Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai generasi muda Indonesia, sudah menjadi keharusan mengerti
untuk mengetahui sejarah bangsa ini.Bukan hanya menikmati tanpa ada
tindakan untuk ikut andil menjadikan bangsa Indonesia lebih baik lagi. Selain
itu, tidak cukup sebagai generasi muda yang hanya mengetahui, namun juga
harus memiliki bekal pengetahuan dan bahkan mempelajari sejarah. Hal ini
karena kedudukan, kemajuan, dan kekokohan bangsa Indonesia berada di
tangan generasi muda sekarang sebagaiestafet perjuangan. Maka dengan
demikian, pentingnya mengetahui, mempelajari, dan mengapresiasi sejarah
bangsa Indonesia.
Dengan mengetahui, mempelajari, dan mengapresiasi sejarah akan
memudahkan generasi muda membawa bangsa Indonesia lebih baik lagi.
Dengan hal itu pula, generasi mudaakan memiliki bekal pengetahuan politik
yang telah diterapkan oleh pemimpin-pemimpin bangsa sebelumnya.Tanpa
adanya bekal mengenai pemimpin-pemimpin negara sebelumnya, mereka
akan dengan mudah dikelabui oleh negara lain jika suatu saat akan menjadi
pemimpinna itu. Oleh karena itu, sebagai penerus estafet bangsa sudah
berkewajiban mengetahui gaya pimpinan bangsa sebelumnya.
Setiap pemimpin yang pernah menduduki kursi nomor satu di negara tentu
memiliki banyak keistimewaan. Namun, disayangkan keistimewaan-
keistimewaan pemimpin kita tidak banyak yang kita ketahui. Bahkan, di
dunia pendidikan saat mengenyam ilmu sejarah, generasi muda hanya
disuguhkan secara umum tidak terperinci secara gamblang sejarah dan
keistimewaan tersebut. Hal ini, menjadi salah satu penyebab generasi muda
sekarang menganggap makna perjuangan atau sejarahtidak penting
dibandingkan ilmu pengetahuan lainya.
Salah satu tokoh pemimpin yang memiliki keistimewaan untuk bangsanya
saat itu yaitu Abdul Rahman Wahid (Gus Dur). Sebagai pemimpin, beliau
mencatat sejarah tersendiri dari hasil pemikiran-pemikiranya. Banyak yang
dapat dipelajari dari sejarah dan perjuangan beliau saat memimpin bangsa ini.
Gaya humorisme dan ngajeni Gus Dur tentu dapat menjadi bekal generasi
muda sekarang. Dalam istilah Jawa ngewongne wong. Selian itu, beliau juga
menjda julukan sebagai bapak pluralisme. Sikap beliau dalam menghadapi
berbagai perbedaan sangat cocok ditiru untuk situasi bangsa Indonesai saat
ini.
Di era globalisasi dan modernisasi serta lahir sebagai generasi milineal
sikap seperti Gur Dur sangat diperluakan. Indonesia yang rentan dengan
perbedaan akibat banyaknya suku, bahasa, dan budaya maka menyebabkan
lahirnya perbedaan pikiran dan tindakan. Jadi, sosok Gus Dur perlu
dihadirkan kembali ditengah-tengah perbedaan yang sering muncul saat ini.
Mengingat pentingnya kehadiran bapak pluralisme kembali, maka
generasi muda terlebih dulu harus mengetahui dan mempelajari tentang
pluralisme. Maka dengan itu, peneliti sangat tertarik dengan mempelajari dan
mengapresiasi sosok Gus Dur sebagai bapak pluralisme. Dengan ini, penulis
sebagai generasi muda dapat ikut andil dalam sejarah maupun berkembagan
bangsa Indonesia. Serta mendapatkan wawasan dan pengetahuan dari proses
penelitian ini. Adapun penelitian ini, penulis beri judul Romantisme
Pluralisme sebagai Bingkai Hati untuk Negri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang dihadapi Gus Dur selama beliau menjadi
presiden?
2. Bagaimana wujud strategi yang diterapkan Gus Dur untuk rakyat
Indonesia hingga dijuluki Bapak Pluralisme?
3. Bagaimana dampak positif pemikiran-pemikiran Gus Dur untuk rakyat?

C. Tujuan
1. Mengetahui permasalahan yang dihadapi Gus Dur saat menjabat presiden.
2. Mengetahui strategi yang ditetapkan Gus Dur hingga dijiluki bapak
pluralisme..
3. Mengetahui dampak positif dari pemikiran-pemikiran Gus Dur untuk
rakyat Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permasalahan
Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan paggilan Gus
Dur merupakan sosok pemimpin yang turut memperjuangkan
diterimanya bahwa Indonesia itu beragam. Namun pada masa
kepemimpinan Gus Dur, masih banyak sekali masalah yang harus
dihadapi oleh pemerintahan dalam menjaga kesatuan dan keutuhan
NKRI. Permasalahan yang dihadapi pemerintahan diakibatkan oleh
adanya perbedaan ideology atau pemikiran rakyat yang berbeda. Tidak
hanya ideologi yang menjadi pemicu konflik yang terjadi di Indonesia,
namun perbedaan suku, agama, dan ras juga dapat menjadi pemicu
terjadinya konflik antar warga negara. Hal tersebut dapat terjadi karena
tak sedikit warga yang hanya membanggakan kelompoknya dibanding
kelompok lain. Konflik akan dengan mudah muncul jika pemikiran
rakyat masih belum terbuka dengan adanya perbedaan. Terutama di
Indonesia yang merupakan negara majemuk yang memilik banyak
pulau, beragam suku, ras, agama, bahasa, dan adat, maka rakyat
Indonesia sudah seharusnya membuka mata untuk dapat menerima
banyaknya perbedaan yang ada dalam lingkup negara. Jika rakyat
dapat menerima adanya perbedaan, maka suatu perbedaan dapat
menjadi nilai keindahan dalam suatu negara yang majemuk.
Selain karena adanya banyak perbedaan di Indonesia, konflik dapat
muncul karena kurangnya perhatian pemerintah pada daerah - daerah
yang jauh dari jangkauan ibu kota. Pemerintah negara, terkadang lebih
berfokus pada suatu masalah yang terlihat dan tidak jauh dari
pusatnya, oleh karena itu banyak masyarakat yang jauh dari pusat
pemerintah, merasa jika perhatian pemerintah hanya difokuskan pada
daerah yang dekat dengan pusatnya, dan mereka sebagai masyarakat
yang tinggal jauh dari pusat pemerintah akan merasa jika wilayahnya
terabaikan oleh pemerintah. Banyak wilayah yang jauh dari pusat
mengalami permasalahan ekonomi yang tidak jarang pemerintah
mengetahuinya, akibatnya, mereka hanya bisa menyampaikan
aspirasinya di dalam wilayah mereka tanpa diketahui oleh pemerintah
pusat. Hal semacam ini juga dapat memicu kurangnya kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah, dan akan banyak permasalahan yang
muncul jika rakyat tidak mempercayai adanya pemerintah yang
berdaulat. Karena menurut mereka, pemerintah hanya dapat membual
tanpa mengerjakan. Lunturnya kepercayaan kepada pemerintah juga
akan berakibat pada keutuhan NKRI sebagai negara yang majemuk.
Kontribusi rakyat dalam menjaga keutuhan NKRI merupakan hal
yang sangat penting, karena tanpa adanya rakyat suatu negara tidak
akan terbentuk. Selain itu, negara Indonesia adalah negara yang
berbasis politik demokrasi, yaitu kedaulatan ada ditangan rakyat, tugas
pemerintah adalah menerima aspirasi rakyat, dan menjalankan apa
yang diputuskan rakyat dengan penuh tanggungjawab. Jika banyak
masyarakat yang tidak lagi percaya dengan pemerintah, maka akan
banyak juga masyarakat yang tidak peduli dengan perkembangan
pemerintah. Padahal, pada hakikatnya adanya pemerintah di suatu
negara adalah sebagai wadah aspirasi rakyat. Jika hal itu tidak terjadi,
masyarakat di suatu wilayah akan berpikir untuk membuat
pemerintahan mereka sendiri, yang sesuai dengan apa yang mereka
inginkan. Yang menurut mereka akan lebih baik jika mereka dapat
mendirikan pemerintahannya sendiri. Dengan begitu mereka dapat
memulai membangun sebuah pemerintahan yang mereka inginkan.
Seperti dalam permasalahan Timor Timur yang menginginkan
kemerdekaan pada wilayahnya, hal tersebut terwujud pada tahun 2002,
timor timur telah resmi menjadi negara dan diakui oleh kancah
international. Dan keberhasilan itu, membuat adanya keinginan
wilayah lain untuk mengikuti jejak timor timur memerdekakan
wilayahnya.
Selain konflik di atas, salah satu konflik lainnya yaitu konflik yang
terjadi di Aceh atau Gerakan Aceh Merdeka (GAM) juga diakibatkan
oleh kurang puasnya rakyat Aceh dengan pemerintahan Indonesia pada
Orde Baru yang menetapkan adanya kesatuan budaya. Menurut
masyarakat Aceh budaya daerah mereka berbeda dengan budaya
wilayah lain dan mereka menganggap hal tersebut tidak dapat
disamakan. Mereka berpikir bahwa wilayah Aceh sedikit sekali
mendapat perhatian dari pemerintah negara, karena hal tersebut mereka
menuntut pembebasan wilayah Aceh dari Indonesia agar mereka bisa
menjalankan pemerintahan mereka sendiri sesuai dengan apa yang
mereka inginkan dan tidak lagi bergantung pada pemerintahan
Indonesia. Pada masa pemerintahan Gus Dur inilah awal mula adanya
krisis diambang mawasnya GAM.
Selain konflik Timor Timur dan GAM di atas, pada masa orde baru
muncul pula konflik di Papua atau biasa disebut Organisasi Papua
Merdeka (OPM). Konflik ini terjadi sejak perebutan wilayah Irian
Barat oleh Indonesia dan Belanda. ketika perebutan terjadi, secara
diam- diam Belanda membuat negara boneka Papua tanpa diketahui
pihak Indonesia. Bahkan ketika Belanda menyerahkan wilayah Irian
Barat ke Indonesia lewat PBB, Belanda dengan sengaja tidak
membubarkan negara tersebut. Belanda bahkan membuat pasukan
sukarelawan dari Irian Barat yang sudah terlatih, pernah mengikuti
perang, dan pasukan tersebut tidak dibubarkan ketika penyerahan Irian
Barat. Banyak diantaranya berpindah ke hutan dan membentuk
pasukan perlawanan yang dikenal dengan Organisasi Papua Merdeka
(OPM) kemudian menyerang daerah daerah di Papua. Tahun 1967
pasukan baret merah RPKAD (kopasus) untuk menangani
pemberontakan dan kekacauan dengan cara pendekatan perang serta
non perang.1
Konflik pada masa kepemimpinan Gus Dur banyak diakibatkan
oleh masyarakat yang kontra dengan keputusan beliau saat menjadi
presiden RI. Keputusan Gus Dur menjadi kontroversial di kalangan
rakyat, karena pihak kontra berfikir jika Gus Dur telah memberikan
kebebasan yang tinggi (kebablasan) dari reformasi. Selain itu Gus Dur
1
http://bangka.tribunnews.com/2018/07/14/sekelumit-sejarah-opm-pemberontak-warisan-
belanda-yang-kerap-cari-perhatian (diakses tanggal 31 Maret 2019 pukul 14.04 WIB)
juga dianggap sebagai seorang yang karismatik, namun masih kurang
beerpengalaman dalam mengelola pemerintahan. Pada masa transisi
orde baru, terjadi pro dan kontra politik yang sangat tajam.
Selain konflik pada masa kepemimpinan Gus Dur juga terjadi
krisis ekonomi yang salah satunya diakibatkan karena bangkrutnya
Bank Summa yang mengharuskan Gus Dur mencari terobosan baru
dalam menangani hal tersebut. Selama pemerintahan Gus Dur masih
banyak rakyat yang kurang bisa memahami atau menerapkan
semboyan negara dalam bernegara. Sehingga banyak rakyat yang
belum bisa membuka mata untuk menerima perbedaan satu sama lain
sehingga tak jarang menimbulkan konflik. Selain permasalahan di atas,
muncul juga dari pihak PKI yang menuntut supaya mereka tidak
dianggap salah, meminta kompensasi karena merasa tidak bersalah,
menuntut rehabilitasi dari berbagai tindakan, seperti: mengubah
kurikulum sejarah, dari status PKI sebagai pemberontak, diubah
menjadi korban pelanggaran berat, melalui jalur perundang-undangan
KKR untuk menuntut permintaan maaf, memperoleh legitinasi
(pengesahan) sebagai korban.2

B. STRATEGI
Gus Dur terkenal sebagai sosok pemimpin yang cukup
kontroversial, baik pemikiran, tindakan maupun ucapannya dalam
mendimanisir kehidupan Agama, Sosial, Politik dan Budaya pada aras
lokal, nasional maupun Internasional3. Beliau tidak punya alergi untuk
bertemu dengan banyak oranng, mendengar dan membangun
kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk orang atau yang pernah
berseberangan dengannya4.Menurut Syamsudin Haris dalam bukunya
“PPP dan Politik Orde Baru” menjelaskan upaya pol, gagasan dan tik
yang dilakukan pemerintah Orde Baru pada awal kelahirannya menjadi
faktor pendorong utama pembentukan partai. Dari gerakan kultural
2
Wawancara dengan Prof. Dr. H. Aminuddin Kasdi,M.S., Surabaya, 30 Maret 2019.
3
Aprianto Epran: “Peran Abdurrahman Wahd Daam Politik Indonesia” (Palembang: UIN Raden
Fatah, 2015), 1.
4
Faisal Ismail, Dilema NU Di Tengah Badai Pragmatisme Politik, h.152
menjadi gerakan struktural, dalam rangka pengembangan ide pikiran –
pikiran yang “nyeleneh” mulai dari demokrasi, keadilan, keterbukaan,
kejujuran, pemerintahan yang bersih (clean government), sampai
dengan demiliterasi, deformalisasi (Islam dan tradisi), pluralisme dan
univesalisme5.
Banyaknya konflik yang terjadi pada masa pemerintahan Gus Dur,
beliau kemudian melakukan pembenahan melalui penyetaraan
kewarganegaraan. Beliau tidak membedakan Aceh dan Papua dengan
suku lainnya. Beliau juga mengembalikan nama Papua dan menjadikan
GAM sebagai mitra dialog. Selain itu, beliau juga melakukan
penghormatan terhadap masyarakat di dua wilayah tersebut. Hal itu
dilakukan dengan adanya jaminan keamanan dan jaminan berpendapat.
Keinginan Gus Dur tersebut tidak bisa dilarang, namun mereka juga
dipersilahkan oleh Gus Dur untuk berdiskusi.
Gus Dur membiarkan masyarakat Papua mendiskusikan otonomi
khusus. Saat itu, para akademi khawatir sehingga meminta kepada Gus
Dur agar pemerintah ikut turun tangan, namun Gus Dur justru meminta
agar hal itu dibiarkan berlangsung. “Nanti kalau sudah jadi kita
perjuangkan di DPR” kata Suaedy menirukan perkataan Gus Dur.
Selain itu, Gus Dur juga melakukan pendekatan personal dengan
aktivis di Aceh. Otonomi atau self determination yang dipilih Gus Dur
menjadi langkah untuk mengakomodasi tidak lagi menjadi langkah
untuk merdeka. Justru hal ini menjadi tahapan menuju perdamaian
abadi, kata Suaedy.6
Gus Dur membuat terobosan ekonomi rakyat dengan terus
berusaha menggandeng Jawa Pos, dan proyek kerjasama ini tetap
menggunakan nama “Nusumma” sebagai institusi pemberi fasilitas
kredit bagi usaha rakyat di pedesaan meskipun kepanjangannya
berbeda dengan Summa. Gus Dur juga melontarkan gagasan “ekonomi
rakyat” saat beliau menjadi presiden. Program alternative yang
5
https://www.voaindonesia.com/a/ajaran-gus-dur-mengenai-toleransi-melekat/4670672.html
(diakses tanggal 1 April 2019 pukul 11.37 WIB)h. 34
6
http://www.nu.or.id/post/read/101791/solusi-jitu-gus-dur-saat-hadapi-konflik-aceh-dan-papua
(diakses tanggal 31 Maret 2019 pukul 16.38 WIB)
dikembangkan Gus Duradalah pemberdayaan Usaha Kecil Menengah
(UKM). Program ini bertujuan meningkatkan kecerdasan masyarakat
dalam pengembangan ekonomi. Selain itu, untuk menetralisir dampak
krisis ekonomi yang masih tetap terasa di zaman pemerintahannya,
Gus Dur membentuk Badan Keamanan Ekonomi Nasional.7
Menganggap semua perbedaan itu suatu kesatuan adalah
alternative Gus Dur dalam menegakkan ideology negara dalam
berbagai konflik. Dan Gus Dur menerapkan semboyan negara yaitu
bhinneka tunggal ika. Semboyan negara bukan hanya untuk diucapkan
saja, tapi juga diterapkan seperti apa yang sudah di lakukan oleh Gus
Dur selama menjalankan pemerintahannya. Beliau terkenal dengan
bapak pluralisme, karena beliau telah berhasil membuat warga negara
menjadi satu kesatuan, mesipun memiliki banyak sekali keberagaman.
Untuk memperbaiki pemerintahan Gus Dur juga melakukan
Reformasi pemerintah dengan melakukan perombakan badan
pemerintah. Seperti penghapusan Departemen Penerangan dan
Departemen Sosial, karena menurut beliau seluruh pemerintah terlalu
lama mengatur-atur rakyat terutama Deppen. Deppen kerap menjadi
departemen “politik” di bawah koordinasi Menkopolkam. Dengan
fungsi tersebut, keberadaan Deppen bertentangan dengan arus besar
demokratis.
C. DAMPAK
Meskipun gus dur sudah lama pergi, namun warisannya bisa
dirasakan hingga hari ini, sebagai bapak bangsa, beliau selalu mencari
inspirasi tanpa henti. Gus Dur memimpin dengan menggunakan
hatinya dalam mengambil keputusan, dan saat orde baru Gus dur dapat
mengubah pemikiran para warga dalam menghadapi perbedaan, Gus
Dur selalu dengan semboyannya " gitu aja kok repot".
Pemikiran Gus Dur yang sering kali disalahpahami, yaitu ketika
Gus Dur dianggap hanya cinta minoritas, padahal saat orde baru,
beliau juga ditekan, dan memperjuangkan masyarakat lewat forum
7
Julius Pou, dkk. Presiden Republik Indonesia 1945- 2014.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.2014.hlm. 183.
demokrasi, lewat kritik, sikap beliau yang mudah memberikan kritik
pada pemerintah dengan humornya.
Secara khusus, Gede Sandra mengajak khalayak bercermin dari
keberhasilan pemerintah Indonesia pada era Gus Dur. Usia
pemerintahan Gus Dur memang hanya 21 bulan. Namun, di balik riuh
rendah kontroversi politiknya – sejak ia dinaikkan hingga dimakzulkan
– ternyata capaian pemerintahan Gus Dur di bidang ekonomi terbilang
istimewa. ”Padahal, di awal kepemimpinannya, Gus Dur menerima
warisan perekonomian dari Presiden Habibie dalam kondisi
pertumbuhan -(minus) 3,” tutur Gede. Selain itu, Gede Sandra
mengingatkan, sebelum krisis ekonomi 1997, indeks ketimpangan
(gini ratio) di Indonesia terbilang tinggi. Sedangkan, dalam hitungan
matematis, tingginya gini ratio berpotensi mengancam kohesi sosial.
”Itu sebabnya, kemampuan pemerintahan Gus Dur dalam menurunkan
gini ratio – ditandai dengan distribusi pendapatan yang lebih merata –
patut diapresiasi, karena berkorelasi dalam memperkuat kohesi di
tingkat akar rumput,” jelas Gede.8
Dalam proses memerintah seperti banyak yang diceritakan dalam
buku ini, Gus Dur merupakan Presiden yang berhasil menghalau
ancaman disintegrasi bangsa pasca-kerusuhan dan konflik horisontal
tahun 1998. Gus Dur juga melihat, otoritarianisme Orde Baru yang
dipimpin Soeharto menyimpan banyak problem sosial dan politik.
Baginya, potensi disintegrasi dari dampak ketidakadilan Orde Baru
harus bisa diredam dan dirajut kembali sehingga Indonesia tetap satu
bangsa.9
"Dengan diwarisi pandangan nasionalisme beliau, maka kita semua
generasi muda dan selanjutnya untuk menjaga NKRI ini dengan
berlandaskan pada Pancasila, Undang-undang Dasar 1945,dan
Bhinneka Tunggal Ika," kata Budiharto.10

8
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/22/23351071/belajar-dari-keberhasilan-ekonomi-
jaman-gus-dur. (diakses tanggal 1 April 2019 puku 11.07 WIB)
9
http://www.nu.or.id/post/read/94662/gus-dur-dan-pemerintahan-yang-dibangunnya ( diakses
tanggal 1 April 2019 pukul 11.26 WIB)
Selama pimpinan Gus Dur tidak ada tumpahan darah, ini sesuai
prinsipnya “logikanya, aneh kita membela negara dengan cara
membunuh saudara”.11 Gus Dur selalu mengutamakan kemanusiaan
dalam mengambil keptutusan kebijakan. Hal tersebut lah yang tidak
jarang mengundang konflik bagi warga yang kurang paham dengan
cara berpikirnya. Namun bagi kaum minoritas, hal tersebut membuat
mereka senang dengan kebijakan yang diambil oleh beliau. Kaum
minoritas merasa dianggap dan diperhatikan oleh pemerintah semenjak
masa kepemimpinan Gus Dur. Sikap
"Ketika keberagaman sedang dihancurkan oleh sikap intoleran dan
radikal, saat semangat persatuan dan persaudaraan dirobek-robek oleh
egoisme kelompok dan fanatisme sempit, dan ketika spirit kebangsaan
direncah-rencah oleh kedangkalan beragama yang menghancurkan
kemanusiaan, maka upaya mengingat dan menyegarkan kembali spirit
dan nilai-nilai perjuangan Gus Dur menjadi sesuatu yang niscaya," said
Shinta Nuriyah. Pelukis Nabila menjelaskan Gus Dur adalah guru
bangsa yang sudah mendedikasikan hidupnya bagi bangsa dan negara
demi kemanusiaan dan keberagaman.12
Reformasi pendidikan yang digelar Gus Dur terletak pada
penekanan ekonomi dan melakukan pemetaan tugas yang
komprehensifdan kewenangan pemerintahan pusat dan daerah
mengatur pendidikan. Oleh karena itu, muncul istilah yang diakui
secara resmi dalam kebijakan pendidikan Nasional yaitu pendidikan
formal (sekolah, institute, universitas) dan pendiidkan nonformal
(keluarga, lingkungan kerja, komunitas social, dan keagamaan). Cetak-
biru pendidikan berbasis sekolah dan pendidikan universal tertuang
dalam UU No 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Khusus Bidang Pendidikan).13
10
https://www.voaindonesia.com/a/ajaran-gus-dur-mengenai-toleransi-melekat/4670672.html
(diakses tanggal 1 April 2019 pukul 11.37 WIB)
11
Wawancara TV9 narasumber Maffud MD
12
https://www.voaindonesia.com/a/ajaran-gus-dur-mengenai-toleransi-melekat/4670672.html
(diakses tanggal 1 April 2019 pukul 14.49 WIB)
13
Pour Julius , dkk. Presiden Republik Indonesia 1945- 2014.Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.2014.hlm.187.
Pada bidang politik luar Negeri, Gus Dur melakukan perjalanan
dinas luar negeri dan melakukan kerjasama dengan banyak negara,
seperti perjanjian kerjasama perdagangan dengan Rusia, dan kerjasama
atas pajak berganda dan pencegahan penggelapan pajak seperti dalam
Keppres No 137 Tahun 1999, selain itu Gus Dur juga melakukan
kerjasama dengan OKI (Keppres No 119 Tahun 1999) dan juga
kerjasama modal dengan Zimbabwe, Kuba, dan Spanyol.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pluralisme merupakan suatu hal yang penting dalam menjaga
kesatuan dan keutuhan negara. Indonesia sebagai negara majemuk, sudah
seharusnya memiliki rasa toleransi yang besar, agar tidak berdampak
buruk pada perkembangan bangsa selanjutnya.Maka dengan itu,
pentingnya sikap pluralisme di negara Indonesia yang majemuk ini. Hal
ini dapat terlaksana pada masa kepemimpinan Gus Dur.
Perjuangan Gus Dur dalam menghidupkan pluralisme/ toleransi
antar warga perlu dilanjutkan hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan
sikap pluralisme masyarakat Indonesia lebih merasa di hargai. Contoh
bentuk pluralism yang sudah dilakukan oleh Gus Dur yaitu toleransi
peringatan hari besar setiap agama, adanya toleransi pada warga Aceh dan
Papua untuk menentukan nasib sendiri, dan juga sikap saling menghargai
antar kelompok
Dengan adanya pluralisme, masyarakat Indonesia merasa dihargai
oleh orang nomor satu di Indonesia. Selain itu, sebagian kaum minoritas
dapat diperhatikan oleh pemerintah. Hal itu dapat membuat kokohnya
Pancasila sebagai ideologi negara.
B. SARAN

Sebagai warga Indonesia yang memiliki beragam sukiu, budaya, agama,


dan ras, sudah seharusnya menerapkan sikap toleransi antar warga. Karena,
tidak semua warga negara memiliki kebudayaan yang sama disetiap
wilayahnya. Kurangnya sikap pluralism hanya akan membuat negara yang
sudah dibangun dengan semangat juang para pahlawan ini menjadi runtuh.
Sikap pluralism yang sudah diajarkan oleh Gus Dur, sudah seharusnya sebagai
generasi bangsa, melanjutkan apa yang sudah diperjuangkan oleh beliau.

Terutama bagi para pemuda ganerasi bangsa, seharusnya mau mempelajari


sejarah Indonesia, supaya dapat menambah wawasan kebangsaan NKRI. Jika
pemuda bangsa memiliki wawasan kenegaraan yang luas, tidak menutup
kemungkinan jika bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang lebih maju
dimasa depannya. Dan dengan memilih pemimpin yang baik, maka bangsa
Indonesia akan dituntun untuk menjadi lebih baik dalam masa
pemerintahannya.

Anda mungkin juga menyukai