Anda di halaman 1dari 10

KARAKTERISTIK SUMBER DAYA AIR

Sumber daya AIR berbeda dengan sumber daya alam lainnya. Pada musim
hujan jumlahnya sangat melimpah bahkan dapat menjadi bencana, tetapi
pada musim kemarau (panjang) bumi dapat dilanda kekeringan yang
mengerikan. AIR adalah salah satu wujud zat yang terbanyak di bumi. Lebih
dari ¾ bagian bumi terdiri atas AIR dengan volume kira2 1.350 juta km
kubik, dengan komposisi 97,5% adalah AIR laut, 1,78% es/gletser, dan hanya
0,7% AIR tanah serta sisanya (0,02%) adalah AIR permukaan (danau, rawa,
sungai, dan AIR terjun).
Dewasa ini, kirisis AIR telah bersifat global dan diperkirakan akan semakin
memburuk pada beberapa dekade mendatang. Ketika krisis semakin parah,
berbagai ikhtiar baru untuk mendifinisikan ulang hak-hak atas AIR akan
sangat diperlukan. Dalam perkembangannya, globalisasi ekonomi mengubah
pengertian AIR sebagai kepemilikan umum menjadi barang privat yang
dapat dieksploitasi dan diperdagangkan secara BEBAS. Oleh karena itu,
untuk pengatasannya dibutuhkan strategi pengaturan yang tepat melalui
penciptaan hukum yang didorong oleh politik hukum atas sumber daya alam
khususnya AIR. Politik hukum HMN atas sumber daya AIR harus dibedakan
dari politik hukum HMN atas sumber daya alam pada umumnya.
PERBEDAaN SUBSTAnsiaL AntaRA uu 11/1974 TENTAng
pengaIRAn daN UU 7/2004 tentaNG SUMBER Daya Air

UU Pengairan yang berlaku selama 30 tahun terdiri atas 12 bab, 17 pasal; bandingkan
dengan UU SDA yang terdiri atas 18 bab, 100 pasal. Penyesuaian UU Pengairan menjadi
UU SDA adalah sebagai wujud antisipasi cepatnya perkembangan kebutuhan
masyarakat, kompleksitas persoalan, dan perubahan paradigma, antara lain hal2 sbb:
1. tuntutan pengelolaan secara menyeluruh dan terpadu;
2. ketimpangan antara penanganan secara fisik dan nonfisik;
3. pendayagunaan sumber daya AIR lebih dominan daripada konservasi;
4. tuntutan perlindungan terhadap hak dasar manusia atas AIR;
5. keterlibatan masyarakat yang lebih nyata dalam pengelolaan sumber daya AIR;
6. tuntutan untuk mengadopsi prinsip pembangunan berkelanjutan;
7. ekses perkembangan nilai ekonomi AIR;
8. perubahan paradigma dari top-down approach menjadi bottom-up approach sejak
berlakunya UU Pemerintahan Daerah (era otonomi daerah).
Dinamika perkembangan dan perubahan berbagai aspek kehidupan, baik nasional
maupun internasional menyebabkan SDA saat ini mengalami masalah dan krisis yang
cukup serius. Alih fungsi lahan => perusakan lingkungan => memengaruhi kualitas
dan
kuantitas SDA. Di sisi lain, perkembangan penduduk dan pertumbuhan ekonomi =>
terjadi peningkatan kebutuhan akan sumber daya AIR.
No. Aspek UU 11/1974 UU 7/2004

1. Materi Tentang Pengairan; singkat 12 Tentang SDA; diubah n di+ scr


bab, 17 pasal. lgkp shg mjd 18 bab, 100 pasal.

2. Fungsi AIR Sosial. Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi


yg dislgrkn scr selaras.

3. Sistem Sentralistik. Top-down Desentralisasi. Bottom up app,


approach. ada komunikasi/keterbukaan.

4. Kedudukan Provider. Enable, Provider (BUMN/D);


Pemerintah cenderung sbg REGULATOR.

5. Peran serta Ada tetapi tidak menonjol. Diakui via Dewan SDA (unsur Pem
Masyarakat n nonpem, pengus o swasta.

6. Perizinan Izin sederhana tanpa konsultasi Izin ketat, harus konsultasi publik,
publik dan alokasi tersedia.

7. Ketentuan yang - HaK Guna Air, Koord, Gug Perw,


Baru PPNS, Pemb Sthldrs, Sist Inf., dan
Pengaturan Siklus Air.
PERBEDAAN KETENTUAN PENGUSAHAAN SDA

No. Ketentuan UU 11/1974 UU 7/2004


1. Pengusahaan - Hanya dapat dilaksanakan oleh BUMN
SDA Satu atau BUMD (periksa Pasal 45 ayat [2]).
Wilayah Sungai
2. Syarat bg pihak Cukup izin dr pem n Hanya blh pd lks ttt; tdk blh mlpt 1 WS;
swasta u melak bpdmn pd azas ush berd rcn alksi air; via konsultasi publik;
pengus SDA bersm n kkluargaan dilarang ditransfer keluar WS, kec SDA
pd WS tsb surplus.
3. Kwjb phk swasta Tidak mengatur Memphtkn fungsi sos n kelstriannya;
dlm pelaks wjb ikut serta mlkk konsvs n mngktkn
pengus SDA kesej masy sktrnya; mendorong keikuts
UKM; n menanggung biaya jasa PSDA.

4. Kewajiban Tidak mengatur Pengawasan mutu layanan pengusaha;


Pemerintah fasilitasi pengaduan masyarakat.
TIGA KOMPONEN PENGELOLAAN SDA

Keberlanjutan Ekosistem

Alat-alat Enabling
Manajemen Environmen Peran-peran
(3) t (1) Institusi (2)

Penilaian Pembuat: Pusat –


informasi Kebijakan Lokal
alat2 alks Peraturan Publik –
Privat DAS

Efisiensi Keadilan
Ekonomi Sosial
PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI
Indonesia sangatlah kaya akan berbagai sumber daya alam (SDA), termasuk
keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya. SDA yang tersebar di berbagai
wilayah Indonesia tersebut disadari suatu ketika akan habis dan punah jika
pengelolaannya dilakukan secara tidak berencana, mengabaikan aspek kelestarian, dan
tidak berkelanjutan. Dalam rangka upaya menjaga dan melestarikan SDA agar generasi
mendatang dapat mewarisinya, pengelolaan SDA harus diarahkan pada dua hal:
pertama mengatur ekplorasi, eksploitasi, dan pemanfaatannya; kedua, mengatur
bagaimana melakukan perlindungan atau cara melakukan konservasinya.

Berbagai kebijakan sudah dibuat oleh pemerintah berkaitan dengan upaya tersebut di
atas, yaitu dengan menetapkan kawasan-kawasan tertentu sebagai kawasan
eksploitasi dan kawasan yang harus dilindungi. Walaupun sudah ditetapkan sebagai
kawasan eksploitasi (baik SDA hutan, tambang minyak/gas bumi, maupun SDA laut)
bukan berarti harus dikuras habis dan semena-mena tanpa memperhatikan aspek daya
dukung lingkungan. Untuk keseimbangan, ditetapkan pula kawasan konservasi seperti
hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air, sempadan pantai/sungai,
kawasan suaka alam/cagar alam, taman nasional, taman hutan raya, taman wisata
alam, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, termasuk kawasan rawan
bencana alam.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan industrialisasi,
terjadi pula tekanan terhadap SDA yang semakin besar. Hal tersebut adalah akibat dari
semakin tingginya tingkat kebutuhan dan kepentingan terhadap SDA. Pembukaan
lahan hutan dan kegiatan pertam-bangan dari tahun ke tahun semakin meningkat
sehingga semakin mem-persempit dan mengancam kawasan eksploitasi. Sementara
itu, suksesi SDA yang dapat diperbarui – yang telah dieksploitasi – membutuhkan
waktu yang cukup lama.

Ancaman tidak hanya muncul terhadap kawasan ekploitasi saja, namun juga tertuju
kepada kawasan yang telah ditetapkan atau ditunjuk sebagai kawasan konservasi.
Ancaman tersebut, selain disebabkan oleh pertum-buhan penduduk dan industrialisasi,
disebabkan pula oleh perusakan langsung, konversi lahan, penangkapan secara
berlebihan spesies tertentu atau pengenalan spesies eksotik, dan tindakan lainnya
yang mengurangi daya dukung serta daya tampung lingkungan baik karena faktor
bencana alam maupun karena faktor kecerobohan manusia dalam melakukan tindakan
terhadap alam dan lingkungannya. Beberapa contoh konkrit yang terjadi akhir-akhir ini
antara lain: illegal logging, kebakaran hutan, banjir bandang, tanah longsor, dsb.
Pemerintah kerap menyebut berbagai hambatan yang dihadapi dalam PPLH antara
lain: luasnya cakupan dan sebaran kawasan konservasi, terbatasnya sumber daya
manusia, dan kurangnya pendanaan, yang konon dinyatakan sebagai masalah
mendasar sehingga pengelolaan kawasan konservasi berjalan agak tersendat. Namun
demikian, sebenarnya ada persoalan men-dasar lainnya, yaitu kuatnya ego sektoral
baik secara internal (dari depar-temen yang membawahi pengelolaan kawasan
konservasi) maupun dari departemen lain yang berkepentingan terhadap kawasan
konservasi. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah pengelolaan yang sentralistik –
meng-abaikan peran serta masyarakat lokal/adat sebagai kekuatan riil dan potensial,
termasuk masih lemahnya penegakan hukum.

Mengkaji berbagai tingkat kerusakan yang terjadi dan kegiatan-kegiatan yang


sangat berpotensi untuk menjadi ancaman terhadap kawasan konservasi, termasuk
persoalan yang menyebabkan inefisiensi pengelolaan, dapat dimunculkan beberapa
permasalahan yang cukup strategis untuk dibahas:
1. bagaimana seharusnya melakukan pengelolaan kawasan konservasi?
2. bagaimana kebijakan dan kelembagaan yang ada dalam mendukung upaya
konservasi?
3. apakah bentuk pengelolaan yang dilakukan sudah tepat sehingga mendukung
tujuan dari peruntukan kawasan konservasi tersebut?
SUMBER DAYA ALAM

KAWASAN KAWASAN SISA (KAWASAN


BUDI DAYA KONSERVASI LINDUNG)
atas dasar justifikasi dengan
kriteria tertentu
DITUNJUK/DITETAPKAN

KAWASAN SUAKA ALAM, terdiri


atas: CAGAR ALAM dan HUTAN
LINDUNG DENGAN KAWASAN LINDUNG
FUNGSI DAN ATAU KONSERVASI
KAWASAN PELESTARIAN ALAM, UTAMA
terdiri atas: TAMAN NASIONAL,
TAMAN HUTAN RAKYAT, dan
TAMAN WISATA ALAM
APA KONSERVASI?
merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan secara konsisten untuk
mencegah rusaknya dan atau tercemarnya sumber daya alam (SDA) yang
mendukung perikehidupan, termasuk untuk kepentingan manusia; dengan kata
lain cara pengambilan dan atau pembuangan ke media SDA tidak melebihi
kemampuannya sehingga dalam jangka panjang SDA tetap tersedia secara
berkelanjutan.
PERBEDAAN PERLAKUAN TERHADAP KAWASAN KONSERVASI DAN ATAU
KAWASAN LINDUNG
PEMELIHARAAN
KAWASAN PERAWATAN
KONSERVASI PENGAWETAN
PELESTARIAN FUNGSI LINGK
PERLINDUNGAN
OPTIMAL HIDUP
KAWASAN PENJAGAAN
LINDUNG PENCEGAHAN
PENYELAMATAN

Anda mungkin juga menyukai