Anda di halaman 1dari 2

ACARA PEMERIKSAAN BIASA

Pengadilan negeri setalah menerima surat pelimpahan perkara dari jaksa penuntut umum dan
berpendapat bahwa perkara tersebut termasuk wewenangnya, ketua pengadilan negeri menunjuk
hakim yang akan menyidangkan perkara tersbut dan hakim yang ditunjuk itu menetapkan hari
sidangnya. Penunjukan oleh ketua pengadilan negeri ini dapat berupa Majelis Hakim dan Hakim
Tunggal. Hakim atau majelis hakim kemudian menetapkan hari persidangan dapat memerintahkan
penuntut umum untuk memanggil terdakwa dan saksi-saksi untuk datang disidang pengadilan.
Pemanggilan terdakwa dan saksi-saksi oleh penuntut umum harus dilakukan dengan surat
panggilan”dan secara sah serta harus diterima oleh terdakwa dalam jangka waktu sekurang-
kurangnya 3 hari sebelum sidang.1

Persidangan dimulai dengan pembukaan oleh hakim dan pernyataan bahwa persidangan adalah
“terbuka untuk umum” kecuali dalam perkara mengenai “kesusilaan” atau terdakwanya masih anak-
anak (pasal 153 ayat 3 KUHAP). Maksud ketentuan dari pada pasal ini, untuk menjaga agar jiwa anak
yang masih dibawah umur tidak terpengaruh oleh perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa, lebih-
lebih dalam perkara kejahatan berat, maka hakim dapat menentukan bahwa anak dibawah umur
tujuh belas tahun, kecuali yan telah atau pernah kawin tidak dibolehkan mengikuti sidang. Hakim
memerintahkan supaya terdakwa dipanggil masuk dalam sidang. Apabila terdakwa berada dalam
thanan, maka pada waktu ia masuk kedalam ruang sidang harus dalam keadaan bebas, tidak
dibelenggu atau lepas suatu ikatan.

Jika dalam pemeriksaan terdakwa yang tidak ditahantidak hadir pada hari persidangan yang telah
ditetapkan, hakim ketua sidang meneliti apakah terdakwa sudah dipanggil secara tidak sah, hakim
ketua sidang menunda persidangan dan memerintahkan supaya terdakwa dipanggil lagi untuk hadir
pada hari sidang berikutnya. Selanjutnya jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah, tetapi
tidak datang disidang tanpa alasan yang sah, pemeriksaan perkara tersebut tidak dapat
dilangsungkan dan hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa dipanggil sekali lagi.

Dalam suatu perkara ada lebih dari satu terdakwa tidak semua terdakwa hadir pada hari sidang,
pemeriksaan terhadap terdakwa yang hadir dapat dilangsungkan. Hakim ketua sidang
memerintahkan agar terdakwa yang tidak hadir tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara sah
untuk kedua kalinya, dihadirkan dengan “paksa” pada sidang berikutnya. Penasehat hukum kalau
ada, dipersilahkan masuk di ruang sidang bersama-sama dengan terdakwa. Kemudian hakim pada
“permulaan sidang” tersebut menanyakan kepada terdakwa tentang nama lengkap, tempat lahir,
umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaannya serta
mengingatkan terdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya
dalam/disidang. Sesudah itu hakim ketua sidang minta kepada penuntut umum untuk membacakan
“Surat Dakwaan”.

Dan selanjutnya hakim ketua sidang menanyakan kepada terdaka apakah ia sudah benar-benar
mengerti, apabila terdakwa ternyata tidak mengerti, penuntut umum atas permintaan hakim ketua
sidang wajib memberikan penjelasan yang diperlukan. (pasal 155 KUHAP) Pada permulaan sidang ini
penuntut umum memberikan penjelasan atas dakwaannya, hal ini untuk menjamin terlindungnya
hak terdakwa guna memberikan kesempatan untuk pembelaannya. Etelah Penuntut Umum selesai
membacakan dakwaanya, kesempatan diberikan kepada terdakwa /Penasehat Hukum untuk
mengajukan keberatan/ tangkisan.

1
R Soesilo, Hukum Acara Pidana, Prosedur Penyelesaian Perkara Menurut KUHAP Bagi Penegak Hukum,
Politeia, Bogor, 159
Dalam undang-undang tidak memberikan batasan tentang perkara-perkara yang mana yang
termasuk pemeriksaan biasa. Hanya pada pemeriksaan singkat dan cepat saja diberikan batasan. 2
Acara pemeriksaan biasa diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana bagian ketiga Bab
XVI. Acara pemeriksaan biasa diatur dalam Pasal 152-202 KUHAP yaitu tindak pidana yang diperiksa
dengan acara pemeriksaan biasa adalah tindak pidana yang pembuktiannya mudah serta penerapan
hukumnya tidak mudah serta melawan hukumnya tidak sederhana. Jenis perkara dalam
pemeriksaan biasa yaitu pembuktian dan penerapan hukumnya biasa, sifatnya tidak sederhana.

Proses persidangan perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa, yakni:

 Terdakwa dihadirkan di muka sidang dalam keadaan bebas atau tidak terbelenggu;
 Pemeriksaan identitas terdakwa;
 Pembacaan surat dakwaan oleh penuntut umum;
 Pembacaan eksepsi atau nota keberatan oleh terdakwa atau penasihat hukumnya;
 Dilanjutkan dengan tanggapan penuntut umum atas eksepsi atau replik;
 Pembacaan putusan sela oleh majelis hakim;
 Jika eksepsi ditolak, sidang dilanjutkan dengan pemeriksaan pokok perkara atau
pembuktian;
 Pemeriksaan saksi-saksi yang diajukan oleh penuntut umum. Dimulai dari saksi korban
hingga saksi meringankan dan saksi ahli. Dilakukan juga pemeriksaan terhadap
terdakwa;
 Pembacaan tuntutan pidana oleh penuntut umum;. Pembacaan pledoi atau pembelaan
oleh terdakwa atau penasihat hukumnya;
 Pembacaan replik dari penuntut umum dan kemudian duplik dari terdakwa (jika ada);
 Jika acara pemeriksaan selesai, hakim ketua sidang menyatakan pemeriksaan ditutup
untuk kemudian dilakuan musyawarah terakhir untuk mengambil keputusan;
 Majelis hakim membacakan putusan terhadap terdakwa.

2
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, 238

Anda mungkin juga menyukai