Anda di halaman 1dari 11

Pertama, Membangun Pemahaman Tentang Hijrah

Hijrah bukan sekedar berpindah tempat atau merubah penampilan. Hal itu hanyalah salah satu makna
hijrah. Yang tidak kalah paling penting adalah memahami hakikat hijrah. Sehingga hijrah yang dilakukan
bukan sekedar ikut-ikutan. Tapi menjadi manhaj yang terpatri dalam kesadaran. Abdullah bin Mas’ud
berkata:

‫ َوِإنْ َأ َساءُوا‬، ‫ ِإنْ َأحْ َس َن ال َّناسُ َأنْ ُتحْ سِ ُنوا‬، ‫ َولَكِنْ َو ِّط ُنوا َأ ْنفُ َس ُك ْم‬، ‫ َوِإنْ َظلَمُوا َظلَ ْم َنا‬، ‫ ِإنْ َأحْ َس َن ال َّناسُ َأحْ َس َّنا‬: ‫ون‬
َ ُ‫ َتقُول‬، ‫اَل َت ُكو ُنوا ِإم ََّع ًة‬
‫َفاَل َت ْظلِمُوا‬

“Janganlah kalian menjadi generasi yang ikut-ikutan. Yaitu generasi yang berkata, “Jika manusia baik,
kami juga akan ikut baik. Jika manusia berbuat dzalim, kami pun demikian. Akan tetapi jadilah pribadi
yang matang. Jika manusia baik, mereka menjadi baik. Jika manusia rusak, mereka tidak ikut-ikutan.”

Hakikat hijrah adalah meninggalkan perkara yang disenangi oleh hawa nafsu, menuju perkara yang
diridhoi Allah SWT. Maka akan sangat wajar di sepanjang jalan hijrah akan ada tantangan dan godaan.
Rasulullah bersabda:

Kedua, Memulai Dengan Taubat

Jangan sampai generasi zaman now berpikir bahwa hijrah merupakan perkara yang susah. Sehingga
berpikir harus mempersiapkan bekal ini dan itu. Sebab pada dasarnya seorang muslim adalah muhajir.
Buktinya selesai shalat kita beristigfar kepada Allah, melakukan kesalahan kita beristigfar, mengingat
mati kita juga beristigfar.

Istigfar artinya memohon ampun kepada Allah. Dan itu merupakan bentuk pertaubatan seorang
muslim. Sedangkan taubat adalah hakikat hijrahnya seorang muslim. Yaitu hijrah meninggalkan dosa
menuju ampunan Allah. Rasululah bersabda:

‫َو ْال ُم َها ِج ُر َمنْ َه َج َر َما َن َهى هَّللا ُ َع ْن ُه‬

“Dan Muhajir adalah orang yang meninggalkan segala larangan Allah.” (HR. Bukhari)

Yang perlu diperhatikan dalam tahap ini adalah memantapkan makna istigfar. Istigfar harus dibarengi
dengan penghayatan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Sehingga istigfar bukan perkara berapa kali ia
diucapkan. Melainkan seberapa jauh nilai istigfar meningkatkan rasa takut kepada Allah.

Ketiga, Menyertai Alim Ulama

Hijrah tidak cukup dengan istigfar lalu memperbaiki amal ibadah tanpa disertai usaha merapat kepada
alim ulama. Hijrah yang tidak didampingi ilmu ulama sangat rawan terkena perangkap setan. Karena bisa
jadi orang seperti itu bertaubat dari suatu dosa, setelah itu malah masuk kepada dosa yang lebih besar.
Ibarat kata lepas dari mulut harimau, namun masuk ke dalam mulut buaya.
Ketika sahabat sabiqunal awwalun meninggalkan agama jahiliah, mereka selalu menyertai Rasulullah.
Rasululah membimbing mereka sejak di Darul Arqam hingga beliau wafat di Madinah. Sehingga lahirlah
mereka menjadi generasi yang Allah sifati:

“Muhammad itu adalah utusan Allâh Ta’ala dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap
orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (QS. Al-Fath: 29)

Keempat, Membentuk Komunitas Hijrah

Selanjutnya adalah membentuk komunitas hijrah. Setelah generasi zaman now memutuskan untuk
hijrah, langkah selanjutnya adalah mencari atau bergabung dengan komunitas muslim lainnya. Seperti
komunitas pengajian atau komunitas taklim dan sebagainya. Bisa juga membentuk komunitas
berdasarkan hobi. Seperti komunitas panah syar’i, komunitas sepeda syari, dan komunitas-komunitas
lainnya.

Langkah seperti ini adalah bagian dari menguatkan semangat hijrah kita. Sebab dengan menyertai
orang-orang shaleh, insya Allah iman kita akan terjaga. Minimal kita tidak merasa sendiri di jalan
hijrah.

Di kampung dan halamannya, orang yang berhijrah adalah orang yang terasingkan. Mereka berani
melawan arus di saat sebagian manusia terlena dengan dunia. Maka salah satu cara menghilangkan
keterasingan tersebut adalah mengumpulkan mereka dalam satu komunitas. Sehingga jalan hijrah
menjadi ramai. Jadilah hijrah menjadi lebih menyenangkan.

Rasulullah Saw tidak mengizinkan para sahabat untuk hijrah sebelum beliau menyatukan hati mereka.
itu dilakukan agar ketika perintah hijrah turun, mereka sudah memiliki komunitas yang siap berjalan
bersama, senasib dan seperjuangan.

ِ ‫ت َأ ْع َمالِنَا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَالَ ُم‬


َ‫ض ّل لَهُ َو َم ْن يُضْ لِلْ فَال‬ ِ ‫ِإ ّن ْال َح ْم َد ِهللِ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر َأ ْنفُ ِسنَا َو َسيَّئا‬
ُ‫ي لَهُ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالّ هللاُ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن ُم َح ّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬ َ ‫هَا ِد‬

ِّ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َم ْن َسا َر َعلَى نَ ْه ِج ِه القَ ِوي ِْم َو َدعَا ِإلَى ال‬
‫ص َرا ِط ال ُم ْستَقِي ِْم ِإلَى يَوْ ِم ال ِّد ْي ِن َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ْي ًما َكثِ ْيرًا‬ َ

ّ ‫أما بع ُد فيا عباد هللا أوصيكم وإيّاي نفسي بتقوى هللا ح‬


‫ق تقاته فقد فاز المتقون‬

Amma ba’du …

Jamaah Shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam. Itulah nikmat terbesar yang
Allah karuniakan kepada hamba-Nya. Semoga kita selalu berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga
akhir hayat kita.

Dan marilah kita bersama perkuat ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

َ ‫ِين آ َم ُنوا ا َّتقُوا هَّللا َ َح َّق ُت َقا ِت ِه َواَل َتمُو ُتنَّ ِإاَّل َوَأ ْن ُت ْم مُسْ لِم‬
‫ُون‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya;
dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

(QS. Ali Imran: 102)

Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi
panutan kita dan tiap sunnahnya selalu kita teladani…

Allah SWT berfirman,

‫اِنَّ هّٰللا َ اَل ُي َغ ِّي ُر َما ِب َق ْو ٍم َح ٰ ّتى ُي َغ ِّير ُْوا َما ِبا َ ْنفُسِ ِه ۗ ْم‬

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah
keadaan diri mereka sendiri. 

Ayat diatas merupakan sebuah petunjuk yang sangat jelas dari Allah, bahwa suatu perubahan harus
dimulai dari diri kita sendiri. Tentunya perubahan yang dimaksud adalah perubahan menuju arah
kebaikan, bukan malah sebaliknya perubahan ke arah keburukan.

Allah telah berfirman dalam surat Al-Balad ayat 8-10

ِ ۙ ‫اَلَ ْم َنجْ َع ْل لَّه َع ْي َني‬


‫ْن‬

ِ ۙ ‫َول َِسا ًنا َّو َش َف َتي‬


‫ْن‬

ِ ۙ ‫َو َه َدي ْٰن ُه ال َّنجْ َدي‬


‫ْن‬

Artinya: Bukankah Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata, dan lidah dan sepasang bibir? Dan
Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)

Berubah untuk menjadi baik memang tidak mudah. Ayat di atas dilanjutkan dengan ayat berikutnya,
dimana Allah berfirman

Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba
sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan
kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman dan
saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (Al-Balad 11-17)

‫صب ِْر َوالص َّٰلو ِة ۗ َو ِا َّن َها لَ َك ِبي َْرةٌ ِااَّل َعلَى ْال ٰخشِ ِعي ۙ َْن‬
َّ ‫َواسْ َت ِع ْي ُن ْوا ِبال‬
Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,

Dalam tafsir Ibn Katsir, kata “kabiirah” dijelaskan maknanya sebagai “masyaqqah tsaqiilah” atau
sesuatu kesulitan yang sangat berat.

Lalu apa makna orang yang khusyu’ dalam ayat itu. Dalam tafsir Ibn Katsir dijelaskan, Abi
Talhah menjelaskan, dari Ibn Abbas, bahwa orang yang khusyu adalah “‫يعني المصدقين بما أنزل هللا‬  ”,
orang yang percaya dengan apa yang diturunkan Allah.

Khutbah Jumat

Khutbah Jum’at: Kiat Pemuda Hijrah


Beranda Download Khutbah Jumat Khutbah Jum’at: Kiat Pemuda Hijrah

By Radio Rodja | Senin, _11 _Februari _2019 / 11 Februari 2019

Kiat Pemuda Hijrah ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz


Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi,
Bogor. Pada Jum’at, 3 Jumadal Akhirah 1440 H / 08 Februari 2019 M.

Daftar Isi [sembunyikan]

 Khutbah Pertama – Khutbah Jum’at Singkat Tentang Kiat Pemuda Hijrah


o Khutbah kedua – Khutbah Jum’at Singkat Tentang Kiat Pemuda Hijrah
o Dengarkan dan Download Khutbah Jum’at Singkat Tentang Kiat Pemuda Hijrah

Khutbah Pertama – Khutbah Jum’at Singkat Tentang Kiat


Pemuda Hijrah
ِ ‫ َونَعُو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر‬،ُ‫إن الـ َح ْم َد هّلِل ِ نَـحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُره‬
‫ُور‬ َّ

ْ‫ َو َمن‬،ُ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل مُضِ َّل لَه‬،‫ت َأعْ َمالِ َنا‬
ِ ‫َأ ْنفُسِ َنا َومِنْ َس ِّيَئ ا‬

Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang berbahagia

Sejarah adalah bagian dari kehidupan bangsa-bangsa, dan cahaya yang memandu  manusia dalam
perjalanan mereka pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Membaca peristiwa masa lalu ialah
mengungkap  faktor-faktor keberhasilan, kemajuan sebuah negeri ataupun kemundurannya. Penemuan
tradisi-tradisi sejarah dan hukum-hukum, peristiwa yang terjadi di dalamnya membuat manusia
menyadari jalan yang dilaluinya dan tujuannya pada hari esok yang telah menanti. Maka begitulah ayat-
ayat Al-Quran menceritakan sejarah-sejarah nabi-nabi dan umat-umat terdahulu secara panjang dan
berulang-ulang. Dijelaskan cerita mereka, posisi mereka, keimanan dan kekufuran mereka, kehebatan
mereka, kemenangan, kesombongan bahkan kemunduran dan kehancuran mereka secara gamblang
oleh Al-Quran. Semua kisah sejarah itu bukanlah tanpa tujuan. Allah menjelaskan dalam firman-Nya:

Fenomena kebangkitan yang layak disambut gembira, adalah munculnya generasi yang suci dari para
pemuda umat ini yang mulai gemar mendatangi masjid, menyongsong agamanya, serta meninggalkan
tempat-tempat permainan dan dosa. Mereka layak disebut sebagai orang-orang yang berhijrah,
sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah dari sahabat Abdullah bin Mas’ud , “… Dan orang yang
berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang oleh Allah.” (Diriwayatkan oleh al-
Bukhari dan Muslim). Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, “Hijrah artinya meninggalkan. Hijrah kepada sesuatu
artinya berpindah dari sesuatu menuju sesuatu yang lainnya. Dan Hijrah dalam istilah syar’i adalah
meninggalkan larangan Allah.” (Fath al-Bari, 1/20). Seorang Muslim harus gigih berusaha untuk dapat
berhijrah dari kemaksiatan menuju ketaatan, namun yang tak kalah penting, dia juga harus berusaha
lebih gigih lagi untuk dapat istiqamah di jalanNya.

Di dalam al-Qur’an, ada cukup banyak ayat tentang gerakan hijrah. Saya nukilkan satau saja yang
menurut amatan saya paling mewakili konteks tulisan ini, yakni An-Nisa; ayat 100:

‫ت َف َق ْد َو َق َع‬ ِ ْ‫يل هَّللا ِ َي ِج ْد فِي اَأْلر‬


ُ ‫ض م َُراغَ مًا َكثِيرً ا َو َس َع ًة ۚ َو َمنْ َي ْخرُجْ مِنْ َب ْي ِت ِه ُم َها ِجرً ا ِإلَى هَّللا ِ َو َرسُولِ ِه ُث َّم ي ُْد ِر ْك ُه ْال َم ْو‬ ِ ‫َو َمنْ ُي َها ِجرْ فِي َس ِب‬
‫ان هَّللا ُ غَ فُورً ا َرحِيمًا‬ َ ‫جْ ُرهُ َعلَى هَّللا ِ ۗ َو َك‬ ‫َأ‬

“Siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas
dan rezeki yang banyak. Siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan
RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh
telah tetap pahalanya di sisi Allah.”

Betul, asbabun nuzul ayat tersebut sesungguhnya ditujukan kepada kaum muslimin Mekkah yang
berhijrah bersama Rasuullah Saw ke Madinah. Dalam maksud mendapatkan moral-ethic (maqashid
syar’i) ayat tersebut pada konteks kita kini, saya kira relevan untuk menerakan arah makna ayat tersebut
pada: “Gerakan mendekatkan diri ke jalan Allah dan RasulNya, baik secara lahiriah maupun rohani, baik
secara amaliah maupun material.”

Terjebak Kemaksiatan

Puncak dari melemahnya sisi spiritualitas dan keimananku semua terjadi karena aku semakin sering
terjebak dalam kemaksiatan. Biasanya hal seperti itu terjadi ketika pikiran sudah terasa berat, beban
kerjaan semakin tinggi dan rutinitas hidup yang tidak teratur membuatku selalu saja kehilangan kendali.

Entah berapa kali bertaubat akan tetapi tetap saja melakukannya lagi dan lagi. Berbagai terobosan selalu
aku lakukan untuk menebus kesalahan dan agar hal semacam itu tidak terjadi lagi, mulai dari mengatur
jadwal rutinitas harian dengan membuat manajemen waktu, mulai dari jam sekian sampai sekian
ngapain saja, ke mana saja, apa saja yang dilakukan.

Bahkan aku pun membuat target bulanan sendiri agar waktu yang dihabiskan selalu bisa positif dan tidak
ada celah lagi untuk melakukan kemaksiatan, namun lagi-lagi tetep saja terpengaruh, tetep saja terbuai
dan pada akhirnya selalu menyesal.

Aku pun mulai rutin setiap kali habis salat malam berdoa agar ditunjukkan jalan yang lurus, dilindungi
dari berbagai kemaksiatan dan diberikan nur (hidayah) yang terang, karena aku yakin bahwa Allah
dengan sifat Al-Ghaffar dan Ar-Rahman-Nya (Maha Pengampun dan Maha Penyayang) akan selalu
memberikan pertolongan bagi siapa saja hamba-Nya yang mau bertaubat dan memberikan ampunan
akan semua dosa-dosanya yang telah lalu.

Satu yang pasti bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya yang bertaubat untuk terus menerus
berada dalam jalan kesesatan.

Karena sekelas Nabi Adam pun pernah merintih dan berdoa pada Allah agar mengampuni semua dosa-
dosa yang pernah dilakukannya apalagi kita yang statusnya sudah jelas bukan Nabi namun hanyalah
manusia biasa, apakah tidak mau juga berdoa.

Selain memanjatkan doa, salah satu kunci yang bisa dibilang membuat hijrahku sedikit menemui titik
terang karena meskipun aku sering kali bermaksiat, aku juga selalu menuntut diri untuk selalu
“melakukan kebaikan baru” ketika hal itu terjadi.

Seperti halnya ketika aku melakukan maksiat pertama setelah itu aku langsung membuat target untuk
salat taubat dan tahajjud setiap malam, melakukan lagi maksiat yang kedua dan langsung juga
menargetkan setiap kali mau tidur untuk selalu berwudhu dan melakukan salat witir. Melakukan maksiat
ketiga, lalu menerapkan salat dhuha tiap waktu, bersedekah tiap bulan, mengaji tiap habis magrib dan
subuh, hafalan surah-surah pendek, datang ke kajian, mencari temen-temen yang baik.

Kemudian maksiat keempat lalu sering mendengarkan murrotal, kajian-kajian di media, membatasi
media sosial dan sumber-sumber kenapa aku melakukan maksiat tersebut dan begitulah seterusnya.

Memulai Hijrah

Alhamdulillah saat ini aku masih diberikan kenikmatan untuk tetap berada dalam jalan hijrah ini, yang
pada awalnya aku hanya mengerti bahwa hijrah itu hanyalah sebuah perkataan yang biasa saja sampai
aku mengerti bahwa makna hijrah itu sendiri begitu kompleks.

Maknanya yang dalam bahasa sederhananya bisa diartikan perbuatan yang dilakukan dalam rangka
meninggalkan kemaksiatan, meninggalkan keburukan-keburukan dan sejenisnya menuju jalan kebaikan
yang positif dan bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain dalam koridor ataupun aturan agama
yang sudah ditetapkan dan diridai oleh Allah.
Hijrah itu sendiri tidaklah semudah yang kita bayangkan dan tidak semudah yang kita ucapkan karena
hijrah yang sesungguhnya adalah hijrah yang terus menerus harus menekan hawa nafsu dan keinginan
dalam diri kita sendiri. Hanya orang yang sudah berhijrah yang mengerti betapa beratnya jalan
perjuangan ini.

Bahkan seorang alim ulama yang tingkat pemahaman agamanya begitu baik seperti seorang Imam Al
Ghazali mengatakan:

“Belum pernah saya berurusan dengan sesuatu yang lebih sulit daripada jiwa saya sendiri, yang kadang-
kadang membantu saya dan kadang-kadang menentang saya.”

Singkat cerita setelah dua tahun lamanya aku mulai menempuh jalan hijrah ini. Aku baru bisa mengerti
dan memahami perkataan dari salah seorang guru kita yakni Buya Hamka yang mengatakan:

“Kita hanya akan dipertemukan dengan apa yang kita cari.”

Artinya kemana pun kita pergi tak peduli seberapa buruk tempat itu dan seberapa jelek lingkungan
tersebut jika yang kita niatkan untuk kebaikan akan selalu menemukan jalan kebenaran, jalan hidayah
dan jalan penolong untuk kita.

Sebaliknya jika yang kita niatkan tidak untuk kebaikan maka seberapa suci tempat dan lingkungan
tersebut tetap juga akan membuat kita terjerumus ke dalam lubang keburukan.

Akhirnya saat ini aku sudah punya cukup alasan untuk membantah dan mengatakan pada masyarakat
tempatku tinggal bahwa Surabaya bukanlah kota glamour ataupun gaya hidup mewah dan dunia malem
yang dikatakan banyak orang.

Akan tetapi Surabaya adalah kota hijrah, kota yang bisa menempa sisi spiritualitas dalam diri, kota yang
pemudanya selalu aktif dalam berbagai kajian, kota yang tingkat kepedulian pemudanya terhadap
agama sangat tinggi.

Salah satu bukti nyata yang bisa kita lihat adalah dengan banyaknya komunitas pemburu kajian, ikatan-
ikatan remaja masjid, ikatan-ikatan pemuda hijrah seperti KAHF, Go-Hijrah, Serambi Hijrah, Punk
Muslim, Odoj, Risma, Main ke Masjid, Komunitas Muslim Pakuwon City,

Kata hijrah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan dari dan berpindah
tempat. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw bersama para sahabat beliau dari Mekah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan
dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam.

Dengan merujuk kepada hijrah yang dilakukan Rasulullah Saw tersebut sebagaian ulama ada yang
mengartikan bahwa hijrah adalah keluar dari “darul kufur” menuju “darul Islam”. Keluar dari kekufuran
menuju keimanan.
Umat Islam wajib melakukan hijrah apabila diri an keluarganya terancam dalam mempertahankan
akidah dan syari’ah Islam.

Perintah berhijrah terdapat dalam beberpa ayat Al-Qur’an, antara lain: Qs. Al-Baqarah 2:218).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah,
mereka itu mengharpakn rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang
memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang mujairin), mereka itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (ni;mat) yang mulia.
(Qs. Al-An’fal, 8:74)

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri
mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan
(Qs. At-Taubah, 9:20)
 
Pada ayat-ayat di atas, terdapat esensi kandungan:

1. Bahwa hijrah harus dilakuakn atas dasar niat karena Allah dan tujuan mengarah rahamt dan
   keridhaan Allah.

2. Bahwa  orang-oerang  beriman yang berhijrah dan berjihad dengan motivasi karena Allah dan tujuan
   untuk meraih rahmat dan keridhaan Allah, mereka itulah adalah mu’min sejati yang akan memperoleh

   pengampunan Allah, memperoleh  keebrkahan rizki (ni’mat) yang mulai, dan kemenangan di sisi Allah.

3. Bahwa hijrah dan jihad dapat dilakukan dengan mengorbankan apa yang kita  miliki, termasuk  harta
   benda, bahkan jiwa.

4. Ketiga   ayat  tersebut  menyebut  tiga  prinsip  hidup, yaitu  iman,  hijrah dan jihad. Iman bermakna
   keyakinan, hijtah bermakna perubahan dan jihad bermakna perjuangan dalam menegakkan risalah
Allah.

Makna Hijrah

Hijrah sebagai salah satu prinsip hidup, harus senantiasa kita maknai dengan benar. Secara bahasa hijrah
berarti meninggalkan. Seseorang dikatakan hijrah jika telah memenuhi 2 syarat, yaitu, yaitu yang
pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya ahrus
dipenuhi oleh seorang yang berhijrah. Meninggalkan segala hal yang buruk, negative, maksiat, kondisi
yang tidak kondisif, menju keadaan yang lebih yang lebih baik, positif dan kondisi yang kondusif untuk
menegakkan ajaran Islam.
Dalam realitas sejarah hijrah senantiasa dikaitkan dengan meninggalkan suatu tempat, yaitu adanya
peristiwa hijrah Nabi dan para sahabat meninggalkan tepat yang tidak kondisuf untuk berdakwah.
Bahkan peristiwa hijrah itulah yang dijadikan dasar umat Islam sebagai permulaan ahun Hijriyah.

Tahun Hiriyah, ditetapkan pertama kali oleh Khalifah Umar bin Khatab ra, sebagai jawaban atau surat
Wali Abu Musa Al-As’ari. Khalifah Umar menetapkan Tahun Hijriyah Kalender Tahun Gajah, Kalender
Persia untuk menggantikan penanggalan yang digunakan bangsa Arab sebelumnya, seperti yang berasal
dari tahun Gajah, Kalender Persia, Kalender Romawi dan kalender-kalendar lain yang berasal dari tahun
peristiwa-peristiwa besar Jahiliyah. Khlifah Umar memilih peristiwa Hijrah sebagai  taqwim Islam, karena
Hijrah Rasulullah aw dan para sahabat dari Mekkah ke Madinah merupakan peristiwa paling
monumental dalam perkembangan dakwah.

Secara garis besar hijrah kita bedkan menajdi dua macam yaitu:     
 
1. Hijrah Makaniyah : Yaitu meinggalkan suatu tempat. Bebebrapa jenis hijrah maknawiyah, yaitu:
a. Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Habasyiyah.
b. Hijrah Rasulullah Saw dari Mekah ke Madinah.
c. Hijrah dari suatu negeri yang didalamnya didominasi oleh hal-hal
    yang diharamkan.
d. Hijrah dari suatu negeri yang membahayakan kesehatan untuk menhindari penyakit menuju negeri
    yang aman.
e. Hijrah dari suatu tempat karena gangguan terhadap harta benda.
f. Hijrah dari suatu tempat karena menghindari tekanan fisik
   Seperti hijrahnya Ibrahim as dan Musa as, ketika Beliau khawatir akan gangguan kaumnya.
   Seperti yang tecantum dalam al-Qur’an:
  Berkatalah Ibrahim: “Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan).
  Tuhanku, Sesungguhnya Dialah yang Maha erkasa lagi Maha Bijaksana (Qs. Al-Ankabuit, 29:26).

Maka keluarkanlah Musa dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu dengan khawatri, dia
berdo’a “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu (Qs. Al-Qashah, 2:21).  
 
2. Hijrah Maknawiyah

Secara  maknaiyah hijrah dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:

a. Hijrah I’tiqadiyah
Yaitu hijrah keyakinan. Iman bersifat pluktuatif, kadang menguat menuju puncak keyakinan mu’min
sejati, kadang pula melemah mendekati kekufuran Iman pula kadang hadir dengan kemurniannya, tetapi
kadang pula  bersifat sinkretis, bercampur dengan keyakinan lain mendekati memusyrikan. Kita harus
segera melakuakn hijrah keyakinan bila berada di tepi jurang kekufuran dan kemusyrikan keyakinan.
Dalam konteks psikologi biasa disebut dengan konversi keyakinan agama.
b. Hijrah Fikriyah
Fikriyah secara bahasa berasal dari kata fiqrun yang artinya pemikiran. Seiring perkembangan zaman,
kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, seolah dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan
pemikiran dari belahan bumi bisa secara oline kitya akses.

Dunia yang kita tempati saat ini, sebenarnya telah menjadi medan perang yang kasat mata. Medan
perang yang ada tapi tak disadari keberadaannya oleh kebanyakan manusia gendeang perang telah
dipukul dalam medan yang namanya “Ghoswul Fikr” (baca: Perang pemikiran).

Tak heran berbagai pemikiran telah tersebar di medan perang tersebut laksana dari senjata-senjata
perengut nyawa. Isu sekularisasi, kapitalisasi, liberalisasi, pluralisasi, dan sosialisasi bahkan momunisasi
telah menyusup ke dalam sendi-sendi dasar pemikiran kita yang murni. Ia menjadi virus ganas yang sulit
terditeksi oleh kacamata pemikiran Islam. Hijrah fikriyah menjadi sangat penting mengingat
kemungkinan besar pemikiran kita telah terserang virus ganas tersebut. Mari kita kembali mengkaji
pemikiran-pemikiran Islam yang murni. Pemikiran yang telah disampaikan oleh Baginda Nabi
Muhammad Saw, melalui para sahabat tabi’in, tabi’it, tabi’in dan para generasi pengikut shalaf.

“Rasulullah Saw bersabda: Umatku niscaya akan mengikuti sunan (budaya, pemikiran, tradisi, gaya
hidup) orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta-demi sehasta, sehingga mereka
masuk ke lubang biawak pasti umatku mengikuti mereka. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apaakh
mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasrani ? Rasulullah menjawab: Siapa lagi kalau bukan mereka.

c. Hijrah Syu’uriyyah
Syu’uriyah atau cita rasa, kesenangan, kesukaan dan semisalnya, semau yang ada pada diri kita sering
terpengaruhi oleh nilai-nilai yang kuarng Islami Banyak hal seperti hiburan, musik, bacaan,
gambar/hiasan, pakaian, rumah, idola semua pihak luput dari pengaruh nilai-nilai diluar Islam. Kalau kita
perhatikan, hiniran dan musik seorang muslim takjauh beda dengan hiburannya para penganut paham
permisifisme dan hedonisme, berbau hutra-hura dan senang-senang belaka.

Mode pakain juga tak kalah pentingnya untuk kita hiraukan Hijrah dari pakaian gaya jahiliyah menuju
pakaian Islami, yaitu pakaian yang benar-benar mengedepankan fungsi bukan gaya. Apa fungsi pakaian ?
Tak lain hanyalah untuk menutup aurat, bukan justru memamerkan aurat. Ironis memang banyak
diantara manusia berpakaian tapi aurat masih terbuka. Ada yang sudah tertutup tapi ketat dan
transparan, sehingga lekuk tubuhnya bahkan warna kulitnya terlihat. Konon, umat Islam dimanjakan
oleh budaya barat dengan 3 f, food, fan, fashan.

d. Hijrah Sulukiyyah  
Suluk berarti tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juag akhlaq. Dalam perjalanannya ahklaq
dan kepribadian manusia tidak terlepas dari degradasi dan pergeseran nilai. Pergeseran dari kepribadian
mulai (akhlaqul karimah) menuju kepribadian tercela akhlaqul sayyi’ah). Sehingga tidak aneh jika
bermuculan berbagai tindak moral dan asusila di masyarakat. Pencurian, perampokan, pembunuhan,
pelecehan, pemerkosaan, penghinan dan penganiyaan seolah-olah telah menjadi biasa dalam
masyarakat kita. Penipuan, korupsi,, prostitusi dan manipulasi hampir bisa ditemui di mana-mana.
Dalam moment hijrah ini, sangat tepat jika kita mengkoreksi akhlaq dan kepribadian kita untuk
kemudian menghijrahkan akhlaq yang mulia.

Refleksi     
Dengan telah berakhirnya tahun 1431 H dan tibanya tahun 1433 H, serta sebentar lagi akan segera
pergantian tahun masehi dari 2011, suatu hal yang pasti bahwa usia kita bertambah dan jatah usia kita
semakin berkurang. Sudah selayaknya kita menghisab drii sebelum dihisab oleh Allah. Rasulullah Saw
bersabda:
“Hisablah (lakukan perhitungan atas) dirimu sebelum dihisab oleh Allah, dan lakukanlah kalkulasi amal
baik dan amal burk sebelum Allah memberikan kalkulasi amal atas dirimu.

Apakah kehidupan kita banyak diisi dengan beribadah atau bermaksiat ? Apakah kita banyak mematuhi
ajaran Allah ataukah banyak melanggar  atauran Allah ? Apakah kita ini termasuk orang yang
menunaikan shalat fardlu atau malah lalai dalam menunaikan shalat fardlu ? Apakah diri kita ini
termasuk golongan orang – orang ynag celaka mendapat siksa neraka ? Rasulullah bersabda :

Utsman bin Hasan bin Ahmad As-Syakir mengatakan:

“Tanda-tanda orang yang akan mendapatkan kecelakaan di akherat kelak ada empat perkara:

1. Terlalu mudah melupakan dosa yang diperbuatnya, padahal dosa itu tercatat di sisi Allah.
    Orang yang mudah melupakan dosa ia akan malas bertobat dan mudah mengerjakan dosa kembali.

2. Selalu mengingat (dan membanggakan) atas jasanya dan amal shalihnya, padahal ia sendiri tidak
   yakin apakah amal tersebut diterima Allah atau tidak. Orang selalu mengingat jasanya yag sudah lewat
  ia akan takabur dan malas untuk berbuat kebajikan kembali di ahri-hari berikutnya.

3. Selalu melihat ke atas dalam urusan dunia. Artinya ia mengagumi sukses yang dialami orang lain dan
   selalu berkeinginan untuk mengejar sukses orang tersebut. Sehingga hidupnya selalu merasa
kekurangan.

4. Selalu melihat ke bawah dalam urusan agama. Akibat ia akan merasa puas dengan amalnya selama
   ini, sebab ia hanya membandingkan amalnya dengan amal orang lain di bawah dia.***

Anda mungkin juga menyukai