PEMBAHASAN
Sebagai perwujudan dari sikap dan sifat di atas, maka sebagai pejabat
hukum, hakim harus memiliki etika kepribadian, yakni:
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Menjunjung tinggi citra, wibawa, dan martabat hakim;
c. Berkelakuan baik dan tidak tercela;
d. Menjadi teladan bagi masyarakat;
e. Menjauhkan diri dari perbuatan asusila dan kelakuan yang dicela
oleh masyarakat;
f. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat hakim;
g. Bersikap jujur, adil, penuh rasa tanggung jawab;
h. Berkepribadian, sabar, bijaksana, berilmu;
i. Bersemangat ingin maju (meningkatkan nilai peradilan);
j. Dapat dipercaya; dan
k. Berpandangan luas.
Selain itu, Mahkamah Agung bersama dengan Komisi Yudisial pada
tahun 2009 telah membentuk Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim yang
merupakan pegangan bagi para Hakim seluruh Indonesia serta Pedoman
bagi Mahkamah Agung RI dan Komisi Yudisial RI dalam melaksanakan
fungsi pengawasan internal maupun eksternal. Prinsip-prinsip dasar Kode
Etik dan Pedoman Perilaku Hakim diimplementasikan dalam 10 (sepuluh)
aturan perilaku sebagai berikut: Berperilaku Adil, Berperilaku Jujur,
Berperilaku Arif dan Bijaksana, Bersikap Mandiri, Berintegritas Tinggi,
Bertanggung Jawab, Menjunjung Tinggi Harga Diri, Berdisplin Tinggi,
Berperilaku Rendah Hati, dan Bersikap Profesional.
f. Hakim dan hakim konstitusi wajib menaati kode etik dan pedoman
perilaku hakim (Pasal 5 ayat (3) UU No. 48 Tahun 2009).
Setiap dugaan pelanggaran kode etik dan/atau pedoman profesi hakim yang
dilaporkan oleh siapapun juga wajib diteliti lebih lanjut untuk memeriksa laporan
mengenai dugaan pelanggaran. Adapun tahapan-tahapan pemeriksaan dugaan
pelanggaran kode etik dan/atau pedoman perilaku hakim terdiri dari:
1. Pemeriksaan oleh Tim Pemeriksa Komisi Yudisial
Dalam rangkamelakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran
perilaku hakim, Tim Pemeriksa KY melakukan hal-hal berikut ini:
a. Melakukan verifikasi terhadap laporan;
b. Melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran;
c. Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari Hakim yang
diduga melanggar pedoman kehormatan, keluhuran martabat, serta
perilaku Hakim untuk kepentingan pemeriksaan;
d. Melakukan pemanggilan dan meminta keterangan dari saksi; dan
e. Menyimpulkan hasil pemeriksaan.
(Pasal 22A ayat (1) Undang-Undang Nomor Nomor 18 Tahun 2011 tentang
KY)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa memiliki tahapan
yang terdiri dari:
a. Pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman
Perilaku Hakim dilakukan dengan terlebih dahulu meminta klarifikasi
terhadap Hakim yang diduga melakukan pelanggaran dalam jangka
waktu paling lama 14 (empat belas) hari sejak diterimanya pemanggilan,
dimana setiap pemeriksaan harus dibuatkan berita acara pemeriksaan
yang disahkan dan ditandatangani oleh terperiksa dan pemeriksa.
b. Hasil pemeriksaan atas dugaan pelanggaran Kode Etikdan/atau Pedoman
Perilaku Hakim dapat menyatakan bahwa dugaan terbukti ataupun tidak
terbukti. Jika dugaan terbukti, maka KY dapat mengusulkan penjatuhan
sanksiterhadap Hakim yang diduga melakukanpelanggaran kepada
Mahkamah Agung.
(Pasal 22B – 22D ayat (1) Undang-Undang Nomor Nomor 18 Tahun 2011
tentang KY)
2. Pemeriksaan oleh Majelis Kehormatan Hakim
Majelis Kehormatan Hakim dapat dikatakan sebagai forum pembelaan
diri bagi hakim yang akan diusulkan tim pemeriksa KY ataupun MA untuk
diberhentikan sementara ataupun diberhentikan dengan tidak hormat
berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan oleh tim yang
bersangkutan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Majelis Kehormatan Hakim
dibentuk apabila Ketua MA dan Ketua KY menerima laporan hasil
pemeriksaan yang mengusulkan agar hakim terlapor dijatuhi sanksi
pemberhentian yang termasuk ke dalam kategori sanksi berat.
Keanggotaan Majelis Kehormatan Hakim terdiri dari 3 orang hakim
agung dan 4 orang anggota Komisi Yudisial. Adapun langkah-langkah untuk
melakukan pemeriksaan oleh Majelis Kehormatan Hakim antara lain sebagai
berikut:
a. Penetapan Majelis Kehormatan Hakim melalui penetapan bersama antara
Ketua MA dan Ketua KY;
b. Majelis yang telah ditetapkan wajib mempelajari dengan seksama hasil
pemeriksaan yang diberikan oleh tim pemeriksa;
c. Majelis menetapkan hari sidang dan memerintahkan kepada Sekretaris
Majelis untuk memanggil hakim terlapor agar hadir untuk membela diri
pada hari sidang yang telah ditetapkan dengan membawa surat-surat dan
saksi-saksi yang dianggap perlu. Panggilan harus sampai pada hakim
terlapor paling lama 3 hari kerja sebelum hari sidang.
d. Pemeriksaan dalam persidangan dengan mendengarkan keterangan dari
hakim terlapor serta memeriksa bukti dan saksi yang diajukannya.
e. Keputusan harus dibacakan paling lama 14 hari kerja sejak Majelis
dibentuk.
f. Keputusan diserahkan kepada Ketua MA dan Ketua KY paling lama 7
hari kerja sejak tanggal pemeriksaan selesai.
(Keputusan Bersama Ketua MA dan Ketua KY tentang Tata Cara
Pembentukan, Tata Kerja, dan Tata Cara Pengambilan Keputusan Majelis
Kehormatan Hakim).
3. Pemeriksaan Bersama
Pemeriksaan bersama adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
satu tim pemeriksa yang merupakan tim gabungan yang dibentuk bersama
oleh MA dan KY untuk melakukan pemeriksaan guna mendapatkan
keyakinan terbukti atautidaknya suatu pelanggaran. Pemeriksaan bersama
diatur di dalam Peraturan Bersama Ketua MA dan Ketua KY tentang Tata
Cara Pemeriksaan Bersama.
Pemeriksaan bersama dilakukan dalam hal terjadi perbedaan pendapat
antara MA dan KY mengenai usulan KY tentang hasil pemeriksaan dan/atau
penjatuhan sanksi ringan, sedang. berat selain sanksi pemberhentian dengan
hormat dan pemberhentian tidak dengan hormat. Selain itu, pemeriksaan
bersama dapat pula dilakukan dalam hal:
a. terdapat laporan yang sama yang diajukan atau ditembuskan kepada MA
dan KY;
b. diketahui terdapat satu permasalahan sama yang masih dilakukan
pemeriksaan oleh MA atau KY; atau
c. terdapat informasi dan/atau laporan yang menarik perhatian publik dan
masing-masing Lembaga memandang perlu untuk melakukan
pemeriksaan bersama.
Tata cara pemeriksaan bersama diatur di dalam Pasal 5 - 8 Peraturan
Bersama MA dan KY tentang Pemeriksaan Bersama, yang pada pokoknya
adalah sebagai berikut:
a. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan dari Tim Pemeriksa KY,
dugaan dinyatakan terbuti, maka KY mengusulkan sanksi terhadap hakim
terlapor kepada MA;
b. Jika MA tidak sependapat mengenai usulan sanksi yang seharusnya
dijatuhkan, maka MA dapat menyampaikan pendapatnya kepada KY
paling lama 30 hari kerja sejak usulan diterima.
c. Apabila KY tidak sependapat juga dengan MA, maka KY dapat
mengusulkan untuk dilakukannya pemeriksaan bersama paling lama 30
hari kerja sejak pendapat MA diterima. Jika KY tidak mengusulkan
pemeriksaan bersama dalam jangka waktu itu, maka KY dianggap
menyetujui pendapat MA.
d. Apabila ada usulan pemeriksaan bersama, maka tanggapan harus
disampaikan paling lama 14 hari kerja sejak sampainya usulan.
e. Kemudian dibentuklah tim pemeriksa yang terdiri dari 2 orang anggota
MA dan 2 orang anggota KY, dimana tim ini akan memeriksa laporan
hasil pemeriksaan dari tim pemeriksa KY untuk memastikan apakah
sudah sesuai dengan kaidah-kaidah pemeriksaan.
f. Dalam hal laporan dari tim pemeriksa KY tidak sesuai dengan kaidah
pemeriksaan, maka tim pemeriksa akan melakukan pemeriksaan
lapangan.
g. Pemeriksaan harus selesai dalam jangka waktu 30 hari sejak penetapan
tim pemeriksa.Kesimpulan dan rekomendasi dari tim pemeriksa bersama
diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat tim.
h. Tim pemeriksa memberikan hasil kesimpulan dan rekomendasi kepada
MA agar bisa dilaksanakan oleh MA.
Dalam hal terjadi penyimpangan atas kode etik yang dapat dikategorikan
sebagai perbuatan pidana, maka dalam hukum pidana kita dapati ketentuan-
ketentuan yang mengatur perbuatan tercela dan dinyatakan sebagai perbuatan
yang melanggar hukum. Dan hal tersebut diatur didalam Pasal 210, Pasal 420 ayat
(1) dan (2) serta Pasal 418 KUHP.