Anda di halaman 1dari 5

Prinsip dalam Mengadili Perkara dan Hak Pencari Keadilan

Oleh. RN Guci SH

Sebagai warga negara Indonesia sudah selayaknya harus mengetahui mengenai prinsip
dalam mengadili perkara di Pengadilan, yang tidak semata-mata sebagai pedoman oleh
Hakim dalam mengadili perkara di persidangan, akan tetapi juga harus dipahami dengan
baik oleh setiap warga negara, khususnya para pencari keadilan dan orang-orang yang
kerap berurusan dengan perkara di Pengadilan.
Dari kandungan yang terdapat dalam UU No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman, dapat diringkas sebagai berikut:
▪ Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
▪ Peradilan negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila.
▪ Peradilan dilakukan "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA
ESA".
▪ Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan.
▪ Segala campur tangan dalam urusan peradilan oleh pihak lain di luar kekuasaan
kehakiman dilarang, kecuali dalam hal-hal sebagaimana disebut dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
▪ Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang.
▪ Pengadilan membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan
dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya
ringan.
▪ Tidak seorang pun dapat dihadapkan di depan pengadilan selain daripada yang
ditentukan oleh undang-undang.
▪ Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat
pembuktian yang sah menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa
seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan
yang didakwakan atas dirinya.
▪ Tidak seorang pun dapat dikenakan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan
penyitaan, selain atas perintah tertulis oleh kekuasaan yang sah dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang.
▪ Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau dihadapkan di
depan pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sebelum putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahannya dan telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
▪ Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
keadilan yang hidup dalam masyarakat.
▪ Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula
sifat yang baik dan jahat dari terdakwa.
▪ Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar terhadap hakim yang mengadili
perkaranya. Hak ingkar adalah hak seseorang yang diadili untuk mengajukan
keberatan yang disertai dengan alasan terhadap seorang hakim yang mengadili
perkaranya.
▪ Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari persidangan apabila terikat hubungan
keluarga sedarah atau semenda sampai derajat ketiga, atau hubungan suami atau
istri meskipun telah bercerai, dengan ketua, salah seorang, hakim anggota, jaksa,
advokat, atau panitera.
▪ Ketua majelis hakim, anggota, jaksa, atau panitera wajib mengundurkan diri dari
persidangan apabila terikat hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai
derajat ketiga, atau hubungan suami atau istri meskipun telah bercerai dengan pihak
yang, diadili atau advokat.
▪ Seorang hakim atau panitera wajib, mengundurkan diri dari persidangan apabila ia
mempunyai kepentingan langsung atau tidak langsung dengan perkara yang sedang
diperiksa, baik atas kehendaknya sendiri maupun atas permintaan pihak yang
berperkara.
▪ Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan
undang-undang atau karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
diterapkannya, berhak menuntut ganti kerugian dan rehabilitasi.
▪ Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa, mengadili, dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa. dan mengadilinya.
▪ Semua pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus dengan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) orang hakim, kecuali undang-undang menentukan lain.
▪ Pengadilan memeriksa, mengadili, dan memutus perkara pidana dengan hadirnya
terdakwa, kecuali undang-undang menentukan lain. Dalam hal tidak hadirnya
terdakwa sedangkan pemeriksaan dinyatakan telah selesai, putusan dapat diucapkan
tanpa dihadiri terdakwa.
▪ Sidang pemeriksaan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali undang-
undang menentukan lain.
▪ Semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum bila
diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.
▪ Terhadap putusan pengadilan tingkat pertama dapat dimintakan banding kepada
pengadilan tinggi oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang
menentukan lain.
▪ Terhadap putusan pengadilan dalam tingkat banding dapat dimintakan kasasi kepada
Mahkamah Agung oleh pihak-pihak yang bersangkutan, kecuali undang-undang
menentukan lain.
▪ Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-
pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah
Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-
undang. Terhadap putusan peninjauan kembali tidak dapat dilakukan peninjauan
kembali.
▪ Tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk
lingkungan peradilan umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa dan diadili
oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan umum, kecuali dalam keadaan tertentu
menurut keputusan Ketua Mahkamah Agung perkara itu harus diperiksa dan diadili
oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer.
▪ Segala putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan tersebut,
memuat pula pasal tertentu dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili.

HAK WARGA PENCARI KEADILAN

1. Berhak memperoleh Bantuan Hukum


2. Berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan oleh Penuntut Umum
3. Berhak segera diadili oleh Pengadilan
4. Berhak mengetahui apa yang disangkakan kepadanya pada awal pemeriksaan.
5. Berhak mengetahui apa yang disangkakan kepadanya dalam bahasa yang dimengerti
olehnya.
6. Berhak memberikan keterangan secara bebas di hadapan hakim.
7. Berhak mendapatkan bantuan juru bahasa/penerjemah jika tidak paham bahasa
Indonesia.
8. Berhak memilih penasihat hukumnya sendiri.
9. Berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-undang.
10. Bagi orang asing berhak menghubungi/berbicara dengan perwakilan negaranya dalam
menghadapi proses persidangan.
11. Berhak menghubungi/menerima kunjungan dokter pribadinya dalam hal terdakwa
ditahan.
12. Berhak mengetahui tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat yang berwenang.
13. Berhak menghubungi/menerima kunjungan keluarga untuk mendapatkan jaminan
penangguhan penahanan atau mendapatkan bantuan hukum.
14. Berhak menghubungi/menerima orang lain yang tidak berhubungan dengan
perkaranya untuk kepentingan pekerjaan atau kepentingan keluarganya.
15. Berhak mengirim/menerima surat ke/dari Penasehat hukumnya atau keluarganya
setiap kali diperlukan olehnya.
16. Berhak menghubungi / menerima kunjungan rohaniawan.
17. Berhak diadili dalam sidang yang terbuka untuk umum.
18. Berhak untuk mengajukan saksi atau saksi ahli yang menguntungkan bagi dirinya.
19. Berhak segera menerima atau menolak putusan.
20. Berhak minta banding atas putusan pengadilan, dalam waktu yang ditentukan undang-
undang, kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari segala tuntutan hukum, dan
putusan dalam acara cepat.
21. Berhak untuk mencabut atas pernyataannya menerima atau menolak putusan dalam
waktu yang ditentukan undang-undang.
22. Berhak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau menolak putusan
dalam waktu yang ditentukan undang-undang.
23. Berhak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi sebagaimana diatur dalam pasal 95
KUHAP.
24. Berhak membuat laporan pengaduan kepada pejabat yang berwenang di seluruh
tingkatan, atas terjadinya dugaan pelanggaran hukum dan kode etik oleh aparat
hukum, baik yang menimbulkan kerugian bagi diri sendiri, orang lain atau negara.

Anda mungkin juga menyukai