Anda di halaman 1dari 3

MEMETIK HIKMAH TERSEMBUNYI IDUL ADHA

‫ َم ْن‬،‫ َو َنُعْو ُذ ِبِه ِم ْن ُش ُرْو ِر َأْنُفِس َنا َو ِم ْن َس ِّيَئاِت َأْع َم اِلَنا‬،‫ َنْح َم ُد ُه َو َنْسَتِع ْيُنُه َو َنْسَتْغ ِفُر ُه‬،‫ِإَّن اْلَحْم َد ِهلِل‬
‫ َأْش َهُد َأْن اَل ِإَلَه ِإاَّل ُهللا َو َاْش َهُد َأَّن َس ِّيَدَنا ُمَحَّم ًدا‬،‫َيْهِدِه ُهللا َفاَل ُمِض َّل َلُه َو َم ْن ُيْض ِلْل َفاَل َهاِدَي َلُه‬
‫ َأَّم اَبْعُد‬،‫ وَس ِّلْم َتْس ِلْيًم ا َك ِثْيًرا‬، ‫ َالَّلُهَم َص ِّل َع َلى َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِد َنا ُم َحَّمٍد‬،‫َع ْبُد ُه َو َر ُسْو ُلُه‬

‫ َأُع ْو ُذ ِباهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن‬، ‫ َو َقْد َفاَز اْلُم َّتُقْو َن‬، ‫ ِاَّتُقْو َهللا َم ا اْسَتَطْع ُتْم‬،‫ ِاَّتُقْو َهللا‬، ‫َفَيا َأُّيَها اْلُم ْس ِلُم ْو َن‬
‫ َص َدَق ُهللا اْلَعِظ ْيُِم‬، ‫ َفَبَّش ْر َناُه ِبُغ َالٍم َحِلْيٍم‬، ‫ َر ّبَهْب ِلي ِم َن الَّصاِلِح ْيَن‬، ‫الَّر ِج ْيِم‬
Saudara-saudaraku jamaah shalat jum'at masjid Al Fattah yang berbahagia
Para bapak perisai rumah tangga
Adik-adiku remaja dan pemuda cikal bakal matai rantai Ujung tombak penerus perjuangan
Islam yang saya banggakan
Segenap kaum muslimin umat paripuma peraih iman tauhid peredam murka Allah
rohimakumullah

Marilah sama-sama kita bidikkan lensa keimanan dalam hati sanubari kita, agar mengkristal
menyentuh tali senar keimam 'dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita
kepada Allah SWT.
Semoga kita yang bersimpuh disiang hari di rumah Allah nan indah dan mulia ini dicatat
dengan tinta emas termasuk hamba-hamba Allah yang kelak menjadi penghuni surganya Allah
SWT, aamiiin ya robbal 'alamin.
Terna khutbah pada siang hari ini adalah "Memetik Hikmah Tersembunyi Idul Adha" kenapa
khatib membawakan tema ini karna sekarang kita masih merasakan romantisme idul adha dan
mengkaji ulang apa yang disampaikan oleh Al Qur’an tentang pelaksanaan idul Adha.

Jamaah jumat rohimakumulloh...

Pada hari ini, kita telah sampai pada tanggal 11 Zulhijjah. Pada hari kemarin
terdapat peringatan dan perayaan yang penting bagi umat Islam, yaitu Idul Adha
dan ibadah qurban. Tentunya sudah selayaknya bagi kita untuk bersyukur kepada
Allah yang telah memberikan kepada kita umur panjang sehingga bisa sampai lagi
pada bulan Dzulhijjah ini dan kemarin kita semua telah mendirikan shalat Idul
Adha serta mengikuti penyembelihan hewan qurban.

Terkait ibadah qurban, kita tentunya merujuk pada tragedi yang pernah terjadi di
masa lampau, yakni kisah Nabi Ibrahim as dan putranya, Nabi Ismail as. di dalam
Al-Quran disebutkan, justru kata “qurban”, seperti dalam ayat idz qorrobaa
qurbaanan, itu di-blow up sebagai pembahasan pada qurban yang disajikan oleh
Qabil dan Habil, yakni tentang qurban manakala yang diterima oleh Allah.

Sementara itu, peristiwa yang menimpa Nabi Ismail as itu menggunakan


bahasa dzabh. Nabi Ibrahim as. sendiri yang menggunakan bahasa tersebut (innii
adzbahuka). Allah sendiri di dalam mengganti Nabi Ismail as menggunakan
bahasa dzibh, ‘adziim.

Jamaah jumat rohimakumulloh...


Menurut pendekatan filologis, bentuk masdar yang menggunakan gaya bahasa
tembahan (ziyadul alf dan wa nun) itu bermakna mubalaghoh. Lafad qurb yang
berarti dekat, merupakan bentuk masdar yang menggunakan gaya ortodoks biasa,
akan menjadi bermakna lebih hebat jika ditambahi dengan alif dan nun menjadi
qurban, yang berarti sangat dekat.

Untuk itu, teks yang ada menunjukkan bagaimana dengan itu terjadi. Padahal
qurban – qurban di sekitar situ telah menjadi tradisi, utamanya di daerah-daerah
sekitar suku Jurhum, yakni kabilah Nabi Ismail as. Oleh karenanya, qurban tidak
lagi cukup dengan menyembelih kambing, melainkan qurban melainkan qurban
manusia. Itulah yang dimaksud qurban sungguhan.

Saya ambil contoh beberapa tradisi manusia waktu itu. Di Mesir, ada tradisi
penyembahan dewa yang hebat. Oleh karena itu, qurban dipilih sesuai yang
disenangi oleh dewa itu sehingga dalam tradisi Mesir, qurban dipilihkan yang
terindah. Sementara itu, yang terindah itu adalah gadis, sehingga sebelum ada hari
raya pengorbanan itu, ada seleksi seperti pemilihan miss universe khusus Mesir
untuk memilih gadis tercantik. Gadis tercantik yang terpilih inilah yang akan di-
qurban-kan. Hal itu dikarenakan oleh persepsi teologisnya bahwa Tuhan itu indah.

Tidak sama dengan di Skandinavia. Di sana, terdapat filosofis murni dan sufistik
yang mengerucut sehingga pandangan terhadap kesucian di hadapan dewa yang
diyakini adalah ketinggian proses spritual. Siapa yang tinkat spritualnya tertinggi
itulah yang layak jadi qurban dan langsung masuk ke surga. Maka yang di-qurban-
kan adalah orang-orang shalih.

Berbeda lagi dengan kaum Nabi Ismail as, yang kabilah Jurhum. Mereka tidak
terikat dengan hal-hal tersebut. Yang penting manusia, itu bisa di-qurban-kan.
Tradisi semacam ini sesungguhnya di mata Allah terlalu besar hitungannya dan
menyalahi nilai-nilai kemanusiaan, sehingga perlu dikoreksi. Allah tidak bisa diberi
sesajen berupa nyawa manusia karena hal itu merupakan kebrutalan, sementara
Allah sendiri itu Maha Pengasih dan Penyayang.

Jamaah jumat rohimakumulloh...

Tradisi-tradisi yang salah pada saat itu sangat sulit diubah. Tidak mudah
mengubahnya dengan hanya menggunakan kata-kata, melainkan harus
dengan ‘amaliyah yang sangat fenomenal. Tokoh tua yang diperankan oleh Nabi
Ibrahim as dan tokoh muda yang diperankan oleh Nabi Ismail as sangat cocok.

Nabi Ismail as yang menurut sebagian tafsir berumur 13 tahun, diberi penghargaan
yang tinggi oleh Allah terhadap sifatnya. Nabi Ismail as adalah anak yang bersifar
‘alim, pintar, cerdas, dan tingkat intelektualnya tinggi. Dalam surah ad-
Dzariyat disebutkan fabassyaruuhu bighulaamin ‘aliim dan surah as-
Shaffat disebutkan fabassyaruuhu bighulaamin hallim. Sesungguhnya konsep-
konsep yang ada dalam kisah Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as betul-betul sarat
dengan pendidikan.
Peristiwa Ibrahim dan Ismail ini sebagai koreksi sekaligus peringatan kepada kita,
apakah betul-betul kita dalam mendidik anak itu apa tujuannya mencetak anak yang
pintar murni, atau anak yang berprilaku benar ini persoalannya.

Rabbi habliy min ash-sholihin, kemudian diberitahu dengan informasi, iya Kami
beri bi ghulamin halim seperti apa kriteria anak yang benar. Hasil pendidikan yang
benar itu seperti apa. Yaitu kira-kira seperti Ismail. Karena perintah Allah, “nak,
aku tadi malam bermimpi menyembelihmu, fandhur ma dza tara, pikirkanlah apa
pandanganmu”. Ismail umur 13 tahun sanggup berkata totalitas tanpa ada catatan.
“Ya abati, if’al ma tu’mar, monggo”.

Sungguh minta maaf. Kita sama-sama amati anak hidup di alam modern.
Perhatikan anak kita, kalau dipanggil orang tua itu segera memenuhi panggilan atau
tidak. Menurut hasil seminar nasional dulu di Bali tentang fulldays. Salah satu
direkomendasikan untuk anak fulldays yang terlalu capek di sekolah. Satu,
cenderung uring-uringan. Tiba dirumah sudah capek. Melakukan apa sedikit sudah
tidak mau, minta dilayani.

Memang disekolahan diguyur pengetahuan banyak, tapi mohon maaf terkadang


menyiapkan pakaian sendiri saja tidak mau. Memakai sepatu sendiri tidak mau.
Melepas baju sendiri ogah-ogahan. Apakah seperti itu hasil pendidikan kita
kedepan.

Melalui kisah qurban yang memerankan Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as
tersebut sungguh dapat kita petik banyak hikmah. Hikmah yang tertuang itu mulai
dari tradisi qurban, akhlak, ketakwaan kepada Allah, perihal pendidikan hingga
urusan kemuliaan para nabi.

Oleh karena itu, sungguh kita bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut yang
kemudian kita ambil manfaatnya untuk kehidupan sekarang. Semoga kita
senantiasa diberi kekuatan untuk berbuat kebaikan. Aamiin.

، ‫ َر ّبَهْب ِلي ِم َن الَّصاِلِح ْيَن‬، ‫َأُع ْو ُذ ِباهلل ِم َن الَّش ْيَطاِن الَّر ِج ْيِم‬
‫َفَبَّش ْر َناُه ِبُغ َالٍم َحِلْيٍم‬

‫ فتَقَّبَل ُهللا ِم ِّني َو ِم ْنُك ْم‬،‫ َو َنَفَع نابه َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِم َن ْآألَيِة َو الِّذْك ِر اْلَح ِكْيم‬،‫َباَر َك ُهللا ِلي َو َلُك ْم ِفي ْالُقْر آِن اْلَعِظ ْيم‬

‫ و الحمد ِهلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن‬، ‫ِتاَل َو َتُه ِإَّنُه تعالى َج َّو اٌد َك ِر ْيٌم الَبُّر الَّرُؤ ْو ُف الَّر ِح ْيُم‬.

Anda mungkin juga menyukai