Anda di halaman 1dari 9

Jejak Pemimpin Islam : Abdurrahman Wahid

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Kepemimpinan Islam

Dosen Pengampu : Dini Rahmantika

Disusun Oleh :

Muhammad Hanif Al-FAuqi (43020180039)

PROGAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan umur panjang,
kesempatan dan kesehatan jasmani dan rohani, sehingga kami dapat menyelesaikan karya tulis
ini dengan judul “Jejak Pemimpin Islam : Abdurrahman Wahhid” dengan tepat waktu dan tanpa
ada halangan suatu apa pun.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
juga pada keluarga dan para sahabat. Semoga kita termasuk umatnya yang akan mendapat
syafaatnya diyaumil akhir kelak. Aamiin ya robbal alamin.

Tak lupa pula kami ucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Dini Rahmantika selaku
dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan Islam. Yang telah membimbing hingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. kami sadar bahwa, masih banyak kesalahan mengenai makalah
kami. Untuk itu kami membutuhkan kritik serta saran dari pembaca. Dimana kritik dan saran
tersebut kami jadikan bahan evaluasi pada makalah yang akan datang. Atas kritik dan sarannya
kami ucapkan terimaksih.

Salatiga, 03 Agustus 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemimpin adalah seorang yang dapat mengatur dan memberikan sebuah motivasi
kepada bawahannya dan juga pemimpin tidak akan seperti seperti seorang Bos, dimana
seorang Bos akan menekan bawahannya yang diharuskan sesuai dengan target
perusahaan atau sbuah kelompok.
Dalam Islam sendiri seorang pemimpin di gambarkan dengan sosok yang
berwibawa, adil, memberikan ketentraman kepada rakyatnya dan mampu mengerti apa
yang dibutuhkan oleh rakyatnya. Dimana pepmipin yang baik adalah pemimpin yang
tidak membiarkan rakyatnya sengsara dan mengedepankan kemaslahatan rakyatnya.1
Dari uraian diatas dapat kita ambil salah satu pemimpin Islam yang sangat terkenal
dengan humornya tetapi beliau tetap memikirkan nasib rakyat yang sedang
ditanggungnya, sosok itu ialah Abdurrahman Wahid atau biasa yang di kenal dengan Gus
Dur. Beliau ini adalah seseorang yang sangat terkenal di hati masayarakat NU dan sangat
di hormati pada masa pemerintahannya sebagai prpesisden RI yang ke-4 setelah turunnya
Bj. Hbibie dari kursi kepresidenan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana biografi Gus Dur ?
2. Bagaimana Klimaks Terpilihnya Gus Dur ?
3. Bagaiamana Jejak Kepemimpinan Gus Dur ?

1
A. Muhaimin Iskandar, 2004, GUS DUR YANG SAYA KENAL, Yogyakarta, LKiS Yogyakarta, hlm. 12
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Gus Dur

Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur ini lahir di Jombang
pada tanggal 07 September 1940. Ia adalah putra KH. Wahid Hasyim, mantan
Mentri Agama RI pada tahun 1949, sekaligus cucu KH. Hasyim Asy’arie, pendiri
Nahdlatul Ulama (NU).2 Gus Dur menempuh pendidikan yang cukup beragam,
mulai dari sekolah Kristen hingga pondok pesantren. Gus Dur pernah belajar di SD
KRIS dan SD Mantraman, Jakarta. Kemudian, ia melanjutkan SMP di pesantren
Tegalrejo, Magelang. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Pesantren
Tambakberas, Jombang. Kemudian pendidikan tingginya, ia melanjutkan kuliah di
Universitas al-Azhar, kairo. Selain itu, ia juga pernah belajar di Baghdad, Belanda,
Jerman, dan Prancis.
Pertama kali belajar, Gus Dur kecil belajar pada sang kakek, K.H. hasyim
Asy’ari. Saat serumah dengan kakeknya, ia diajari mengaji dan membaca Al-Qur’an.
Dalam usia lima tahun ia telah lancer membaca Al-Qur’an. Pada saat sang ayah
ppindah ke Jakarta, di samping belajar Formal di sekolah, Gus Dur masuk juga
mengikuti les privat Bahasa Belanda. Guru lesnya bernama Willem Buhl, seorang
Jerman yang telah masuk Islam, yang mengganti namanya dengan Iskandar. Untuk
menambah pelajaran Bahasa Belanda tersebut, Buhl selalu menyajikan music klasik
yang biasa dinikmati oleh orang dewasa. Inilah pertama kali persentuhan Gus Dur
dengan dunia Barat dan dari musik sini pula Gus Dur mulai tertarik dan mencintai
musik klasik.
Menjelang kelulusannya di Sekolah Dasar, Gus Dur memenangkan lomba
karya tulis (mengarang) sewilayah kota Jakarta dan menerima hadiah dari
pemerintah. Pengalaman ini menjelaskan bahwa Gus Dur telah mampu menuangkan
gagasan atau ide-idenya dalam sebuah tulisan. Karenanya wajar jika pada masa
kemudian tulisan-tulisan Gus Dur menghiasi berbagai media Massa.
Setelah lulus dari Sekolah Dasar, Gus Dur dikirim orang tuwanya untuk
belajar di Yogyakarta. Pada tahun Greg Barton, 2003, Biografi Gus Dur, Yogyakarta,

2
, hlm. 5
LKiS Yogyakarta 1953 ia masuk SMEP (Sekolah Menengah Ekonomi Pertama)
Gowangan, sambil mondok di pesantren krapyak. 3Disekolah ini pula Gus Dur
belajar Bahasa Inggris , karena merasa terkekang hidup dalam dunia pesantren,
akhirnya ia minta ppindah ke kota dan tinggal di rumah Haji Junaidi, seorang
pemimpin lokal Muhammadiyah dan orang yang berpengaruh di SMEP. Kegiatan
rutinnya, setelah shalat subuh mengaji pada K.H. Ma’sum Krapyak, siang hari
sekolah di SMEP, dan pada malam hari ia juga ikut berdiskusi bersama dengan Haji
Junaidi dan anggota Muhammadiayah lainnya. Gus Dur juga pernah belajar di
Universitas Al-Azhar, Kairo, Belanda, Jerman, Prancis, Baghdad.

B. Terpilihnya Gus Dur: Klimaks Demokrasi

Usai terpilihnya Gus Dur sebagai presiden, semua orang bertanya siapa yang
akan mendapatkan jabatan sebagai wakil presiden. Berbeda dengan masa
pemerintahan Orde Baru, dimana wakil presiden hanyalah simbol formal untuk
sekedar memenuhi tuntutan konstitusional,4 karena kekuasaan sepenuhnya berada
ditangan Soeharto. Wakil presiden sekedar menjadi pajangan, karena tidak
memperoleh pembagian kekuasaan. Tugasnya juga tidak jelas, disamping itu di mata
Soeharto, wakil presiden (pasca Hamengku Buwono IX) tidak lebih dari “anak
buah” dan bukan patner kerja presiden. Itulah maka posisi wakil presiden di samping
tidak menarik untuk didiskusikan dan diperebutkan, hal tersebut juga merupakan
“klangenan” dari Soeharto sendiri, yang terlalu rakus untuk berbagi kekuasaan.
Sebaliknya pada era Reformasi dan terpilihnya Gus Dur sebagai presiden,
posisi wakil presiden dilihat oleh berbagai pihak, sebagi jabatan yang sangat
strategis. Pertama, dengan semangat reformasi ini para elite politik mendesak agar
ada deskripsi kerja yang jelas, angtara presiden dan wakil presiden. Artinya wakil
presiden tidak hanya menjadi simbol formal, tetapi benar-benar memiliki wewenang
pemerintahan yang jelas. Kedua, terjadi kasak-kasuk mengingat kesehatan fisik Gus
Dur, bahwa ada kemungkinan wewenang presiden akan banyak dilimpahkan kepada
wakil presiden dan itu berarti Gus Dur hanya sebagai simbol belaka. Sisi lain juga
3
Ibid., hlm. 6
4
Suharsono, 1999, Cemerlangnya Poros Tengah : Terpilihnya Gus Dur Terobosan Elite Politik Islam, Jakarta,
Perennial Press, hlm. 127
beredar rumor bahwa presiden akan berhenti di tengah jalan, dan hal itu sesuai
dengan konstitusi yang ada, maka wakil presiden akan dengan sendirinya dinobatkan
sebagai presiden. Maka bursa wakil presiden kian marak diperebutkan sejumlah
pihak yang meraasa kompeten dan memiliki dukungan yang memadai.
Nama yang mula-mula muncul meramaikan bursa Cawapres adalah Jendral
Wiranto dan Akbar Tandjung. Dari Fraksi PPP nama Hamzah Haz muncul kembali,
sementara PDI-P karena nampaknya terus-menerus menderita kekalahan, pada
pencalonan Wapres ini tidak mengemukakan nama. Sebaliknya Megawati dijagokan
dari PKB. Maneuver ini tampaknya sebagai upaya “menebus dosa” dari kelompok
Mthori terhadap PDI-P, karena pada jam-jam terakhir aliansi dari kubu ini pecah
demi pencalonan Gus Dur.
Dalam proses pemilihan ini situasinya agak menegangkan karena ada aksi
ekstra parlementer, dari masa PDI-P yang eksplosif, baik di Jakarta maupun kota-
kota lainnya. Massa PDI-P tampaknya tidak bisa menerima bahwa sebagai
pemenang pemilu, partai ini tidak mendapatkan apa-apa. Eksplosivitas ini bisa
meledak menjadi kerusuhan dan malapetaka nasional, mengingat prilaku massa
partai ini yang agak berbeda dengan massa lain, jika dalam bursa pencalonan Wpres
ini Megawati tidak dapat memenangkannya.

C. Jejak Kepemimpinan Abdurrahman Wahid

Pada Juli 1998 Gus Dur mendirikan partai politik karna satu-satunya untuk
melawan Golkar dalam pemelihihan umum adalah mendirikan partai politik yaitu
PKB, pada 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat
presidennya.5
Pemilu April 1999, PKB memenangkan 12% suara dengan PDI-P
memenangkan 33% suara. Pada 20 Oktober 1999, MPR kembali mulai memilih
presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan megawati hanya 313 suara.
Semasa pemerintahannya, Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan
dan Departemen Sosial serta menjadi pemimpin pertama yang membeikan Aceh

5
Ibid., hlm. 115
referendum untuk menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti Timor
Timur. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura dan berhasil
meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama
Papua.
Pada Maret 2000, pemerintahan Gus Dur mulai bernegosiasi dengan Gerakan
Aceh Merdeka (GAM). Dua bulan kemudian, pemerintah menandatangani nota
kesepahaman dengan GAM. Gus Due juga mengusulkan agar TAP MPRS No.
XXIX/MPR/1966 yang melarang Marxisme-Leninisme dicabut. Ia juga berusaha
membuka hubungan diplomatic dengan Israel, sementara dia juga menjadi tokoh
pertama yang mereformasi militer dan mengeluarkan militer dari ruang sosial-
politik. Muncul dua skandal pada tahun 2000, yaitu skandal Buloggate dan
Bruneigate, yang kemudian menjatuhkannya.
Pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan bahwa Tahun Baru Cina (Imlek)
menjadi hari libur opsional. Tindakan ini diikuti dengan pencabutan larangan
penggunaan huruf Tionghoa. Pada tanggal 23 Juli 2001, MPR secara resmi
Memaksulkan Gus Dur dan menggantikanya dengan Megawati Soekarno Putri. Pada
pemilu April 2004, PKB memperoleh 10.6% suara dan memilihi Gus Dur sebagai
calon presiden. Namun, Gus Dur gagal melewati pemeriksaan medis KPU menolak
memasukkanya sebagai kandidat.
Gusdur lalu mendukung Solahuddin yang merupakan pasangan Wiranto. Pada
5 Juli 2004, Wiranto dan Solahuddin kalah dalam pemilu. Di Pilpres putaran dua
antara pasangan Yudhoyono-kalla dengan Megawati-Muzadi, Gus Dur golput.
Agustus 2005, Gus Dur, dalam Koalisi Nusantara Bangkit Bersama Try Sutridno,
Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono, terutama dalam soal pencabutan subsidi BBM.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur ini lahir di Jombang
pada tanggal 07 September 1940. Ia adalah putra KH. Wahid Hasyim, mantan
Mentri Agama RI pada tahun 1949, sekaligus cucu KH. Hasyim Asy’arie, pendiri
Nahdlatul Ulama (NU). Gus Dur menempuh pendidikan yang cukup beragam, mulai
dari sekolah Kristen hingga pondok pesantren. Gus Dur pernah belajar di SD KRIS
dan SD Mantraman, Jakarta. Kemudian, ia melanjutkan SMP di pesantren Tegalrejo,
Magelang. Setelah itu, ia melanjutkan studinya ke Pesantren Tambakberas,
Jombang. Kemudian pendidikan tingginya, ia melanjutkan kuliah di Universitas al-
Azhar, kairo. Selain itu, ia juga pernah belajar di Baghdad, Belanda, Jerman, dan
Prancis.
Pada Juli 1998 Gus Dur mendirikan partai politik karna satu-satunya untuk
melawan Golkar dalam pemelihihan umum adalah mendirikan partai politik yaitu
PKB, pada 7 Februari 1999, PKB resmi menyatakan Gus Dur sebagai kandidat
presidennya.
Semasa pemerintahannya, Gus Dur membubarkan Departemen Penerangan
dan Departemen Sosial serta menjadi pemimpin pertama yang membeikan Aceh
referendum untuk menentukan otonomi dan bukan kemerdekaan seperti Timot
Timur. Pada 30 Desember 1999, Gus Dur mengunjungi Jayapura dan berhasil
meyakinkan pemimpin-pemimpin Papua bahwa ia mendorong penggunaan nama
Papua.
DAFTAR PUSTAKA

Barton, Greg. Biografi Gus Dur. Yogyakarta. LKiS Yogyakarta. 2003.

Iskandar, A. Muhaimin. GUS DUR YANG SAYA KENAL. Yogyakarta. LKiS Yogyakarta.
2004.

Suharsono. Cemerlangnya Poros Tengah : Terpilihnya Gus Dur Terobosan Elite Politik Islam.
Jakarta. Perennial Press. 1999.

Anda mungkin juga menyukai