BAB 1 PENDAHULUAN
Kepemimpinan dalam arti luas sering diartikan sebagai usaha seseorang untuk
mengarahkan serta memengaruhi orang lain dalam suatu kelompoknya untuk mencapai
tujuan bersama. Dimana bertugas pula dalam pembagian program kerja guna tercapai
suatu efektivitas dalam pelaksanaan kegiatan, serta dapat juga memberikan wewenang
Dulu pemimpin sering kali dikaitkan dengan orang yang punya kuasa,yang bisa
dapat menunjang apa yang menjadi kehendak orang tersebut. Dimana gambaran seorang
pemimpin apalagi dalam memimpin suatu negara dikonotasikan negatif seperti orang
yang bisa melakukann segala cara demi tercapai tujuan sendiri maupun kelompok
maupun kelompoknya yang jarang sekali berita kebaikan seorang pemimpin negara
terdengar oleh publik,yang paling sering terdengar adalah beberapa kebijakan yang
diambil oleh pemimpin negara yang dianggap tidak sesuai dengan keadaan negara
seorang pemimpin negara mulai hilang dengan munculnya figur-figur pemimpin negara
yang berpihak pada rakyatnya,mau menampung keluh kesah rakyatnya serta membuat
Dengan penjabaran yang ada diatas tadi maka dalam periode 1990-2019 mulai
bermunculan figur pemimpin negara yang begitu disegani oleh rakyatnya maupun
negara lain karena mempunyai cirikhas atau style tersendiri dalam memimpin
negaranya. Yang mana karena cirikhas maka para pemimpin negara tersebut dapat lebih
dikenal oleh masyarakat negara lain yang bahkan dijadikan contoh dalam memimpin
negara.
atau lebih dikenal dengan sebutan “Gus Dur”, beliau dikenal karena bisa menumbuhkan
rasa toleransi diantara umat beragama yang ada di Indonesia, karena jasa beliau maka
Ada pula contoh seperti presiden Afrika Selatan yaitu Nelson Mandela. Beliau
begitu dicintai oleh rakyat Afrika Selatan, serta masih banyak lagi tokoh pemimpin
sekarang sudah lebih cerdas dapat menentukan sikap bangsanya sendiri maka pola
kepemimpinan yang cenderung totaliter maupun otoriter harus dihapuskan dalam sistem
kepemimpinan suatu bangsa karena sudah tidak sejalan dengan pola pemikiran
Sahfutra, Surya Adi. “Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur Untuk Kesetaraan dan Kerukunan”.
1. Latar Belakang
Pemimpin pada era sekarang dituntut harus bisa memahami bagaimana yang
diinginkan oleh rakyatnya dengan harapan bangsa dan negara yang dipimpinnya dapat
Tidak hanya disegani karena punya alutsista persenjataan lengkap, tidak hanya
karena punya negara cengkraman yang banyak tidak pula hanya karena punya
pangkalan militer yang hebat dan punya pasukan tempur yang sanggup menghancurkan
suatu negara. Lebih dari semua alasan itu masyarakat pada era sekarang ini
menginginkan negara disegani karena kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
bagi segala bangsa tanpa memandang bagaimana dia, apa agamanya, apa sukunya, apa
warna kulitnya. Serta bisa merangkul semua golongan masyarakat karena suatu negara
berdiri tidak karena hanya oleh satu kelompok atau satu golongan tetapi semua suku dan
golongan
Oleh karena kehadiran pemimpin yang bisa memenuhi kriteria seperti yang
dijabarkan diatas sangat dinanti karena diharapkan seluruh elemen masyarakat dapat
pula mendapat dampak positif dari kebijakan yang diambil oleh pemimpin tersebut
beserta seluruh jajarannya. Maka dari itu diera sekarang dibutuhkan pemimpin yang
visioner yang mau memikirkan masa depan bangsanya. Yang menyiapkan pondasi
dalam kepemimpinannya dulu untuk dijadikan pijakan untuk melihat bagaimana kelak
bangsa dan negara menghadapi persaingan secara global, yang tidak menata bangsa
negaranya untuk beberapa tahun tapi untuk beberapa puluh tahun kedepan agar anak
cucu kita dapat pula melihat kemajuan yang nantinya dapat diteruskan oleh generasi-
Syarat pemimpin sekarang supaya dapat dicintai oleh rakyatnya adalah selain
beberapa kriteria diatas adalah bisa merakyat karena masyarakat ingin ada kehadiran
pemimpin karena dengan begitu itu menunjukkan suatu bentuk kepedulian pemimpin
kepada masyarakat yang dipimpinnya dan juga merupakan wujud nyata bahwa
sebenarnya tidak ada jarak antara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpinnya.
2. Biografi Gusdur
Beliau adalah tokoh yang bisa dibilang fenomenal bahkan tidak hanya di Indonesia
saja tetapi juga di mancanegara karena gagasannya yang sangat maju pada masa itu
yang bahkan orang-orang pada masa itu belum memikirkan sampai sejauh apa yang
dipikirkan oleh Gus Dur. Lelaki yang mempunyai nama lengkap KH. Abdurrahman
Wahid atau yang biasa dikenal dengan sebutan Gus Dur adalah cucu dari seorang kyai
yang sangat terkenal yang juga merupakan pahlawan nasional yaitu pendiri Organisasi
Islam terbesar di Indonesia yaitu KH.Hasyim Ashari yang juga putra dari kyai terkenal
jawa timur yaitu KH. Wahid Hasyim lahir dikota Jombang Jawa Timur pada tanggal 04
agustus 1940. Adalah suami dari Nyai Haji Sinta Nuriya yang selama pernikahannya
Gus Dur waktu kecil belajar pertama kali pada sang kakek KH. Hasyim Asyari.
Ia diajari mengaji dan membaca al-Qur’an sat serumah dengan kakeknya. Karena itulah
saat usia lima tahun ia telah lancar membaca al-Qur’an. Lalu ketika ayahnya pindah ke
Jakarta, di samping belajar formal di sekolah, Gus Dur masuk juga mengikuti les privat
Bahasa Belanda yang guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang Jerman yang telah
masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk menambah pelajaran
Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan musik klasik yang biasa dinikmati
oleh orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gu Dur dengan dunia Barat dan dari
sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai musik klasik.
Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuanya untuk belajar di
Yogyakarta. Pada tahun 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama)
Gowongan, sambil mondok di pesantren Krapyak. Sekolah ini meskipun dikelola oleh
sekolah ini pula pertama kali Gus Dur belajar Bahasa Inggris. Karena merasa terkekang
Gus dur sejak muda mempunyai hobi yang unik diantara teman seumurannya
yaitu beliau gemar menulis yang karena hobinya tersebut beliau berhasil memenangkan
lomba karya tulis dan beliau mendapat hadiah dari pemerintah.Selain itu beliau juga
memiliki hobi membaca, beliau sanggup untuk membaca buku yang tebal yang
diantaranya adalah buku karangan penulis terkenal yang bahan bacaannya berat. Saat
memasuki sekolah menengah pertama, hobi membaca gus dur semakin mendapat
dukungan dari lingkungan nya. Beliau sanggup untuk membaca seluruh buku yang ada
Setelah lulus dari SMEP Gus Dur melanjutkan belajarnya di Pesantren Tegarejo
Magelang Jawa Tengah yang diasuh oleh K.H. Chudhari, sosok kyai yang ramah, soleh
dan guru dicintai. Kyai Chudhari inilah yang memperkenalkan Gus Dur dengan ritus-
Biografi Gusdur
Jika membahas tentang teladan dari KH.Abdurrahman Wahid atau dikenal dengan
Gus Dur yang banyak diteladani dari beliau adalah sikap pluralis yang beliau tunjukkan
kepada seluruh elemen masyarakat. Beliau tidak pernah memandang seorang itu lebih
politik ataupun tidak pernah memandang apa warna kulitnya maupun sukunya. Beliau
ingin meneladani sifat tuhan yang tidak pernah membeda-bedakan dalam memberi
terhadap perintahnya dan melanggar larangannya. Sikap itulah yang coba diterapkan
Sebab beliau tahu bahwa kondisi bangsa Indonesia yang seperti karena bangsa
Indonesia adalah satu-satunya negara yang dimana satu negara menampung ribuan
orang lain untuk seperti kita,seperti budaya kita. Gus Dur paham betul akan hal itu maka
berbangsa dan bernegara dengan cara memberi teladan bahwa semua makhluk sama
disisi tuhan, tidak ada yang bisa membeda-bedakan kedudukan manusia disisi tuhannya
Konsep pluralisme Gus Dur sangat sesuai dengan sila-sila yang ada di Pancasila,
beliau mencoba untuk menerapkan sila-sila dalam pancasila yang salah satunya adalah
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia yang selama ini sila itu
hanyalah angan belaka karena faktanya yang terjadi selama ini banyak sekali terjadi
ketimpangan sosial dalam masyarakat yang imbasnya membuat masyarakat saling ada
jarak pemisah namun semua jarak itu coba untuk dihilangkan oleh Gus Dur dengan
Gus Dur tahu betul bagaimana untuk menghargai serta menghormati orang lain
dengan tingkah laku yang sopan santun, welas asih yang membuat nyaman orang-orang
yang didekatnya. Beliau sangat paham bagaimana menjaga harkat martabat orang lain
dengan cara menghargai hak-hak kelompok lain tanpa harus menghakimi orang itu
Saat orang mulai mengabaikan hak-hak orang lain yang terkadang mencela hak
serta pilihan orang lain, beliau memberi teladan bahwa setiap manusia punya hak atas
hidupnya sendiri. Beliau tidak pernah seolah menjadi hukum yang bisa menilai baik
Gus Dur benar-benar hadir bagi orang-orang yang merasa terhina untuk
membantu mereka agar segera bangkit dengan memberi pengertian bahwa hidup mereka
juga berguna,tidak ada hal didunia ini yang diciptakan dengan sia-sia semata
Makna Islam dalam pandangan Gus Dur tidak terletak pada simbol-simbol yang
melekat dibadan, lebih dari itu Islam hadir untuk menjawab segala kegelisahan semua
umat beragama melalui pengamalan ayat demi ayat yang ada dikitab suci Al-Qur’an
Begitulah sosok Gus Dur bahkan kepada orang yang memusuhinya beliau tetap
berbuat baik tidak pernah memandang bagaimana masa lalu orang itu bahkan tidak akan
ragu untuk membantu jika bisa. Gus Dur lebih peduli akan nasib bangsanya dari pada
Akan tetapi, dia seorang pemikir liberal, seorang pemimpin organisasi Islam
merupaka cucu dari pendiri NU (Nahdlatul ‘Ulama) yaitu Hasyim Asy’ari maka
tidaklah heran bahwa tingkat keagamaan islmnya sangat kuat.Maka dari itu Gusdur
sedemikian rupa, bahwa hubungan agama dan Negara, merupakan suatu bidang kajian
yang sangat penting sebagai gejala sosial. Hubungan tersebut merupakan cermin dalam
dikatakan bahwa:
Islam tidak mengenal doktrin tentang negara. Dalam soal bentuk negara,
menurutnya tidak mempunyai aturan baku. Hal ini bergantung negara bersangkutan
apakah mau menggunakan model demokrasi, teokrasi atau monarchi. Hal yang
Ketiga, adanya jaminan kebebasan Dalam pembukaan UUD 1945 terdapat doktrin
tentang keadilan dan kemakmuran. Tak ada pula doktrin bahwa negara harus
aturan). Islam tidak mengenal konsep pemerintahan yang defenitif sehingga etik
tidak konsisten, terkadan memakai Istikhlaf, Bay'ah, ataupun Ahlu al-Halli wa al-
Aqdi. Apa yang menjadi keinginan Gusdur untuk tidak memformalkan Islam
sebagai ideologi dan acuan dalam negara sejalan dengan keinginan sebahagian
negara yang dimotori oleh Gusdur dan paling tidak karena dua hal yaitu: Pertama,
Islam adalah agama Fitriah Sepanjang suatu nilai tidak bertentangan dengan
ketika Islam diterima oleh masyarakat,ia tidak harus menganti nilai-nilai yang
fungsionalnya, bukan dari normal formal eksistensinya, negara Islam atau bukan.
perbedaan dalam masyarakat yang meliputi perbedaan agama, ras, kelompok, suku
budaya, dan adat istiadat. Dalam membicarakan pluralisme, Gusdur tak jarang
menghubungkannya dengan agama, karena agama inilah yang sering dimanfaatkan oleh
mayoritas dalam menindas dan menekam secara diam-diam kaum minoritas. Pandangan
Gusdur terhadap pluralisme tercermin pada sikapnya yang membela minoritas dan non
muslim dan melakukan kerjasama dengan siapa saja secara terbuka, baik dengan
minoritas lain yang sering dibela Gusdur adalah penganut Konghucu, kendati negara
tidak mengakui keberadaan negara ini khususnya pada masa ode baru tapi Gusdur tetap
membelahnya sebagai hak pribadi terhadap suatu keyakinan tentang kebenaran ajaran
yang dianut. Pembelaan dan pengakuannya terhadap hak minoritas ini merupakan
wujud nyata dari tanggung jawab sosial kebangsaan dan praktek demokrasi.Yang
Inggris.Pribumisasi Islam lahir dalam konteks perhatian Gusdur untuk tidak menjadikan
berbeda dengan sebahagian komunitas gerakan Islam pemurnian, para pencari "Islam
Susila , Alif Pratama. “Studi Analisis Terhadap Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Agama”.
Asmara , Musda. 2017. “Islam dan Pluralisme Dalam Pembangunan Politik di Indonesia”
Indonesia
Indonesia ke empat setelah menang dalam Pemilu pada bulan Oktober 1999. Setelah
Nasional, ini adalah kabinet koalisi yang meliputi anggota berbagai partai politik antara
lain PDIP,PKB, Golkar, PPP, PAN, dan Partai Keadilan (PK), non partisan dan juga
TNI juga ada dalam kabinet tersebut. Kabinet ini lahir di era krisis yang multi dimensi.
Kabinet ini diharapkan dapat menjadi Kabinet pertama dalam membangun tradisi
Pasca kejatuhan rezim Orde Baru pada 1998, Indonesia mengalami ancaman
opsi referendum otonomi dan bukan kemerdekaan seperti referendum Timor Timur.
Pendekatan yang lebih lembut terhadap Aceh yang dilakukan Abdurahman Wahid
Netralisasi Irian Jaya, dilakukan Abdurahman Wahid pada 30 Desember 1999 dengan
nama Papua.
Pada pemerintahan Abdurahman Wahid lah, pembicaraan damai antara Gerakan Aceh
menempuh cara-cara penyelesaian yang lebih simpatik: mengajak tokoh GAM duduk
satu meja untuk membahas penyelesaian Aceh secara damai. Pada masa pemerintahan
Abdurahman Wahid pula, untuk pertama kalinya tercipta Jeda Kemanusiaan. Selain
usaha perdamaian dalam wadah NKRI, Abdurahman Wahid disebut sebagai pionir
penerangan ini merupakan alat bagi Presiden Soeharto untuk mengekang kebebasan
semakin terjamin. Departemen Koperasi dan Pengusaha Kecil Menengah (PKM), yang
kementerian non portofolio alias menteri negara. Keadaan ini berlangsung sampai
sekarang.
jalan bagi etnik Tionghoa untuk menghidupkan budaya tradisional mereka. Masyarakat
Tionghua diberikan kebebasan untuk merayakan Tahun Baru Imlek, dan ini dibuktikan
sampai sekarang Tahun Baru Imlek tetap dirayakan masyarakat Tionghua. Dalam tahun
2000 itu juga Abdurahman Wahid mengumumkan Tahun Baru Imlek sebagai hari libur
nasional. Dengan demikian maka etnis Cina atau Tionghoa yang selama kekuasaan
hal itu dikarenakan semasa hidup nya Abdurahman Wahid selalu membela kaum
minoritas dan sangat anti dengan yang namanya kekerasan dan ketidak adilan. Bahkan
dengan gagahnya Abdurahman Wahid berani meresmikan agama baru yaitu Konghucu
menjadi agama resmi di Indonesia. Sebelumnya selama puluhan tahun, penganut Kong
terhadap agama Konghucu juga di awali di masa Orde Baru dengan terbitnya Inpres
yang bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia yang belum pulih dari
Indonesia yang relatif lebih stabil dari pemerintahan Habibie. Selama pemerintahan
presiden Abdurrahman Wahid telah membuktikan kepada dunia luar, bahwa Indonesia
Setiawan , Eko. “Konsep Teologi Pluralisme Gus Dur dalam Meretas Keberagaman di Indonesia” .
Naim , Abu. 2014. “Tipologi Kepemimpinan Politik Gus Dur”. Jurnal pendidikan Komuikasi dan
kebijakan Gus Dur yang cukup visioner, seperti pembubaran Departemen Penerangan
dan Departemen Sosial, membuka hubungan dagang dengan Israel, Pemisahan TNI-
seringnya melakukan kunjungan ke luar negeri, serta seringnya konflik Internal PKB.
sikap kharismatik yang dimilikinya, namun Gus Dur tidak pernah melakukan tekanan
sikapnya yang terlalu berani (courage) serta kemauan kuatnya (passion) dalam
pembenaran pribadi yang kuat oleh Gus Dur sehingga menjadi egoisme politik yang
kemudian mengarah pada kebijakan yang kontroversial. Kharisma yang dimiliki Gus
Dur justru tidak dapat menjadi motivasi bagi para bawahanya untuk melaksanakan
tugas. Kepercayaan diri yang terlalu kuat itulah yang mengarahkan pada kesimpulan
bahwa pola komunikasi yang dibangun oleh Gus Dur lebih cenderung ke arah pola
komunikasi dalam kehidupan tradisonal pesantren, yaitu pola kharismatik seorang santri
terhadap kiainya, dan dalam hal ini Gus Dur menempatkan dirinya sebagai seorang kiai
yang harus selalu dipatuhi. Hal ini lah yang telah membuat Gus Dur harus merelakan
1. Kesimpulan
cara dalam memimpin negaranya. Tapi Gus Dur menunjukkan hal lain dalam
memimpin negara Indonesia kala itu. Beliau hadir bukan sebagai Presiden tapi dia hadir
sebagai bapak bangsa yang bisa mengayomi semua golongan. Beliau tidak pernah
Karena hal itulah Gus Dur menjadi teladan bagi bangsa indonesia maupun
pemimpin negara lain karena beliau mampu merangkul semua golongan. Beliau selalu
ingin membangun pondasi perdamaian di setiap sisi kehidupan berbangsa. Atas alasan
itu Gus Dur menjadi sosok yang dicintai oleh rakyatnya tanpa terkecuali.
2. Saran
Semoga dengan kemajuan zaman yang seperti sekarang ini diharapkan akan
hadir sosok pemimpin yang arif dan bijaksana serta merakyat dan mempunyai visi besar
untuk membawa kemajuan bagi bangsa dan negaranya. Yang tidk hanya memikirkan
dirinya sendiri maupun golongannya. Yang kelak bisa menjadi teladan bagi generasi
penerus untuk bisa membawa bangsa dan negara bersaing dalam segi ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Arif , Syaiful. Gus Dur dan Ilmu Sosial Transformatif. Edisi pertama.
DAFTAR PUSTAKA
Wahid, Abdurrahman. 2009. Ilusi Negara Islam. Jakarta : The Wahid Institute.
Wahid, Abdurrahman. 2006. Islamku Islam Anda Islam Kita. Jakarta : The Wahid
Institute.
Arif, Syaiful. 2009. Gus Dur dan Ilmu Sosial Transformatif. Depok : Koekoesan.
Abu Naim. 2014. Tipologi Kepemimpinan Politik Gus Dur. Volume VI Nomor 1: 1-20.
Luk Luk Nur Mufidah. 2015.Pemikiran Gus Dur Tentang Pendidikan Karakter dan
Surya Adhi Sahfutra. Gagasan Pluralisme Agama Gus Dur Untuk Kesetaraan Dan
Alif Pratama Susila. 2017. Studi Analisis Terhadap Pemikiran Abdurrahman Wahid
Zainal Abidin. 2012. Pemikiran Abdurrahman Wahid Tentang Islam Dan Pluralitas.
11 juni 2019).
Usman. 2008. Pemikiran Kosmopolit Gus Dur Dalam Bingkai Penelitian Keagamaan.
Paisun. 2015. Memahami Islam Ala Gus Dur. Volume 8 Nomor 1:146-148.
Musda Asmara. 2017. Islam dan Pluralisme Dalam Pembangunan Politik di Indonesia.
Eko Setiawan. 2017. Konsep Teologi Pluralisme Gus Dur dalam Meretas
PERSENTASE PENILAIAN