S1 FAKULTAS HUKUM
LOUISE THERESIA
DOSEN HUKUM LINGKUNGAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
1
Pengertian Lingkungan hidup
menurut UU No. 32 Tahun
2009 PasaL 1 angka (1)) :
8
9
10
UU lingkungan hidup yang terpadu
yang pernah berlaku di Indonesia :
11
Produk Peraturan Perundang-undangan LH
14
HAK UNTUK BERPERAN DALAM
RANGKA PENGELOLAAN
LINGKUNGAN HIDUP
INI DAPAT DILAKUKAN DENGAN CARA :
MENINGKATKAN KEMANDIRIAN, KEBERDAYAAN
MASYARAKAT, DAN KEMITRAAN;
MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN DAN
KEPELOPORAN MASYARAKAT;
MENUMBUHKAN KETANGGAPSEGERAAN MASY UNTUK
MELAKUKAN PENGAWASAN SOSIAL;
MEMBERIKAN SARAN PENDAPAT;
MENYAMPAIKAN INFORMASI DAN/ATAU MENYAMPAIKAN
LAPORAN;
15
16
Undang-undang lingkungan
hidup No. 32 Tahun 2009
AZAS-AZAS PENTING YANG TERDAPAT DALAM UNDANG-
UNDANG NO 32 TAHUN 2009 ADALAH :
AZAS TANGGUNG JAWAB NEGARA;
AZAS KELESTARIAN DAN KEBERLANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT);
AZAS KESERASIAN DAN KESEIMBANGAN;
AZAS KETERPADUAN;
AZAS MANFAAT;
AZAS KEHATI-HATIAN;
AZAS KEADILAN;
AZAS EKOREGION;
KEANEKARAGAMAN HAYATI;
PENCEMAR MEMBAYAR;
PARTISIPATIF;
KEARIFAN LOKAL;
TATA KELOLA PEMERINTAH YANGF BAIK; DAN
OTONOMI DAERAH.
17
Kewajiban-kewajiban yang
dibebankan kepada setiap orang
Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkunan
hidup
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
berkewajiban memberikan informasi yang benar, akurat,
terbuka dan tepat waktu mengenai perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup
Menjaga keberlanjutan fungsi lingkungan hidup
Menaati ketentuan tentang baku mutu lingkungan hidup
dan/atau kriteria baku kerusakan LH.
18
19
Tugas dan wewenang pemerintah dalam
Perlindungan pengelolaan Lingkungan
Hidup dapat melalui :
1. pemerintah pusat;
2. Pemerintah provinsi; dan
3. Pemerintah kabupaten/kota
Menetapkan Kebijakan = membuat peraturan secara
normatif yang berkenaan dengan LH. Misal : UU Nomor
32 Tahun 2009 mengatur tentang air, udara, limbah B3,
AMDAL, Damping (pembuangan) limbah kelaut. UU Nomor
27 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU Nomor 18
Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dsb.
Upaya Perlindungan dan Pengelolaan
1. Perencanaan (Pasal 5-11), Misal : RPPLH yang
dibuat oleh Pemerintah Pusat
20
2. Pemanfaatan (Pasal 12)
3. Pengendalian (Pasal 13)
a. Pencegahan :
- Kajian LH Strategis, Tata Ruang, Baku Mutu
Kriteria baku kerusakan LH, AMDAL, UKL,
UPL, Perizinan, Instrumen Ekonomi LH,
Peraturan perundang-undangan berbasis LH
Anggaran berbasis LH, Analisis Resiko, Audit LH
b. Penanggulangan (Pasal 53)
c. Pemulihan (Pasal 54)
4. Pemeliharaan (Pasal 57)
- Pencadangan SDA, khususnya SDA yang tidak
dapat dikelola dalam jangka waktu tertentu
- Konservasi SDA, Perlindungan, Pengawetan dan
Pemanfaatan SDA
21
5. Pengawasan
6. Penegakan Hukum
Metapkan dan Melaksanakan kebijakan RPPLH,
KLHS, AMDAL dan UKL-UPL;
(Provinsi dan Kabupaten/Kota
24
• Melakukan pembinaan, pengawasan terhadap
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
A. PENATAAN RUANG/ZONING
Dasar Hukum :
UU No 26 Tahun 2007 Ttg Penataan Ruang
PP No 26 Tahun 2008 Ttg Rencana Tata ruang wilayah
Nasional
Peraturan Daerah Ttg Rencana Tata Ruang
PP No 27 Tahun 1999 tentang Amdal
27
Penataan Ruang/Zoning
Penataan Ruang/Zoning merupakan
pembagian suatu wilayah pemerintahan
kedalam centra-centra tertentu sesuai dengan
peruntukannya seperti industri, perdagangan,
pemukiman, rekreasi dan lain lain.Dalam
kaitannya masalah lingkungan, tujuannya
semata-mata untuk memisahkan sumber-
sumber polusi dari masy umum dengan
memisahkan centra industri dengan centra
pemukiman.
28
Effektifitas zoning
zoning bukanlah cara yang effektif untuk
mengendalikan pencemaran dan perusakan
lingkungan.Untuk sementara waktu
kelihatannya zoning dapat membuat daerah
pemukiman nyaman untuk didiami,tetapi tanpa
intrumen-intrumen pengendalian lain dampak
aktifitas industri di centra industri sudah pasti
akan membahayakan lingkungan dan manusia
disekitarnya.
29
B. AMDAL
Dasar hukum :
Pasal 22 UU No. 32 Tahun 2009 tentang
UUPPLH
PP No 27 Tahun 1999 tentang AMDAL
Kegiatan/usaha wajib Amdal : Yang
mempunyai dampak besar dan penting.
Bila tidak wajib membuat UKL dan UPL
30
Pengertian AMDAL
Pasal 1 angka (11) UUPPLH adalah :
Amdal adalah : kajian mengenai dampak penting suatu usaha
dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelengaraan usaha dan/atau kegiatan.
PASAL 1 ANGKA (1) PP NO. 27 TAHUN 1999 ADALAH :
Amdal adalah : kajian mengenai dampak besar
dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
31
Kegunaan Amdal
Bagi pemerintah
Sebagai alat pengambil keputusan, bahan
masukan, mencegah agar sumber daya alam
tidak rusak dan untuk menjaga kelestarian
fungsi lingkungan.
Bagi masyarakat
Untuk mengetahui rencana pembangunan,
perubahan lingkungan, hak dan kewajiban.
32
Bagi Pemrakarsa
Untuk mengetahui masalah LH yg akan
datang, bahan analisis pengelolaan dan
sasaran proyek, pedoman dan
pemantauan LH
33
Dokumen-dokumen amdal
34
PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM
PEMBUATAN DOKUMEN AMDAL
1. Pemrakarsa
2. Komisi Penilai
3. Tim Teknis
4. Instansi yang bertanggungjawab
5. Instansi yang berwenang
6. Instansi teknis yang membidangi
usaha atau kegiatan
35
Pengertian izin
Izin adalah suatu keputusan alat administrasi
negara yang berisi persetujuan berdasarkan
undang-undang atau peraturan pemerintah,
untuk dalam keadaan tertentu menyimpang
dari ketentuan-ketentuan larangan
perundangan. Dengan memberi izin, penguasa
memperkenankan si pemohon untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu yang
sebenarnya dilarang. Ini menyangkut perkenan
bagi suatu tindakan yang demi kepentingan
umum menharuskan pengawasan khusus
atasnya
36
II. TAHAP PELAKSANAAN / PREVENTIF
A. PERIZINAN.
Dasar hukum Pasal 36-41 UUPPLH NO. 32 TAHUN 2009 bahwa
setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau
UKL-UPL wajib memiliki izin lingkungan.Izin Lingkungan
diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan hidup
atau rekomendasi UKL-UPL. Izin lingkungan diterbitkan oleh
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota sesuai kewenangannya.
Fungsi izin :
Pengaturan, Pengawasan, Pembinaan, Pengarahan dan
Penertiban.
Macam-macam izin :
1. Izin lokasi/prinsip
2. IMB
3. Izin Tempat Usaha
4. Izin Usaha
5. Izin membuang limbah cair
6. Izin pembuangan limbah ke media lingkungan dll
37
Tujuan Perizinan
Lingkungan
1. Mengerahkan/mengendalikan aktifitas
tertentu;
2. Mencegah bahaya;
3. Melindungi obyek tertentu;
4. Seleksi orang dan aktifitas tertentu;
5. Kemudahan pembinaan.
38
B. BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP
Dasar Hukum : PASAL 20 UUPPLH NO. 32 TAHUN 2009 bahwa
Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan
hidup diukur melalui baku mutu lingkungan hidup.
39
Pengertian Baku Mutu
Lingkungan
hidup
Pasal 1 angka (13) UUPPLH:
Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup,
zat, energi, atau komponen yang ada
atau harus ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam
suatu sumber daya tertentu sebagai
unsur lingkungan hidup
40
Kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup (Pasal 21
UUPPLH)
Pasal 1 angka (15) UUPPLH :
Kriteria Baku kerusakan Lingkungan
hidup adalah ukuran batas perubahan
sifat fisik, kimia dan atau hayati
lingkungan hidup yang dapat ditenggang
oleh lingkungan hidup untuk dapat tetap
melestarikan fungsinya.
41
42
43
C. INSTRUMEN EKONOMI/ INSENTIF DAN DISISENTIF
INSENTIF
45
AUDIT LINGKUNGAN
49
Enviromental corporate
crimed (pasal 116-118
UUPPLH)
Adalah tindak pidana lingkungan hidup
yang dilakukan oleh seorang atau
beberapa orang pelaku materil atas
nama suatu perusahaan/badan hukum
atau dalam rangka melaksanakan
kebijakan pimpinan perusahaan/badan
hukum seperti perseroan, perserikatan,
yayasan dll
50
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
mengenai environmental corporate crime
(sistem vicarious liability : seseorang
bertanggung jawab atas perbuatan orang lain)
adalah :
1. Tindak pidana dilakukan oleh atau atas nama badan hukum,
perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain;
2. Tindak pidana dilakukan oleh atau atas nama badan hukum
perseroan, perserikatan, yayasan atau organisasi lain dan
dilakukan oleh orang-orang baik berdasarkan hubungan
kerja maupun berdasarkan hubungan lain, yang bertindak
dalam lingkungan badan hukum, yayasan atau organisasi
lain.
3. Tuntutan pidana dilakukan dan sanksi pidana dijatuhkan
baik terhadap badan hukum maupun terhadap mereka yang
memberi perintah atau yang bertindak sebagai pemimpin
dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya
51
Tersangka/terdakwa dalam
enviromental corporate
crime
Baik orang yang memberi perintah atau
orang yang bertindak sebagai pemimpin
atau badan hukum itu sendiri
Karyawan rendahan yang melakukan
tindak pidana lingkungan hidup dalam
rangka semata-mata menjalankan
perintah atasannya tidak termasuk yang
dapat dituntut dan dijatuhi sanksi pidana
dalam environmental corporate crime
52
Sanksi-sanksi hukum pidana
lingkungan
53
PENERAPAN SANKSI
PIDANA
Penerapan sanksi pidana dilakukan dengan sistem subsidiaritas
(tambahan), yaitu :
baru diterapkan apabila memenuhi syarat-syarat tertentu:
1. Upaya penyelesaian lewat hukum administrasi dan hukum perdata
tidak effektif ;
2. Kesalahan percemar berat;
3. Dampak negatif yang ditimbulkannya pada lingkungan besar;
4. Menimbulkan keresahan dalam masyarakat;
5. Pembuktiannya cukup;
6. Pelakunya jelas
55
PENEGAKAN Hukum melalui HUKUM
PERDATA
60
Cara menggugatnya
Sendiri-sendiri
Secara kelompok (class action)/gugat
kelompok/gugat perwakilan
Citizen lawsuit = Yang menggugat itu
seorang atau beberapa orang yang
berasal dari luar kelompok/actio
popularis
61
PENYELESAIAN SENGKETA DILUAR
PENGADILAN
C. Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan
Pasal 85 UUPPLH :
Penyelesaian sengketa LH diluar pengadilan untuk
mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya
ganti rugi, mengenai tindakan pemulihan akibat
pencemaran dan/atau perusakan , tindakan tertentu
untuk menjamin tidak akan terulangnya pencemaran
dan/atau perusakan, tindakan untuk mencegah
timbulnya dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan tidak berlaku
terhadap tindak pidana lingkungan hidup tetapi biasanya
pada hukum perdata dan administrasi lingkungan hidup.
62
Dalam penyelesaian sengketa lingkungan hidup di
luar pengadilan dapat digunakan jasa mediator
dan atau arbiter untuk membantu menyelesaikan
sengketa lingkungan hidup.
Pasal 86 UUPPLH :
(1)Masyarakat dapat membentuk lembaga penyedia
jasa penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang
bersifat bebas dan tidak berpihak;
(2)Pemerintah dengan pemerintah daerah dapat
memfasilitasi pembentukan lembaga penyedia jasa
penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang
bersifat bebas dan tidak berpihak.
63
Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2004 tentang Lembaga
Penyedia Jasa Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
Dibentuk oleh Pemerintah dan Masyarakat dalam bentuk
Arbiter/Mediator/Pihak Ketiga lainnya.
Dikenal 3 Prinsip dalam sengketa lingkungan
Hidup :
1. Prinsip Deklarasi Pihak;
2. Prinsip Voluntary (Prinsip Kesukarelaan);
3. Prinsip Impartialisme (Tidak Berpihak);
4. Prinsip Profesionalisme, yaitu perunding haruslah berkeahlian
khusus dan keahlian tidak saja dalam keahlian negoisasi,
penengah atau perunding namun memiliki latar belakang
keahlian di bidang lingkungan hidup misal, hukum lingkungan,
ekolog, pencinta lingkungan, rimbawan, ekonomi lingkungan.
64
- Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2003 tentang
Pembentukan Lembaga Penyedia Jasa Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup Pada Kementerian
Lingkungan Hidup.
- Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2003 tentang
Tata Cara Pengelolaan Permohonan Penyelesaian
Sengketa Lingkungan Hidup diluar Pengadilan pada
Kementerian Lingkungan Hidup.
Lembaga Arbiter lingkungan hidup tidak ada yang
Kontitusional tapi dapat dibentuk apabila terjadi sengketa
Lingkungan hidup.
65
Pihak ketiga netral ini harus :
1. disetujui oleh para pihak yang
bersengketa
2. tidak memiliki hubungan keluarga
dan/atau hubungan kerja dengan salah
satu pihak yang bersengketa
3. Memiliki keterampilan untuk melakukan
perundingan atau penengahan
66
4. tidak memiliki kepentingan terhadap
proses perundingan maupun hasilnya
68
Negosiasi
70
Konsiliasi
Konsiliasi adalah cara penyelesaian
perkara diluar pengadilan yang
melibatkan seorang pihak ketiga yang
merupakan seseorang yang professional
dan sudah dapat dibuktikan
keandalannya.Walaupun konsiliator
tersebut dapat menyampaikan
pendapatnya tetapi dia tidak boleh
membuat keputusan keputusan.
71
Arbitrase
Arbitrase adalah cara penyelesaian
sengketa diluar pengadilan atas dasar
perjanjian tertulis dari para pihak, untuk
mengantisipasi sengketa yang mungkin
terjadi atau yang sudah tejadi,dengan
melibatkan beberapa orang pihak ketiga
yang berwenang mengambil keputusan
dan sifat keputusannya adalah final dan
mengikat
72
Daftar Bacaan :
Harjasoemantri, Koesnadi. 1988. Hukum Tata
Lingkungan, edisi ke VIII, Cetakan kesembilan
belas. Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.
Harjon, M.Philipus. 1993. Pengantar Hukum Perizinan,
Cetakan Pertama, Yuridika: Surabaya.
Rangkuti, Sundari. 1996. Hukum Lingkungan dan
Kebijaksanaan Dalam Proses Pembangunan
Hukum Nasional Indonesia, Cetakan Pertama,
Airlangga University Press: Surabaya.
Sutiyoso, Bambang. 1997. Hukum Arbitase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa , Gama Media:
Yogyakarta.
73
74