Anda di halaman 1dari 8

Lex Administratum, Vol. III/No.

4/Juni/2015

PENEGAKAN HUKUM TATA RUANG DALAM kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.


PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG YANG Pentingnya pengendalian pemanfaatan ruang
DILAKSANAKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH sebagai suatu kekayaan negara menyebabkan
PROVINSI SULAWESI UTARA1 diperlukan landasan hukum dalam hal ini
Oleh : Rommy Fernando Mandey2 pengaturan tentang penataan ruang. Untuk
mewujudkan amanat tersebut maka
ABSTRAK dibentuklah Undang-Undang Nomor 26 Tahun
Jenis penelitian ini termasuk penelitian yuridis 2007 Tentang Penataan Ruang, yang
normatif khususnya yang mengkaji tentang pelaksanaan wewenangnya dilakukan oleh
aturan-aturan yang terkait dengan kewenangan Pemerintah pusat dan daerah dengan tetap
daerah dalam pengendalian pemanfaatan menghormati hak yang dimiliki oleh setiap
ruang sebagai implementasi dari hukum tata orang.3 Kewenangan daerah dalam penataan
ruang di daerah. Fokus daripada penelitian ruang semakin penting terutama dengan
normatif ini melihat dasar pengaturan yang ditetapkannya Undang-Undang Nomor 23
mengatur tentang implementasi kewenangan Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.
dalam pengendalian pemanfaatan ruang yang Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Tentang Penataan Ruang akan efektif dan
Sulawesi Utara. Penelitian hukum normatif sangat bergantung pada penegakan hukum dan
adalah penelitian hukum yang mengkaji hukum pengendalian pemanfaatan ruang. Sebagai
tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, implikasi dari pada berlakuknya Undang-
filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan Penataan Ruang telah dibentuk peraturan
umum dan pasal demi pasal, formalitas dan pelaksanaannya yaitu Peraturan Pemerintah
kekuatan mengikat suatu Undang-Undang, (PP) Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
serta bahasa hukum yang digunakan. Hasil dan Penyelenggaraan Penataan Ruang. Dalam
pembahasan dari penelitian menunjukkan pengendalian pemanfaatan ruang pemerintah
bahwa penyelenggaraan dan pelaksanaan dan pemerintah daerah telah diberikan
penataan ruang dilaksanakan oleh Pemerintah kewenangan sesuai dengan pengaturan dalam
Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Penataan Ruang. Dengan kewenangan tersebut
Kewenangan Pemerintah Pusat, Pemerintah maka pemerintah daerah mempunyai hak
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah untuk mengendalikan dan mengatur penataan
Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan dan ruang untuk segala bentuk kegiatan
pelaksanaan penataan ruang diantaranya pembangunan, demi tercapainya; kepentingan-
penegakan hukum tata ruang dalam kepentingan umum (public) tanpa mengabaikan
pengendalian pemanfaatan ruang, bertujuan kepentingan pribadi (private). Di dalam
untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, konsideran menimbang huruf b Undang-
produktif dan berkelanjutan. Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
Kata kunci: tata ruang, penegakan hukum, Penataan Ruang bahwa perkembangan situasi
pengendalian, pemanfaatan, pemerintah dan kondisi nasional dan internasional
daerah menuntut penegakan prinsip keterpaduan,
keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum,
A. PENDAHULUAN dan keadilan dalam rangka penyelenggaraan
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar penataan ruang yang baik sesuai dengan
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, telah landasan idiil Pancasila.
memberikan batasan yang jelas seluruh wilayah Implikasi penegakan hukum dalam bentuk
yang terdiri dari ruang yang menjadi kedaulatan pengendalian pemanfaatan ruang harus
negara dipergunakan sebesar-besarnya untuk ditindak lanjuti dengan pemberlakuan
peraturan daerah sebagai implikasi dari
1
Artikel Tesis. Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Wulanmas
kewenangan daerah. Dalam rangka mencapai
A.P.G. Frederik, SH, MH; Dr. Mercy M.M. Setlight, SH, MH
2 3
Mahasiswa pada Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi, Penjelasan umum Undang-UndangNomor 26 Tahun 2007
NIM. 13202108041 tentang Penataan Ruang

75
Lex Administratum, Vol. III/No. 4/Juni/2015

tujuan penyelenggaraan penataan ruang, Gerbang Indonesia ke Kawasan Asia Timur dan
pemerintah daerah provinsi sulawesi utara Pasific.
telah melaksanakan penyusunan dan 2. Misi
penetapan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 a. Melaksanakan pembangunan yang
Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang berkualitas;
Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Utara b. Mewujudkan Sulawesi Utara yang Aman
Tahun 2014-2034, yang memuat; (a) tujuan, dan Damai;
ruang lingkup, kebijakan dan strategi penataan c. Mewujudkan Sulawesi Utara yang
ruang; (b) rencana struktur ruang; (c) rencana Mandiri dan Demokratis; dan
pola ruang; (d) penetapan kawasan strategis d. Mewujudkan Sulawesi Utara yang Adil
provinsi; (e) arahan pemanfaatan ruang wilayah dan Berpihak pada Masyarakat yang
provinsi; (f) arahan pengendalian pemanfaatan Lemah.5
ruang wilayah provinsi. Setelah visi dan misi ditetapkan, perlu
Berdasarkan Pasal 35 Undang-Undang dilakukan identifikasi persoalan, perumusan
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan tujuan, dan memilih alternatif terbaik untuk
Ruang, pengendalian pemanfaatan ruang mencapai tujuan. Tahapan ini merupakan hal
dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, yang biasa dalam proses pengambilan
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, keputusan termasuk yang menyangkut
serta pengenaan sanksi. Peraturan Zonasi keputusan publik untuk pelaksanaan
merupakan instrumen yang perlu diterapkan pembangunan.
sebagai instrument pengendali yang Prinsip dasar dari proses perencanaan
merupakan arahan pengendalian pemanfaatan adalah rasionalitas dan obyektivitas, yaitu
ruang yang sesuai dengan Peraturan Daerah keputusan yang diambil memiliki alasan yang
(Perda) Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana kuat dan tidak memihak atas kepentingan
Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi siapapun. Dalam hal ini, masyarakat harus
Utara Tahun 2014-20134 untuk mewujudkan senantiasa didorong berpartisipasi secara aktif
tertib tata ruang.4 dalam proses perencanaan tata ruang.
Semua aturan-aturan tersebut akan Kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk
terimplementasi kalau adanya pengendalian berpartisipasi secara aktif dalam penataan
dan penegakan hukum yang dilakukan oleh ruang akan tumbuh dengan sendirinya apabila
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara masyarakat mengetahui manfaat yang benar
yang telah menerima pelimpahan dalam dari proses penataan ruang.
pengendalian tata ruang. Penataan ruang Berdasarkan pasal 65 Undang-Undang
sebagai suatu proses dalam penyelenggaraan Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
pengendalian pemanfaatan ruang mengacu menyebutkan pentingnya menjamin peran
pada ketentuan penataan ruang dalam Undang- masyarakat dalam hal : (a) partisipasi dalam
Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang penyusunan rencana tata ruang; (b) partisipasi
Penataan Ruang juga dilengkapi dengan dalam pemanfaatan ruang; dan (c) partisipasi
berbagai peraturan pelaksanaan seperti dalam pengendalian pemanfaatan ruang.
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Walaupun Meskipun sudah diatur dalam
Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Undang-Undang Tata Ruang dan Peraturan
Proses penataan ruang Provinsi Sulawesi Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Utara, didasari pada visi dan misi yang telah (RTRW) Provinsi Sulawesi Utara, masih terjadi
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi beberapa pelanggaran teknis tata ruang.
Sulawesi Utara, yaitu : Berdasarkan hasil audit Penyidik Pegawai
1. Visi Negeri Sipil (PPNS) Penataan Ruang Provinsi,
Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Utara
Saing, Aman dan Sejahtera sebagai Pintu Tahun 2014, terdapat indikasi pelanggaran
pemanfaatan ruang seperti pelanggaran

4 5
Dirjen Tata Ruang Diklat Pengendalian Pemanfaatan Lihat Perda Nomor. 4 Tahun 2011 Tentang Rencana
Ruang, diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Penata Ruang Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi
Kementrian Pekerjaan Umum, tahun 2014, hal 28 Utara Tahun 2010-2015

76
Lex Administratum, Vol. III/No. 4/Juni/2015

intensitas pemanfaatan ruang yaitu kewenangan daerah dalam pengendalian


pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi ruang pemanfaatan ruang sebagai implementasi dari
tetapi intensitas pemanfaatan ruang hukum tata ruang di daerah. Fokus daripada
menyimpang. Contoh: Koefisien Dasar Bagunan penelitian normatif ini melihat dasar
(KDB), Koefisien Luas Bagunan (KLB), Koefisien pengaturan yang mengatur tentang
Tinggi Bagunan (KTB) yang tidak sesuai dengan implementasi kewenangan dalam pengendalian
rencana tata ruang, pelanggaran persyaratan pemanfaatan ruang yang dilakukan oleh
teknis pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Utara.
ruang, tetapi tidak sesuai dengan ketentuan
teknis. Contoh: tata massa bangunan (Garis HASIL DAN PEMBAHASAN
sempadan bangunan, tinggi bangunan), A. Kewenangan Pemerintah, Pemerintah
prasarana penunjang kegiatan (parkir, bongkar Daerah Provinsi danKab/Kota.
muat), pemanfaatan ruang publik (parkir, Pengaturan tentang tata ruang terkait
trotoar, reklame) tidak sesuai dengan Rencana dengan kewenangan sudah diatur dalam
Tata Ruang Kawasan (RTRK), Rencana Tata Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Bangunan dan Lingkungan (RTBL), atau standar Penataan Ruang, kewenangan yang dimaksud
kota yang ditetapkan. Bentuk pelanggaran, disini yaitu kewenangan pengendalian
yaitu : pemanfaatan ruang sesuai dengan fungsi pemanfaatan ruang baik oleh Pemerintah Pusat
ruang, tetapi bentuk pemanfaatan ruang maupun Pemerintah Provinsi dan
menyimpang contoh rumah di kawasan dengan Kabupaten/Kota. Kewenangan pemerintah
fungsi permukiman membuka kegiatan dalam tata ruang mencakup kewenangan
komersil seperti ruko, salon, bengkel, dsb yang pemerintah pusat dalam pengendalian
belum tentu diperbolehkan. Ijin Mendirikan pemanfaatan ruang diseluruh wilayah negara
Bangunan (IMB) tidak lagi berfungsi sebagai kesatuan republik Indonesia kewenangan
instrumen pengendalian, melainkan lebih pemerintah mencakup kewenangan untuk
berperan sebagai mesin penghasil PAD. Izin memutuskan pemanfaatan ruang baik untuk
yang dikeluarkan tidak lagi sesuai dengan penggunaan pemerintah maupun swasta.
rencana tata ruang, demi untuk mengejar Putusan pemerintah yaitu: (1) setiap keputusan
target pemasukan PAD. Contoh kasus: yang dibuat oleh pejabat pemerintah
Pemberian izin untuk kegiatan yang melanggar mempunyai kekuatan mengikat kepada seluruh
fungsi lahan di daerah provinsi sulawesi utara, anggota masyarakat; dan (2) setiap keputusan
sehingga menyebabkan alih fungsi lahan dari yang dibuat oleh pejabat pemerintah
fungsi utama sebagai permukiman, pendidikan, mempunyai fungsi publik. Adapun "wewenang"
konservasi dan industri menjadi fungsi jasa dan secara umum merupakan kekuasaan untuk
perdagangan.6 melakukan suatu tindakan hukum publik.
Wewenang pemerintah dapat dijabarkan: 1)
B. PERUMUSAN MASALAH hak untuk menjalankan suatu urusan
1. Bagaimana batasan kewenangan daerah pemerintahan; dan 2) hak untuk dapat secara
dalam pengendalian pemanfaatan ruang di nyata memengaruhi keputusan yang akan
Provinsi Sulawesi Utara ? diambil oleh instansi pemerintah lainnya.7
2. Bagaimana upaya penegakan hukum Undang-Undang Panataan Ruang (UUPR)
terhadap pelaku pelanggaran pemanfaatan menganut pengertian ini, setidaknya sejalan
ruang baik instansi pemerintah maupun dengannya, wewenang pemerintah dalam
swasta serta pihak perorangan ? Pasal 7 jo. Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal
11 Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR).
C. METODE PENELITIAN Tiga aspek yang melekat pada kewenangan
Jenis penelitian ini termasuk penelitian pemerintah pusat dalam pengendalian tata
yuridis normatif khususnya yang mengkaji ruang mencakup kewenangan pengelolaan tata
tentang aturan-aturan yang terkait dengan ruang kewenangan dalam memberikan
kewenangan (izin) kepada institusi untuk
6
Semua Pelanggaran Tata Ruang dirangkum oleh Direktur
7
Jenderal Penata Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang Penerbit,
Tahun 2014, Bahan Diklat hal 38-44 Kenacna Prenadamedia Group, Jakarta 2014, hal 112-113

77
Lex Administratum, Vol. III/No. 4/Juni/2015

menyelenggarakan dan mengendalikan tata harus dilaksanakan oleh seorang menteri


ruang serta kewenangan untuk melindungi hak- (Menteri Pekerjaan Umum).
hak yang melekat dalam tata ruang tersebut. Pada dasarnya, wewenang pemerintah
Pemerintah daerah memiliki kewenangan daerah provinsi dalam penataan ruang sama
"atribusi" (asli dan penuh) dengan beberapa dengan wewenang pemerintah pusat, hanya
wewenang (eksplisit dan/atau implisit) di berbeda dalam ruang lingkup dan hierarkinya.
dalamnya. Dalam Undang-Undang Penataan Wewenang tersebut secara terperinci
Ruang, kewenangan masing-masing pemerintah dituangkan dalam Pasal 10 Undang-Undang
ini telah diperinci dengan tegas, yakni Penataan Ruang sebagai berikut:
wewenang pemerintah (pusat) tertuang dalam (1) Wewenang pemerintah daerah provinsi
Pasal 8 dan Pasal 9. Wewenang pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang
daerah provinsi tertuang dalam Pasal 10, meliputi:
sedangkan wewenang pemerintah kabupaten/ a. Pengaturan, pembinaan, dan
kota tertuang dalam Pasal 11. Pasal 7 Undang- pengawasan terhadap pelaksanaan
Undang Penataan Ruang (UUPR) tersebut penataan ruang wilayah provinsi, dan
menyatakan "kewenangan" pemerintah dalam kabupaten/kota, serta terhadap
penataan ruang sebagai genus dari "wewenang- pelaksanaan penataan ruang kawasan
wewenang" yang diberikan kepada masing- strategis provinsi, dan kabupaten/kota;
masing pemerintah dan pemerintah daerah b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah
yang diperinci dalam Pasal 8-Pasal 11 Undang- provinsi;
Undang Penataan Ruang (UUPR). c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan
Pemerintah mempunyai kewenangan dalam strategis provinsi; dan
kebijakan-kebijakan nasional serta pembinaan d. Kerja sama penataan ruang antar
pengawasan dalam pengendalian pemanfaatan provinsi dan pemfasilitasan kerja sama
ruang baik ditingkat daerah provinsi dan penataan ruang antar kabupaten/Kota.
kabupaten kota. Konsepsi dasar pengaturan (2) Wewenang pemerintah daerah provinsi
tata ruang berdasarkan pendekatan wilayah dalam pelaksanaan penataan ruang
baik nasional provinsi dan Kabupaten. wilayah provinsi sebagaimana dimaksud
Pendekatan secara nasional tentu merupakan pada ayat (1) huruf meliputi:
kewenangan pemerintah pusat karena melekat a. Perencanaan tata ruang wilayah
suluruh kewenangan pemerintah dalam provinsi;
pengendalian pemanfaatan ruang. b. Pemanfaatan ruang wilayah provinsi;
Kewenangan pemerintah dalam dan
pengendalian tata ruang telah di limpahkan c. Pengendalian pemanfaatan ruang
kepada menteri sesuai dengan prinsip atribusi wilayah provinsi.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang (3) Dalam penataan ruang kawasan strategis
Penataan Ruang. Pada Ayat (2) ditegaskan: provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat
"Tugas dan tanggung jawab Menteri dalam (1) huruf c, pemerintah daerah provinsi
penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana melaksanakan:
dimaksud pada Ayat (1) mencakup: a) a. Penetapan kawasan strategis provinsi;
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan b. Perencanaan tata ruang kawasan
penataan ruang; b) pelaksanaan penataan strategis provinsi;
ruang nasional; dan c) koordinasi c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis
penyelenggaraan penataan ruang lintas sektor, provinsi; dan
lintas wilayah, dan lintas pemangku d. Pengendalian pemanfaatan ruang
kepentingan." Penjelasannya menyatakan kawasan strategis provinsi.
"cukup jelas." Dengan demikian, ketentuan (4) Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan
Pasal 9 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 pengendalian pemanfaatan ruang
Tentang Penataan Ruang ini menegaskan kawasan strategis provinsi sebagaimana
bahwa wewenang pemerintah dalam dimaksud pada ayat (3) huruf c dan d
penyelenggaraan penataan ruang merupakan dapat dilaksanakan oleh pemerintah
salah satu urusan/ tugas pemerintahan yang

78
Lex Administratum, Vol. III/No. 4/Juni/2015

daerah kabupaten/kota melalui tugas kewenangan dibidang tata ruang memang


pembantuan. sudah diatur secara rinci dalam Peraturan
(5) Dalam rangka penyelenggaraan penataan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang
ruang wilayah provinsi, pemerintah daerah Penyelenggaraan Penataan Ruang terkait
provinsi dapat menyusun petunjuk dengan pembagian kewenangan antara
pelaksanaan bidang-bidang penataan pemerintah dan pemerintah daerah. Pasal 11
ruang pada tingkat provinsi dan ayat (1) hingga ayat (6) Undang-Undang Nomor
kabupaten/kota." 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang,
Mengenai fasilitas kerja sama, Penjelasan sebagai berikut :
Pasal 10 ayat (1) huruf d menyatakan bahwa (1) Wewenang pemerintah daerah
"pemberian wewenang kepada pemerintah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan
daerah provinsi dalam memfasilitasi kerja sama penataan ruang meliputi:
penataan ruang antar kabupaten/kota a. Pengaturan, pembinaan, dan
dimaksudkan agar kerja sama penataan ruang pengawasan terhadap pelaksanaan
memberikan manfaat yang optimal bagi penataan ruang wilayah
kabupaten/kota yang bekerja sama." Dapat kabupaten/kota, dan kawasan strategis
ditambahkan bahwa dasar pemikiran ini kabupaten/kota;
tentunya juga berlaku pada pemberian b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah
wewenang yang sama kepada pemerintah kabupaten/kota;
pusat, dengan ruang lingkup yang lebih luas. c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan
Mengenai pemanfaatan ruang kawasan strategis kabupaten kota; dan
strategis provinsi, Penjelasan Pasal 10 ayat (4) d. Kerja sama penataan ruang
Undang-Undang Penataan Ruang menyatakan: antarkabupaten/kota.
"Kewenangan pemerintah daerah provinsi (2) Wewenang pemerintah daerah
dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian kabupaten/kota dalam pelaksanaan
pemanfaatan ruang kawasan strategis provinsi penataan ruang wilayah kabupaten/kota
mencakup aspek yang terkait dengan nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
strategis yang menjadi dasar penetapan b meliputi:
kawasan strategis. Pemerintah kabupaten/kota a. Perencanaan tata ruang wilayah
tetap memiliki kewenangan dalam kabupaten/kota;
penyelenggaraan aspek yang tidak terkait b. Pemanfaatan ruang wilayah
dengan nilai strategis yang menjadi dasar kabupaten/kota; dan
penetapan kawasan strategis." Penegasan ini c. Pengendalian pemanfaatan ruang
mengandung makna bahwa kewenangan yang wilayah kabupaten/kota.
dimiliki oleh daerah provinsi berkaitan dengan (3) Dalam pelaksanaan penataan ruang
pemanfaatan kawasan strategis, tidak kawasan strategis kabupaten/kota
mengeliminasi kewenangan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
kabupaten/kota untuk hal yang sama, c, pemerintah daerah kabupaten/kota
sepanjang nilai strategis itu terdapat dalam melaksanakan:
wilayah kabupaten/kota dan tidak menjadi a. Penetapan kawasan strategis
dasar penetapan kawasan strategis daerah kabupaten kota;
provinsi. Pemikiran dasar ini, dengan sendiri- b. Perencanaan tata ruang kawasan
nya juga berlaku bagi daerah provinsi dalam strategis kabupaten kota;
hubungannya dengan kawasan strategis c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis
nasional. kabupaten kota; dan
Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor d. Pengendalian pemanfaatan ruang
23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah kawasan strategis kabupaten/kota."
maka kewenangan pemerintah kabupaten/kota
termasuk dalam kewenangan dibidang tata B. Penegakkan Hukum Dalam Pengendalian
ruang sudah jelas merupakan kewenangan Pemanfaatan Ruang
kongkuren. Kewenangan ini sesuai dengan Penegakan hukum tata ruang didasarkan
pemerintah pusat terkait urusan pemerintahan, pada prinsip perencanaan tata ruang,

79
Lex Administratum, Vol. III/No. 4/Juni/2015

pemanfaatan ruang dan pengendalian 3. Perubahan/pelanggaran pemanfaatan ruang


pemanfaatan ruang sebagaimana ditetapkan memberi dampak ketidakadilan, dampak
oleh Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 negatif.8
Tentang Penataan Ruang adalah untuk : Pengendalian dan penagakan hukum
1. Melaksanakan kebijaksanaan pokok merupakan satu kesatuan tetapi secara spesifik
pemanfaatan dan pengendalian ruang dan penegakan hukum terfokus pada pemberian
rencana tata ruang yang lebih tinggi, sanksi (hukuman) kepada yang melakukan
2. Mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan pelanggaran dalam pemanfaatan ruang.
keseimbangan perkembangan antar wilayah Pengendalian dan penegakan hukum sangat
serta keserasian pembangunan antar sektor, penting untuk mewujudkan “sosial kontrol”
3. Menetapkan lokasi investasi yang terkait dengan pemberlakuan Undang-Undang
dilaksanakan Pemerintah dan/atau Penataan Ruang secara hierarki keterkaitan
masyarakat, antara pengaturan, pengendalian dan
4. Menyusun recana tata ruang yang lebih rinci penegakan hokum.
di wilayah yang bersangkutan, dan Penegakan hukum sangat penting dalam
5. Melaksanakan pembangunan dan perizinan pemanfaatan ruang mulai dari pelaksanaan,
dalam memanfaatkan ruang bagi kegiatan pengawasan, evaluasi, pelaporan, dan
pembangunan. penindakan. Berdasarkan hal tersebut upaya
Penataan ruang dengan demikian untuk mengefektifkan Undang-Undang Nomor
merupakan serangkaian prosedur yang diikuti 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang sangat
seara konsisten sebagai satu kesatuan, yaitu tergantung kepada optimalnya fungsi
kegiatan perencanaan tata ruang, pemanfaatan penegakan hukum yang dijalankan oleh
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Penataan
dengan memanfaatkan informasi yang Ruang baik dalam pelaksanaan, pengawasan,
diperoleh dari proses pengendalian pelaporan, dan pemberian sanksi. Penegakan
pemanfaatan ruang yang terdiri atas perizinan, hukum tata ruang telah diatur dan dibagi baik
pengawasan (pelaporan, pemantauan, dan penegakan hukum yang terkait dengan
evaluasi) dan penertiban. Pengendalian kewenangan pemerintah pusat maupun
dilakukan secara rutin baik oleh perangkat daerah. Merupakan kewenangan dari
Pemerintah Daerah, masyarakat atau pemerintah pusat terutama terkait dengan
keduanya. Pengendalian pemanfaatan ruang penegakan tata ruang nasional. Penegakkan
didasarkan pada prinsip-prinsip pendekatan hukum dalam pengendalian pemanfaatan ruang
yang didasarkan pada ketentuan perundang- di daerah dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai
undangan (legalistic approach) dengan Negeri Sipil (PPNS) Penataan Ruang yang telah
menerapkan pendekatan yang lebih luwes beroperasi dan dibentuk oleh Direktorat Jendral
dimana prinsip keberlanjutan (suistainability) Penataan Ruang (DJPR) Kementerian Pekerjaan
merupakan acuan utama. Untuk mewujudkan Umum. Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)
pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota
diperlukan pertimbangan yang bersifat multi sudah melakukan penegakan hukum terutama
dan lintas sektoral. bersifat prefentif dalam mencegah berbagai
Berikut alasan pentingnya diselenggarakan pelanggaran tata ruang yang terjadi di Provinsi
Pengendalian Pemanfaatan Ruang, antara lain : Sulawesi Utara. Hasil penegakan hukum yang
1. Praktik pelaksanaan bersifat prefentif dalam bentuk audit tehadap
pembangunan/pemanfaatan ruang tidak berbagai pelanggaran pemanfaatan ruang di
dapat berjalan sesuai dengan tata ruang, Provinsi Sulawesi Utara.
2. Pelanggaran oleh faktor teknik operasional, Untuk menggambarkan efektif tidaknya
administrasi/politis, mekanisme pasar, penegakan hukum dalam pengendalian
kurang memperhatikan rencana tata ruang pemanfaatan ruang di Provinsi Sulawesi Utara
berdasarkan hasil pelaporan dari maka penulis melakukan penelitian pada Kantor
pengawasan penataan ruang (pemantauan,
evaluasi, pelaporan), 8
Modul, Diklat Pengendalian Pemanfaatan Ruang,
Diremktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementrian
Pekerjaan Umum 2014, hal 23-24

80
Lex Administratum, Vol. III/No. 4/Juni/2015

Bidang Tata Ruang Dinas Pekerjaan Umum instansi maupun swasta harus mengacuh
Provinsi Sulawesi Utara. Hasil penelitian berupa kepada tata ruang yang sudah ditetapkan.
Audit Indikasi Pelanggaran Pemanfaatan Ruang Pembangunan gedung harus diperuntukkan
di Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan data dan harus disesuaikan dengan peruntukan
dari Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam
Penataan Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota, pemanfaatan ruang. Pelanggaran terhadap
terdiri dari : pemanfaatan ruang merupakan pelanggaran
1. Kota Bitung hukum yang harus ditindak atau dibatalkan
Pembangunan Gedung di Sempadan Sungai pembangunan yang sedang dikerjakan. Dalam
Girian yang melanggar Peraturan Daerah kajian hukum pelanggaran-pelanggaran
Nomor 11 Tahun 2013 tentang Rencana Tata terhadap tata ruang mengindikasikan belum
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bitung Tahun dipatuhinya hukum atau masih rendahnya
2013-2033. penegakan hukum dalam tata ruang. Menurut
2. Kabupaten Bolsel Soerjono Soekanto ada 5 (lima) faktor tersebut
Pembangunan Lapangan Futsal di yaitu :
peruntukan kawasan pemerintahan 1. Faktor hukumnya sendiri (Undang-Undang)
Panango, yang melanggar Peraturan Daerah 2. Faktor penegak hukum yakni pihak yang
Nomor 17 Tahun 2013 tentang Rencana Tata membentuk maupun menerapkan hukum
Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bolaang 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung
Mongondou Selatan Tahun 2013-2033. penegakan hokum
3. Kabupaten Sengihe 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana
Perubahan fungsi kawasan lindung di daerah hukum tersebut berlaku atau diterapkan
Rawa Arena (Tapuang, Tidore, Tona) di 5. Belum optimal akan kesadaran dalam
Kecamatan Tahuna Timur, yang melanggar implementasi dari suatu perencanaan dan
Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2014 pemanfaatan ruang
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Penegakkan hukum terkait dengan tata
(RTRW) Kabupaten Kepulauan Sangihe ruang pada prinsipnya agar supaya tidak ada
Tahun 2014-2034. pihak yang dirugikan dan agar semua pihak
4. Kabupaten Minahasa Selatan merasakan manfaat dari tata ruang tersebut.
1) Pembangunan Ruko di di kompleks Pemanfaatannya secara berkelanjutan demi
pertokoan pusat kota Amurang di kelangsungan hidup masyarakat, bangsa dan
Kelurahan Uwuran I Kecamatan negara. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya
Amurang, yang melanggar Peraturan alam didasari keyakinan bahwa kebahagiaan
Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang hidup dapat tercapai apabila didasarkan atas
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) keserasian, keselarasan dan keseimbangan baik
Kabupaten Minsel Tahun 2014-2034. dalam hidup manusia sebagai pribadi.
2) Perubahan fungsi kawasan budi daya Tujuan penataan ruang itu sendiri pada
(Lahan Sawah eksisting) di Tumpaan, intinya ialah untuk mewujudkan ruang wilayah
yang melanggar Peraturan Daerah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Rencana berkelanjutan berlandaskan wawasan
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Nusantara dan ketahanan nasional
Sulawesi Utara Tahun 2014-2034.9
Dari berbagai bentuk pelanggaran terhadap PENUTUP
tata ruang di Provinsi Sulawesi Utara 1. Kesimpulan
menunjukkan bahwa ada egosektoral dari pada a. Kewenangan daerah dalam tata ruang
tiap instansi yang melakukan pembangunan sudah diatur dalam Undang-Undang
tidak terintegrasi. Seharusnya kegiatan Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
perencanaan dan pembangunan baik dilakukan Ruang yang secara rinci dijabarkan dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
9
Hasil Temuan PPNS terkait dengan bentuk-bentuk
2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan
pelanggaran tata ruang di Provinsi Sulawesi Utara yang Ruang dimana daerah mempunyai
dilakukan oleh Pemerintah Daerah Swasta dan Yayasan, kewenangan melakukan penataan,
Hasil Audit Tahun 2013-2014

81
Lex Administratum, Vol. III/No. 4/Juni/2015

pengendalian dan penegakan hukum tata peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil
ruang. Kewenangan tersebut semakin (PPNS) Penataan Ruang dalam menindak
dipertegas dengan keluarnya Undang- pelaku pelanggaran tata ruang baik
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang perorangan maupun perusahaan swasta
Pemerintahan Daerah dimana serta instansi yang sengaja
kewenangan daerah telah menjadi memanfaatkan ruang tidak sesuai
kewenangan kongkuren yang dibagi dari dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
pemerintah pusat, sebelum keluarnya yang telah ditetapkan.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah, DAFTAR PUSTAKA
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara Soekanto Soerjono dan Sri Mamudji, 2006,
sudah memperinci kewenangan daerah Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun Singkat. Jakarta. Edisi Pertama Cetakan
2014 Tentang Tata Ruang Provinsi kesembilan.Raja Grafindo Persada. 2006.
Sulawesi Utara. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian
b. Upaya penegakan hukum tata ruang di Hukum, UI Press, Jakarta. 2007
lakukan dengan pembentukkan Penyidik Yunus Wahid, Pengantar Hukum Tata Ruang
Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Penataan Penerbit, Kenacna Prenadamedia Group,
Ruang dalam menegakkan hukum dan Jakarta 2014.
memberikan sanksi terhadap Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan
pelanggaran pemanfaatan ruang baik dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Edisi
pelanggaran administrasi, perdata, dan Pertama, BPFE, Yogyakarta
pidana sesuai dengan Undang-Undang Budihardjo, Eko, 1997, Lingkungan Binaan dan
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Tata Ruang Kota. Penerbit Andi. Yogyakarta
Ruang. Pembentukan Penyidik Pegawai Kusumaatmadja, Muchtar. 2003, Pengaturan
Negeri Sipil (PPNS) Penataan Ruang harus Hukum Masalah Lingkungan Hidup Manusia:
diperkuat dengan kemandirian Beberapa Pikiran dan Saran. Cetakan
penegakan hukum terutama dalam Kesembilan Binacipta. Bandung
memproses semua temuan-temuan yang Muchsin, Imam Koeswahyono, 2008, Aspek
didapatkan dilapangan. Dengan Kebijaksanaan Hukum Penatagunaan Tanah
kemandirian Penyidik Pegawai Negeri Dan Penataan Ruang, Cetakan Pertama.
Sipil (PPNS) Penataan Ruang maka akan Sinar Grafika. Jakarta
tercapai penegakan hukum yang mandiri Ridwan HR, hukum Administrasi Negara, FT,
ditunjang dengan proses penyelesaian Raja Grafindo, Jkarta, 2008
perkara yang cepat dan biaya ringan, hal Rangkuti, Sri Sundari, 2000, Hukum Lingkungan
ini juga sejalan dengan prinsip-prinsip Dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional.
hukum dalam penyelesaian perkara Edisi Kedua Airlangga University Press.
sesuai dengan apa yang diatur dalam Surabaya
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
Tentang Kekuasaan Kehakiman.

2. Saran
a. Perlu dilakukan penyuluhan secara terus
menerus agar terjadi sinkronisasi
terhadap berbagai peraturan tata ruang
di Provinsi Sulawesi Utara untuk
mencegah terjadinya tumpang tindih dan
tarik menarik kewenangan antara
pemerintah pusat dan provinsi dalam
pemanfaatan ruang.
b. Untuk terwujudnya penegakan hukum
tata ruang perlu dioptimalisasi akan

82

Anda mungkin juga menyukai