Anda di halaman 1dari 2

Selama periode pemilu lalu, nama Abdurahman Wahid atau Gus Dur kerap disebut didalam kampanye.

Ada yang mengaku rindu thd sosoknya, ada yg mengaku dirinya mewarisi gagasan atau pemikiran gus
dur. Beliau adalah salah satu sosok yang memiliki pengaruh dalam politik indo. Lalu, bagaimana
sebenarnya perjalanan pendiri PKB tersebut di negeri ini?

Lahir dari kalangan pesantren, gus dur mewarisi garis keturunan ulama terkemuka di lingkaran NU.
Ayahnya adalah kyai Hj. Wahid Hasyim, mentri agama indo thn 1949. Sementara ibunya, solihah adalah
putri dari pendiri pondok pesantren denanyar jombang, kyai hj. Bidri syamsuri. Meski anak kyai ia justru
mendapat pendidikan sekuler, danbanyak membaca buku” non islam di rumahnya. Saat ayahnya
meninggal, ia sempat tinggal di rumah kyai junaedi seorang ulama muhammadiyah di Yogyakarta. Dua
hal ini merupakan hal yang tidak lazim bagi anak kyai NU saat itu. Pendidikan pesantren kemudian dia
dapatkan di pesantren Al Munawwir Krapyak di bawah bimbingan kyai hj ali ma’sum. Selain itu dia juga
mendapat pendidikan dipesantren tegal rejo magelang dibawah pimpinan kyai khudori. Ia juga engambil
pendidikan di pesantren denanyar jombang dibawah pimpinan kakeknya yaitu bisri syamsuri. Ia lalu
pindah ke pesantren tambakberas dibawah sesepuh NU lainnya, KH Wahad Chasbullah.

Pada tahun 1963, gus dur pergi mengambil studi di univ. al azhar khairo, mesir. Meski demikian, ia
kemudian kecewa karena harus mengulang banyak hal yang sudah ia kuasai di pesantren. Ia pun
melewatkan banyak kelas dan lebih banyak berkeliling kota kairo. Gus dur, akhirnya mendapatkan
tawaran beasiswa lainnya di univ. Baghdad irak, tawaran yang tak disia-siakan karena menjadi penyegar
baginya. Gus dur, akhirnya kembali ke tanah jawa pada 4 mei 1971. Ia berkonsentrasi untuk
membangun kembali pesantren” seiring dengan ancaman gangguan tradisi dan ekonomi yang mendera
institusi pendidikan tsb. Kiayi bisri, akhirnya meminta gus dur unutk terlibat lebih aktif di pimpinan pusat
NU. Setelah sempat ragu akibat aktivitas politik NU, akhirnya ia mau mengikuti permintaan sang kakek
dan masuk jajaran syuriah NU.

Pada tahun 1982, gus dur banyak berinteraksi dengan kiai ahmad siddiq tokoh yang menganggap NU
perlu direformasi. Posisi idham chalid ketua umum NU saat itu tengah terdesak, selian itu para reformis
juga menginginkan agar NU kembali ke khittah 1926 dan mundur dari politik. Setelah melalui proses
perdebatan panjang, gus dur akhirnya menahkodai reformasi NU dengan menjadi ketua dewan tanfidz
ormas tersebut pada tahun 1984. Sema di NU, ia dianggap sebagai sosok yang memberikan modernisasi
di organisasi tersebut. Kala itu, ada kekhawatiran NU dan pesantren akan ditinggalkan oleh masyarakat
modern. Ia kemudian membuka ruang intelektual dalam organisasi sehingga muncul banyak NGO dari
tubuh NU. Dalam catatan greg barton, hal ini membuat NU dapat bersaing dengan MUhammadiyah
yang memperkuat jejaring melalui sekolah, tetapi tak punya banyak NGO seperti NU. Tak hanya itu,
modernisasi juga terjadi di lingkungan pesantren, sehingga lulusan institusi tersebut dapat langsung
masuk perguruan tinggi. Kedua hal tersebut membuat NU lebih kaya dengan tradisi intelektual dan
dapat memebri kontribusi pada isu” social.

Selama menjadi ketua, ia sempat bersinggungan dengan rezim Soeharto. Gus dur misalnya menginisiasi
forum demokrasi yang sempat bikin geram rezim. Pada muktaram NU 1994 Soeharto diduga menekan
agar gus dur tak terpilih kmebali sebagai ketua. Pada tahun 1995-1996, gus dur mulau menjalin
kedekatan dengan megawati soekarnoputri. Pada desember 1997, gus dur bertemu dengan amien rais
di masjid sunda kelapa dan dianggap sebagai pertemuan bersejarah karena kduanya berasal dari latar
belakang islam yang bersebrangan. Selain itu, ia juga membangun relasi dengan cendikiawan muslim
lainnya, yaitu nurcholish madjid. Trio amien, mega, dan gus dur kemudian menjadi tokoh yang disegani.
Meski gus dur menyebut mereka tak punya aliansi formal, ada satu hal sama yang inginn mereka tuju,
reformasi. Cita” itu akhirnya terwijud pada 21 mei 1998, ketika soeharto mengundurkan diri dari jabatan
presiden. Mundurnya soeharto menjadi momentum bagi berseminya kelompok politik terutama partai.
Gus dur pada awalnya tidak terlalu setuju dengan paham NU berpartai politik. Meski begitu, tekanan
dan momentum untuk mendirikan parpol terlalu kuat untuk dibendung. Akhirnya, pada tanggal 23 juli
1998, berdirilah partai kebangkitan bangsa atau PKB sebagai partai berhaluan NU di era PAsca orba.

Sejak pendirian PKB, banyak kalangan internal yang berharap gus dur bisa menjadi presiden. Optimisme
ini akhirnya terwujud ketika mpr memilih gus dur sebagai presiden. Ada beberapa kebijakan yang
menjadi sorotan utama dari pemerintahannya. Ia misalnya meminta TAP yang melaranag Marxisme dan
leninisme dicabut. Selain itu, ia juga mengusulkan agara tahun baru imlek menjadi hari libur nasional. Ia
juga membubarkan departemen penerangan dan departmen social. Sayangnya dinamika politik
membuatnya harus mengalami ketegangan dengan DPR. Ia pun mengeluarkan dekrit, salah satunya
untuk membubarkan MPR/DPR. Dekrit ini tak didukung oleh MPR sehingga gus dur akhirnya digusur dari
jabatannya sebagai presiden.

Pasca tak lagi menjabat sebagai presiden, ia harus mmengahdapi perpecahan di internal PKB. Ironi
akhirnya terjadi karena gus dur harus diusir dari partai yang ia bidani kelahirannya setelah
keponakannya sendiri, muhaimin iskandar mengambil alih PKB. Lama-kelamaan kondisi fisisk gus dur
semakin tak prima. Akhirnya, pada 30 desember 2009 ia menghembuskan napas terakhirnya dan
meninggalkan banyak kenangan di negeri ini. Terlepas dari beragam dinamika yang muncul akibat
kiprahnya, perlu diakui bahwa gus dur telah menorehkan banyak catatan penting dalam sejarah negeri
ini.

Anda mungkin juga menyukai