Anda di halaman 1dari 74

HUKUM LINGKUNGAN

S1 FAKULTAS HUKUM

LOUISE THERESIA
DOSEN HUKUM LINGKUNGAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

1
Pengertian Lingkungan hidup
menurut UU No. 32 Tahun
2009 PasaL 1 angka (1)) :

 Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang


dengan segala benda, daya, keadaan
dan makhluk hidup, termasuk manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi
alam itu sendiri, kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta mahkluk hidup lainnya.
2
Pengertian Hukum
lingkungan
 Kumpulan aturan hukum yang mengatur
tentang lingkungan hidup yang terdiri dari
ketentuan-ketentuan tentang azas,
prinsip pokok, teknis-teknis pendekatan,
intrumen-instrument hukum dan ekonomi
yang diperlukan untuk mengelola dan
melindungi lingkungan hidup dan
ekosistemnya dari dampak negatif
aktifitas manusia dan alam.
3
Beberapa bidang hukum
lingkungan
1. Hukum Tata Lingkungan
2. Hukum Pencemaran Lingkungan
3. Hukum Perlindungan Lingkungan
4. Hukum Kesehatan Lingkungan
5. Hukum Internasional Lingkungan
6. Hukum Penyelesaian Sengketa
Lingkungan
4
rubella
measles 5
Rubella pertussis 6
7
poliomyelitis
ASPEK- ASPEK HUKUM LINGKUNGAN

1. Hukum Administrasi Lingkungan


2. Hukum Pidana Lingkungan
3. Hukum Perdata Lingkungan

8
9
10
UU lingkungan hidup yang terpadu
yang pernah berlaku di Indonesia :

 UU No 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan


Pokok Pengelolan lingkungan hidup. UU ini telah
dicabut dan digantikan dengan
 UU No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan hidup dan digantikan dengan
 UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

11
Produk Peraturan Perundang-undangan LH

 Hinder-Ordonnantie 1926  UU 6/1996: Perairan INA


 UU 5/1960: Agraria  UU 10/1997: Tenaga Nuklir
 UU 11/1967: Pertambangan  UU 15/1997: Transmigrasi
  UU 41/1999: Kehutanan
UU 11/1974: Pengairan
 UU 29/2000: Varietas Tnmn
 UU 5/1984: Perindustrian  UU 22/2001: Migas
 UU 9/1985: Perikanan  UU 16/2002: Explorasi Angkasa
 UU 5/1990: KSDAH  UU 20/2002: Ketenagalistrikan
 UU 9/1990: Kepariwisataan  UU 28/2002: Bangunan
 UU 4/1992: Perumahan dan  UU 17/2004: Protokol Kyoto
Pemukiman  UU 7/2004: SD Air
 UU 5/1992 : Cagar Budaya  UU 24/2007: Penanggulangan
 UU 10/1992: PKPKS Bencana
 UU 26/2007: Penataan Ruang
 UU 12/1992: SBD Tanaman
 UU 27/2007: Pengelolaan Pesisir
 UU 16/1992: Karantina  UU 30/2007: Energi
 UU 23/1992: Kesehatan  UU 4/2009 : Mineral dan
 UU 24/1992: Tata Ruang Batubara
12
13
Hak-Hak Penting yang diciptakan oleh
UU No. 32 Tahun 2009 adalah :
 HAK YANG SAMA ATAS LINGKUNGAN HIDUP YANG BAIK DAN
SEHAT;
 HAK UNTUK MENDAPATKAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN
HIDUP;
 HAK UNTUK MENGAJUKAN USUL DAN/ATAU KEBERATAN
TERHADAP RENCANA USAHA DAN/ATAU YANG AKAN
MENIMBULKAn DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP;
 HAK UNTUK BERPERAN DALAM RANGKA PERLINDUNGAN
DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP;
 HAK UNTUK MELAKUKAN PENGADUAN AKIBAT DUGAAN
PENCEMARAN DAAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN
HIDUP.

14
HAK UNTUK BERPERAN DALAM
RANGKA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
INI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :
 MENINGKATKAN KEMANDIRIAN, KEBERDAYAAN
MASYARAKAT, DAN KEMITRAAN;
 MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN
KEPELOPORAN MASYARAKAT;
 MENUMBUHKAN KETANGGAPSEGERAAN MASY UNTUK
MELAKUKAN PENGAWASAN SOSIAL;
 MEMBERIKAN SARAN PENDAPAT;
 MENYAMPAIKAN INFORMASI DAN/ATAU MENYAMPAIKAN
LAPORAN;
15
16
Undang-undang lingkungan
hidup No. 32 Tahun 2009
AZAS-AZAS PENTING YANG TERDAPAT DALAM UNDANG-
UNDANG NO 32 TAHUN 2009 ADALAH :
 AZAS TANGGUNG JAWAB NEGARA;
 AZAS KELESTARIAN DAN KEBERLANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT);
 AZAS KESERASIAN DAN KESEIMBANGAN;
 AZAS KETERPADUAN;
 AZAS MANFAAT;
 AZAS KEHATI-HATIAN;
 AZAS KEADILAN;
 AZAS EKOREGION;
 KEANEKARAGAMAN HAYATI;
 PENCEMAR MEMBAYAR;
 PARTISIPATIF;
 KEARIFAN LOKAL;
 TATA KELOLA PEMERINTAH YANGF BAIK; DAN
 OTONOMI DAERAH.

17
Kewajiban-kewajiban yang
dibebankan kepada setiap orang
 Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkunan
hidup
 Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar, akurat,
terbuka dan tepat waktu mengenai perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
 Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup
 Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup
dan/atau kriteria baku kerusakan LH.
18
19
Tugas dan wewenang pemerintah dalam
Perlindungan pengelolaan Lingkungan
Hidup dapat melalui :
1. pemerintah pusat;
2. Pemerintah provinsi; dan
3. Pemerintah kabupaten/kota
 Menetapkan Kebijakan = membuat peraturan secara
normatif yang berkenaan dengan LH. Misal : UU Nomor
32 Tahun 2009 mengatur tentang air, udara, limbah B3,
AMDAL, Damping (pembuangan) limbah kelaut. UU Nomor
27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dsb.
Upaya Perlindungan dan Pengelolaan
1. Perencanaan (Pasal 5-11), Misal : RPPLH yang
dibuat oleh Pemerintah Pusat
20
2. Pemanfaatan (Pasal 12)
3. Pengendalian (Pasal 13)
a. Pencegahan :
- Kajian LH Strategis, Tata Ruang, Baku Mutu
Kriteria baku kerusakan LH, AMDAL, UKL,
UPL, Perizinan, Instrumen Ekonomi LH,
Peraturan perundang-undangan berbasis LH
Anggaran berbasis LH, Analisis Resiko, Audit LH
b. Penanggulangan (Pasal 53)
c. Pemulihan (Pasal 54)
4. Pemeliharaan (Pasal 57)
- Pencadangan SDA, khususnya SDA yang tidak
dapat dikelola dalam jangka waktu tertentu
- Konservasi SDA, Perlindungan, Pengawetan dan
Pemanfaatan SDA

21
5. Pengawasan
6. Penegakan Hukum
 Metapkan dan Melaksanakan kebijakan RPPLH,
KLHS, AMDAL dan UKL-UPL;
(Provinsi dan Kabupaten/Kota

Pemanfataan, Pencadangan, Pemeliharaan,


Perlindungan, Pengendalian, Pengawasan RPJM
dan RPJP
 Menyelenggarakan inventarisasi SDA dan Emisi
Gas Rumah Kaca - Potensi,
- Pemanfataan,
- Cara Pengelolaan, dsb.
22
 Mengembangkan dan menerapkan instrumen LH

1. MEMANFAATKAN DAN MENGEMBANGKAN


TEKNOLOGI YANG AKRAB DENGAN LH
2. ANGGARAN BERBASIS LINGKUNGAN
HIDUP
3. PERATURAN PERUNDANGAN-UNDANGAN
BERBASIS LH
1. Kebijaksanaan Penataan
2. Pemanfaatan
 Mengelola LH 3. Pengembangan
4. Pemeliharaan
5. Pemulihan
6. Pengawasan
7. Pengendalian LH
DASAR PRINSIP PENGELOLAAN LH : UNTUK MENCAPAI KELESTARIAN
HUB.MANUSIA DNG LH SEHINGGA DPT MEMBANGUN MANUSIA SEUTUHNYA
DAN MEWUJUDKAN MANUSIA SBG BAGIAN LH DAN TIDAK DAPAT DIPISAHKAN
23
• Memberikan pendidikan, pelatihan, pembinaan
dan penghargaan;
Beberapa kewenangan pengelolaan LH dilingkungan pendidikan :
1.Menerapkan Pendidikan LH;
2.Mengajarkan kepada siswa untuk lebih peduli pada LH;
3.Mengajarkan tentang cara pengelolaan LH secara teori dan praktek
Contoh : Didaerah tulung Agung ada sekolah yang telah
melakukan
pengelolaan LH secara optimal yaitu SD
Kampung Dalem
1 dan SMKN 2 Boyo Langu GELAR
ADIWIYATA
Memberikan pengahargaan kepada
 orang/lembaga
Menetapkan kebijakan mengenai tata cara pengakuan
yang berjasa dibidang LH
keberadaan masyakat hukum adat, kearifan lokal dan
hak-hak masyarakat hukum adat yang terkait dengan
PPLH (tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota);

24
• Melakukan pembinaan, pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

terhadap ketentuan perizinan lingkungan dan


peraturan perundang-undangan;
 Memberikan izin lingkungan;
 Melakukan penegakan hukum LH.

UNTUK MELAKSANAKAN KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI


LH MAKA PEMERINTAH MENGATUR BEBERAPA LANGKAH :
1.Mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam rangka PPLH;
2.Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan/perlindungan,
pengelolaan LH dan pemanfaatan kembali SDA termasuk SDA
Genetika. EGO SEKTORAL
PEMERINTAH PUSAT PEMERINTAH
DAERAH
25
TUMPAH TINDIH
PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN

 Penegakan hukum lingkungan menurut UU No


32 Tahun 2009 dapat dilakukan melalui :

 Hukum Administrasi (Preventif);

 Hukum Perdata (Represif);

 Hukum Pidana (Represif). 26


PENEGAKAN MELALUI HUKUM
ADMINISTRASI LINGKUNGAN
I. TAHAP PERENCANAAN / PREEMTIF

A. PENATAAN RUANG/ZONING

Dasar Hukum :
 UU No 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang
 PP No 26 Tahun 2008 Ttg Rencana Tata ruang wilayah
Nasional
 Peraturan Daerah Ttg Rencana Tata Ruang
 PP No 27 Tahun 1999 tentang Amdal

Kegiatan/usaha yang wajib AMDAL:


Kegiatan/usaha yang berdampak besar dan penting
Yang tidak mempunyai dampak besar dan penting
wajib melakukan UKL dan UPL

27
Penataan Ruang/Zoning
 Penataan Ruang/Zoning merupakan
pembagian suatu wilayah pemerintahan
kedalam centra-centra tertentu sesuai dengan
peruntukannya seperti industri, perdagangan,
pemukiman, rekreasi dan lain lain.Dalam
kaitannya masalah lingkungan, tujuannya
semata-mata untuk memisahkan sumber-
sumber polusi dari masy umum dengan
memisahkan centra industri dengan centra
pemukiman.

28
Effektifitas zoning
 zoning bukanlah cara yang effektif untuk
mengendalikan pencemaran dan perusakan
lingkungan.Untuk sementara waktu
kelihatannya zoning dapat membuat daerah
pemukiman nyaman untuk didiami,tetapi tanpa
intrumen-intrumen pengendalian lain dampak
aktifitas industri di centra industri sudah pasti
akan membahayakan lingkungan dan manusia
disekitarnya.

29
B. AMDAL

 Dasar hukum :
 Pasal 22 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
UUPPLH
 PP No 27 Tahun 1999 tentang AMDAL
 Kegiatan/usaha wajib Amdal : Yang
mempunyai dampak besar dan penting.
 Bila tidak wajib membuat UKL dan UPL

30
Pengertian AMDAL
Pasal 1 angka (11) UUPPLH adalah :
 Amdal adalah : kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelengaraan usaha dan/atau kegiatan.
PASAL 1 ANGKA (1) PP NO. 27 TAHUN 1999 ADALAH :
Amdal adalah : kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

31
Kegunaan Amdal
Bagi pemerintah
Sebagai alat pengambil keputusan, bahan
masukan, mencegah agar sumber daya alam
tidak rusak dan untuk menjaga kelestarian
fungsi lingkungan.

Bagi masyarakat
Untuk mengetahui rencana pembangunan,
perubahan lingkungan, hak dan kewajiban.

32
Bagi Pemrakarsa
Untuk mengetahui masalah LH yg akan
datang, bahan analisis pengelolaan dan
sasaran proyek, pedoman dan
pemantauan LH

33
Dokumen-dokumen amdal

 Kerangka acuan (KA)


 Analisis Dampak lingkungan (ANDAL)
 Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
 Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)

34
PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM
PEMBUATAN DOKUMEN AMDAL

1. Pemrakarsa
2. Komisi Penilai
3. Tim Teknis
4. Instansi yang bertanggungjawab
5. Instansi yang berwenang
6. Instansi teknis yang membidangi
usaha atau kegiatan

35
Pengertian izin
 Izin adalah suatu keputusan alat administrasi
negara yang berisi persetujuan berdasarkan
undang-undang atau peraturan pemerintah,
untuk dalam keadaan tertentu menyimpang
dari ketentuan-ketentuan larangan
perundangan. Dengan memberi izin, penguasa
memperkenankan si pemohon untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang
sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan
bagi suatu tindakan yang demi kepentingan
umum menharuskan pengawasan khusus
atasnya
36
II. TAHAP PELAKSANAAN / PREVENTIF
A. PERIZINAN.
 Dasar hukum Pasal 36-41 UUPPLH NO. 32 TAHUN 2009 bahwa
setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.Izin Lingkungan
diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan diterbitkan oleh
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
 Fungsi izin :
Pengaturan, Pengawasan, Pembinaan, Pengarahan dan
Penertiban.
 Macam-macam izin :
1. Izin lokasi/prinsip
2. IMB
3. Izin Tempat Usaha
4. Izin Usaha
5. Izin membuang limbah cair
6. Izin pembuangan limbah ke media lingkungan dll
37
Tujuan Perizinan
Lingkungan
 1. Mengerahkan/mengendalikan aktifitas

tertentu;
 2. Mencegah bahaya;
 3. Melindungi obyek tertentu;
 4. Seleksi orang dan aktifitas tertentu;
 5. Kemudahan pembinaan.
38
B. BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP
Dasar Hukum : PASAL 20 UUPPLH NO. 32 TAHUN 2009 bahwa
Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan
hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.

Baku Mutu Lingkungan Hidup, meliputi :

1. Baku Mutu Air;


2. Baku Mutu Air Limbah;
3. Baku Mutu Air Laut;
4. Baku Mutu Udara Ambien;
5. Baku Mutu Emisi;
6. Baku Mutu Gangguan; dan
7. Baku Mutu Lain Sesuai dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
teknolog
Pedomannya dibuat oleh Menteri Kementerian Lingkungan Hidup
Yang membuat Baku Mutu adalah Kepala Daerah.

39
Pengertian Baku Mutu
Lingkungan
hidup
 Pasal 1 angka (13) UUPPLH:
Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada
atau harus ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai
unsur lingkungan hidup

40
Kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup (Pasal 21
UUPPLH)
Pasal 1 angka (15) UUPPLH :
Kriteria Baku kerusakan Lingkungan
hidup adalah ukuran batas perubahan
sifat fisik, kimia dan atau hayati
lingkungan hidup yang dapat ditenggang
oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap
melestarikan fungsinya.

41
42
43
C. INSTRUMEN EKONOMI/ INSENTIF DAN DISISENTIF
 INSENTIF

a. Pemberian subsidi berbentuk uang


b. Pemberian pinjaman uang
c. Penghapusan atau peringanan pajak
d. Pemberian penghargaan

 DISINSENTIF : affluence charges system / sistem


pembebanan pembayaran berdasarkan jumlah
buangan untuk mendorong aktifitas / kegiatan
mengurangi buangannya.
44
D. SANKSI-SANKSI ADMINISTRASI (PASAL 76
UUPPLH)
1. TEGURAN TERTULIS;
2. PAKSAAN PEMERINTAHAN (UANG PAKSA);
3. PEMBEKUAN IZIN LINGKUNGAN.
4. PENCABUTAN IZIN LINGKUNGAN.
DAN DAPAT DIMINTAKAN PULA AUDIT
LINGKUNGAN WAJIB KEPADA SI PENCEMAR
ATAU PENGRUSAK.

45
AUDIT LINGKUNGAN

III. TAHAP PRODUKSI/ PROAKTIF


A. AUDIT LINGKUNGAN
Dasar hukum UUPPLH NO. 32 Tahun
2009 (Pasal 48-51 UUPPLH).
Macam-macam audit lingkungan :
a. Audit Lingkungan sukarela;
b. Audit Lingkungan wajib;
B. PENERAPAN ISO 14000 (standarisasi
LH)
46
Pengertian Audit
Lingkungan
 Audit Lingkungan adalah suatu proses
evaluasi yang dilakukan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan
terhadap persyaratan hukum yang
berlaku dan/atau kebijaksanaan dan
standar yang ditetapkan oleh
penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan yang bersangkutan.
47
48
PENEGAKAN MELALUI HUKUM PIDANA

MACAM-MACAM PERBUATAN PIDANA LINGKUNGAN

A. 1. Perbuatan pidana yang dilakukan dengan kesengajaan;


2. Perbuatan pidana yang dilakukan dengan kealpaan;
3. Menyebabkan tercemar/rusaknya lingkungan hidup.

B. 1. Perbuatan pidana yang dilakukan oleh orang manusia


2. Perbuatan pidana yang dilakukan oleh orang badan
hukum, perseroan, perserikatan, yayasan atau
organisasi lain. (environmental corporate crime)

49
Enviromental corporate
crimed (pasal 116-118
UUPPLH)
 Adalah tindak pidana lingkungan hidup
yang dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang pelaku materil atas
nama suatu perusahaan/badan hukum
atau dalam rangka melaksanakan
kebijakan pimpinan perusahaan/badan
hukum seperti perseroan, perserikatan,
yayasan dll
50
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
mengenai environmental corporate crime
(sistem vicarious liability : seseorang
bertanggung jawab atas perbuatan orang lain)
adalah :
1. Tindak pidana dilakukan oleh atau atas nama badan hukum,
perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain;
2. Tindak pidana dilakukan oleh atau atas nama badan hukum
perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain dan
dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan
kerja maupun berdasarkan hubungan lain, yang bertindak
dalam lingkungan badan hukum, yayasan atau organisasi
lain.
3. Tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana dijatuhkan
baik terhadap badan hukum maupun terhadap mereka yang
memberi perintah atau yang bertindak sebagai pemimpin
dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya

51
Tersangka/terdakwa dalam
enviromental corporate
crime
 Baik orang yang memberi perintah atau
orang yang bertindak sebagai pemimpin
atau badan hukum itu sendiri
 Karyawan rendahan yang melakukan
tindak pidana lingkungan hidup dalam
rangka semata-mata menjalankan
perintah atasannya tidak termasuk yang
dapat dituntut dan dijatuhi sanksi pidana
dalam environmental corporate crime
52
Sanksi-sanksi hukum pidana
lingkungan

1. denda [ 15 MILIAR RUPIAH ]


2. hukuman penjara untuk sementara
waktu [ maximal 15 tahun ]

53
PENERAPAN SANKSI
PIDANA
Penerapan sanksi pidana dilakukan dengan sistem subsidiaritas
(tambahan), yaitu :
baru diterapkan apabila memenuhi syarat-syarat tertentu:
1. Upaya penyelesaian lewat hukum administrasi dan hukum perdata
tidak effektif ;
2. Kesalahan percemar berat;
3. Dampak negatif yang ditimbulkannya pada lingkungan besar;
4. Menimbulkan keresahan dalam masyarakat;
5. Pembuktiannya cukup;
6. Pelakunya jelas

Ini berarti bahwa sanksi pidana lingkungan dipandang sebagai


altimum remidium bukan sebagai premium remidium.
54
Sanksi pidana dalam UUPPLH No. 32 Tahun
2009 meliputi pidana penjara, denda dan
tindakan tata tertib, Yaitu :
Pasal 119 UUPPLH No. 32 tahun 2009 :

1. Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak


pidana;
2. Penutupan seluruh atau sebagian perusahaan;
3. Perbaikan akibat tindak pidana;
4. Mewajibkan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa
hak;
5. Meniadakan apa yang dilalaikan tanpa hak;
6. Menempatkan perusahaan dibawah pengampuan
paling lama 3 tahun

55
PENEGAKAN Hukum melalui HUKUM
PERDATA

A. Penyelesaian Sengketa didalam Pengadilan


Sanksi perdata:
1. Membayar ganti kerugian;
2. Membayar biaya pemulihan lingkungan dan/atau;
3. Melakukan tindakan tertentu oleh pelaku.

Azas Tanggung JAWAB:


1. Berdasarkan Kesalahan Pasal 1365 BW/ Pasal 87 UUPPLH;
1. pelanggaran suatu hak;
2. bertentangan dengan kewajiban menurut
peraturan perundang-undangan;
3. bertentangan dengan hukum tidak tertulis yang berlaku
dalam kehidupan masyarakat.
2. Berdasarkan Resiko (Tanggungjawab Mutlak) Psl 88 UUPPLH.
56
UNTUK DAPAT DIKENAKAN AZAS
TANGGUNG JAWAB MUTLAK :

 Aktifitas /kegiatan itu harus mempunyai


dampak besar dan penting terhadap LH;
 Menggunakan atau menghasilkan bahan
berbahaya dan beracun;
 Membuang limbah bahan berbahaya dan
beracun;
 Kriteria pencemaran/pengrusakan dalam
kategori SANGAT BERBAHAYA.
57
Azas pembuktian terbalik
(shifting of burden of proof)
 Azas ini diterapkan dalam rangka
menetralisir penerapan azas tanggung
jawab mutlak (karena dirasakan tidak adil
bagi si tergugat)
 Ini artinya kewajiban membuktikan
kesalahan dialihkan dari yang wajib
membuktikan {penggugat} kepada yang
tidak wajib membuktikan {tergugat}
58
LEGAL STANDING
B. Yang dibolehkan melakukan gugatan :
 Orang atau badan hukum yang berkepentingan
langsung
 Pemerintah sebagai penguasa publik domain
mempunyai kedudukan hak gugat untuk kepentingan
masyarakat (Pasal 90 UUPPLH);
 Masyarakat dapat mengajukan gugatan secara
perwakilan (Class Action) (Pasal 91 UUPPLH);
 Masyarakat melalui organisasi swadaya masyarakat
(LSM) melalui hak gugat organisasi (Legal Standing)
(Pasal 92 UUPPLH);
 Masyarakat yg tidak berkepentingan langsung tapi
prikehidupannya terganggu (CITIZEN
LAWSUIT/CITIZEN STANDING) atau hak gugat warga.
59
Persyararan yang harus dipenuhi agar
organisasi lingkungan dapat menggugat

 Harus berbentuk badan hukum/yayasan


 Harus mempuyai AD/ART
 Dalam AD organisasi lingkungan tsb harus
menyebutkan dengan tegas bhw tujuan
didirikannya organisasi tsb adalah untuk
kepentingan plestarian fungsi lingkungan
 Telah melakukan kegiatan sesuai dengan
anggaran dasarnya

60
Cara menggugatnya

 Sendiri-sendiri
 Secara kelompok (class action)/gugat
kelompok/gugat perwakilan
 Citizen lawsuit = Yang menggugat itu
seorang atau beberapa orang yang
berasal dari luar kelompok/actio
popularis

61
PENYELESAIAN SENGKETA DILUAR
PENGADILAN
C. Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan
Pasal 85 UUPPLH :
Penyelesaian sengketa LH diluar pengadilan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya
ganti rugi, mengenai tindakan pemulihan akibat
pencemaran dan/atau perusakan , tindakan tertentu
untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
dan/atau perusakan, tindakan untuk mencegah
timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan tidak berlaku
terhadap tindak pidana lingkungan hidup tetapi biasanya
pada hukum perdata dan administrasi lingkungan hidup.
62
 Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di
luar pengadilan dapat digunakan jasa mediator
dan atau arbiter untuk membantu menyelesaikan
sengketa lingkungan hidup.
Pasal 86 UUPPLH :
(1)Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia
jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang
bersifat bebas dan tidak berpihak;
(2)Pemerintah dengan pemerintah daerah dapat
memfasilitasi pembentukan lembaga penyedia jasa
penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang
bersifat bebas dan tidak berpihak.

63
Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2004 tentang Lembaga
Penyedia Jasa Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
Dibentuk oleh Pemerintah dan Masyarakat dalam bentuk
Arbiter/Mediator/Pihak Ketiga lainnya.
Dikenal 3 Prinsip dalam sengketa lingkungan
Hidup :
1. Prinsip Deklarasi Pihak;
2. Prinsip Voluntary (Prinsip Kesukarelaan);
3. Prinsip Impartialisme (Tidak Berpihak);
4. Prinsip Profesionalisme, yaitu perunding haruslah berkeahlian
khusus dan keahlian tidak saja dalam keahlian negoisasi,
penengah atau perunding namun memiliki latar belakang
keahlian di bidang lingkungan hidup misal, hukum lingkungan,
ekolog, pencinta lingkungan, rimbawan, ekonomi lingkungan.
64
- Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup Pada Kementerian
Lingkungan Hidup.
- Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2003 tentang
Tata Cara Pengelolaan Permohonan Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup diluar Pengadilan pada
Kementerian Lingkungan Hidup.
Lembaga Arbiter lingkungan hidup tidak ada yang
Kontitusional tapi dapat dibentuk apabila terjadi sengketa
Lingkungan hidup.

65
Pihak ketiga netral ini harus :
1. disetujui oleh para pihak yang
bersengketa
2. tidak memiliki hubungan keluarga
dan/atau hubungan kerja dengan salah
satu pihak yang bersengketa
3. Memiliki keterampilan untuk melakukan
perundingan atau penengahan
66
 4. tidak memiliki kepentingan terhadap
proses perundingan maupun hasilnya

Pihak ketiga netral yang memiliki


kewenangan mengambil keputusan
berfungsi sebagai arbiter, dan semua
putusan arbitrase ini bersifat tetap dan
mengikat para pihak yang bersengketa.
67
Cara-cara penyelesaian
sengketa diluar pengadilan
 1. NEGOSIASI
 2. KONSILIASI
 3. MEDIASI
 4. ARBITRASI

68
Negosiasi

 Negosiasi merupakan cara penyelesaian


sengketa di luar pengadilan yang
dilakukan oleh para pihak yang
bersengketa sendiri atau kuasanya,tanpa
bantuan pihak lain, dengan cara
bermusyawarah atau berunding untuk
mencari pemecahan yang dianggap adil
diantara para pihak.
69
Mediasi
 Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di
luar pengadilan melalui perundingan yang
melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral
dan tidak memihak serta diterima
kehadirannya oleh pihak-pihak yang
bersengketa. Pihak ketiga tersebut tidak
berwenang untuk membuat
keputusan.Tugasnya hanya membantu pihak-
pihak yang bersengketa agar secara sukarela
mau mencapai kesepakatan.

70
Konsiliasi
 Konsiliasi adalah cara penyelesaian
perkara diluar pengadilan yang
melibatkan seorang pihak ketiga yang
merupakan seseorang yang professional
dan sudah dapat dibuktikan
keandalannya.Walaupun konsiliator
tersebut dapat menyampaikan
pendapatnya tetapi dia tidak boleh
membuat keputusan keputusan.
71
Arbitrase
 Arbitrase adalah cara penyelesaian
sengketa diluar pengadilan atas dasar
perjanjian tertulis dari para pihak, untuk
mengantisipasi sengketa yang mungkin
terjadi atau yang sudah tejadi,dengan
melibatkan beberapa orang pihak ketiga
yang berwenang mengambil keputusan
dan sifat keputusannya adalah final dan
mengikat
72
Daftar Bacaan :
Harjasoemantri, Koesnadi. 1988. Hukum Tata
Lingkungan, edisi ke VIII, Cetakan kesembilan
belas. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.
Harjon, M.Philipus. 1993. Pengantar Hukum Perizinan,
Cetakan Pertama, Yuridika: Surabaya.
Rangkuti, Sundari. 1996. Hukum Lingkungan dan
Kebijaksanaan Dalam Proses Pembangunan
Hukum Nasional Indonesia, Cetakan Pertama,
Airlangga University Press: Surabaya.
Sutiyoso, Bambang. 1997. Hukum Arbitase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa , Gama Media:
Yogyakarta.
73
74

Anda mungkin juga menyukai