Anda di halaman 1dari 10

99 Keistimewaan Gus Dur

Sosok Gus Dur yang sangat fenomenal tentunya bukan hal biasa untuk kita
pelajari bersama, perjalanan kehidupannya. Sosok yang mudah mengenal
dan dikenal menjadi awal dari perjalanan kita memahami beliau, tidak ada
dalam kaidah Gus Dur untuk mencari popularitas hanya dengan bertindak
atau mengeluarkan pernyataan “asal beda”. Apa yang terlihat kontroversial
dari Gus Dur sesungguhnya tetap dalam kerangka memperjuangkan
kepentingan umat.

Beliau menjadi sosok yang patut dihargai, dihormati dan layak diminati
pandangan, pendapat serta nasehatnya. Sehingga tidak ada istilah memutus
silaturahmi dalam perjalanannya, melainkan mengajak dan menganjurkan
kita untuk menyambung silaturahmi. Hal ini akan membawa kita pada ikatan
yang saling belajar dan memberikan pelajaran, selain itu berani dalam
menghadapi tantangan. Risiko harus hidup ‘sendirian’, hiduplah sebagai
orang yang mulia dan matilah sebagai syahid. Terus bergerak menjadi acuan
dalam kehidupannya, sehingga memori dan ingatannya sangat tajam akan
pengetahuan.

Pribadi rendah hati menjadi bukti indahnya perangainya seorang Gus Dur,
beliau mudah ditemui oleh siapapun, dekat dengan wartawan dan media,
sebagai wujud dari terbukanya beliau dalam membagi dan mengajak
masyarakat untuk taat kepada Allah SWT dan menjadi manusia yang
bermanfaat bagi sesama.

Selain itu, pribadi rendah hati ini juga beliau wujudkan ketika suatu masalah
beliau hadapi (dipandang sebelah mata, dicibir bahkan dicemooh, pada
akhirnya terbukti kebenarannya setelah sekian lama berlalu. Semua beliau
hadapi dengan kesabaran, ketulusan, kearifan. Kritik-kritik Gus Dur selalu
bersifat positif dan konstruktif karena dilaksanakan dengan niat yang tulus
demi menegakkan kebenaran. Jika kita mengingat beliau sosok yang akrab
dengan nyleneh dan berbau goyon (canda), tetapi sangat mengena pada
sasaran.

Sedikit kita mengutip kuots yang diungkapkannya “Agama mengajarkan


pesan-pesan damai. Tapi ekstrimis memutar balikannya. Kita butuh
Islam ramah, bukan Islam marah.”

Dalam kapasitasnya sebagai tokoh yang merakyat dan memiliki pemikiran


yang cerdas, nalarnya tajam, naluri tanggung jawab sosial yang sangat
besar, beliau kerap kali didatangi oleh calon-calon pemimpin dan
mengorbitkan tokoh. Beliau sangat jeli pengamatannya dalam melihat bakat
dan potensi ketokohan seseorang pemimpin di masa depan, hingga beliau
diberikan gelar kyai langitan karena sering dimintai pendapat dan
nasehatnya.

Gus Dur juga memiliki jiwa yang penuh toleransi dan semangat
penghormatan terhadap siapapun, terlebih mereka yang tertindas dan
terzhalimi, dalam sebuah kitab Ibn Taymiah Majmu Fatawa-nya, disebutkan
sesungguhnya Allah menegakkan negara yang adil meskipun negara itu kafir
dan tidak menegakkan negara yang zalim meskipun negara itu muslim.

Istilah membela kebenaran tanpa kompromi, pandangannya dalam berbagai


masalah kemasyarakat dan kebangsaannya bersifat universal, holistic dan
integral. Beliau akan membela kepentingan kelompok dari pada kepentingan
pribadi. Ini beliau wujudkan dalam kehidupan sehari-hari, dimana
perilakunya yang unik dan khas (gaya berpakaian yang ditunjukkannya
sederhana apa adanya), berikut adalah kouts yang beliau sampaikan ketika
kepentingan pribadi beliau singkirkan, dan mendahulukan kepentingan
umum.

“Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya.


Merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan
menistakan penciptanya.”

Seperti yang telah diungkap di atas sosok Gus Dur yang sangat sense of
Humor, tak lekang dari ingatan kita kata-kata yang beliau ucapkan “gitu aja
kok repot”, sudah menjadi tred mark Gus Dur. Selain itu jiwa pluralis juga
beliau miliki, pemahaman pluralisme yang mengajarkan kesadaran akan
adanya kemajemukan dalam kelompok kelompok umat manusia. Sehingga
toleran menjadi kunci dalam pergaulan hidup antar sesama umat
beragama.

Pengalamannya dalam kehidupan tidak hanya beliau utarakan dalam


keilmuan melainkan juga dalam menegakkan kebenaran. Jika kita mengenal
istilah kebenaran itu pahit adanya. Namun harus tetap ditegakkan, membuat
Gus Dur adalah sosok yang sangat disegani oleh para koruptor. Sikap tegas
dalam menyuarakan perang terhadap korupsi itu menjadikan amat
diperhitungkan dan ditakuti. Ide ini beliau wujudkan ketika menaikkan gaji
PNS pada masa lalu itu memberikan inspirasi kepada pemerintah untuk
memperharikan masalah kepegawaian hingga saat ini.

Perjalanan beliau menjadi pimpinan organisasi dunia, pandangan dan


pemahaman keagamaan yang luas dan mendalam disertai pencerminan
nilai-nilai rahmat antar sesama manusia. Nilai kasih sayang terhadap
sesama, sangat beliau unggulkan. Karena organisasi adalah wadah dalam
ukhuwah untuk menjalin kerjasama dalam merealisasikan visi dan misi yang
telah dibangun bersama. Hal ini beliau wujudkan dengan memprakasai
forum-forum penting, forum demokrasi (fordem), hingga ia mendeklarasikan
“Islam for peace”. Mendirikan juga the wahid institut. Untuk
menyosialisasikan gagasan dan pemikiran tentang agama, demokrasi dan
nilai-nilai kemanusiaan.

Sosok intelektual dalam membangun pribadi, rendah hati membuat mereka


berpegang teguh bahwa pelajaran dari mana pun adanya, marilah kita ambil
bersama, tanpa melihat siapa yang menyampaikannya.

Perjalanan selanjutnya adalah kepiawaian beliau dalam memilah milah


persoalan. Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan, terus berkarya
dan bekerjalah yang membuat kita berharga. Sikap -sikap yang konsisten
ada dalam diri beliau antara lain: sangat pemaaf, tawadu, istiqamah dalam
kebenaran (inilah yang membuat pandangan beliau tentang politik
berlandaskan nilai-nilai kebenaran sejati, bukan kepentingan kekuasaan
atau kepentingan pragmatis lainnya.

Sosok Gus Dur yang jenius ini, juga sering berkontemplasi (khalwah) untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Kebiasaan positif yang membuat Gus Dur
seperti memiliki indera keenam yang kuat dan tajam. Hatinya memiliki
kepekaan yang sangat tinggi, sehingga sikap dan tindakannya senantiasa
keluar dari kekuatan hati nurani. Banyak misteri yang ada di dalam dirinya.
Ia menyebut misteri keempat yang diberikan Allah kepada manusia, setelah
rezeki, jodoh dan kematian.

Dengan berbagai keistimewaan yang sudah tertulis di atas, Gus Dur juga
mendapatkan julukan “Guru Bangsa”. Yang diwujudkan dalam berbagai
bentuk apreasiasi. Masih ada beberapa penghargaan lainnya. Di dalam
negeri beberapa penghargaan telah diterima antar lain: Anugerah Orang
Terpopuler sepanjang Tahun (Man of the Year). Sosok yang banyak menjadi
contoh bagi banyak orang ini membuat beliau juga memiliki beberapa gelar
kyai: kyai tandur, kyai sembur, kyai catur dan kyai tandur.

Kekonsistenanya menjalin dan menjaga persaudaraan beliau wujudkan


dalam interaksi sosial. Persaudaraan kemanusiaan, kebangsaan, antar umat
beragama dan internal sesama umat Islam. Gus dur mewujudkan nilai nilai
ukhuwah insaniyah basyariah dengan memperlakukan manusia secara sama
dalam pergaulan sosial. Ukhuwah wathaniyah tercermin dalam pembelaan
Gus Dur yang begitu gigih dalam mempertahankan NKRI. Komunikasi dan
pergaulan baik Gus Dur dengan tokoh dan umat lain mencerminkan
kesadaran ukhuwwah diniyah.

Gus Dur dengan segala pribadinya yang kuat dan tangguh, memiliki
beberapa kebiasaan baik antara lain: sederet keistimewaan yang luar biasa,
adalah bangun pagi sebelum subuh. Sosoknya yang terlihat begitu kuat
secara fisik, membenarkan teori yang disampaikan oleh ilmu kedokteran,
bangun pagi memang bisa menambah daya tahan tubuh dan kesegaran. Di
pagi hari, lapisan ozon masih utuh, udara yang masih fresh dan bersih,
karena belum tercampur polusi, kondisi tersebut sangat baik bagi tubuh.
Nabi Muhammad SAW pun menyerukan bahwa tidur setelah shalat subuh
adalah perlakuan yang dibenci Allah SWT.

Selain itu, dalam perilakunya beliau sangat anti kekerasan, apalagi dengan
mengatasnamakan ajaran agama. Beliau sosok yang banyak memberikan
inspirasi kepada pejuang penegak keadilan dan anti diskriminasi. Beliau,
kerap kali menyuarakan kepada pemuda “ pemuda itu bukanlah orang yang
berkata “beginilah bapakku, tetapi pemuda itu adalah orang yang berkata
“inilah diriku.” Mereka kuat dalam jiwa dan raganya dalam meraih atau
menggapai cita-cita, pantang menyerah. Namun, tetap cerdas dan
mencerdaskan. Guyonan yang segar dalam berkomunikasi. Tokoh yang
berkharisma (lama memahami perkataannya), memiliki Khariqu l-‘Adah
(Luar Biasa), dianugerahi keistimewaan dan kemampuan melebihi orang lain
pada umumnya. Anugerah Allah yang disebut dengan wahyu, ilham,
mukjizat, karamah, ma’unah dan lain sebagainya.

Kegemarannya dalam kerangka menolong dan kasih sayang terhadap


sesama saudara, bukan karena kebencian. 3 kultur yang menyatu dengan
diri Gus Dur, yaitu: kultur pesantern yang cenderung tertutup dan rendah
hati, kultur timur tengah yang keras dan sarat khazanah kebudayaan dan
kultur Barat yang rasional, sekuler dan terbuka. Hingga beliau dapat
menjadi penulis produktif tidak hanya di media nasional, melainkan juga
internasional. Produktifitas dalam menulis itu tetap berjalan secara
konsisten.

Meskipun demikian, beliau tetap bersikap apa adanya, tercermin dalam pola
makan dan gaya berpakaian. Tidak ada makanan mahal atau mewah.
Sederhana namun membahagiakan.

Perjalan yang terus berlangsung secara panjang, beliau lalui dengan


ketentuan dan cara pandangnya yang selalu memikirkan umatnya. Gus Dur
bisa dikatakan sebagai lokomotif gerakan modernisasi Islam di Indonesia
bersama dengan Nurcholish Madjid. Tokoh neo-modernis yang berusaha
membumikan ajaran-ajaran Islam di masyakarat sesuai dengan konteks
kekinian yang tetap konsisten pada nilai-nilai khazah pengetahuan klasik.

Gus Dur yang bersikap fleksibel dengan model pemikiran manapun, ia tetap
menunjukkan konsep pemahaman Islam yang progresif dan “liberal” yang
menghargai pluralitas yang menjadi karakter masyarakat modern. Bagi
beliau untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang Islami, diperlukan
pendekatan politik yang seimbang antara “politik” dan “kultural”. Tetapi
politik di sini bukan berarti “politik kekuasaan” yang bisa menghalalkan
segala cara tanpa rambu-rambu moral, melainkan politik yang dilandasi
nilai-nilai regilius. Pendekatan yang seimbang ini tidak bisa dilakukan jika
yang dikedepankan adalah pola kehidupan yang serba formal dan simbolis.

Pemimpin yang dibutuhkan saat ini adalah pemimpin pelayan masyarakat.


Gus Dur yang bisa diibaratkan salesman yang sangat beriorientasi pada
kepuasan pelanggan. Beliau tidak mau customers-nya kecewa dengan
pelayanan-pelayanan yang diberikan. Disadari atau tidak, hubungan Gus Dur
dengan umat sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari tujuan untuk
memberikan kepuasan kepada mereka, sampai pada hal-hal kecilpun Gus
Dur tidak pernah melupakan tujuan itu.

Serius memperjuangkan tegaknya “syariat Islam”, sangat beliau junjung


tinggi. Salah besar jika ada pandangan bahwa Gus Dur itu anti syariat Islam,
upaya menegakkan syariat Islam tidak harus dilakukan dengan mendirikan
Negara Islam. Adapun syariat yang menyangkut hajat atau kebutuhan hidup
semua oran, seperti keadilan, kesejahteraan, pendidikan, kesamaan hak-hak
asasi terangkum dalam lima prinsip, yaitu perlindungan terhadap jiwa,
perlindungan terhadap akal, perlindungan terhadap harta, perlindungan
terhadap keturunan dan perlindungan terhadat umat beragama.

Piawai dalam memberikan kritik, humoris yang handal untuk mendidikan.


Kritik tajam tidak harus disampaikan dengan cara yang keras, ngotot
dengan bahasa yang kasar dan mematikan. Hal ini seperti contoh
penyampaian beliau, polisi yang jujur itu hanya ada tiga: pertama, Jendral
Hugeng (almarhum), kedua, polisi tidur dan ketiga, patung polisi.
Pernyataan ini terkesan guyon tetapi menggugah masyarakat luas untuk ikut
serta memikirkan kondisi bangsa ini.

Gus Dur sering membuat perumpaan bagaimana seharusnya dialog


dilakukan tanpa melibatkan sikap emosional, melainkan dengan dialog yang
berbentuk humor. Salah satu contoh dialog yang pernah disampaikan Gus
Dur dalam bentuk humor, dialog antara kyai, biksu dan pendeta. Pendeta
mengatakan kami dekat sekali dengan Tuhan, kami dekat sekali dengan
Tuhan. Dalam agama kami ada panggilan Tuhan anak dan Tuhan Bapak.
Sang Biksu menimpali “kami juga dekat. Kami memanggilnya Bapak, Om.
Mereka berdua kemudian menanyakan kepada kyai, “Lha, bagaimana
dengan agama anda pak kyai?”. Kyai itu menjawab Boro-boro dekat,
memanggil-Nya saja harus lewat menara. Ini memang cerita guyon, tetapi
bertujuan mendidik, karena mengandung makna yang sangat mendalam
yang mengarah pada tumbuhnya penghargaan terhadap keyakinan orang
lain.

Beliau yang mengutamakan prinsip, selalu kita pahami dalam diri beliau.
Seperti analogi berikut ini: not the singer, bu the song (tentang sebuah lagu,
bukan siapa penyanyinya, tetapi seperti apa lagunya). Selalu ada dalam diri
beliau lihat apa yang dikatakan dan jangan melihat siapa yang mengatakan.
Dengan semua rekam jejak beliau Gus Dur menjadi sumber inspirasi yang
multi interpretasi, yang meskipun tidak mudah membahas dan menganalisa
pemikiran serta sepak terjangnya, tetapi tetap menarik untuk disampaikan.

Selalu bersikap terbuka, menunjukkan karakter Islam yang sesungguhnya,


juga menjadi lambang kejujuran. Ini juga menjadi bagian dari prinsip
hidupnya. Keterbukaan telah membuat Gus Dur tidak saja antusias
membaca buku kapanpun dan dimanapun. Tidak peduli siapa yang
menulisnya, karena yang terpenting adalah isinya. Didalam bergaul diapun
tak pandang bulu, siapapun dia muslim atau bukan. Sama-sama menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan memperjuangkan keadilan.

Keterbukaan beliau dalam bergaul ditunjukkan dengan tidak melihat latar


belakang agama, etnis, budaya dan bangsa. Keterbukaan adalah kejujuran
yang meskipun terkadang pahit, harus diungkapkan demi tegaknya
kebenaran dan keadilan. Hanya keterbukaanlah yang akan membuat bangsa
bisa melakukan intropeksi terhadap dirinya sendiri dan melahirkan positif
thinking. Katakan kebenaran walau itu pahit, jika kamu melihat sebuah
kemungkaran maka ubahlah kemungkaran tersebut dengan tangan
(kekuasaan)-nya. Jika ia tidak mampu, maka ubahlah dengan lisan
(perkataan). Jika tidak mampu pula, maka ubahlah dengan hati (doa) dan
yang terakhir ini adalah selemah-lemahnya iman.

Dengan sikap-sikap tersebutlah, ia selalu memandang bahwasannya sebaik-


baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Sukses bagi
beliau tidak hanya didapatkan secara eksternal dalam diri sendiri, beliau bisa
meraih kesuksesan karena beliau sudah bisa menjadi kepala rumah tangga
sekaligus ayah yang sukses membangun rumah tangga. Beliau selalu
menanamkan perilaku yang jauh dari sikap materialistik dan hedonistic.
Rendah hati, namun tidak pendendam, terus belajar dan etos kerja yang
tinggi.
Anti industrialisasi dan instanisme spiritual menjadi pegannya selalu.
Menekankan pada hati. Dalam perbaikan dan mengasah hati. Hal ini
tentunya untuk membuat hati orang lembut dan baik. Karena dalam
kehidupan selama kita masih hidup, perjalanan kehidupan kita masih
menjadi wahana pendidikan dan pembinaan hati.

Anda mungkin juga menyukai