien.

Anda mungkin juga menyukai