Perpecahan internal keluarga Daulah Umayyah dan kekisruhan politik dalam negeri Pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays), Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam makin meruncing Sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan ketika mereka mewarisi kekuasaan Munculnya kekuasaan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn al Muthalik, dan mendapat dukungan dari Bani Hasyim & golongan Syiah, kaum Mawali 2. Faktor Pendukung terbentuknya Daulah Abbasiyah Perpecahan internal keluarga Daulah Umayyah dan kekisruhan politik dalam negeri. Munculnya gerakan perlawanan terhadap pemerintah Daulah Umayah yang dilakukan oleh : kelompok Mawali, kelompok Dahaq bin Qais Asy-Syaibani, dan kelompok Syiah yang menilai tampuk kekuasaan khalifah adalah hak keturunan Ali bin Abi Thalib dan ingin menuntut balas atas terbunuhnya Husain bin Ali di Karbala. Perpecahan kelompok suku Arab Utara dan Arab Selatan. Kekecewaan Ulama dan tokoh agama kepada Khalifah Marwan bin Muhammad yang dinilai tidak memiliki sikap negarawan yang baik. Wafatnya Khalifah Marwan bin Muhammad (khalifah terakhir Daulah Umayyah) setelah kalah dalam pertempuran di tepi sungai Zab, Irak di tahun 132 H/750 M. 3. Faktor Kemajuan Daulah Abbasiyah Islam semakin meluas di Baghdad. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan. Terdapat jabatan wazir dalam penyelenggaraan negara pada masa Bani Abbasiyah. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat mulia dan berharga. Rakyat bebas berfikir dan memperoleh hak asasinya dalam pelbagai bidang 4. Tokoh dan peran berdirinya daulah Abbasiyah Tokoh Peran dalam berdirinya Dinasti Abbasiyah a. Ali bin Abdullah Melakukan propaganda anti Bani Ummayah kepada masyarat luas b. Muhammad bin Melakukan usaha propaganda anti Bani Umayyah seperti ayahnya, menjadi kota Ali Kuffah dan Khurrasan sebagai benteng pertahanan Bani Abbas c. Ibrahim bin Melakukan usaha propaganda anati Bani Umayyah seperti ayah dan kakeknya Muhammad dan mendapat dukungan dari kaum Syiah, dapat mengusai wilayah Kuffah,Basrah,Makkah,Madinah d. Abu Muslim Al- Melakukan pemberontakan dan penyerangan besar besaran di kota kota penting Khurasani pemerintahan Bani Umayyah, memimpin pemberontakan di Damaskus e. Abu Abbas As- Melakukan pemberontakan Bersama Abu Muslim al Khurasani, pemimpin Saffah pemberontakan di Mesir 5. Abu Abbas as Saffah (132-137 H / 750-754 M) Abu Abbas as Saffah yang memiliki nama lengkap Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul-Muthalib bin Hasyim lahir di Suriah pada tahun 721 M. Daulah Abbasiyah berdiri pada 750-1258, dengan khalifah pertama Abu Abbas As-Saffah. Pada masa pemerintahannya, Abu Abbas as Saffah berkuasa pada tahun 750-754 Masehi atau selama 4 tahun. Ketika Abbas menjabat khalifah, dia diberi gelar as-Saffah yang berarti penumpah atau peminum darah, sebutan tersebut diberikan karena dia mengeluarkan dekrit kepada gubernurnya yang berisi perintah untuk membunuh tokoh-tokoh Umayyah. Dengan sifat tegas dan keberaniannya Abu Abbas as Saffah dapat mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah adalah tokoh yang kuat dan berprestasi. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat pun mencapai tingkat yang paling tinggi. Abu Abbas juga adalah salah satu orang yang mengikuti pemberontakan kepada Bani Umayyah. Tapi sayangnya kepemimpinan nya hanya berlangsung 4 tahun, lalu beliau wafat karena penyakit yang di deritanya. Sebelum beliau wafat, Abu Abbas as Saffah telah mengangkat Abu Ja'far Al-Manshur sebagai penerusnya memimpin Dinasti Abbasiyah. 6. Abu Ja’far al Manshur (137-159 H / 754-775 M) Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur adalah khalifah kedua Bani Abbasiyah yang berkuasa antara tahun 754-775 M. Abu Jafar Al-Mansur lahir di Humeima (sekarang Yordania) pada tahun 714. Ia adalah putra Muhammad bin Ali, cucu dari Abbas bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad. Khalifah Abu Jafar Al-Mansur dikenal sebagai sosok yang tegas dan terkadang cukup kejam. Pada 755, ia memerintahkan pembunuhan atas Abu Muslim, tokoh yang berjasa besar memimpin pasukan Abbasiyah memenangkan Perang Saudara Islam III (749-750) melawan Bani Umayyah. Pembunuhan itu diduga untuk mengamankan takhta Khalifah Al-Mansur, karena Abu Muslim diketahui memiliki pengaruh besar di Iran dan Transoxiana (sekarang Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan, Turkmenistan, dan Kirgistan). Setelah itu, perubahan besar pertama yang dilakukan Khalifah Al-Mansur adalah memindahkan ibu kota pemerintahan dari Damaskus di Suriah ke Bagdad, Irak, pada tahun 762. Khalifah Abu Jafar Al-Mansur memindahkan ibu kota Daulah Abbasiyah karena kedekatan lokasi Bagdad dengan Iran, yang merupakan basis kekuatan Abbasiyah. Selain itu Abu Ja’far mendirikan Baitul Hikmah, karya sastra semakin berkembang pesat, memberikan beasiswa kepada pelajar. Selain itu, pada masa kekuasaannya yang berlangsung selama hampir 22 tahun, banyak orang non-Arab yang masuk Islam. Khalifah Al-Mansur wafat pada 6 Oktober 775 M dalam perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Setelah itu, kekuasaan Kekhalifahan Abbasiyah jatuh ke tangan putranya yang bernama Al-Mahdi. Untuk menghargai jasa-jasanya bagi dunia Islam, di Bagdad didirikan Monumen Al-Mansur dengan ukuran sangat besar.