Anda di halaman 1dari 71

Lab.

HUKUM ACARA PIDANA


BAYU CUAN, S.H., M.H.

1
HUKUM ACARA PIDANA
• DASAR HUKUM :
1. Undang-undang RI No.8 Tahun 1981, Tentang Hukum Acara Pidana.
2. Undang-undang RI No.48 Tahun 2009, Tentang Kekuasaan Kehakiman.
3. Undang-undang RI No.16 Tahun 2004, Tentang Kejaksaan RI.
4. Undang-undang RI No.2 Tahun 2002, Tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
5. Undang-undang RI No.18 Tahun 2003, Tentang Advokat.
6. Undang-undang RI No.5 Tahun 2004, Tentang Perubahan atas UU No.14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
7. Peraturan POLRI No. 8 Tahun 2021 Tentang Penanganan Tindak Pidana
Berdasarkan Keadilan Restoratif
8. Peraturan-peraturan pelaksana lainnya, seperti SEMA dan PERMA .

2
• Penuntutan
• Pemeriksaan Persidangan
• Upaya Hukum
• Eksekusi Putusan

3
LINGKUP PERADILAN
Kekuasaan kehakiman dilaksanakan oleh :

• MAHKAMAH AGUNG dan badan-badan peradilan yang ada di


bawahnya :
1. Peradilan Umum
2. Peradilan Tata Usaha Negara
3. Peradilan Agama
4. Peradilan Militer

• MAHKAMAH KONSTITUSI, lembaga ini bertugas untuk menguji


(judicial review) UU terhadap UUD.

4
PENYELIDIKAN/PENYIDIKAN
(Kepolisian – Kejaksaan - KPK)

Integrated PENUNTUTAN
Criminal Justice (Kejaksaan – Jaksa KPK- PH)
System
PEMERIKSAAN DI PERSIDANGAN
(Peradilan Umum – Peradilan Tipikor)

LAPAS
(Tingkat Eksekusi)
5
Para Pihak Dlm Perkara Pidana
• Tersangka/Terdakwa
• Penyidik dan Penyelidik
• Jaksa Penuntut Umum
• Penasehat Hukum/Advokat
• Hakim
• Lembaga Pemasyarakatan

6
Pendampingan Perkara
• Dengan Surat Kuasa Khusus yang dibuat
untuk masing-masing tingkatan.
• Pada prinsipnya surat kuasa khusus perkara
pidana sama dengan perkara perdata.
• Bedanya dalam perkara pidana disebut
“mendampingi”, sedangkan perkara perdata
“mewakili”.

7
Hak-hak Tersangka/Terdakwa
• Hak untuk segera mendapatkan pemeriksaan oleh penyidik, diajukan oleh Penuntut Umum
dan pekaranya dilimpahkan ke pengadili untuk diadili (Pasal 50 ayat (1), (2) dan (3) KUHAP).

• Hak agar diberitahukan secara jelas dengan bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa
yang disangkakan padanya atau didakwakan pada waktu pemeriksaan (Pasal 51 butir (a)
dan (b) KUHAP).
 
• Hak untuk memberikan keterangan secara bebas dalam tingkat penyidikan dan pengadilan
(Pasal 52 KUHAP).
 
• Hak untuk mendapatkan juru bahasa (Pasal 53 ayat (1) KUHAP).
 
• Hak untuk mendapatkan Bantuan Hukum guna kepentingan pembelaan selama dan waktu
dan setiap tingkat pemeriksaan (Pasal 54 KUHAP).
 
• Hak untuk memilih penasehat hukumnya sendiri (Pasal 55 KUHAP) dan dalam hal tidak
mampu berhak didampingi Penasehat Hukum secara Cuma-Cuma (Pasal 56 ayat (1) dan (2)
KUHAP)

8
 Apabila ditahan berhak menghubungi Penasehat Hukum setiap saat diperlukan (Pasal 57
ayat (1) dan (2) KUHAP).

 Aapabila ditahan berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya


(Pasal 58 KUHAP).

 Hak agar diberitahukan kepada keluarganya apabila ditahan untuk memperoleh bantuan
hukum atau jaminan bagi penangguhannya dan hak berhubungan dengan keluarga (Pasal
59 dan Pasal 60 KUHAP).

 Hak tersangka/terdakwa secara langsung atau dengan perantaraan Penasehat Hukumnya


menerima kunjungan sanak keluarganya guna kepentingan pekerjaan atau kekeluargaan
(Pasal 61 KUHAP).
 
 Hak tersangka/terdakwa mengirim atau menerima surat dengan Penasehat Hukumnya
(Pasal 62 KUHAP).
 
 Hak menghubungi dan menerima rohaniawan (Pasal 63 KUHAP).

 Hak diadili disidang pengadilan secara terbuka untuk umum (Pasal 64 KUHAP).
 
9
 Hak untuk mengajukan saksi dan ahli yang a decharge (Pasal 65 KUHAP).

 Hak agar tidak dibebani kewajiban pembuktian (Pasal 66 KUHAP).


 
 Hak mendapatkan ganti kerugian dan rehabilitasi (pasal 66 Jo Pasal 95 ayat (1)
jo Pasal 97 ayat (1) KUHAP).
 
 Hak terdakwa mengajukan keberatan tentang tidak berwenangnya mengadili
perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau dakwaan harus dibatalkan
(Pasal 156 ayat (1) KUHAP).
 
 Hak terdakwa untuk mengajukan banding, kasasi, dan Peninjauan Kembali
(Pasal 67 jo Pasal 233, Pasal 244 dan Pasal 263 ayat (1) KUHAP).

10
PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA

• Pemeriksaan Pendahuluan :
adalah pemeriksaan yang pertama kali
dilakukan oleh polisi, baik sebagai penyelidik
maupun penyidik, atas adanya dugaan telah
dilanggarnya hukum pidana materil.
• Pemeriksaan Sidang Pengadilan :
adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang yang diduga
melakukan tindak pidana dapat dipidana atau
tidak.
11
TAHAP PEMERIKSAAN PEDAHULUAN

• PENYELIDIKAN (berdasarkan Laporan atau Pengaduan)

• PENYIDIKAN (Penetapan Satus Tersangka)

• PENYERAHAN BERKAS PERKARA (P-21)


- Tahap I  Penyerahan Berkas Perkara
- Tahap II  Penyerahan TSK dan BB

• PELIMPAHAN KE TAHAP PENUNTUTAN


12
Pra Penuntutan
Pasal 109 dan 110 KUHAP

 Dalam hal Penyidik mulai melakukan Penyidikan


memberitahukannya kepada PU
 Dalam hal Penyidik telah selesai melakukan penyidikan
wajib menyerahkan berkas perkara kepada PU.
 Dalam hal berkas belum lengkap, dalam waktu 14 hari
PU mengembalikan kepada Penyidik disertai dengan
petunjuk.
 Jika telah lengkap, Penyidik menyerahkan Tersangka
dan Barang Bukti.
13
PENUNTUTAN
• Tindakan Penuntut Umum untuk melimpahkan perkara
pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh Hakim di
sidang Pengadilan (Pasal 1 angka 7 KUHAP)

• PU berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun


yang didakwa melakukan tindak pidana dalam daerah
hukumnya dengan melimpahkan perkara ke pengadilan yang
berwenang mengadili (Pasal 137).

• PU Wajib menyusun Surat Dakwaan sebagai alat untuk


memeriksa dan membuktikan kesalahan terdakwa.

14
Penahanan

• Penempatan tersangka/terdakwa di tempat


tertentu oleh Penyidik atau Penuntut Umum
atau Hakim sesuai tingkatannya.

• Penahanan harus dilakukan dengan surat


perintah atau surat penetapan

15
Syarat-syarat Penahanan
 Syarat objektif
• Tindak pidana diancam > 5 tahun (Psl. 21 ayat
(4) huruf a KUHAP)
• Tindak Pidana yang diatur khusus walaupun
ancaman hukumannya < 5 tahun (Psl. 21 ayat
(4) huruf b KUHAP)
 Syarat Subjektif
• Mencegah tersangka melarikan diri
• Mencegah tersangka menghilangkan barang
bukti
• Mencegah tersangka mengulangi tindak pidana
lanjutan
16
Jangka Waktu Penahanan
PENEGAK HUKUM LAMA PERPANJANGAN OLEH
Penyidik 20 40 Penuntut Umum

Penuntut Umum 20 30 Ketua PN

Hakim PN 30 60 Ketua PN
Hakim PT 30 60 Ketua PT

Hakim MA 60 60 Ketua MA

Dikecualikan Pada Pasal 29 KUHAP : dapat diperpanjang 2 x 30 hari (60 hari)


a. Tersangka/terdakwa yg menderita gangguan mental berat ;
b. Ancaman Pidana diatas 9 Tahun

17
Jenis Penahanan
Pasal 22 KUHAP

a. Penahanan Rumah Tahanan Negara


b. Penahanan Kota (wajib lapor diri),
c. Penahanan Rumah (wajib lapor diri)
Note :
Hak tersangka/terdakwa dapat mengajukan Surat
Penangguhan Penahanan kepada Penyidik/PU/Hakim

18
KOMPETENSI PERADILAN
• KOMPETENSI ABSOLUT
Pemberian kekuasaan mengadili kepada suatu
pengadilan, bukan kepada pengadilan lain (jenis
peradilan).

• KOMPETENSI RELATIF
Kekuasaan mengadili berdasarkan peraturan hukum
sesuai dengan kekuasaan mengadili diantara
masing-masing pengadilan (wilayah peradilan).

19
Kewenangan Pengadilan Negeri
• Pengadilan Negeri berwenang mengadili semua
perkara pidana yang dilakukan dalam daerah
hukumnya (ajaran locus delicti).

• PN yang di dalam daerah hukumnya terdakwa


bertempat tinggal, berdiam terakhir, di tempat ia
diketemukan atau ditahan, hanya berwenang mengadili
perkara terdakwa tersebut, apabila tempat kediamana
sebagian besar saksi yang dipanggil lebih dekat pada
tempat PN itu jika dibandingkan dengan PN tempat
tindak pidana itu dilakukan.
20
• Apabila seorang terdakwa melakukan beberapa tindak
pidana dalam daerah hukum PN yang berbeda, maka tiap
PN itu masing-masing berwenang mengadili perkara itu.

• Terhadap beberapa perkara pidana yang satu sama lain


ada sangkut pautnya dan dilakukan oleh seorang dalam
daerah hukum PN yang berbeda, diadili oleh masing-
masing PN dengan ketentuan dibuka kemungkinan
penggabungan perkara tersebut.

• Apabila seorang melakukan tindak pidana diluar negeri


yang dapat diadili menurut hukum Indonesia, maka yang
berwenang mengadili adalah PN Jakarta Pusat.

21
PRA PERADILAN
Wewenang Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutus
tentang :

1. Sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian


penyidikan atau penghentian penuntutan.
2. Ganti rugi atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkara
pidananya dihentikan pada tingkat penyidikan atau penuntutan.
3. Sah atau tidaknya penyitaan, Penggeledahan, dan
Penetapan Tersangka.
4. Penangkapan atau penahanan tanpa alasan berdasarkan UU
atau kekeliruan mengenai orangnya.

22
Proses Pemeriksaan Pra Peradilan

• Pemeriksaan dilakukan secara cepat dan


selambat-lambatnya tujuh hari hakim harus
sudah memutus perkaranya.
• Dalam hal pemeriksaan pra peradilan sedang
berlangsung, tetapi perkaranya sudah mulai
diperiksan oleh PN, maka permintaan pra
peradilan dinyatakan gugur (Pasal 82 KUHAP).

23
Pasal 83 KUHAP
• Terhadap putusan pra peradilan tidak dapat
dimintakan “BANDING”, kecuali terhadap
putusan praperadilan yang menetapkan “tidak
sahnya penghentian penyidikan atau
penuntutan”, maka atas permintaan penyidik
atau penuntut umum dapat dimintakan
putusan akhir kepada Pengadilan Tinggi.

24
Yang dapat mengajukan Pra Peradilan

• Tentang sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan dapat


diajukan oleh tersangka atau keluarganya atau kuasanya.

• Tentang sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penuntutan


dapat diajukan oleh Penyidik atau Penuntut Umum atau pihak ketiga
yang berkepentingan.

• Tentang sah atau tidaknya penyitaan, penggeledahan dan penetapan


tersangka dapat diajukan oleh tersangka atau kuasanya.

• Tentang permintaan ganti rugi dan atau rehabilitasi karena


penangkapan atau penahanan yang tidak sah, dapat diajukan oleh
tersangka atau pihak ketiga yang berkepentingan.

25
PUTUSAN PRA PERADILAN

• Putusan Praperadilan DAPAT menolak atau menerima Permohonan Pra


Pradilan.
• Dalam hal putusan menolak maka sidang dilanjutkan dengan
pemeriksaan biasa.
• Dalam hal putusan menerima permohonan pra peradilan, dalam amar
putusannya harus dicantumkan pula :
1. Menyatakan tidah sah penyidikan, penahanan, penyitaan atau
penggeledahan atau tidak sahnya penetapan tersangka.
2. Jika tersangka ditahan harus dibebaskan.
3. Menghentikan tidakan hukum lanjutan.
4. besarnya ganti rugi atau rehabilitasi yang diberikan.

26
TAHAP PEMERIKSAAN PERSIDANGAN

• Untuk mendampingi wajib dibuatkan Surat


Kuasa.
• Surat Panggilan harus dilakukan secara patut
dengan memperhatikan tenggang waktu dan
Jarak (3 hari sebelum sidang)
• Pelanggaran atas tenggang waktu,
mengakibatkan panggilan tidak sah.
• Panggilan harus jelas dalam kapasitas apa ia
dipanggil.
27
Jenis Pemeriksaan Perkara
• Pemeriksaan Cepat

o Tindak Pidana Ringan (Tipiring


• Ancaman hukuman kurungan < 3 bulan
• Hakim tunggal dalam persidangan
• Tidak dapat dimintakan banding, kecuali hakim menjatuhkan pidana perampasan
kemerdekaan
• Sumpah / janji tidak wajib (Pasal 208 KUHAP)
• Perkara yang diterima pengadilan harus segera disidang pada hari itu juga.

o Perkara Pelanggaran Lalu Lintas


• Pelanggaran lalu lintas tertentu (Pasal 211 KUHAP)
• Tidak diperlukan BAP
• Terdakwa dapat diwakili kehadirannya dipersidangan
• Putusan dapat diluar hadirnya terdakwa (vonnis bij verstek)
• Terdakwa dapat melakukan perlawanan (verzet) apabila putusan berupa perampasan
kemerdekaan, verzet otomatis verstek gugur.
• Benda sitaa dikembalikan kepada yang paliing berhak setelah putusan dijatuhkan, jika
perindana telah memenuhi amar putusan.
28
• Pemeriksaan Sumair (singkat)
o Menurut PU pembuktiannya mudah
o Penerapan hukum nya mudah dan sifat nya sederhana (Pasal 203
KUHAP)
o Putusan hakim dicatat (tidak dibuat tersendiri) dalam berita acara
sidang
o Hakim membuat surat yang memuat amar putusan

• Pemeriksaan Perkara Biasa


o Pembuktiannya sulit
o Diajukan PU dengan surat pelimpahan perkara (Pasal 143 KUHAP)
o Surat Pelimpahan Perkara berisikan ;
• Surat dakwaan, berkas perkara, permintaan agar pengadilan segera
mengadili
• Salinan nya diberikan kepada terdakwa/penasehat
hukumnya,penasehat hukum penyidik
29
ACARA PEMERIKSAAN PERSIDANGAN
(Perkara Biasa)

• Pembacaan Surat Dakwaan PU


• Eksepsi Penasehat Hukum
• Putusan Sela
• Pemeriksaan, Saksi, Ahli, Terdakwa, a decharge.
• Tuntutan
• Pledoi
• Replik Jaksa
• Duplik Penasehat Hukum
• Putusan
30
Harus Diperhatikan
Sebelum Pemeriksaan Perkara Pidana

• Dasar pemeriksaan di pengadilan adalah Surat Dakwaan JPU


(Pasal 143 KUHAP)

• Apakah rumusan surat dakwaan memenuhi syarat materil dan


syarat formil (Pasal 143 KUHAP).

• Apakah pengadilan berwenang mengadili perkara yang sedang


diajukan (Pasal 156 KUHAP).

• Apakah perkara yang sedang diajukan termasuk perkara yang


“nebis in idem” atau telah daluarsa.

31
SURAT DAKWAAN
 Pengertian Surat Dakwaan :
Surat yang diberi tanggal dan ditandatangani oleh penuntut
umum, yang memuat uraian tentang identitas lengkap
terdakwa, perumusan tidak pidana yang didakwakan dengan
unsur-unsur tidak pidana sebagaimana dirumuskan dalam
pasal yang didakwakan, disertai dengan uraian waktu dan
tempat tindak pidana dilakukan oleh terdakwa, yang menjadi
dasar pemeriksaan di sidang pengadilan.

 Syarat Surat Dakwaan Pasal 143 Ayat (2) KUHAP.


1. Syarat Formal
2. Syarat Material
32
Syarat Formal
(Pasal 143 ayat (2) huruf (a) KUHAP):

• Mencantumkan indentitas lengkap


terdakwa/para terdakwa.
• Dakwaan diberi tanggal dan ditanda tangani
oleh JPU.

Tidak dipenuhinya syarat ini, maka Surat


Dakwaan DAPAT DIBATALKAN.

33
Syarat Material
(Pasal 143 ayat (2 huruf (b) KUHAP) :

• Uraian secara cermat, jelas dan lengkap tindak


pidana yang didakwakan, al :
1. Obscurum libellum
2. Terdapat pertentangan satu dan lainnya
• Menyebut waktu dan tempat tindak pidana
dilakukan (LOCUS dan TEMPUS DILICTI)

Tidak dipenuhinya syarat ini, Surat Dakwaan


BATAL DEMI HUKUM.
34
Pentingnya Tempus dan locus delicti

• Menentukan kompetensi pengadilan (Pasal 84 KUHAP)

• Mengemukakan Alibi (pembelaan)

• Berhubungan dengan Asas Legalitas (Pasal 1 KUHP)

• Tindak Pidana terkait Persyaratan umur

• Berhubungan dengan kedaluarsa delik

• Penentuan adanya residivis

• Pemberatan pidana (misalnya : malam-siang,biasa-bencana,orang lain-


hub.darah)
35
JENIS SURAT DAKWAAN
• Dakwaan Tunggal
o Terdakwa didakwa satu delik pidana
o Perkara pidana yang sifatnya sederhana
o Konsekuensi nya bila tidak terbukti, terdakwa dibebaskan
o Hakim menolak tuntutan jaksa berdasarkan asas nebis in idem
(Pasal 76 KUHAP)

• Dakwaan Alternatif
o Terdakwa didakwa lebih dari satu delik pidana, tetapi
hakekatnya terdakwa hanya didakwa satu tindak pidana saja
o Biasanya penuntut umum masih meragukan jenis tindak
pidana nya (misal.pencurian-penggelapan, pembelian-
penadahan)
o Dirumuskan dengan dakwaan kesatu atau dakwaan kedua

36
• Dakwaan Subsidaritas (berlapis)
o Penyusunan urutan dakwaan adalah ancaman hukuman terberat dan seterus
nya sampai pada dakwaan yang ringan.
o Dirumuskan dengan dimuali dari Dakwaan Primair, Dakwaan Subsidair, dan
Dakwaan Lebih Subsidair.
o Hakim memeriksa dakwaan primer dahulu, bila tidak terbukti melanjutkan pada
dakwaan subsidair dan seterusnya mana yang dianggap terbukti.

• Dakwaan Komulatif
o Terdakwa didakwa beberapa tindak pidana sekaligus
o Tindak pidana tersebut harus dibuktikan keseluruhannya, sebab tindak pidana
tsb merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri
o Dirumuskan dengan dimulai dari Dakwaan Kesatu (Primair, Subsidair, Lebih
Subsidair) dan Dakwaan Kedua (Primair, Subsidair dan Lebih Subsidair)

• Dakwaan Campuran
Bentuk gabungan dakwaan komulatif dengan dakwaan alternatif/dakwaan subsidair
37
Hak Penasehat Hukum/Terdakwa
Mengajukan Eksepsi/Keberatan
• PH dapat mengajukan eksepsi apabila surat dakwaan tidak
memenuhi syarat formil dan materil termasuk mengenai
kewenangan mengadili.

• Diajukan pada sidang pertama sebelum pemeriksaan pokok perkara.

• Dalam hal eksepsi ditolak pemeriksaan perkara dilanjutkan.

• Apabila eksepsi dikabulkan maka surat dakwaan dibatalkan, berkas


perkara dikembalikan kepada PU.

38
Perubahan Surat Dakwaan
Pasal 144 KUHAP
• PU dapat merubah surat dakwaan sebelum pengadilan
menetapkan hari sidang, baik dengan tujuan
menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan
penuntutannya.
• Perubahan hanya dapat dilakukan satu kali selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum sidang dimulai.
• Perubahan surat dakwaan tidak boleh merubah tindak pidana
yang didakwakan.
• Turunan perubahan surat dakwaan disampaiakan kepada
terdakwa atau PH nya.
39
Sidang Pertama : Menghadirkan Terdakwa
Terdakwa Hadir hakim
Sidang dilanjutkan Memeriksa identitas
Meminta trdakwa fokus
Meminta PU mbacakan
Tdk Hadir Surat dakwaan

Hakim meneliti Dipanggil sah Datang hakim


alasannya

Tidak - Terdakwa memahami


Dipanggil tdk sah Dipanggil Dakwaan
Datang lagi 2x - PU menjelaskan
kembali dakwaan
Sidang ditunda
Meminta trdakwa
dihadirkan
Sudag dipahami
Terdakwa dihadirkan Eksepsi
Tanpa pemeriksaan
Kehadiran terdakwa pada secara paksa
perkaranya bukan suatu hak, sidang
melainkan kewajiban
(Pasal 154 ayat 4) 40
EKSEPSI :
- Diajukan sebelum pemeriksaan perkara pokok
- Diajukan pada sidang pertama
- Bertujuan menghemat tenaga,waktu bersidang

Alasan mengajukan eksepsi : Eksepsi


- Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya
- Surat dakwaan tidak dapat diterima
- Surat dakwaan harus dibatalkan

Menolak eksepsi PUTUSAN SELA

Eksepsi diputus setelah perkara selesai diperiksa Menerima eksepsi

Perlawanan JPU

Penunjukan PN yg berwenang Penetapan pembatalan putusan PN41


Upaya Hukum Putusan Sela

• Dapat diajukan perlawanan (Verzet) ke PT


dalam waktu maksimum 7 hari.

• 14 hari kemudian PT, wajib mengeluarkan


surat penetapan PT berisikan menguatkan
perlawanan atau menolak perlawanan

42
Tahan Pemeriksaan Alat Bukti
Alat bukti yang sah (Pasal 184 KUHAP) :
• Keterangan Saksi
• Keterangan Ahli
• Surat
• Petunjuk
• Keterangan Terdakwa

43
Pemeriksaan Saksi

- Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi


nyatakan di sidang Pengadilan (Pasal 185 KUHAP).
- Pemeriksaan saksi Pasal 160 (1) b KUHAP :
- Korban yang menjadi saksi
- Saksi yang meringankan / memberatkan
- Kesaksian terdakwa

- Hal yg ditanyakan hakim ketua sidang adalah identitas


dan hubungan dengan terdakwa (Pasal 160 ayat (2)
KUHAP)
- Saksi wajib mengangkat sumpah menurut agamanya
masing-masing (Pasal 160 ayat (3) KUHAP)
44
Nilai Pembuktian Saksi

– Syarat formil :
• Keterangan Saksi dianggap sah bila diberikan dibawah sumpah (Pasal
160 ayat 3).
• Keterangan Saksi yang tidak disumpah tidak merupakan alat bukti,
hanya sebagai tambahan ket.biasa (Pasal 185 ayat 7).
• Keterangan seorang saksi tidak cukup menyatakan seseorang bersalah
terhadap perbuatan yang didakwa padanya (Pasal 185 ayat 2). (Unus
Testis nullus testis/een getuige is geen getuige)

– Syarat Materill
• Keterangan saksi sebagai alat bukti apabila keterangan tsb dinyatakan
di sidang pengadilan, mengenai suatu peristiwa pidana, yang ia alami
sendiri
• Kesaksian testimonium de audito tidak diakui sebagai alat bukti yang
sah.

45
Saksi menolak di sumpah ..?
 Pemeriksan terhadap saksi tetap dilaksanakan

 Hakim dengan surat penetapan dapat mengenakan sandera


selama 14 hari di rutan negara (Pasal 161 ayat 1 KUHAP)

 Apabila tenggat waktu 14 hari berlalu, saksi tetap tidak mau


disumpah,maka ket. yg diberikan merupakan ket. yg dapat
menguatkan keyakinan hakim (Pasal 161 ayat 2 KUHAP)

 Dengan kata lain, ket.saksi/ahli tsb mempunyai kekuatan


pembuktian yang sama dengan keterangan dibawah sumpah

46
Saksi dibawah sumpah Vs Saksi yang tidak disumpah

• Saksi dibawah sumpah


– Apabila tidak dapat hadir (misal: meninggal,
domisili jauh) pada sidang lanjutan, maka
keterangan saksi ini mempunyai nilai yang sama
dengan keterangan saksi di depan sidang
pengadilan.
• Saksi yang tidak disumpah
– Keterangan saksi hanya merupakan ket.tambahan
yang berarti keterangan tsb tidak dapat mengikat
hakim karena tidak mempunyai kekuatan
pembuktian.
47
 Sumpah saksi : “..memberikan keterangan
yang benar tidak lain dari yang benar..”
 Kesaksian palsu :
 Hakim memperingatkan
 Hakim karena jabatan atau permintaan terdakwa
dapat memerintahkan saksi agar dituntut atas
dakwaaan melakukan sumpah palsu
 Panitera membuat berita acaranya,untuk
selanjutkan dikenakan ancaman pidana
berdasarkan Pasal 242 KUHAP).
 Terdakwa yang tidak mau menjawab pertanyaan
tidak ada sanksi pidana nya (Pasal 175 KUHAP)

48
Pemeriksaan Ahli
• Seorang Ahli wajib memberikan keterangan
sesuai dengan keahliannya, untuk membuat
terang tindak pidana guna pemeriksaan.
• Yang dimaksud dengan ahli adalah ahli forensik,
dokter, dan ahli lainnya.
• Dalam memberikan keterangannya seorang ahli
wajib disumpah.

49
Barang Bukti
• Barang Bukti adalah :
– Barang yang dipergunakan oleh terdakwa untuk melakukan
tindak pidana atau
– Barang sebagai hasil dari suatu tindak pidana
– Barang-barang yang disita oleh penyidik
– Untuk dijadikan sebagai bukti di persidangan

• Barang bukti diberi nomor sesuai nomor perkara, disegel,


dan hanya dapat dibuka di hakim di persidangan.

• Barang tersebut diperlihatkan kepada terdakwa dan


menanyakan apakah dia kenal dengan barang tersebut.
(Pasal 181 ayat 1 KUHAP)
50
Pemeriksaan Surat
o Dokumen yang merupakan satu kesatuan
dengan berkas perkara.

o Berita Acara Pemeriksaan Penyidikan dan


Berita Acara Tambahan.

o Dokumen tertulis lainnya, seperti : Visum et


repertum, Hasil Audit, dll.

51
Bukti Petunjuk
• Adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang
karena persesuaiannya, baik antara yang satu
dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu
sendiri, menandakan bahwa telah terjadi tindak
pidana dan siapa pelakunya.
• Petunjuk hanya dapat diperoleh :
- keterangan saksi
- surat
- keterangan terdakwa
52
Keterangan Terdakwa
Pasal 189 KUHAP

• Keterangan Terdakwa ialah apa yang tedakwa


nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia
lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami
sendiri.
• Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan
untuk dirinya sendiri.
• Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk
membuktikan bahwa ia bersalah, harus disertai
dengan alat bukti yang lain.
53
Tuntutan Pidana (Requistoir)
• Pemeriksaan terhadap diri terdakwa dan saksi
cukup, maka kepada penuntut umum
dipersilahkan menyampaikan tuntutan pidana
nya.
• JPU menguraikan segala sesuatu selama
berlangsungnya pemeriksaan apakah dakwaan
nya terbukti atau tidak.

54
Pledoi (Pembelaan)
• Atas Surat Tuntutan dari JPU selanjutnya PH atau
terdakwa berhak untuk mengajukan Pledoi
(Pembelaan) sebagai tanggapan atas surat tuntutan
JPU.

• Prinsip pembelaan adalah disusun untuk membela


kepentingan terdakwa berdasarkan fakta-fakta
persidangan, apakah terdakwa dapat
dipertanggungjawabkan atas dakwaan yang
dituduhkan kepadanya.
55
Diagram Alur Tuntutan Perkara dan Pledoi
JPU membacakan Hakim memberikan kesempatan kepada terdakwa
Pembelaan
tuntutan pidana (Pledoi)

JPU memberikan
jawaban atas Pledoi
(Replik)

Tersangka menjawab Replik


(Duplik)

Tuntutan Pidana, Pledoi, Replik dan Duplik

Salinan nya
Hakim ketua majelis diberikan kepada
para pihak
56
PUTUSAN
• Putusan harus dijatuhkan minimal berdasarkan dua alat
bukti ditambah keyakinan hakim bahwa terdakwa dapat
dipersalahkan atas perbuatan yang didakwakan.

• Jika hakim berpendapat tidak terbukti terdakwa harus


dibebaskan.

• Jika hakim berpendapat perbuatan yang didakwakan


terbukti, tetapi bukan tidak pidana maka terdakwa
dilepaskan dari segala tuntutan hukum.
57
JENIS PUTUSAN PENGADILAN

1. Pidana (vervolging) (Pasal 193 ayat 1 KUHAP)


2. Bebas dari segala tuntutan hukum (vrijspraak)
(Pasal 191 ayat 1 KUHAP)
3. Lepas dari segala tuntutan hukuman (onslag) (Pasal
191 ayat 2 KUHAP)

Dalam hal putusan yang dijatuhkan berupa pembebasan


atau lepas dari segala tuntutan hukum, maka upaya
hukum yang dilakukan adalah Kasasi.

58
Upaya Hukum
Hak terdakwa atau PH untuk tidak menerima putusan pengadilan

• Upaya Hukum Biasa


1. Banding (Psl 233 jo Psl 67 KUHAP)
2. Kasasi (Psl 244 KUHAP)

• Upaya Hukum Luar Biasa


1. Peninjauan Kembali (Psl 263 ayat 1 KUHAP)
2. Kasasi Demi Kepentingan Hukum (Psl 259
ayat 1 KUHAP)
59
Upaya hukum BANDING
• Semua putusan pengadilan tingkat pertama
yang tidak merupakan pembebasan dari
tuntutan, dapat dimintakan banding oleh pihak-
pihak yang bersangkutan (Pasal 67 Jo Pasal 233
ayat (1) KUHAP).

• Tenggang waktu menyatakan banding 7 hari


terhitung setelah putusan pengadilan
diucapkan.

• Tidak diwajibkan membuat memori banding.


60
Akibat hukum permintaan Banding

1. Putusan menjadi mentah kembali


2. Segala sesuatu beralih menjadi tanggung
jawab yuridis Pengadilan Tingkat Banding
3. Putusan yang dibanding tidak mempunyai
daya eksekusi

61
Upaya hukum Kasasi
Alasan diajukannya kasasi :
1. Tidak menerapkan hukum sebagaimana
mestinya.
2. Cara mengadili tidak dilaksanakan menurut
ketentuan undang-undang.
3. Pengadilan telah melampaui batas
wewenangnya.

62
Putusan Perkara
yang tidak dapat dikasasi
Psl. 45 A UU No. 5 Thn 2004 Tentang Mahkamah Agung

• Putusan Praperadilan.
• Perkara pidana yang diancam dengan pidana
paling lama 1 (satu) tahun dan atau diancam
pidana denda.
• Perkara TUN yang objek gugatan berupa
keputusan pejabat daerah yang jangkauan
keputusannya berlaku diwilayah daerah yang
bersangkutan.
63
Tidak termasuk alasan kasasi :
1. Putusan PT menguatkan putusan PN (Putusan MA No.9K/Pid/1983 tgl
15 Oktober 1983).
2. Keberatan atas penilaian pembuktian (Putusan MA No.290/Pid/1983 tgl
7 Nopember 1983).
3. Yang bersifat pengulangan fakta (Putusan MA No.567 K/Pid/1983 tgl 10
Nopember 1983).
4. Yang tidak menyangkut pokok perkara (irrelevant) (Putusan MA No.755
K/Pid/1983 tgl 8 Juni 1983).
5. Yang berdasarkan berat ringannya hukuman (Putusan MA No. 797
K/Pid/1983 tgl 11 Nopember 1983), tetapi dalam hal-hal tertentu dapat
kasasi.
6. Yang berdasarkan novum (Putusan MA No. 468 K/KR/1979 tgl 18 Juni
1980).
7. Putusan bebas murni (vrijspraak – psl 244 KUHAP).
8. Keberatan atas pengembalian barang bukti (Putusan MA 107 K/Kr/1977
tgl 16 Oktober 1978.
64
Tenggang waktu & Memori Kasasi
• Permohonan kasasi disampaikan oleh pemohon kepada
panitera pengadilan yang memutus perkaranya dalam
tingkat pertama, dalam waktu 14 hari sesudah putusan
pengadilan diberitahukan kepada terdakwa (Pasal 245
ayat (1) KUHAP).

• Memori kasasi “wajib” disampaikan dalam waktu 14 hari


setelah permohonan didaftar ke kepaniteraan PN,
apabila lewat maka kasasi akan ditolak.

• Yang dapat mengajukan kasasi :


- Terdakwa/penasehat hukumnya
- Jaksa Penuntut Umum

65
Perbedaan
Kasasi demi kepentingan hukum dengan PK

1. Pada upaya hukum kasasi demi kepentingan hukum hanya


dapat diajukan terhadap putusan PN atau PT yang telah
berkekuatan hukum tetap, sedangkan pada upaya hukum
Peninjauan Kembali (PK) tidak hanya terbatas pada
putusan PN atau PT, tetapi juga dapat diajukan terhadap
putusan Mahkamah Agung.

2. Pada kasasi demi kepentingan hukum yang mengajukan


adalah Jaksa Agung dan hanya dapat diajukan satu kali,
sedangkan dalam Peninjauan Kembali (PK) adalah
terpidana atau ahli warisnya.

66
Peninjauan Kembali
• Adalah upaya hukum luar biasa terhadap putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali terhadap putusan bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum, dan PK hanya dapat diajukan satu kali.

• Yang dapat ajukan PK (Psl 263 ayat 1 KUHAP)


- Terpidana, atau
- Ahli Warisnya.

• Pada dasarnya PK hanya dapat diajukan oleh terpidana atau ahli warisnya, namun
dalam perkembangan selanjutnya dapat pula diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum.

• Tenggang waktu PK 180 hari (Psl 69 UU No.14 Tahun 1985)

• Sesuai SEMA No. 7 Tahun 2014, bahwa permohonan PK hanya dapat diajukan satu
kali, SEMA ini mengesampingkan putusan MK No. 34/PUU-XI/2013 yang
membatalkan Pasal 268 ayat (2) KUHAP, karena putusan MK ini tidak sejalan
dengan UU Kekuasaan Kehakiman.

67
Alasan-alasan PK

• Apabila putusan didasarkan pada kebohongan atau tipu


muslihat dari pihak lawan yang diketahui kemudian ternyata
palsu.
• Terdapat bukti baru (novum).
• Apabila dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih
dari yang dituntut.
• Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus
tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya.
• Karena kekhilafan atau kekeliruan yang nyata oleh Hakim
• Putusan yang bertentangan satu sama lain.

68
Akibat hukum PK
• Permohonan PK tidak menangguhkan atau
menghentikan pelaksanaan putusan hakim
(eksekusi).
• Permohonan PK dapat dicabut selama belum
diputus, dan dalam hal sudah dicabut PK tidak
dapat diajukan kembali.

69
EKSEKUSI PUTUSAN
• Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dilaksanakan oleh
Jaksa.
• Dalam hal pidana mati pelaksanaannya dilakukan oleh
regu tembak berdasarkan Peraturan Kapolri No. 12
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Hukuman Mati.
• Dalam hal pengadilan menjatuhkan pidana bersyarat
(hukuman percobaan) maka pelaksanaannya dilakukan
pengawasan oleh Jaksa.
70
Sekian dan Terima Kasih

71

Anda mungkin juga menyukai