Anda di halaman 1dari 48

HUKUM ACARA PERDATA

KELAS B, F dan H
Pengajar :

I WAYAN YASA, S.H., M.H.


Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember
2122-1
Materi Kuliah
m

HUKUM ACARA PERDATA

Untuk keperluan sendiri


Om Swastiastu, Om Avighnam Astu Namo Siddham,
Om A no bhadrah kratthavo yantu visvatah (Reg Weda I. 89. 1)
TUGAS
HAKIM
Pengantar
• Pengadilan yang mandiri, netral (tidak
memihak), kompeten, transparan,
akuntabel dan berwibawa, yang mampu
menegakkan wibawa hukum, pengayoman
hukum, kepastian hukum dan keadilan
merupakan conditio sine qua non atau
persyaratan mutlak dalam sebuah negara
yang berdasarkan hukum.
Lanjutan :
• Pengadilan sebagai pilar utama dalam
penegakan hukum dan keadilan serta
proses pembangunan peradaban bangsa.
• Tegaknya hukum dan keadilan serta
penghormatan terhadap keluhuran nilai
kemanusiaan menjadi prasyarat tegaknya
martabat dan integritas Negara.
Lanjutan :
• Hakim sebagai aktor utama atau figure
sentral dalam proses peradilan senantiasa
dituntut untuk mengasah kepekaan
nurani, memelihara integritas,
kecerdasan moral dan meningkatkan
profesionalisme dalam menegakkan
hukum dan keadilan bagi rakyat banyak.
Lanjutan :
• Semua wewenang dan tugas yang dimiliki
oleh hakim harus dilaksanakan dalam
rangka menegakkan hukum, kebenaran
dan keadilan tanpa pandang bulu dengan
tidak membeda-bedakan orang seperti
diatur dalam lafal sumpah seorang
hakim.
Lanjutan :
• Wewenang dan tugas hakim menuntut
tanggungjawab yang tinggi, sehingga putusan
pengadilan yang diucapkan dengan irah-irah
“Demi Keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa” menunjukkan kewajiban
menegakkan hukum, kebenaran dan keadilan
itu wajib dipertanggungjawabkan secara
horizontal kepada semua manusia, dan secara
vertikal dipertanggungjawabkan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Lanjutan :

• Untuk mewujudkan suatu pengadilan


sebagaimana di atas, perlu terus
diupayakan secara maksimal tugas
pengawasan secara internal dan
eksternal, oleh Mahkamah Agung RI dan
Komisi Yudisial RI.
Lanjutan :

• Wewenang dan tugas pengawasan


tersebut diorientasikan untuk
memastikan bahwa semua hakim sebagai
pelaksana utama dari fungsi pengadilan
itu berintegritas tinggi, jujur, dan
profesional, sehingga memperoleh
kepercayaan dari masyarakat dan
pencari keadilan.
Lanjutan :

• Sejalan dengan tugas dan wewenangnya


itu, hakim dituntut untuk selalu menjaga
dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta etika dan perilaku hakim.
Lanjutan :

• UNDANG-UNDANG DASAR 1945


Indonesia adalah negara berdasarkan
hukum hukum (Rechtstaat ), tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka
(Machtsstaat ).
Trias Politika
1. Eksekutif
2. Legislatif
3. Yudicatif
Undang-Undang Nomor 48 Tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
• Merupakan kekuasaan yang merdeka
untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila, demi
terselenggaranya Negara Hukum
Republik Indonesia.
Lanjutan :

• Perubahan UUD 1945 telah membawa


perubahan dalam kehidupan ketatanegaraan.
• Berdasarkan perubahan itu ditegaskan bahwa
kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh
Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, peradilan agama, peradilan militer,
dan peradilan tata usaha negara, Mahkamah
Konstitusi.
Lanjutan :

• Selain itu terdapat pula Peradilan


Syariah Islam di Provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam, yang merupakan
pengadilan khusus dalam Lingkungan
Peradilan Agama (sepanjang
kewenangannya menyangkut
kewenangan peradilan agama) dan
peradilan umum.
Lanjutan :

• Lembaga baru yang berkaitan dengan


penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
yaitu Komisi Yudisial, yang bersifat
mandiri.
Lanjutan :

• Hakim dikenal sebagai seseorang yang


berkuasa sebagai pemberi hukuman dan
keputusan pada seseorang yang sedang
berada di wilayah negara yang memiliki
kedaulatan secara hukum.
Kewenangan Lembaga Yudisial

• Mengusulkan pengangkatan hakim


agung dan mempunyai wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat serta
perilaku hakim.
Sistem Peradilan Indonesia

• Mahkamah Agung
• Pengadilan Tinggi
• Pengadilan Tingkat
Pengadilan Tingkat Pertama :

1. Pengadilan Negeri
2. Pengadilan agama
3. Pengadilan militer
4. Pengadilan TUN.
Pengadilan Negeri :
• Pengadilan HAM
• Pengadilan Niaga
• Pengadilan Hubungan Industrial
Asas-asas Peradilan
1. Peradilan dilakukan "DEMI
KEADILAN BERDASARKAN
“KETUHANAN YANG MAHA ESA".
2. Peradilan negara menerapkan dan
menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila.
Lanjutan :

3. Peradilan dilakukan dengan sederhana,


cepat, dan biaya ringan.
4. Dalam menjalankan tugas dan
fungsinya, hakim wajib menjaga
kemandirian peradilan.
5. Segala campur tangan dalam urusan
peradilan oleh pihak lain di luar
kekuasaan kehakiman dilarang.
Selama proses perkara di
pengadilan
1. Pengadilan mengadili menurut hukum
dengan tidak membeda-bedakan
orang.
2. Pengadilan membantu pencari
keadilan dan berusaha mengatasi
segala hambatan dan rintangan untuk
dapat tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Lanjutan :

3. Hakim wajib menggali, mengikuti,


dan memahami nilai-nilai hukum dan
rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat.
Lanjutan :

4. Hakim harus memiliki integritas dan


kepribadian yang tidak tercela, jujur,
adil, profesional, dan berpengalaman
di bidang hukum.
5. Hakim wajib menaati Kode Etik dan
Pedoman Perilaku Hakim.
Lanjutan :

6. Tidak seorang pun dapat dihadapkan


di depan pengadilan, kecuali undang-
undang menentukan lain.
Lanjutan :

7. Pengadilan membantu pencari


keadilan dan berusaha mengatasi
segala hambatan dan rintangan untuk
dapat tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan.
Lanjutan :

8. Tidak seorangpun dapat dijatuhi


pidana, kecuali apabila pengadilan
karena alat pembuktian yang sah
menurut undang-undang, mendapat
keyakinan bahwa seseorang yang
dianggap dapat bertanggung jawab,
telah bersalah atas perbuatan yang
didakwakan atas dirinya.
Lanjutan :

9. Tidak seorang pun dapat dikenakan


penangkapan, penahanan,
penggeledahan, dan penyitaan, kecuali
atas perintah tertulis dari kekuasaan
yang sah dalam hal dan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang.
Lanjutan :

10. Setiap orang yang disangka,


ditangkap, ditahan, dituntut, atau
dihadapkan di depan pengadilan wajib
dianggap tidak bersalah sebelum ada
putusan pengadilan yang menyatakan
kesalahannya dan telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Lanjutan :

11. Dalam mempertimbangkan berat


ringannya pidana, hakim wajib
memperhatikan pula sifat yang baik
dan jahat dari terdakwa.
Lanjutan :

12. Pengadilan dilarang menolak untuk


memeriksa, mengadili, dan memutus
suatu perkara yang diajukan dengan
dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk
memeriksa dan mengadilinya.
Lanjutan :

13. Pengadilan memeriksa, mengadili, dan


memutus perkara dengan susunan
majelis sekurang-kurangnya 3 (tiga)
orang hakim, kecuali undang-undang
menentukan lain.
Lanjutan :

14. Susunan hakim sebagaimana


dimaksud terdiri dari seorang hakim
ketua dan dua orang hakim anggota.
15. Hakim dalam memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara dibantu oleh
seorang panitera atau seorang yang
ditugaskan melakukan pekerjaan
panitera.
Lanjutan :

16. Dalam perkara pidana wajib hadir


pula seorang penuntut umum, kecuali
undang undang menentukan lain.
Lanjutan :

17. Pihak yang diadili mempunyai hak


ingkar terhadap hakim yang mengadili
perkaranya.
18. Hak ingkar tersebut adalah hak
seseorang yang diadili untuk
mengajukan keberatan yang disertai
dengan alasan terhadap seorang hakim
yang mengadili perkaranya.
Lanjutan :

19. Seorang hakim wajib undur diri dari


persidangan apabila terikat hubungan
keluarga sedarah atau semenda
sampai derajat ketiga, atau hubungan
suami atau istri meskipun telah
bercerai, dengan ketua, salah seorang
hakim anggota, jaksa, advokat, atau
panitera.
Pengawasan Hakim Internal :

• Dilakukan oleh Mahkamah Agung.


• Yang diawasi adalah berkaitan dengan
teknis yuridis, administrasi dan
keuangan.
Pengawasan Hakim Eksternal :
• Dilakukan oleh Komisi Yudisial.
• Tujuannya adalah dalam rangka
menjaga dan menegakkan
kehormatan, keluhuran martabat,
serta perilaku hakim.
Lanjutan :

• Hakim memiliki aturan profesi yang


harus ditaati, dan berfungsi agar tidak
berlaku semena-mena atas stasus sosial
dan kedudukan yang dimiliki.
Lanjutan :

• Kode etik hakim harus dijalani dengan


baik dan benar sesuai dengan
keputusan bersama Ketua Mahkamah
Agung Republik Indonesia dan Ketua
Komisi Yudisial Republik Indonesia
No. 047/KMA/SKB/IV/2009–02
SKB/P.KY/IV/2009.
Contoh pelanggaran kode etik hakim :

1. Gratifikasi dan Suap


2. Perselingkuhan dan Pelecehan Seksual
3. Konsumsi Narkoba
4. Pemalsuan Dokumen
5. Sikap Indisipliner
Matur Sakalangkong
Matur Suksma
Matur Nuwun
Terima Kasih
Thank You
Gracias
Xie Xie
Arigato
Merci
!!!!

Anda mungkin juga menyukai