Anda di halaman 1dari 2

Konsep Keberadaan Tuhan

Hampir semua umat manusia mempercayai adanya Tuhan yang mengatur alam raya
ini. Meskipun diakui banyak dari mereka mempercayai banyak Tuhan yang berbeda. Dalam
Islam Pengakuan manusia terhadap eksistensi Tuhan telah melahirkan kesadaran bahwa tidak ada
Tuhan yang patut disembah kecuali Allah swt

Sebuah pertanyaan pertama yang perlu diutarakan adalah: mengapa manusia harus
mempercayai adanya Tuhan? Mengapa mereka tidak membiarkan alam beserta berbagai
proses dan segala isinya berdiri sendiri tanpa perlu meyakini adanya yang lebih tinggi dari
pada alam, yang hanya merumitkan realitas serta memberatkan akal pikiran dan jiwa
manusia?
Dalam Islam, Allah sebagai wujud mutlak tidaklah terbatas, sehingga hakikat diri-
Nya tidak akan pernah dicapai. Namun, pemahaman tentang-Nya dapat dijangkau sehingga
kita mengenal-Nya dengan pengenalan yang secara umum dapat diperoleh malalui jejak dan
tanda-tanda yang tak terhingga. Imam `Ali ra. dalam hal ini menjelaskan bahwa: “Allah tidak
memberitahu akal bagaimana cara menjangkau sifat-sifat- Nya, tapi pada saat yang sama
tidak menghalangi akal untuk mengetahui- Nya.”
Kutipan diatas bermaksud bahwa Allah SWT, telah mengatur dan setting kita
(Manusia) Agar akal kita tidak bisa menjangkau “sifat-sifatnya”. Sifat-sifatnya ini bermaksud
bahwa kita tidak akan bisa berfikir sampai selesai kesana, alias buntu dan berkutat di posisi
itu , tapi disaat yang sama Allah tidak menghalangi akal untuk mengetahui nya.
Ketika seorang arab badui ditanya, “bagaimana engkau mengetahui Tuhan mu?”, dia
menjawab, “jejak kaki onta menunjukan adanya onta, jejak perjalanan menunjukan adanya
orang yang melakukan perjalanan, langit yang memiliki bintang bintang, bumi yang memiliki
jalanan yang lapang, lautan yang berombak, bukankah (semua itu) menunjukan kepada (Zat)
Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui?” Yang berarti bahwa segala sesuatu memiliki
sebab dan akibat
Namun argument diatas bisa disanggah dengan argument berikut, Secara logika,
apabila segalanya memiliki sebab, maka Tuhan pasti memiliki sebab. Bila Tuhan memiliki
sebab, tidak mungkin Tuhan adalah penyebab pertama atau penyebab yang tidak
disebabkan. Jika Tuhan tidak memiliki sebab, maka segalanya tidak perlu memiliki sebab.
Jika segalanya tidak perlu memiliki sebab, mungkin alam semesta tidak perlu memiliki
penyebab
Tanpa adanya Tuhan, manusia tidak akan memiliki alasan untuk hidup atau berbuat
baik, maka dari itu, Tuhan haruslah ada. Hampir semua orang percaya adanya Tuhan, maka
Tuhan pasti ada.
Namun di satu sisi, manusia pun ada yang tidak percaya dengan tuhan, mereka
bertanya “Tuhan itu tidak ada, Tuhan adalah sesuatu yang dibuat dari masa lampau untuk
hanya sehingga manusia memiliki norma, dan tidak kelewatan”
Apabila dunia ini didesain dengan luar bisa, dan Tuhan, sang desainer, pasti memiliki
pencipta yang jauh lebih luar biasa lagi. Jika Tuhan tidak perlu memiliki pencipta,maka
sesuatu yang tidak seluar biasa Tuhan seperti alam semesta tidak perlu memiliki pencipta.
Lagi-lagi, di sini terdapat logika yang berkontradiksi
Mungkin lebih rasional untuk percaya pada Tuhan karena bila tidak percaya adanya
Tuhan manusia akan menerima hukuman. Sebenarnya, pernyataan ini mendukung iman
Kristen, tetapi pernyataan ini seperti me-logika-kan iman Kristen, padahal seharusnya iman
bukan berdasarkan logika.
Seorang ateis tanpa sadar telah menjadikan logika sebagai tuhannya. Segala sesuatu
didunia ini dicari penjelasannya
Tuhan di mata orang Kristen adalah omnipotent (Maha Kuasa), omniscient (Maha
Tahu), and omnibenevolent (Maha Kasih). Keberadaan Tuhan bagi orang Kristen adalah
absolut, didasari oleh iman. Iman sendiri artinya adalah percaya, meskipun tanpa melihat
.Jangan pertanyakan lagi keberadaan Tuhan di antara orang Kristen, ataupun bahkan di
antara umat beragama lain, karena bagi manusia yang beragama, Tuhan adalah nyata.
Baron d’Holbach (1770) yang menyatakan bahwa alam semesta ini bekerja dengan
mekanismenya sendiri dan tidak melibatkan pengaruh Tuhan, bahkan dia menolak
keberadaan Tuhan dan mengeritik agama dengan pedas. Dan dia juga menuduh bahwa
agama adalah tiran yang melemahkan munculnya kebenaran “suara kebenaran hanya dapat
didengar oleh jiwa yang terbiasa dengan renungan,yang kepekaanya melemahkan
ketenangan tak terhingga yang disiramkan kebumioleh tirani agama dan politik, dan agama
menjauhkan manusia dari pencerahandan memasukanya pada kesalahan”. Holbach bahkan
sinis dalam nadanyamenyimpulkan bahwa “ adalah konyol seorang manusia menyerahkan
diri padasebuah bahtera yang tidak membawa kemanapun kecuali kekejahatan”.
Sumber :
- Jurnal KONSEP AL-RUBUBIYAH (KETUHANAN) DALAM ALQURAN Jurnal Diskursus Islam
Volume 3 Nomor 1, Tahun 2015
- Jurnal Argumen Fitrah Tentang Adanya Tuhan Didin Komaruddin Dosen Fakultas Ushuluddin
UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
- https://muslim.or.id/27004-bagaimana-akal-menunjukan-keberadaan-allah-taala.html
- The Great Debate: Does God Exist? Dr. Greg Bahnsen versus Dr. GordonStein, At the
University of California, Irvine, 1985 dan What’s Wrong With Being An Atheist?
- Atheis (dalam Psikologi) ATHEIS Oleh Muzaki Saifurrohman

Anda mungkin juga menyukai