Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM


( HAKIM )

DISUSUN OLEH :
XII MIPA 5

INDAH NUR AZIZAH TISA


MAORYN DEA IRWANSYAH
NITA HAERUNISA LAVEANE
SABILLA RAHMA ANNISA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 1 PARIGI
Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah XIII
Jln. Babakan Ardiyasa No.62 Telp.(085294179864) Desa Karangjaladri Kecamatan
Parigi Kabupaten Pangandaran
HAKIM

 PENGERTIAN

Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan. Istilah "hakim" sendiri berasal dari
kata Arab ‫( حكم‬hakima) yang berarti "aturan, peraturan, kekuasaan, pemerintah". Ia yang
memutuskan hukuman bagi pihak yang dituntut. Hakim harus dihormati di ruang pengadilan
dan pelanggaran akan hal ini dapat menyebabkan hukuman. Hakim biasanya mengenakan
baju berwarna hitam. Kekuasaannya berbeda-beda di berbagai negara.

 FUNGSI dan WEWENANG

Hakim memiliki tugas utama, yaitu menyelesaikan perselisihan hukum secara final dan
terbuka, secara tidak langsung hakim menegaskan adanya supremasi hukum. Hakim sebagai
pejabat negara mempunyai wewenang kekuasaan yang signifikan dalam pemerintahan.
Mereka mengawasi prosedur persidangan yang diikuti, dengan tujuan untuk memastikan
konsistens, ketidakberpihakan, dan juga penyalahgunaan wewenang. Selain itu hakim dapat
memberikan perintah pada militer, Polisi, atau pejabat pengadilan agar proses penyelidikan
berjalan dengan lancar. Perintah dapat berupa penggeledahan, penangkapan, pemenjaraan,
gangguan, penyitaan, deportasi, dan tidak kriminal lainnya. Adapun pengadilan banding dan
pengadilan tertinggi yang mempunyai kekuasaan lebih tinggi dari hakim, mereka dapat
meriksa kekuasan seorang hakim.

Biasanya sebelum melakukan persidangan, Polri (petugas dan Koroner (politik)), jaksa


penuntut umum atau kejaksaan umum melakukan penyeldikan pra-persidangan untuk
mengumpulkan fakta-fakta. Pengadilan memiliki tiga pejabat pengadilan utama yang terlatih
dan diakui secara hukum : hakim jaksa penuntut umum dan pengacara pembela. Hakim
memeliki banyak peran antara sistem hukum. Pada kasus Sistem (common law) seperti yang
pernah terjadi dia Amerika Serikat dan Inggris, hakim berperan sebagai wasit yang tidak
memihak, terutama untuk memastikan prosedur berjalan dengan semestinya. Sementara
penuntutan dan pembelaan mengajukan kasus mereka kepada juri, yang biasanya dipilih dari
warga negara biasa. Juri bertugas sebagai pencari fakta utama, sedangkan hakim akan
menyelesaikan hukuman. Akan tetapi, dalam kasus pengadilan yang lebih kecil hakim dapat
mengeluarkan putusan ringkasan tanpa harus melanjutkan ke pengadilan juri. Dalam sebuah
sistem melit (hukum sipil), seperti yang berlaku di benua Eropa, tidak ada juri dan hakim
sebagai factfinder utama, yang bertugas memimpin pengadilan, menilai, dan memberikan
hukuman. Dengan demikian, hakim diharapkan mampu untuk menerapkan hukum secara
langsung, seperti dalam ekspresi Perancis Le juge est la bouche de la loi ("Hakim adalah
mulut hukum"). Dijelaskan lebih lanjut, bahwa dalam beberapa sistem investigasi dapat
dilakukan oleh hakim yang berfungsi sebagai hakim pemeriksa.
Menurut Galih Maulana, Lc "Ketika melakukan putusan qada seorang hakim harus
menghindari 10 keadaan," Kesepuluh kondisi yang harus dihindari qadi saat menangani
perkara itu adalah:

1. Marah (emosi)
2. Lapar
3. Haus (dahaga)
4. Naik libido
5. Berduka nestapa
6. Gembira berlebihan
7. Sakit
8. Ketika mulas (ingin BAB atau kentut)
9. Mengantuk
10.Cuaca sangat panas atau sangat dingin.
Hakim dapat bekerja sendiri dalam kasus-kasus yang lebih kecil, tetapi dalam pidana,
keluarga dan kasus-kasus penting lainnya, mereka bekerja dalam panel. Dalam beberapa
sistem hukum perdata, panel ini dapat mencakup hakim awam. Hakim awam tidak seperti
hakim profesional, biasanya dia tidak terlatih secara hukum.

 PERSYARATAN dan JANJI


Ada hakim sukarela dan hakim profesional. Seorang hakim sukarela, seperti hakim
Inggris, tidak diharuskan memiliki pelatihan hukum dan tidak dibayar. Sedangkan hakim
profesional harus dididik secara hukum. Di Amerika Serikat, hakim profesional biasanya
memerlukan gelar Juris Doctor,selain itu pengalaman yang profesional juga diperlukan. Di
AS hakim yang sering ditunjuk adalah hakim yang sudah berpengalaman dan biasanya
ditunjuk oleh kepala negara. Namun, dalam beberapa yuridis AS, hakim dipilih dalam
pemilihan politik. Dalam supremasi hukum, ketidakberpihakan dianggap sangat penting,
sehingga di sebagian besar yuridiksi, hakim dapat dihapus oleh eksekutif. Akan tetapi, dalam
sistem non-demokratis, pemilihan hakim mungkin sangat dipolitisasi dan mereka sering
menerima intruksi tentang cara menilai, dan dapat dihapus apabila perilaku mereka
berperilaku tidak sopan kepada pimpinan politik.

 MENILAI SEBAGAI PEKERJAAN

Kemampuan utama seorang hakim adalah dapat meneliti dan memproses dokumen
panjang, kesaksian saksi, dan materi kasus lainnya. Mereka harus mampu memahami kasus
yang rumit dan membutuhkan pemehaman yang komprehensif tentang hukum dan prosedur
hukum. Dimana hal tersebut mengharunskan mereka memiliki ketrampilan yang sangat baik
dalam penalaran logis, analisis, dan pengambilan keputusan. Ketrampilan menulis yang
sangat baik juga diperlukan, mengingat finalitas dan wewenang dokumen secara tertulis.Pada
umumnya hakim bekerja dengan banyak orang sepanjang waktu, oleh karena itu diperlukan
resolusi perselisihan yang baik dan ketrampilan interpersonal yang menjadi suatu
keharusan.Hakim dituntut memiliki karakter moral yang baik, yaitu tidak boleh ada riwayat
kejahatan pada masa hidupnya. Biasanya juri profesional memiliki gaji yang tinggi, di
Amerika Serikat rata-rata gaji juri adalah $101,690 tiap tahun, dan hakim federal mampu
mendapatkan penghasilan sebesar $208,000–$267,000 tiap tahunnya.

 HAKIM MENURUT NEGARA


1) INDONESIA

Di dalam System Pemerintahan Negara Indonesia sesuai dengan UUD


1945 maka dikenal adanya tiga kekuasaan yaitu kekuasaan legislatif MPR,
DPR, DPD eksekutif Presiden, Wakil Presiden dan deretan Menteri sedangkan
yudikatif MA, MK, KY. Sedangkan Struktur kekuasaannya ada Struktur
Formal dan Informal yang disebut Suprastruktur dan Infrastruktur,
Suprastruktur adalah Pemerintahan kekuatan politik yang berdaulat dan unsur-
unsur pemerintahan Negara sedangkan Infrastruktur ialah rakyat/masyarakat
dan lembaga-lembaga formalnya. Suprastruktur memiliki kewajiban untuk
meningkatkan Infrastrukturnya untuk menuntaskan kemiskinan, meng akreasi
pembanguan, mensejahterakan masyarakat.
Hakim adalah Pejabat Negara. di Indonesia sesuai dengan UU
kekuasaan kehakiman, Hakim terdiri atas Hakim di Mahkamah Agung RI dan
peradilan dibawahnya serta Hakim di Mahkamah Konstitusi. Saat ini terdapat
4 badan peradilan di bawah Mahkamah Agung sehingga Hakim badan
peradilan di bawah Mahkamah Agung terdiri atas Hakim Peradilan
Umum, Hakim Peradilan Agama, Hakim Peradilan Tata Usaha
Negara dan Hakim Peradilan Militer, yang memiliki kewenangan untuk
mengadili perkara yang berbeda-beda.
Di Indonesia Hakim ialah orang yang bertindak sebagai pemimpin
dalam persidangan. Seorang hakim bisa menjalankan tugas peradilan
(yudisial) di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, atau
Peradilan Agama. Hakim profesi mulia (officum nobile) sebab profesi ini
dijalankan oleh kaum intelektual dengan berbagai latar belakang pendidikan
yang baik, untuk menjalankan tugasnya dalam rangka memberikan putusan
yang adil. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan sehingga
perlu diwujudkan adanya lembaga peradilan yang bersih dan berwibawa
dalam memenuhi rasa keadilan dalam masyarakat. Independensi Kakim Tidak
Dapat Diintervensi, Tegaknya hukum dan keadilan serta penghormatan
terhadap keluhuran nilai kemanusiaan menjadi prasyarat tegaknya martabat
dan integritas Negara. Hakim sebagai aktor utama atau figur sentral dalam
proses peradilan senanatiasa dituntut untuk mengasah kepekaaan nurani,
memelihara integritas, kecerdasan moral dan meningkatkan profesionalisme
dalam menegakkan hukum dan keadilan bagi masyarakat banyak, Wewenang
dan tugas hakim yang sangat besar itu menuntut tanggung jawab yang tinggi
sehingga putusan pengadilan yang diucapkan dengan irah-rah “Demi Keadilan
Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” menunjukkan kewajiban
menegakkan hukum, kebenaran dan … keadilan itu wajib
dipertanggungjawaabkan secara horizontal kepada sesama manusia, dan secara
vertikal kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Semua peradilan di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia adalah
peradilan Negara yang diatur dengan undang-undang (Pasal 2 ayat 3).
Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan (Pasal 2 ayat 4).
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, hakim dan hakim konstitusi wajib
menjaga kemandirian peradilan (pasal 3 ayat 1). Segala campur tangan
Intervensi dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan
kehakiman Terlarang. kecuali dalam hal sebagai mana dimaksut dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. (Pasal 3 ayat
2) "Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil
Presiden.
Peradilan di Indonesia merupakan peradilan Negara, di dalam
menjalankan kekuasaannya maka Mahkamah Agung merupakan puncak dari
empat lingkungan peradilan yaitu peradilan umum, peradilan agama, peradilan
militer dan peradilan tata usaha Negara. Selain kekuasaan kehakiman ada pada
Mahkamah Agung maka sesuai dengan Undang-Undang Kekuasaan
Kehakiman maka kekuasaan kehakiman juga ada pada Mahkamah Konstitusi.
Sesuai dengan Pasal 5 ayat 1 UU Kekekuasaan Kehakiman “Hakim
dan hakim konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai
hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.”, hakim dan hakim
konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum yang
hidup dalam adat masyarakat setempat.
2) HONGKONG
Di Hongkong, proses pengadilan berlangsung dengan menggunakan
bahasa Inggris atau bahasa Hongkong Kanton (dialek bahasa Mandarin). Para
hakim Hongkong mempertahankan banyak tradisi dari Inggris, mulai dari tradisi
mengenakan wig dan jubah ketika persidangan.
3) INDIA
Hakim Mahkamah Agung dan Pengadilan TInggi disapa sebagai Yang
Mulia atau Tuanku dan Nyonya Saya . Tradisi tersebut dikaitkan secara langsung
dan berhubungan dengan Inggris. The Bar Council of India telah mengadopsi
sebuah resolusi pada bulan April 2006 dan menambahkan aturan baru 49 (1) (j)
dalam Advokat Act.Dimana sesuai dengan aturan, pengacara dapat menyapa
pengadilan sebagai Yang Mulia dan menyebutnya Pengadilan yang Terhormat .
Jika ini adalah pengadilan bawahan, pengacara dapat menggunakan istilah
seperti sir atau frasa yang setara dalam bahasa daerah yang bersangkutan.
4) ISRAEL
Para hakim di Israel ( bahasa Ibrani : ‫ שופט‬, diromanisasi : shofét , lit. 'juri')
dari semua pengadilan disebut sebagai Tuan , Nyonya (bahasa Ibrani: ‫ גבירתי‬/ ‫אדוני‬
, diromanisasi: ado'nai / geberet ) atau Yang Mulia (Bahasa Ibrani: ‫ כבודה‬/ ‫כבודו‬
, diromanisasi: kabowd / ). Kitab Hakim-Hakim berkisar suksesi pemimpin yang
dikenal sebagai "hakim" (Ibrani shoftim ‫)שופטים‬. Kata yang sama digunakan di
Israel kontemporer untuk menunjukkan hakim yang memiliki fungsi dan
wewenang serupa dengan di negara-negara lainnya. Kata yang sama juga
digunakan dalam bahasa Ibrani modern untuk para wasit dalam segala jenis kontes
dan khususnya dalam bidang olahraga.
5) VIETNAM
Sapaan 'Quý tòa' (secara harfiah disebut "Pengadilan Yang Terhormat")
dipakai di Vietnam untuk menyapa hakim di pengadilan.
6) PRANCIS
Di Prancis, hakim ketua pengadilan disebut sebagai Monsieur le
président atau Madame le président , sementara hakim yang terkait disebut
sebagai Monsieur l'Assesseur atau Madame l'Assesseur . Di luar ruang sidang,
hakim disebut sebagai Monsieur le juge atau Madame le juge.
7) ITALIA
Hakim ketua di pengadilan Italia disebut sebagai Signor presidente della
corte.
8) SWEDIA

Di Swedia, hakim ketua pengadilan biasanya disapa dengan Herr


Ordförande atau Fru Ordförande , yang diterjemahkan sebagai "Ketua Ketua" dan
"Ketua Wanita".

9) SPANYOL

Hakim Mahkamah Agung di Spanyol disebut sebagai "Yang Mulia" (Su


Señoría ); namun, dalam acara-acara resmi, hakim Mahkamah Agung disebut
sebagai "Yang Mulia Mulia" (Vuestra Señoría Excelentísima atau Excelentísimo
Señor / Excelentísima Señora ); dalam kesempatan-kesempatan khidmat itu, para
hakim Pengadilan rendah dialamatkan sebagai "Yang Mulia" (Vuestra Señoría
Ilustrísima atau Ilustrísimo Señor / Ilustrísima Señora ); hakim sederhana selalu
disebut "Yang Mulia".

10) FINLANDIA

Ketua panel disebut sebagai herra / rouva puheenjohtaja (" Tuan / Tuan .


Ketua"). Hakim-hakim Finlandia menggunakan palu, tetapi tidak ada jubah atau
jubah yang digunakan di pengadilan Finlandia mana pun. Tidak ada bentuk sapaan
khusus, karena kesopanan biasa sudah cukup dan prosedur tidak memiliki ritual
misterius. Akan tetapi, di pengadilan distrik (käräjäoikeus ), hakim biasa bekerja
dengan gelar käräjätuomari dan ketuanya adalah laamanni (juru bicara). Mereka
dibantu oleh notaris (notaari), penilai (asessori) dan referendari (viskaali) yang
kadang-kadang bahkan memimpin sesi. Dalam pengadilan banding (hovioikeus)
hakim biasa memiliki gelar hovioikeudenneuvos , ketua seksi
adalah hovioikeudenlaamanni dan pengadilan dipimpin oleh presidentti . Di
Mahkamah Agung, hakim diberi gelar oikeusneuvos dan pengadilan dipimpin
oleh presidentti .
 SIMBOLISME

Gavel (palu upacara) sering digunakan oleh hakim di banyak negara, bahkan palu telah
menjadi simbol dari Hakim. Di berbagai tradisi telah dikaitkan dengan pangkat atau pekerjaa.
Bahkan, di banyak bagian dunia, para hakim mengenakan jubah panjang berwarna hitam atau
merah. Mereka duduk di platform yang ditinggikan selama persidangan (sering dikenal
dengan sebutan bangku). Hakim Amerika sering mengenakan jubah hitam dan palu upacara
ketika pengadilan, meskipun hakim Amerika memiliki wakil pengdilan atau juru sita dan
penghinaan terhadap kekuasaan pengadilan sebagai alat utama mereka untuk
mempertahankan kesopanan di ruang sidang.
Di beberapa negara, terutama di Persemakmuran Bangsa-Bangsa, hakim megenakan wig
panjang. Wig panjang sering dikaitkan dengan hakim sekarang yang berhubungan dengan
acara-acara seremonial. meskipun hal tersebut adalah bagian dari pakaian standar pada abad-
abad sebelumnya.
DI oman, hakim biasanya mengenakan garis panjang (merah,hijau putih) dan pengacara
mengenakan gaun hitam. Sedangkan di Portugal atau di bekas Kekaisaran Portugis, para
hakim biasnya membawa tongkat yang berwarna merah untuk hakim biasa dan warna putih
untuk para hakim dari luar.

 KODE ETIK PROFESI

INDONESIA

IKAHI didirikan tanggal 20 Maret 1953 tetapi belum menyusun Kode Etik maupun
Majelis Kehormatan Hakim. Konggres III Ikatan Hakim 5-7 April 1965 di Bogor : untuk
menjaga harkat dan martabat hakim agar dibentuk kode etik dan pada setiap daerah hukum
pengadilan tinggi dibentuk Dewan Kode Etik.
Konggres Luar Biasa ke IV 23-30 November 1966 ditetapkan Keputusan Munas No.2
Tahun 1966 tentanag Kode Kehormatan Hakim dan Majelis Kehormatan Hakim.
Munas V 18-20 Oktober 1968 : pernyataan Hakim mentaati Kode Kehormatan Hakim
dan mendesak Pengurus Pusat untuk menyusun tata cara bekerja Majelis Kehormatan Hakim.
Munas ke VIII tanggal 25-28 Maret 1984 di Jakarta dikeluarkan pernyataan : (a)
setiap anggota IKAHI wajib memegang teguh dan melaksanakan kode kehormatan hakim
serta peraturan perundangundangan tentang kepegawaian. (b) menentukan MKH sebagai
forum bagi anggota IKAHI mempertanggungjawabkan perbuatannya yang tidak sesuai
dengan kode kehormatan dan peraturan perundang-undangan kepegawaian.
Munas ke IX tanggal 25-26 Maret 1998 : Konsep Surat Keputusan Bersama Ketua
MA dan Menteri Kehakiman dari lingkungan Peradilan Umum dan TUN (belum
ditandatangani) Pada Tahun 1995 ada penggabungan Ikatan Hakim Agama dengan IKAHI.
Munas XII tanggal 28 Maret1April 1998 di Jakarta : perubahan keanggotaan IKAHI meliputi
peradilan Umum, TUN dan Agama.
Munas XIII tanggal 27-30 Maret 2000 di Bandung : merumuskan dan mengesahkan
Kode Etik Profesi Hakim (yang terbaru disamping dua kode etik terdahulu) dan perubahan
tentang keanggotaan IKAHI yang meliputi hakim-hakim peradilan Umum, Agama. TUN,
Militer, Hakim-hakim Agung serta Hakim yang bertugas di MA.
Dengan memperhatikan masukan dari para hakim, kalangan praktisi dan akademisi
hukum, serta masyarakat, MA menyusun PPH. Penyusunan tersebut merupakan hasil
perenungan ulang atas Kode Etik Hakim Indonesia yang dicanangkan dalam Konggres Luar
Biasa IKAHI Tahun 1966, yang ditindaklanjuti dalam Rapat Kerja Nasional MA Tahun 2002
di Surabaya yang merumuskan 10 prinsip pedoman :

1. Berperilaku adil
2. Berperilaku jujur
3. Berperilaku arif dan bijaksana
4. Bersikap mandiri
5. Berintegritas tinggi
6. Bertanggung jawab
7. Menjunjung tinggi harga diri
8. Berdisiplin tinggi
9. Berperilaku rendah hati
10.Bersikap profesional.
11.Tidak mementingkan diri sendiri
12.Integritas
13.Objektif
14.Terbuka
15.Kejujuran
16.Kepemimpinan
17.Terpercaya
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip internasional, antara lain Bangalore Principles
dan PPH di negara lain, …… …. disusunlah penjabaran atas 10 prinsip tersebut di atas.
Penjabaran yang berupa PPH, konsepnya diterbitkan pada bulan Mei 2006. Kemudian
disempurnakan lagi sesuai Keputusan Rapat Kerja Nasional MA bulan September 2006.
Akhirnya PPH disahkan dengan Keputusan Ketua MA No.104 A/SK/XII/2006 tanggal 22
Desember 2006 tentang Pedoman Perilaku Hakim PPH ini telah dilengkapi dengan Petunjuk
Pelaksanaan dan Penegakan PPH, sebagaimana dituangkan dalam Keputusan Ketua MA
No.215/KMA/SK/XII/2007 tanggal 19 Desember 2007.
Bagaimana mengamalkan PPH dalam praktek kehidupan hakim agar supaya PPH dapat
dilaksanakan sebagaimana diharapkan, ….. …. menurut Ketua MA dalam tulisan di majalah
Varia Peradilan Febrauari 2007 dengan judul “Menjadi Hakim yang Baik”, perlu disusun
program sosialisasi dengan pola berjenjang, berkelanjutan, dan desentralisasi. Program
tersebut terutama ditujukan agar para hakim secara sadar dan sukarela mau mengamalkan
PPH, bukan sekedar mengetahui substansinya saja. Berdasarkan Ketentuan Pasal 32A juncto
Pasal 81B UU No.3 Tahun 2009 (Perubahan kedua UU No.14 Tahun 1985 tentang MA),
yaitu Kode Etik dan Perilaku Hakim disusun oleh MA bersama KY, maka telah diterbitkan
Keputusan Bersama Ketua MA dan Ketua KY
No.047/KMA/SK/IV/2009/2.02/SKB/P.KY/IV/2009 tanggal 8 April 2009. Pada dasarnya
substansi Kode Etik dan PPH dalam Surat Keputusan Bersama …. … adalah sama dengan
substansi yang terkandung dalam PPH Surat Keputusan Ketua MA. Perbedaannya terletak
pada rumusan redaksional, dimana ada kalimat dan kata yang ditiadakan, diganti dan
ditambah. Selanjutnya MA dan KY telah menerbitkan Peraturan Bersama Ketua MA dan
Ketua KY No.02/PB/MA/IX/2012 – 02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan Penegakan Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim tanggal 27 September 2012.
Majelis Kehormatan Hakim adalah forum pembelaan diri bagi hakim yang berdasarkan
hasil pemeriksaan dinyatakan terbukti melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam
peraturan peraturan perundang-undangan serta diusulkan untuk dijatuhi sanksi berat berupa
pemberhentian.
Keberadaan MKH dapat dilihat dalam Ketentuan Pasal 22F ayat (1) UU No. 18 Tahun
2011 tentang Perubahan UU No.22 Tahun 2004 tentang KY juncto Pasal 11A ayat (6) UU
No.3 Tahun 2009 (Perubahan UU No.14 Tahun 1985 tentang MA) : Hakim yang akan
diusulkan pemberhentian tetap diberikan hak untuk membela diri di hadapan MKH.
Komposisi Keanggotaan MKH berdasarkan ketentuan Pasal 22F Ayat (2) UU No. 18
Tahun 2011 juncto Pasal 11A ayat (8) UU No. 3 Tahun 2009, terdiri dari 4 orang anggota KY
dan 3 orang Hakim Agung.
Forum pembelaan diri hakim ini terkait dengan tata cara pembentukan dan mekanisme
kerja yang telah diatur oleh MA dan KY dengan menerbitkan Keputusan Bersama Ketua MA
dan Ketua KY No.129/KMA/SKB/IX/2009 – No.04/SKB/P.KY/IX/2009 tanggal 8
September 2009 tentang Tata Cara Pembentukan, Tata Kerja dan Tata Cara Pengambilan
Keputusan Majelis Kehormatan Hakim.
IKAHI menerima masukan dari hakim-hakim di Indonesia mengenai komposisi 4 – 3
dalam MKH tidak netral. Untuk menjaga netralitas/keobyektifan keputusan yang diambil
oleh MKH sebaiknya komposisi tersebut perlu dirubah, yaitu 1 orang dalam komposisi
tersebut seharusnya diambil dari pihak luar yang netral, misalnya bisa dari hakim yang sudah
pensiun yang berintegritas. Hakim yang sudah pensiun ini mempunyai pengalaman dan lebih
memahami bagaimana hakim-hakim menjalankan tugasnya pindah dari satu daerah ke daerah
lain di seluruh Indonesia sehingga mengetahui kendala-kendala dan kesulitan hakim-hakim
tersebut.
Ada beberapa perbuatan yang dilarang dan tidak boleh dilakukan oleh Hakim, menurut
Pasal 5 – 11 Peraturan Bersama Ketua MA dan Ketua KY No.02/PB/MA/IX/2012 –
02/PB/P.KY/09/2012 tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim :

1. Hakim dilarang memberikan kesan bahwa salah satu pihak yang tengah berperkara
atau kuasanya termasuk penuntut umum dan saksi berada dalam posisi yang istimewa
untuk mempengaruhi hakim ybs.
2. Hakim tidak boleh meminta/menerima dan harus mencegah suami atau istri
hakim, Orang Tua, anak atau anggota keluarga hakim lainnya …..
3. …untuk meminta atau menerima janji, hadiah, hibah, warisan, pemberian,
penghargaan, dan pinjaman atau fasilitas dari advokat, penuntut umum, orang yang
sedang diadili, pihak lain yang kemungkinan kuat akan diadili.
4. Hakim dilarang menggunakan wibawa pengadilan untuk kepentingan pribadi,
keluarga atau pihak ketiga lainnya.
5. Hakim dilarang melakukan tawar menawar putusan, memperlambat pemeriksaan
perkara, menunda eksekusi aatau menunjuk advokat tertentu dalam menangani suatu
perkara di pengadilan, kecuali ditentukan lain oleh UU.
6. Hakim dilarang menggunakan wibawa jabatan sebagai hakim untuk mengejar
kepentingan pribadi , anggota keluarga atau siapapun juga dalam hubungan finansial
Apabila hakim melakukan perbuatan yang dilarang tersebut, maka hakim dapat dikatakan
melakukan pelanggaran. Sanksi bagi hakim yang terbukti melakukan pelanggaran kode etik,
adalah :

 Sanksi ringan : teguran lisan, lisan tertulis, penyataan tidak puas secara tertulis
 Sanksi sedang : penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 tahun, penurunan gaji
sebesar 1 kali kenaikan gaji berkala paling lama 1 tahun, penundaan kenaikan pangkat
paling lama 1 tahun, hakim nonpalu paling lama 6 bulan, mutasi ke pengadilan lain
dengan kelas yang lebih rendah, pembatalan atau penangguhan promosi.
 Sanksi berat : pembebasan dari jabatan, hakim nonpalu lebih dari 6 bulan dan paling lama
2 tahun, penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah paling lama 3
tahun …..
 ….pemberhentian tetap dengan hak pensiun, pemberhentian dengan tidak hormat.
Hakim tidak hanya terikat dengan sanksi pelanggaran kode etik saja, tetapi hakim juga
diancam dengan ancaman pidana sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 12 huruf c UU
No.20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi : hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang
diserahkan kepadanya untuk diadili, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp200 juta dan paling banyak Rp1 miliar.

Anda mungkin juga menyukai