Suhermanto Ja’far*
Abstrak
Dalam lapangan filsafat, terdapat banyak wacana pembuktian adanya
Tuhan. Argumen-argumen tersebut antara lain argumen Ontologi,
kosmologi dan teleologi. Argumen ontologis mencoba membuktikan
bahwa “ketiadaan” Tuhan merupakan sesuatu yang mustahil,
sebaliknya keberadaannya menjadi niscaya. Adapun argumen
kosmologis membuktikan batasan antara yang general dan yang spasial-
temporal dalam alam semesta sebagai sesuatu yang ada dan mengalami
perubahan, dan itu menunjukkan keharusan postulasi adanya Tuhan
untuk menerangkannya. Sedangkan argumen teleologis atau juga disebut
design argument membuktikan bahwa keberadaan dunia, keindahan
dan keberangkaiannya, menunjukkan adanya proses pemikiran tentang
suatu rancangan.
Kata Kunci: Metafisik, Ontologi, Kosmologi, dan Teleologi.
A. Pendahuluan
Dalam diskursus wacana filsafat agama, muncul beberapa
proposisi argumentatif dengan beberapa karakteristik dalam upaya
membuktikan keberadaan Tuhan, di antaranya argumen ontologis,
kosmologis, teleologis dan argumen moral. Beberapa preposisi yang
dibangun secara argumentative untuk membuktikan keberadaan
tuhan dapat dilihat dari beberapa postulat seperti: “Moralitas
menjadi benar apabila adanya unsur kepercayaan akan adanya
Tuhan,” atau “kepercayaan akan adanya Tuhan dan posisi agama
akan membuktikan secara jelas fakta pengalaman kemanusian.”
(William J. Wainwright, 1999: 35). Ungkapan lain, “Tuhan adalah zat
yang maha besar,” “Tuhan adalah penggerak yang tidak bergerak,”
“Tuhan adalah designer di balik konfigurasi dinamis alam semesta”
dan banyak ungkapan lain yang menjadi bagian argumen
pembuktian akan adanya eksistensi Tuhan.
Sebahagian besar para filosof lebih fokus dalam menggunakan
tiga argumen: Ontologi, kosmologi dan teleologi. Argumen
ontologis mencoba membuktikan bahwa “ketiadaan” Tuhan
merupakan sesuatu yang mustahil, sebaliknya keberadaannya
B. Teologi Metafisik
Teologi metafisik merupakan wilayah kajian metafisika yang
membicarakan tentang Tuhan. Tuhan sebagai obyek kajian
metafisika memiliki kekhususan dibanding kedua obyek metafisika
lainnya. Apabila manifestasi lahiriah dari semesta maupun jiwa dapat
ditangkap indera, maka hal yang sama tidak berlaku bagi realitas
ketuhanan. Tuhan adalah suatu yang mutlak tidak dapat ditangkap
indera. Metafisika yang mengkaji tentang Tuhan disebut filsafat
ketuhanan (teologi naturalis) untuk membedakannya dari teologi
adikodrati atau teologi wahyu. Apabila filsafat ketuhanan mengambil
Tuhan sebagai titik akhir atau kesimpulan seluruh pengkajiannya,
maka teologi wahyu memandang Tuhan sebagai titik awal
pembahasannya.
Filsafat ketuhanan berurusan dengan pembuktian kebenaran
adanya Tuhan yang didasarkan pada penalaran manusia. Filsafat
ketuhanan (teologi naturalis) tidak mempersoalkan eksistensi Tuhan,
E. Kesimpulan
Kalau dianalisis secara mendalam, pembuktian tentang
eksistensi Tuhan dalam perspektif filosof Kristen lebih menekankan
pada argumen Ontologi, kosmologi dan teleologi. Argumen
ontologis yang di kemukan oleh Anselmus, mencoba membuktikan
bahwa “ketiadaan” Tuhan merupakan sesuatu yang mustahil,
sebaliknya keberadaannya menjadi niscaya. Adapun argumen
kosmologis dikemukanan oleh Albertus Magnus, membuktikan
batasan antara yang general dan yang spasial-temporal dalam alam
semesta sebagai sesuatu yang ada dan mengalami perubahan, dan itu
menunjukkan keharusan postulasi adanya Tuhan untuk
menerangkannya. Sedangkan argumen teleologis atau juga disebut
design argument dikemukanan oleh Immanuel Kant, membuktikan