• PARA ATEIS
Terlebih lagi bagi para ateis, yaitu orang-orang yang mengingkari
adanya Allah. Mereka mengejek orang-orang beriman untuk membuktikan
adanya Allah. Mula-mula ateisme hanya mengingkari adanya suatu pribadi
yang disebut Allah, tetapi masih tetap mengakui adanya kuasa-kuasa yang
supranatural. Tetapi ateisme zaman modern mengingkari pula adanya suatu
yang supranatural. Segala sesuatu dapat diterangkan secara psikologis atau
secara materialistis.
Biasanya ateis dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu ateis
teoritis dan ateis praktis.
• ATEIS TEORITIS
Ateis teoritis adalah ateis yang bersifat intelektual dan mendasarkan
penyangkalan mereka atas suatu proses pemikiran berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan logika atau intelek (argument rasional).
Mereka berusaha untuk membuktikan melalyui suatu cara yang menurut
mereka adalah argument rasional yang konklusif, bahwa Allah tidak ada.
Bagi mereka keberadaan Allah adalah mustahil – tidak masuk akal
mereka.
Prof. Flint membedakan tiga jenis ateisme teoritis, yaitu: (1) ateisme
dogmatis yang sama sekali menolak adanya Keberadaan yang Ilahi; (2)
ateisme skeptis, yang meragukan kemampuan akan manusia dalam
menentukan apakah tuhan ada atau tidak, dan (3) ateisme kristis, yang
berpendapat bahwa tidak ada bukti yang dapat sah tentang keberadaan
Allah.
• ATEIS PRAKTIS
Ateis praktis yaitu mereka yang meskipun mengatakan bahwa
“Allah ada”, tapi mereka hidup mengabaikan Allah; dalam hidup sehari-
harinya mereka tidak mengindahkan Tuhan; hidup seolah-olah Tuhan
tidak ada. Baik Alkitab maupun pengalaman mengakui adanya ateis
praktis. Mazmur 10:4b menyebut orang fasik beranggapan: “Tidak ada
Allah! Itulah seluruh pikirannya.” Mazmur 14:1 juga berkata: “Orang
bebal berkata dalam hatinya: Tidak ada Allah”. Paulus mengingatkan
jemaat di efesus bahwa keadaan mereka dulu adalah “tanpa Allah di
dalam dunia” (Efesus 2:12).
Pengalaman juga memberi bukti berlimpah tentang keberadaan ateis
praktis dalam dunia ini. Mereka tidaklah harus merupakan orang-orang
yang bercitra buruk di mata orang lain, tetapi mungkin mereka malah
tergolong orang-orang baik di mata dunia, walaupun mereka tidak acuh
terhadap hal-hal rohani. Orang-orang semacam itu mungkin sekali sadar
akan kenyataan bahwa mereka tidak harmonis dengan Tuhan, takut
untuk bertemu Dia, dan mencoba melupakan Tuhan. Mereka tampaknya
secara tersembunyi senang memamerkan keateisan mereka ketika hidup
mereka berjalan lancer, tetapi kemudian mereka bertelut berdoa manakala
hidup mereka tiba-tiba terancam bahaya.
Memang Alkitab berkata betapa sukarnya manusia mempercayai sesuatu yang
tidak dapat ia lihat dan sentuh. 1 Kor 2:14 berkata: “Tetapi manusia duniawi
tidak menerima apa yang berasal dari roh Allah, karena hal itu baginya
adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu
hanya dapat dinilai secara rohani.”
Ateisme lahir dari keadaan moral manusia yang telah sesat dan dari keinginan
manusia untuk menghindari Allah. Ini terjadi sebagai akibat tindakan sengaja
membutakan diri, menindas hati nurani yang paling dasar dalam diri manusia,
kerinduan terdalam jiwa, aspirasi tertinggi roh manusia, dan kerinduan hati untuk
menggapai Keberadaan yang lebih tinggi dari dirnya sendiri.
Mengenai para skeptis dan ateis ini, Alkitab dengan tegas berkata bahwa mereka
adalah “bebal ” – bodoh (Maz 14:1). Alkitab juga berkata bahwa mereka buta
karena dibutakan oleh iblis: “Jangan hidup lagi sama seperti orang-orang
yang tidak mengenal Allah dengan pikirannya yang sia-sia dan pengertiannya
yang gelap, jauh dari hidup persekutuan dengan Allah, karena kebodohan
yang ada di dalam mereka dank arena kedegilan hati mereka. Perasaan
mereka telah tumpul …” (Efesus 4:17, 18); “… mereka, yang akan binasa,
yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh
ilah zaman ini …” (2 Korintus 4:4).
Ontologis berasal dari kata Yunani ontos yang berarti: yang sedang berada.
Argumen atau bukti ini menyatakan bahwa setiap orang mempunyai
kesadaran atau pengertian tentang Allah. Kesadaran ini tidak bisa dari
dirinya sendiri tetapi diciptakan oleh Allah. Keberadaan Allah tertulis dalam
di dalam hati dan suara hati manusia. Kaum ateis boleh jadi menuding suara
hati mereka tidak memberitahukan Allah kepada mereka. Orang jujur
menemukan suara hatinya membisikkan kepadanya, bahwa Allah ada.
Pendapat ini misalnya dikemukakan Plato. Berbagai bentuk argument ini
telah dikemukakan oleh Anselmus, Descartes, Samuel Clarke dll. Dalam
bentuk yang paling sempurna argument ini disusun oleh Anselmus.
Kant menekankan bahwa argument ini tidak dapat dipertahankan, akan tetapi
Hegel menghargainya sebagai argument terpenting tentang keberadaan
Allah. Para Idealis modern menyarankan, lebih baik argument itu disusun
berbeda, yang oleh Hocking disebut sebagai “laporan pengalaman”.
Berdasarkan anjuran tadi kita dapat berkata, “Saya mempunyai ide tentang
Allah, karena itu saya mempunyai pengalaman tentang Allah”.
• Argumen/Bukti Teleologis (Kaidah Rencana dan Tujuan)
• AKAL BUDI
Dalam Kis 17 dapat dilihat kecenderungan manusia untuk beribadah
– sesuatu yang menyaksikan tentang keberadaan Allah dan menunjukkan
kecenderungan manusia untuk menyalah artikan pengetahuan yang ia miliki.
Ketika Paulus tiba di Atena, ia melihat bahwa kota itu penuh dengan berhala.
Ayat 22 menuliskan “Paulus pergi berdiri di atas Areopagus dan berkata:
‘Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat
bribadah kepada dewa-dewa, sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu
dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah
mezbah dengan tulisan: kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu
sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepadakamu” (ayat
22-23). Kemudian Paulus menggunakan kesempatan ini untuk
memperkenalkan satu-satunya Allah yang sejati kepada penyembah-
penyembah berhala itu. Yang menarik untuk disimak adalah bahwa orang-
orang Atena juga penyembah allah yang tidak dikenal. Mereka tidak perlu
diyakinkan tentang keberadaan Allah, mereka hanya perlu diarahkan kepada
Allah yang benar.
Sebelumnya dalam Roma 2:14-15 Paulus mengajukan pertanyaan
tentang pengetahuan batin yang mendasar dalam hati semua orang. Ketika ia
berbicara tentang orang yang bukan Yahudi, ia menjelaskan bahwa Taurat
Tuhan tidak dinyatakan kepada orang-orang bukan Yahudi, namun hukum
Taurat ada tertulis di dalam hati mereka. Paulus mengimplikasikan bahwa
semua orang, hingga taraf tertentu, mengerti apa yang benar dan salah karena
Allah telah memberikan pengetahuan ini kepada mereka. Juga orang-orang
yang tak pernah terdidik dalam peraturan-peraturan PL, khususnya 10
Perintah Allah, memiliki pengetahuan batin tentang ide-ide yang mendasar
ini. Hal ini adalah pengetahuan yang diberikan oleh Allah. Adanya
kesadaran universal tentang perilaku yang baik inilah yang menjadi bukti
dari keberadaan Allah.
Roma 1:18-32 memberikan bukti kuat bahwa setiap orang memiliki
pengetahuan batin tentang Allah. Paulus mengatakan bahwa “apa yang
dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka. ” Namun walaupun
semua manusia memiliki kesaksian batin bahwa Allah ada, sebagian orang
tidak mau mengakuinya, mereka “menindas kebenaran ”.
Baik penyataan Allah melalui penciptaan maupun akal budi ini
disebut “umum ” (general revelation), karena diperuntukkan bagi manusia
pada umumnya, tanpa terkecuali. Disebut juga “penyataan alami ”
(natural revelation).
Usaha pembuktian dengan menggunakan sisa-sisa penyataan umum
atau alami ini menghasilkan Teologi Natural (Natural theology) yaitu
disiplin teologi yang menyangkut pengetahuan akan Allah yang diperoleh
melalui budi saja. Teologi ini menyatakan bahwa bisa saja orang membuat
pernyataan-pernyataan tentang eksistensi dan sifat Allah berdasarkan nalar
manusia semata, tanpa perlu penyataan Allah mengenai diri-Nya
sebagaimana disaksikan dalam Alkitab. Teologi ini dikembangkan oleh St.
Thomas Aquino (1225-1274) dan menghadapi tantangan sejak masa
Pencerahan ketika keabsahan argument mengenai adanya Allah diserang.
Konsili Vatikan I (1869-1870) mengajarkan bahwa “dari hal-hal yang
diciptakan, Allah dapat diketahui dengan pasti melalui cahaya kodrati akal
budi manusia. ”
Konsili menegaskan suatu kemungkinan ( “dapat ”), tetapi tidak
menunjukkan jalan-jalan untuk mengetahui Allah dan tidak menyatakan
bahwa ada orang yang telah mengalami kemungkinan ini tanpa “penyataan
Allah yang khusus ”. Karl Barth (1886-1968) dan tokoh-tokoh teologi
dialektis yang lain bahkan, atas dasar pendapat bahwa dosa telah
menyebabkan akal manusia dari dirinya sendiri tidak mampu mengenal
Allah, dengan tegas mengesampingkan teologi natural.
Manusia bisa cukup mengenal Allah sampai suatu tingkat tertentu
melalui penyatan umum/alami, sehingga mereka “tidak dapat berdalih ”
(Roma 1:20 ketka mereka menolak Allah. Meskipun demikian, tanpa
penyataan lebih lanjut dari Allah, yaitu “penyataan khusus ” mereka tidak
mungkin mengetahui kekudusan-Nya, kebencianNya pada dosa, kasih dan
anugerahNya dan ketetapan-ketetapan-Nya untuk menyediakan keselamatan.
Pengenalan yang benar tentang Allah hanya dapat diperoleh melalui
penyataan khusus, di bawah pengaruh pencerahan Roh Kudus.
• PENYATAAN KHUSUS: DASAR IMAN KRISTEN TENTANG KEBERADAAN
ALLAH
Iman Kristen bukan hasil pemikiran atau olah akal budi (refleksi) manusia
untuk membuktikan keberadaan Allah. Sebab iman Kristen mulai dengan fakta
positip bahwa Allah ada, karena mengalami adanya “penyataan Allah yang
khusus ” (special revelation), yaitu penyataan Allah dengan perantaraan Firman
dan Karya-Nya yang berpusat pada Yesus Kristus.
Allah telah menyatakan Diri, sehingga tidak perlu dibuktikan, melainkan
justru langsung mengungkapkan siapa dan bagaimana Allah yang telah
menyatakan Diri itu. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa mula-mula bukan
Israel yang mencari Allah, melainkan sebaliknya, Allahlah yang mencari Israel
dan yang memperkenalkan dan menyatakan diri-Nya kepada Israel. Allah
bersabda: “Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak
menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak
mencari Aku. Aku telah berkata: ‘Ini Aku, ini Aku!’ kepada bangsa yang tidak
memanggil nama-Ku” (Yesaya 65:1).
Dengan karya-karya-Nya yang besar di dalam sejarah umat Israel, tuhan
Allah telah menyatakan diri-Nya atau memperkenalkan diri-Nya kepada umat-
Nya.
Israel mengenal Allah, hal itu bukan karena Israel mengunakan akalnya
untuk menjelajahi alam semesta, juga bukan karena Israel mehyelami lubuk
hatinya melainkan karena Allah memperkenalkan diri-Nya atau menyatakan diri-
Nya kepada Israel. Nabi Amos, untuk menunjukkan otoritas misinya, berkata:
“Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan
keputusanNya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi” (Amos 3:7).
Itu sebabnay tidak ada seorangpun penulis Alkitab merasa harus
membuktikan bahwa Allah ada. Alkitab dengan tegas menyatakan bahwa hanya
orang bodoh yang menyangkal adanya Allah (Maz 14:1).
Para pencari keberadaan Allah harus dengan tulus dan seperti anak-anak
dengan iman sederhana, mempercayai dan meyakini Allah sepenuhnya
berdasarkan penyataan Allah dalam Alkitab dan alam semesta. “Tetapi tanpa
iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa
berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada” (Ibrani 11:6).
Betapa sukarnya manusia mempercayai apa yang tidak dilihatnya sendiri.
Manusia memiliki kecenderungan cara berpikir seperti Thomas: “Sebelum aku
melihat …, sekali-kali aku tidak akan percaya” ketika mendengar murid-murid
lain yang berkata: “Kami telah melihat Tuhan!” (Yohanes 20:25). Namun
Yesus menunjukkan kepada Thomas sikap yang lebih agung: “Karena engkau
telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak
melihat, namun percaya. ” (Yoh 20:29).
Bukti terkuat tentang keberadaan Allah di luar Alkitab adalah persekutuan
dengan Dia melalui doa setiap hari. Kita tahu dan percaya bahwa Allah ada
sebab kita berbicara dengan Dia, dan Dia mendengar dan menjawab doa kita.
PENYATAAN ALLAH
UMUM KHUSUS
P A F K
E K I R
N A R I
C L M S
I A T
P B N U
T U S
A D
A I
N
MANUSIA
Tetapi bukan berarti Allah tidak memperkenalkan diri-Nya sama sekali. Allah dalam
rencana penyelamatanNya telah “menyatakan diri-Nya ” kepada manusia.
Terhadap pertanyaan: “Apakah Allah dapat dikenal?”, iman Kristen menjawab
dengan tegas: “Tentu! ”. Karena Allah telah menyatrakan atau memperkenalkan
diri-Nya. Dalam Roma 1:19, rasul Paulus mengatakan: “Karena apa yang dapat
mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakan-
Nya kepada mereka.”
Manusia dengan demikian (hanya) dapat mengenal Allah sejauh yang dinyatakan-
Nya atau diperkenalkan-Nya kepada manusia. Dalam Keluaran 3:14, Allah
memperkenalkan Diri-Nya sebagai “AKU ADALAH AKU ” (Ehyeh asyer
Ehyeh) artinya kita hanya dapat mengenal Allah sejauh yang telah Ia nyatakan atau
perkenalkan. Di luar itu Allah masih merupakan misteri.
• PENYATAAN ALLAH (WAHYU)
Kata penyataan merupakan terjemahan dari kata kerja Latin revelare (kata bendanya
revelation, bahasa Inggrisnya adalah revelation). Dalam bahasa Indonesia lebih
sering diterjemahkan dengan kata “wahyu ” (seperti halnya dengan kitab terakhir
dalam PB yang diterjemahkan nama “Wahyu ”). Namun pemakaian kata wahyu ini
dapat menimbulkan salah pengertian. Sebab kata ini berasal dari kata kerja Arab,
yang terutama berarti: “mengilhami/membisikkan mengenai sesuatu”; “perasaan
yang meyakinkan hati dan mendorong untuk diikuti tanpa diketahui darimana
datangnya”. Kata ini dapat menimbulkan kerancuan dengan pengertian “wahyu ”
dalam agama Islam, yaitu “ilham yang lebih tinggi ”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ada dua arti dari kata “ilham ”: (1) “Petunjuk yang datang dari Tuhan
yang terbit di hati ”; (2) “Sesuatu yang menggerakkan hati (untuk mengarang syair
dsb.) ”. Syeh Muhamad Abduh mengeartikan wahyu sebagai “pengetahuan yang
didapat seseorang pada dirinya sendiri dengan keyakinan penuh bahwa pengetahuan
itu datang dari Allah. ”
Hampir semua agama menyatakan bahwa Allah telah menyatakan atau
memperkenalkan diriNya pada manusia melalui cara “wahyu ” tersebut. Agama-
agama non-Kristen umumnya menyatakan bahwa cara Tuhan memperkenalkan
diriNya kepada mereka adalah dengan cara “bisikan illahi, ” yaitu: “Tuhan
memperkenalkan diriNya dan kehendakNya dengan membisikkan kehendakNya di
dalam hati sanubari manusia; kepada imam/pendeta (dalam agama suku murba), nabi
(dalam agama Islam), guru/kyai (dalam kebatinan), rsi (dalam agama Hindu) dsb.
Misalnya dalam agama Hindu diyakini bahwa dewa tertinggi Siwa dan Wismu
memperkenalkan diriNya/kehendakNya dengan bisikan. Kemudian dibukukan
dalam kitab “Weda” yang disebut “Sruti ” yang artinya “apa yang didengar ”.
Dalam Parisada Hindu Darma diyakini bahwa Weda berasal dari Sang hyang
Widhi Wasa yang didengar oleh para Maharesi dalam keadaan samadhi. Menurut
kitab “Purana” sebab yang menjadikan para rsi menerima “bisikan ilahi ” adalah
karena kekacauan. Dalam Kebatinan Pangestu diyakini bahwa r. Soenarto
Mertowedojo sedang solat dhaim kemudian terlena dan mendengar “bisikan ilahi ”
yang kemudian ditulis dalam kitab Serat Sangka Jati. Demikian pula dalam agama
Islam, panggilan Muhammad dalam S. 53:1-10; S. 96: 1-5; S. 74:15.
Berbeda dengan pengertian wahyu (penyataan) dalam iman Kristen. Kata wahyu
(penyataan) dalam Alkitab berasal darikata ibrani gillah, kata Yunani-nya
apokalypto. Di samping itu dalam PB juga digunakan kata Yunani phaneroun. Kata
gillah/apokalypto berarti “mengambil tutup/selubung sehingga nampak apa yang
tertutup/diselubungi ” (menyingkapkan, menanggalkan, membuka selubung,
menunjukkan yang tersembunyi, memberitakan tentang yang tidak dikenal).
Phaneroun berarti “terbuka” (munculnya apa yang tersembunyi). Hubungan
pengertian kedua kata tersebut adalah sbb.: Karena adanya tindakan apokalyptein
maka hasilnya adalah phaneroun.
Berdasarkan etimologi tersebut penyatan (wahyu) berarti :sesuatu yang semula
tertutup atau tidak diketahui, karena diselubungi menjadi dapat diketahui, karena
selubungnya telah disingkapkan”. Penyataan dapat berarti perbuatan
mengungkapkan atau membuka atau menyingkapkan. Tetapi istilah itu dapat pula
berarti apa yang diungkapkan atau dibukakan atau disingkapkan. Seringkali yang
ditekankan ialah pengertian yang aktif: penyataan terdapat dalam komunikasi Allah
dengan manusia: penglihatan yang diberikanNya, firman yang diucapkanNya dan
perbuatan yang dilakukanNya.
Allah sendiri membuka selubung-Nya. Allah keluar dari tempat “persembunyian-
Nya ”, memperkenalkan Diri kepada umat manusia. Ia menyingkapkan selubung
yang menutupi Diri-Nya. Allah menyatakan diri-Nya yang membuat Ia dikenal oleh
manusia. Allah yang “tersembunyi ” yang mendiami “terang yang tidak
terhampiri ” (1 Tim 6:16), muncul dari “ketersembunyian-Nya” yang kekal. Ia
datang kepada manusia dengan menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang hidup,
yang berfirman, yang bertindak. Allah tampil dalam sejarah.
Penyataan Allah yang khusus tersebut diberikan dalam bentuk atau cara yang
“manusiawi” atau anthropomorphism (antropomorfisme) (Yunani: anthropos –
manusia; dan morphe – bentuk), artinya berbicara tentang Tuhan seolah-olah Ia
adalah manusia. Bahasa antropomorfis (anthropomorphic) adalah semacam cara
berbicara yang dipakai Allah untuk membuat orang-orang mengerti Allah dengan
lebih baik. Allah yang tidak dapat dikenal oleh manusia karena Ia sama sekali
berbeda dengan manusia, tetapi Ia berkenan untuk menciptakan manusia menurut
gambar dan rupaNya. Gambar dan rupa yang diciptakan-Nya inilah yang dipakai
Allah untuk menyatakan diriNya kepada manusia. Allah dikatakan mempunyai mata
(Maz 11:4), telinga (Maz. 86:1), mulut (Ayub 11:5; Yes 58:14); tangan (Yos 4:24;
Maz 31:6) dsb. Ia bersorak-sorak (Yes 65:19), berjalan (Kej 3:8), bergirang (Yes
65:19), jemu (Maz 95:10), menyesal (Kej 6:6) dsb. Dengan cara demikian manusia
dapat menangkap penyataan Allah.
Allah menyatakan Diri-Nya, “membuka” Diri, berkomunikasi dengan cara yang
dapat diamati; menggunakan cara yang dapat didengar, dapat dilihat dan
menggunakan alat-alat indra lainnya dalam berkomunikasi, sehingga manusia
“mendengar suaraNya”, “melihat ” sejumlah penampakan diriNya atau
“merasakan” gempa bumi pada saat keheadiranNya. Cari ini disebut propositional
revelation, artinya Allah berkomunikasi dengan cara yang biasa dipakai manusia,
yakni dengan membuat penyataan yang dapat dimengerti oleh manusia.
Penyataan Allah yang khusus tidak sekedar “bisikan illahi ” dan diterima secara
“ subyektif ” atau selalu hanya diterima secara perorangan. Di dalam Alkitab dapat
dilihat berbagai bentuk penyataan Allah, seperti:
• Penampakan-penampakan Allah (theofani), misalnya penampakan dengan tanda-tanda
semak-duri, tiang awan, tiang api, awan yang padat, suara guntur, malaikat Tuhan
dsb. (Kel 3:2; 13:21; 14:19; 19:16-20 dsb.).
• Perbuatan-perbuatan/karya/mijizat Allah, misalnya tulah-tulah di Mesir, hujan manna, laut
Tiberau yang terbelah menjadi dua, air yang keluar dari batu karang dsb. (Kel 7:14
dst.; 14:31 dsb.);
• Suara Tuhan, misalnya Yes 6:8 dsb;
• Tulisan Tuhan, misalnya dalam loh batu (Kel 32:15-19), di dinding (Daniel 5:1-17) dsb.;
• Impian, seperti dalam Kej 28:12-15 dsb.;
• Penglihatan, seperti dalam II Raj 6:8-17; dsb.
Yesus Kristus adalah puncak penyataan/pewahyuan Diri Allah (Yoh 1:14, 18).
Dengan kata lain Penyataan Allah yang paling sempurna diberikan dalam Yesus
Kristus. Ia sekaligus adalah Pewahyu (pelaku), pewahyuan (proses aktif
penyingkapan), dan isi wahyu itu sendiri. Injil Yohanes adalah tulisan PB yang
paling kaya memuat ajaran mengenai wahyu (melalui kata-kata seperti kemuliaan,
cahaya, tanda, kebenaran, saksi, sabda “Akulah Dia”, dan terutama penjelmaan
Sang Sabda). Alkitab menyatakan bahwa penggenapan semua penyataan terdahulu
terjadi dalam Diri, karya dan perkataan Yesus Kristus (Ibrani 1:1-3). Dengan
Kristus dan zaman rasuli, penyataan/pewahyuan dasar sudah sempurna dan kita
hanya menunggu penyataan/pewahyuan terakhir dan mulia, parusia (Titus 2:13; 1
Yoh 3:2).
Tentu penyataan Allah tentang diriNya tersebut tidak adekwat (adequate) atau tepat
persis, hanya yang dapat ditangkap manusia. Manusia diciptakan “menurut gambar
dan rupa” Allah, dan gambar dan eupa ini dipakai untuk menyatakan Diri dan
Kehendak Allah kepada manusia. Jadi penyataan Allah tidak adekwat, artinya
terbatas pada “gambar dan rupa”. TEtapi tidak berarti bahwa penyatan ini sama
sekali berbeda dari Yang dinyatakanNya. Sebuah gambar –kalau baik- benar-benar
menunjuk kepada apa yang digambarkan, meskipun memang terbatas. Penyataan
Allah ini oleh rasul Paulus dalam 1 Kor 13:12 dikatakan dengan istilah “samara-
samar ”: “Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang
samara-samar, tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka. Sekarang aku
hanya mengenal dengan tidak sempurna tetapi nanti aku akan mengenal dengan
sempurna, seperti aku sendiri dikenal.” Memang gambar dan peta Allah ini rusak
karena dosa tapi tidak hilang. Penyataan Allah tidak dapat ditangkap manusia kalau
Roh Kudus tidak bekerja dahulu dalam hati orang.
Luther berulang kali mengatakan tentang Allah sebagai Deus Absconditus (Allah
yang tersembunyi), yang dibedakan dari Allah sebagai Deus Revelatus (Allah yang
dinyatakan). Dalam beberapa tulisannya, Luther bahkan mengatakan bahwa Allah
yang dinyatakan (penyataan Allah) masih juga Allah yang tersembunyi ditinjau dari
kenyataan bahwa kita tidak dapat sepenuhnya mengenal Dia bahkan melalui
penyataan khusus-Nya sekalipun.
Dalam penyataan khusus ini, Allah menyatakan Diri-Nya dalam rangka mau
menyelamatkan dan memperbaharui manusia dan ciptaan lainnya yang sesuai
dengan maksud dan rencana Allah. Penyataan itu tidak terjadi dalam satu waktu
tertentu saja dan diterima oleh seorang atau beberapa orang saja, tetapi meliputi
sejarah yang panjang, berabad-abad dan melibatkan banyak saksi primer yang
dipilih dan dikuduskan oleh Allah dan diberi kuasa untuk memberikan kesaksian
tentang apa yang telah mereka lihat, dengar, atau alami, sampai beberapa generasi.
Meskipun meliputi waktu yang panjang dan melibatkan begitu banyak manusia
dalam memberikan kesaksian penyataan Allah secara tertulis dalam bentuk kita-
kitab, namun kumpulan dari kitab-kitab tersebut merupakan satu buku (Alkitab)
yang memiliki satu “benang merah ” dan satu kesaksian serta satu maksud atau
tujuannya. Inilah bukti yang terkuat bahwa penyataan Allah dalam iman Kristen dan
kesaksianNya (Alkitab) bukan karangan manusia tetapi karya Allah sendiri yang
memimpin/mendorong/mengilhami alatNya, yaitu manusia untuk terlibat dalam
sejarah penyelamatan danb pembaharuan dari Allah.
Alkitab secara utuh menyampaikan penyataan Allah yang mencapai kepenuhannya
dalam Kristus. Penuturan kembali karya-karya Allah yang ajaib dalam Alkitab itu
karena peristiwa penyataan dalam kurun waktu sejarah tertentu tidak dimaksudkan
hanya untuk mereka yang menerima penyataan itu pada kurun waktu itu, tetapi
untuk manusia sepanjang waktu.
Itu sebabnya Allah berulang kali mengingatkan umat-Nya akan hal-hal yang telah
dilakukanNya untuk mereka. Tanpa penyataan Allah melalui tulisan (Alkitab),
sedikit sekali atau bahkan tidak ada orang yang mengerti penyataanNya melalui
karyaNya. Penyatan Allah, baik melalui karya maupun tulisan, memiliki tujuan
tertentu, yaitu agar ada dampaknya bagi mereka yang menerimanya. Mereka harus
memperhatikannya, mempelajarinya dan menanggapinya. Tujuan Allah yang
bersesinambungan menurut Alkitab adalah penyelamatan, yaitu untuk
menghapuskan akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa dan memulihkan akibat
kejatuhan manusia ke dalam dosa dan memulihkan manusia pada keadaannya
semula. Setiap penyataan Allah bersifat menyelamatkan, karena tindakan-
tindakanNya yang “negative” sekalipun (artinya yang bersifat mengadili atau
menghukum) bertujuan mewujudkan kehendakNya yang penuh kemurahan.
ALLAH
|
|
|
V
PENYATAAN ALLAH
Mencapai kepenuhannya dalam YESUS KRISTUS
(Yesus Kristus adalah Firman –Penyataan Allah- yang menjadi manusia,
merangkum segala perbuatan Allah sebelum dan sesudahnya)
|
|
|
V
SAKSI PRIMER
(Saksi mata/telinga dari Penyataan Allah,
yang dipilih dan dikuduskan oleh Allah berdasarkan anugerahNya,
diberi kuasa untuk menyaksikan apa yang telah mereka lihat, dengar dan alami)
|
|
|
V
MENYAKSIKAN/MENYAMPAIKAN PENYATAAN ALLAH
Ada yang mula-mula dalam bentuk tradisi lisan kemudian tertulis,
maupun langsung tetulis,
selanjutnya kumpulan kitab-kitab tertulis tersebut dikumpulkan menjadi jadilah
ALKITAB (KITAB SUCI)
Yaitu alat penyataan Allah
yang dituangkan ke dalam tulisan dengan dorognan atau ilham Roh Kudus,
itu sebabnya menjadi
PENYATAAN ALLAH MELALUI TULISAN
|
|
|
V
MENGENAL DAN BERSEKUTU DENGAN ALLAH