Anda di halaman 1dari 7

Khutbah Isra Mi’raj 20222

Khutbah I ،‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل اِلَهَ ِإاَّل هللا َوحْ َدهُ ال َش ِريك لَه‬،‫ريم‬ ِ ‫ َوَأ ْفهَ َمنَا بِ َش ِر ْي َع ِة النَّبِ ّي ال َك‬،‫ْال َح ْم ُد هللِ ْال َح ْم ُد هللِ الّذي هَدَانَا ُسبُ َل ال ّسالَ ِم‬
‫بار ْك َعلَى َسيِّ ِدنا ُم َح ّم ٍد َو َعلَى الِه‬ ِ ‫ص ِّل و َسلِّ ْم َو‬ َ ‫ اللّهُ َّم‬،‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ّن َسيِّ َدنَا َونَبِيَّنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسولُه‬،‫الل َواإل ْكرام‬ ِ ‫ُذو ْال َج‬
ُ‫ال هللا‬ ْ ُ َّ َ ْ ْ
َ َ‫ ق‬،‫ص ْيك ْم َو نَف ِس ْي بِتَق َوى هللاِ َوطا َعتِ ِه لَ َعلك ْم تُفلِحُوْ ْن‬ ُ ْ ‫َأ‬
ُ ْ‫ أو‬،‫ فَيَايُّهَا اِإل خ َوان‬:ُ‫ َّما بَ ْعد‬،‫َوأصْ حابِ ِه َوالتَّابِعينَ بِإحْ سا ِن إلَى يَوْ ِم الدِّين‬
‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَوْ اًل‬:‫َّح ْي ْم‬ ِ ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬،}‫ َأ ُعوْ ُذ بِاهللِ ِمنَ الَّش ْيطَا ِن ال َّر ِجيْم‬:‫تَ َعال َى فِي ْالقُرْ ا ِن ْال َك ِري ْم‬
ُ َّ ُ َّ َ
َ‫َظي ًما وقال تعالى يَا ايُّهَا ال ِذ ْينَ آ َمنوْ ا اتقوْ ا هللا‬ ِ ‫_ يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هللا َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَا َز فَوْ ًزا ع‬،‫َس ِديدًا‬
‫ق هللاُ ال َع ِظي ُم‬ َ . َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬
َ ‫ص َد‬ َّ ‫ َح‬Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah, Alhamdulillah
pada kesempatan yang berbahagia ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah subhanahu
wata’ala untuk beribadah di bulan Rajab yang mulia ini. Pada kesempatan ini kita kembali
memperingati peristiwa besar dan istimewa, yaitu peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena itu, sebagai umat Islam, kita harus mengetahui apa makna
Isra’ Mi’raj, bagaimana kisah perjalanan Nabi dalam Isra’ Mi’raj? Dan apa pelajaran yang dapat
kita ambil dari peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam? Isra’ Mi’raj
adalah peristiwa yang agung, yaitu Allah subhanahu wata’ala memberikan keistimewaan pada
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam untuk melakukan perjalanan mulia bersama
malaikat Jibril mulai dari Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsha Palestina. Kemudian
dilanjutkan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratil Muntaha untuk menghadap Allah subhanahu
wata’ala sang pencipta Alam semesta. Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala dalam
surat Isra’ ayat 1: ‫صى الَّ ِذي بَا َر ْكنَا َحوْ لَهُ لِنُ ِريَهُ ِم ْن آيَاتِنَا‬ َ ‫ُسب َْحانَ الَّ ِذي َأ ْس َر ٰى بِ َع ْب ِد ِه لَ ْياًل ِمنَ ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام ِإلَى ْال َم ْس ِج ِد اَأْل ْق‬
‫صي ُر‬ ْ
ِ َ‫ ِإنَّهُ هُ َو ال َّس ِمي ُع الب‬Artinya: Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu
malam dari Masjidil Haram ke Masjid Aqsho yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Imam Bukhari mengisahkan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Shahih Bukhari, Juz 5 halaman 52. Intisarinya
adalah, suatu ketika Nabi berada di dalam suatu kamar dalam keadaan tidur, kemudian datang
malaikat mengeluarkan hati Nabi dan mencucinya, kemudian memberikannya emas yang
dipenuhi dengan iman. Kemudian hati Nabi dikembalikan sebagaimana semula. Setelah itu Nabi
melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj dengan mengendarai Buraq dengan diantar oleh malaikat
Jibril hingga langit dunia, kemudian terdapat pertanyaan, “Siapa ini?” Jibril menjawab: “Jibril.”
“Siapa yang bersamamu?” Jibril menjawab, “Muhammad”. “Selamat datang, sungguh sebaik-
baiknya orang yang berkunjung adalah engkau, wahai Nabi.” Di langit dunia ini, Nabi bertemu
dengan Nabi Adam ‘alaihissalam, Jibril menunjukkan bahwa Nabi Adam adalah bapak dari para
nabi. Jibril memohon kepada Nabi Muhammad untuk mengucapkan salam kepada Nabi Adam,
Nabi Muhammad mengucapkan salam kepada Nabi Adam ‘alaihissalam, sebaliknya Nabi Adam
juga membalas salam kepada Nabi Muhammad. Perjalanan dilanjutkan menuju langit kedua, di
sini Nabi bertemu dengan Nabi Yahya dan Nabi Isa. Di langit ketiga, Nabi Muhammad bertemu
dengan Nabi Yusuf ‘alaihissalam, di langit keempat, Nabi bertemu dengan Nabi Idris, di langit
kelima Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Harun ‘alaihissalam, di langit keenam, Nabi
Muhammad bertemu dengan Nabi Musa, Nabi Musa menangis karena Nabi Muhammad
memiliki umat yang paling banyak masuk surga, melampaui dari umat Nabi Musa sendiri. Dan
terakhir di langit ketujuh, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Setelah
itu, Nabi Muhammad menuju Sidratil Muntaha, tempat Nabi bermunajat dan berdoa kepada
Allah subhanahu wata’ala. Kemudian Nabi naik menuju Baitul Makmur, yaitu baitullah di langit
ketujuh yang arahnya lurus dengan Ka’bah di bumi, setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat
masuk untuk berthawaf di dalamnya. Kemudian Nabi disuguhi dengan arak, susu, dan madu.
Nabi kemudian mengambil susu, Jibril mengatakan: “Susu adalah lambang dari kemurnian dan
fitrah yang menjadi ciri khas Nabi Muhammad dan umatnya.” Di Baitul Makmur, Nabi
Muhammad bertemu dengan Allah subhanahu wata’ala. Allah mewajibkan kepada Nabi untuk
melaksanakan shalat fardlu sebanyak lima puluh rakaat setiap hari. Nabi menerima dan
kemudian kembali pulang, dalam perjalanan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
bertemu dengan Nabi Musa ‘alaihissalam. Nabi Musa mengingatkan bahwa umat Nabi
Muhammad tidak akan mampu dengan perintah shalat lima puluh kali sehari, Nabi Musa
mengatakan, umatku telah membuktikannya. Lalu meminta kepada Nabi Muhammad untuk
kembali pada Allah subhanahu wata’ala, mohonlah keringanan untuk umatmu. Kemudian Nabi
menghadap kepada Allah dan diringankan menjadi shalat sepuluh kali. kemudian Nabi
Muhammad kembali kepada Nabi Musa, dan Nabi Musa mengingatkan sebagaimana yang
pertama. Kembali Nabi menghadap Allah hingga dua kali, dan akhirnya Allah mewajibkan shalat
lima waktu. Nabi Muhammad kembali pada Nabi Musa, Nabi musa tetap mengatakan bahwa
umatmu tidak akan kuat wahai Nabi Muhammad, Nabi Muhammad menjawab, saya malu untuk
kembali menghadap pada Allah. Saya ridho dan pasrah kepada Allah. Jamaah shalat Jumat
hafidhakumullah, Imam Ibnu Katsir dalam kitab Bidayah wa Nihayah, Sirah Nabawiyah, Juz 2
halaman 94 menceritakan, keesokan harinya, Nabi menyampaikan peristiwa tentang Isra’ Mi’raj
terhadap kaum Quraisy. Mayoritas orang Quraisy inkar terhadap kisah yang disampaikan Nabi
Muhammad, bahkan sebagian kaum muslimin ada yang kembali murtad karena tidak percaya
terhadap kisah yang disampaikan Nabi. Melihat hal tersebut, Abu Bakar bergegas untuk
membenarkan kisah Isra’ Mi’raj Nabi, beliau mengatakan: sungguh aku percaya terhadap berita
dari langit, apakah yang hanya tentang berita Baitul Maqdis aku tidak percaya? Sejak saat itu
sahabat Abu Bakar dijuluki Nabi dengan sebutan Abu Bakar As-Shiddiq, Abu Bakar yang sangat
jujur. Apa pelajaran yang dapat kita ambil dari peringatan Isra’ Mi’raj? Ali Muhammad Shalabi
dalam Sirah Nabawiyah: ‘Irdlu Waqâi’ wa Tahlîl Ihdats, juz 1 halaman 209 menjelaskan,
pertama, Isra’ Mi’raj adalah kemuliaan dan keistimewaan dari Allah kepada hambanya tercinta,
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, Nabi baru saja mengalami hal yang amat
menyedihkan, yaitu wafatnya Dewi Khodijah sebagai istri tercinta, yang selalu mengorbankan
jiwa, tenaga, pikiran, dan hartanya demi perjuangan Nabi, serta wafatnya paman tercinta yaitu
Abu Thalib, yang selalu melindungi Nabi dari kekejaman kaum Quraisy. Allah ingin
menguatkan hati Nabi dengan melihat secara langsung kebesaran Allah subhanahu wata’ala.
Sehingga hati Nabi semakin mantap dan teguh dalam menyebarkan Agama Allah subhanahu
wata’ala. Ini memberikan pelajaran kepada kita, bahwa siapa pun yang berjuang di jalan Allah,
dan menegakkan agama, seperti dengan memakmurkan masjid, memakmurkan majlis ilmu,
dzikir dan tahlil, Allah akan memberikan kebahagiaan dan keistimewaan baginya. Kedua,
kewajiban menjalankan shalat lima waktu bagi setiap muslim. Musthofa As Siba’i dalam
kitabnya, Sirah Nabawiyah, Durus wa Ibar, jilid 1 halaman 54 menjelaskan bahwa jika Nabi
melakukan Isra’ Mi’raj dengan ruh dan jasadnya sebagai mukjizat, sebuah keharusan bagi tiap
Muslim menghadap (mi’raj) kepada Allah subhanahu wata’ala lima kali sehari dengan jiwa dan
hati yang khusyu’. Dengan shalat yang khusyu’, seseorang akan merasa diawasi oleh Allah
subhanahu wata’ala, sehingga ia malu untuk menuruti syahwat dan hawa nafsu, malu untuk
berkata kotor, malu untuk mencaci orang lain, malu untuk berbuat bohong, dan sebaliknya lebih
senang dan mudah untuk melakukan banyak kebaikan. Hal tersebut demi untuk mengagungkan
keesaan Allah, kebesaran Allah, sehingga dapat menjadi makhluk Allah yang terbaik di muka
bumi ini. Ketiga, Isra’ Mi’raj adalah mukjizat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
dengan perjalanan beliau dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha. Dalam sejarah, Itu
adalah perjalanan pertama manusia di dunia menuju luar angkasa, dan kembali menuju bumi
dengan selamat. Jika hal ini telah terjadi di zaman Nabi, 1400 tahun yang lalu, hal tersebut
memberikan pelajaran bagi umat Islam agar mandiri, belajar, bangkit dan meningkatkan
kemampuan, tidak hanya dalam masalah agama, sosial, politik, dan ekonomi, namun juga harus
melek terhadap sains dan teknologi. Perjalanan menuju ke luar angkasa adalah sains dan
teknologi tingkat tinggi yang menjadi salah satu tolak ukur kemajuan sebuah umat dan bangsa.
Keempat, dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, terdapat penyebutan dua masjid umat Islam, yaitu
Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Hal tersebut memberikan pelajaran bagi kita bahwa
Masjidil Aqsha adalah bagian dari tempat suci umat Islam. Membela Masjidil Aqsha dan
sekelilingnya sama saja dengan membela agama Islam. Wajib bagi tiap muslim sesuai dengan
kemampuan masing-masing untuk selalu berjuang dan berkorban untuk kemerdekaan dan
keselamatan Masjidil Aqhsa Palestina. Baik dengan diplomasi politik, bantuan sandang pangan,
maupun dengan harta. Semoga kita selalu menjadi umat yang selalu dapat mengambil hikmah
dan dari peristiwa Isra’ Mi’raj ini dan mengamalkannya dengan sebaik-baiknya. Allahumma
Aamin.
‫مان‬ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬،‫ْطان ال َّر ِجي ْم‬ ِ ‫ أعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشي‬. َ‫_ َوأ ْد َخلَنَا وِإيَّاكم فِي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُمْؤ ِمنِ ْين‬،‫َج َعلَنا هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَاِئ ِزين اآل ِمنِين‬
.‫الح ِكي ِْم‬ ْ
َ ‫ت و ِذك ِر‬ ُ
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيّاك ْم بِاآليا‬،‫آن ال َع ِظي ِْم‬ ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولك ْم فِي القُر‬ َ ‫ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا با َ َر‬:‫ال َّر ِحي ْم‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‬ ٌ ْ‫ك بَرٌّ َرُؤ و‬ ٌ ِ‫ إنّهُ تَعاَلَى َجوّا ٌد َك ِر ْي ٌم َمل‬Khutbah II َ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن ال‬.‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ عَل َى ِإحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِه‬
‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ِو َعلى‬
َ َ ‫ اللهُ َّم‬.‫إلى ِرضْ َوانِ ِه‬ َ ‫أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّدا ِعى‬ َّ ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد‬ َ ‫اِلَهَ ِإالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْي‬
‫اَلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا َأ َّما بَ ْع ُ_د فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُواهللاَ فِ ْي َما َأ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر بَ َدَأ فِ ْي ِه‬
‫ اللهُ َّم‬.‫صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما‬ َ ‫صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا‬ َ ُ‫بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ِئ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَا َل تَعاَلَى ِإ َّن هللاَ َو َمآلِئ َكتَهُ ي‬
‫ض اللهُ َّم ع َِن‬ ّ ْ
َ ْ‫ك َو َمآلِئ َك ِة ال ُمقَ َّربِ ْينَ َوار‬ َ ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا َ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآِئكَ َو ُر ُسل‬ َ ‫ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ َ
‫ض‬ َ ْ‫ار‬ ‫و‬
َ ِ ‫ْن‬ ‫ي‬ ِّ
‫د‬ ‫ال‬ ‫م‬ ‫ي‬‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ان‬ ‫س‬ ْ‫ح‬
ِ ْ‫ِ ِ نَ ُ ْ ِ ِ َ ٍ ِ َو‬ ‫ا‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ه‬ َ ‫ل‬ ْ
‫ي‬ ‫ع‬ ‫ب‬‫ا‬َّ ‫ت‬‫ال‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫َا‬ ‫ت‬ ‫و‬ ْ
‫ي‬ ‫ع‬
ِ ِ َ َ‫َ َ ِ َ ِ ِ ن‬ ‫ب‬‫ا‬ َّ ‫ت‬ ‫ال‬‫و‬ ‫ة‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫ح‬ َّ
‫ص‬ ‫ال‬ ‫ة‬
ِ َِ َّ ‫ي‬‫ق‬ ‫ب‬ ْ
‫َن‬‫ع‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ل‬ ‫ع‬‫و‬ ‫ان‬ ‫م‬ ْ
‫ُث‬‫ع‬
َ ِ َ َ َ َ َ َ ٍ َ ِ َ‫ِ ِ ن‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫م‬ ُ
‫ع‬ ‫و‬ ‫ر‬ ‫ك‬ْ ‫ب‬ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫َأ‬ ‫ي‬ْ ‫د‬ ‫َّاش‬‫ر‬ ‫ال‬ ِ َ‫ْال ُخلَف‬
‫ء‬ ‫ا‬
‫َأ‬
‫ت اللهُ َّم ِع َّز‬ ْ
ِ ‫ت اَالَحْ يآ ُء ِم ْنهُ ْم َواالَ ْم َوا‬ ْ
ِ ‫ت َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما‬ ْ ْ ْ
ِ ‫َّاح ِم ْينَ اَللهُ َّم ا ْغفِرْ لِل ُمْؤ ِمنِ ْينَ َوال ُمْؤ ِمنَا‬ ِ ‫ك يَا رْ َح َم الر‬ ‫َأ‬ َ ِ‫َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمت‬
ْ‫اخ ُذلْ َم ْن خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمر‬ ْ ‫ص َر ال ِّد ْينَ َو‬ َ َ ‫ن‬ ‫ن‬ ْ ‫م‬َ ْ‫ُر‬ ‫ص‬ ْ
‫ن‬ ‫ا‬ ‫و‬ َ ‫ة‬
َ ِ ََُّ ‫ي‬ ‫د‬‫ح‬ِّ ‫و‬ ‫م‬‫ل‬ ْ
‫ا‬ ‫ك‬َ ‫د‬
َ ‫ا‬ ‫ب‬‫ع‬
َِ ْ‫ُر‬ ‫ص‬ ْ
‫ن‬ ‫ا‬ ‫و‬ َ‫ن‬ ْ
‫ي‬
َ ِ ِ ُ َ ‫ك‬‫ر‬ ‫ش‬ْ ‫م‬‫ل‬ ْ
‫ا‬ ‫و‬ ‫ك‬
َ ْ‫ر‬ ِّ
‫ش‬ ‫ال‬ ‫ل‬ َّ ‫ذ‬ِ َ َ‫ْاِإل ْسالَ َم َو ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬
‫َأ‬‫و‬
ْ َ ْ ْ ْ ْ َّ ْ
‫ اللهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنا البَالَ َء َوال َوبَا َء َوالزالَ ِز َل َوال ِم َحنَ َوسُوْ َء الفِتنَ ِة َوال ِم َحنَ َما ظهَ َر ِمنهَا َو َما‬.‫ك ِإلَى يَوْ َم ال ِّد ْي ِن‬ ْ َّ َ ِ‫َأ ْعدَا َء ال ِّد ْي ِن َوا ْع ِل َكلِ َمات‬
‫آلخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا‬ ِ ‫ َربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْا‬. َ‫صةً َو َساِئ ِر ْالب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْين‬ َّ ‫بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْندُونِ ْي ِسيَّا خآ‬
ْ ْ ‫ْأ‬ ْ ُ ْ ْ ‫ َربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو‬.‫ار‬
‫ان َوِإيْتآ ِء ِذي‬ ِ ‫ ِعبَا َدهللاِ! ِإ َّن هللاَ يَ ُم ُر بِال َع ْد ِل َواِإل حْ َس‬. َ‫اس ِر ْين‬ َ
ِ ‫اإن ل ْم تَغفِرْ لنَا َوتَرْ َح ْمنَا لنَكوْ ن ََّن ِمنَ ال َخ‬ َ َ ِ َّ‫اب الن‬ َ ‫َع َذ‬
‫َلى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر‬ َ ‫بى َويَ ْنهَى ع َِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ َو ْاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ ع‬ َ ْ‫ْالقُر‬
‫هللاِ كبَ ُر‬ْ ‫َأ‬

Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-empat-pelajaran-dalam-peristiwa-isra-
miraj-ZJW8z

sra’ Mi’raj, Menembus Batas Nalar Manusia

Salah satu untaian kisah indah dalam sirah nabawiyah yang telah lama diabadikan
momentumnya sebagai hari besar umat Islam di Indonesia ialah Isra’ Mi’raj. Latar belakang Isra’
mi’raj ialah terjadinya beberapa peristiwa menyedihkan bagi Nabi Muhammad Saw. yang
kemudian, tahun tersebut dikenal sebagai ‘amul huzni (tahun kesedihan). Kesedihan Nabi
Muhammad Saw. pada tahun itu karena istri dan paman beliau, yakni Sayyidah Khadijah dan
Abu Thalib meninggal dunia. Keduanya sangat berjasa dalam perjuangan Nabi sebagai pembela
pemikiran, penyedia tenaga dan harta dalam perjuangan Nabi menegakkan Islam. Dua tahun
setelah tahun kesedihan tersebut, Nabi diisra’kan.

Peristiwa Isra’ Mi’raj secara lengkap dapat ditelusuri melalui beberapa riwayat hadis sahih.
Diawali dengan peristiwa pembelahan dada Nabi untuk dibersihkan hatinya dari segala bentuk
kotoran ketika beliau tengah tidur di rumah Ummu Hani’. Malaikat Jibril kemudian menyiapkan
kendaraan untuk Nabi Muhammad Saw. yang dinamakan sebagai Buraq, hewan putih dengan
langkah sejauh penglihatannya. Perjalanan Nabi dari Makkah menuju Baitul Maqdis berlangsung
sangat cepat. Sesampainya di Baitul Maqdis, Buraq diikat pada sebuah batu. Kemudian Nabi
menjalankan shalat 2 rakaat di Masjidil Aqsa.

Perjalanan Isra’ dilanjutkan dengan perjalanan mi’raj yakni naiknya Nabi dari Masjidil Aqsa
menuju langit yang bertingkat-tingkat. Dalam perjalanan tersebut, melewati tingkatan demi
tingkatan langit, Nabi Muhammad bertemu dengan  Nabi Adam as. di langit pertama. Beliau
bertemu denganNabi Isa as. dan Nabi Yahya as. di langit kedua. Hingga berurutan Nabi Yusuf di
langit ketiga, Nabi Idris di langit ke empat, Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke
enam dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh.

Dalam Tafsir Ash Shawi karya Imam Ahmad Ash Shawi disebutkan, setelah dari langit ke 7,
Nabi Muhammad dinaikkan lagi hingga tingkatan ke 8 bernama sidratul muntaha. Kemudian
beliau dinaikkan ke atas lagi pada tingkatan ke 9 yang dinamakan sebagai mustawa, di sinilah
Malaikat Jibril as. yang sedianya mendampingi Nabi dari awal perjalanan, berhenti menemani
Nabi karena keterbatasannya. Hingga kemudian Nabi dinaikkan lagi sampai pada Arsy. Di
sinilah Nabi Muhammad Saw. bertemu dan dapat melihat Allah Swt. dengan penglihatan beliau
atas izin Allah. Peristiwa Isra’ Mi’raj diakhiri dengan perintah berupa shalat 5 waktu atas Nabi
Muhammad Saw. beserta seluruh umat beliau.

Syariat Termulia dalam Peristiwa Agung

Oleh-oleh terindah atas perjalanan indah Nabi Muhammad Saw. dalam peristiwa Isra’ Mi’raj
adalah kewajiban menjalankan syariat paling utama bernama shalat. Oleh karenanya, momentum
bulan Rajab sebagai bulan terjadinya Isra’ Mi’raj (menurut pendapat masyhur), seharusnya dapat
menggugah semangat umat Islam akan pentingnya ibadah shalat. Karena setidaknya, ada
beberapa alasan mendasar yang menjadikan shalat sebagai ibadah paling utama yakni antara lain:

1. Shalat merupakan Identitas keimanan setelah syahadat


2. Shalat merupakan pembeda antara iman dan kufur
3. Shalat merupakan tiang/pilar agama
4. Shalat adalah amal yang pertama kali dilihat, sekaligus sebagai barometer amal-amal
lainnya
5. Shalat juga merupakan kunci surga.

Perhatian terhadap ibadah termulia tentunya dimulai dengan introspeksi pelaksanaan shalat oleh
diri sendiri. Ketika shalat wajib masih banyak yang tertinggal, maka seharusnya diperbaiki
dengan menyempurnakan pelaksanaan shalat wajib 5 waktu. Ketika telah lengkap, maka
penyempurnaan tersebut diarahkan kepada pelaksanaan shalat-shalat sunnah sebagaimana yang
dilaksanakan Nabi Muhammad Saw. Ketika shalat wajib dan sunnah telah terpenuhi dengan
baik, maka perbaikan diarahkan pada kualitas shalat sebagai sarana komunikasi dengan sang
Khaliq, yakni dengan berbuat ihsan.

Artinya upaya untuk menghadirkan Allah dalam beribadah, sehingga menimbulkan perasaan
khusyu’ (ketenangan) dan khudhu’ (ketundukan). Ketika seorang hamba mampu berbuat ihsan
dalam beribadah, khususnya shalat, diharapkan ia juga akan mampu berbuat ihsan dalam
bermuamalah dengan  sesama makhluk. Karena pada hakikatnya, keshalehan seseorang tidak
hanya diukur dengan kebaikannya dalam berinteraksi dengan Allah (ibadah), melainkan juga
kebaikannya ketika berinteraksi dengan sesama makhluk (muamalah).

Mengurai Makna Mendalam Isra’ Mi’raj

Peristiwa agung bernama Isra’ diabadikan dalam Alquran surat Al Isra’ ayat 1. Sedangkan
peristiwa Mi’raj diabadikan dalam beberapa hadis shahih. Perjalanan luar biasa bernama Isra’
Mi’raj yang dilalui oleh Nabi Muhammad Saw. dengan melintasi 4 alam sekaligus, yakni alam
nasut (alam jasad), alam malakut (malaikat), alam jabarut (sirr/ruh), alam lahut (sirr al
sirr/Arsy). Alam nasut yang dimaksudkan adalah ketika perjalanan Nabi dari Makkah menuju
Baitul Maqdis. Alam Malakut ialah ketika bertemu dan berinteraksi dengan para Malaikat. Alam
Jabarut yang dimaksudkan dalam perjalanan Isra’ Mi’raj ialah tatkala Nabi bertemu dengan ruh
para Nabi. Sedangkan alam lahut ialah ketika Nabi naik ke Arsy dan bertemu dengan Allah Swt.

Perjalanan lintas alam yang dilalui oleh manusia terbaik sejagad raya tentunya mustahil jika
terlewatkan tanpa makna. Imam As Suyuthi dalam Kitab Al Isra’ Wal Mi’raj merangkum
hikmah perjalanan Nabi ketika Isra’ Mi’raj dalam beberapa point. Di antaranya ialah, peristiwa
Isra’ Mi’raj yang diabadikan oleh Alquran dengan redaksi ‘‫ ’ ُس ْب َحانَ الَّ ِذي َأ ْس َرى بِ َع ْب ِد ِه‬merupakan bukti
kongkret kedekatan dan kasih sayang Allah terhadap Nabi Muhammad. Karena huruf ‘ba’’
memiliki faedah mushahabah yang artinya, pendampingan dan penyertaan Allah terhadap Nabi
dengan kebaikanNya dan pertolonganNya.

Isra’ Mi’raj juga mengandung hikmah keharusan pembersihan diri dari hal-hal yang buruk ketika
seorang hamba ingin bertemu dengan Tuhannya. Karena peristiwa Isra’ Mi’raj didahului dengan
pembersihan hati Nabi oleh Malaikat Jibril. Pelaksanaan Isra’ Mi’raj pada malam hari
mengandung pembelajaran bahwa malam hari merupakan waktu yang indah untuk
berkomunikasi dengan Allah. Hingga banyak Ulama yang mengatakan tentang malam hari
sebagai waktu khusyuk, saat berkumpul dengan yang dicintai. Berbeda dengan sebagian filsuf
yang mengidentikkan malam dengan kegelapan yang hina, sementara di dalam Alquran, waktu
malam beberapa kali dijadikan sumpah karena keistimewaannya.

Peristiwa pertemuan Nabi Muhammad Saw. dengan para Nabi di tiap tingkatan langit juga
mengandung hal yang bersifat informatif. Imam As Suyuthi mengatakan, bahwa pertemuan Nabi
Muhammad dengan para Nabi mengandung sebuah informasi rahasia atau isyarat dari Allah
tentang keserupaan sesuatu yang akan dialami Nabi Muhammad dengan para Nabi yang
dijumpai. Pada langit pertama, Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Adam. Isyarat yang
terkandung adalah Nabi akan keluar dari Makkah untuk hijrah ke Madinah sebagaimana Nabi
Adam keluar dari surga menuju bumi. Pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Isa dan Nabi
Yahya mengandung isyarat bahwa Nabi akan mengalami permusuhan dan perlawanan dari kaum
Yahudi sebagaimana dialami Nabi Isa dan Nabi Yahya.

Di langit ketiga, Nabi Muhammad berjumpa dengan Nabi Yusuf. Hikmah yang terkandung ialah
Nabi Muhammad akan mengalami permusuhan bahkan peperangan dengan saudara-saudara
Nabi sendiri sebagaimana dialami oleh Nabi Yusuf. Nabi Muhammad juga pada akhirnya akan
memaafkan saudara-saudara beliau, yakni kaum Quraisy sebagaimana Nabi Yusuf memaafkan
saudara-saudaranya. Pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Idris di langit ke 4 mengandung
isyarat bahwa Nabi akan mengalami pengangkatan derajat  sebagaimana dialami Nabi Idris.

Pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Harun di langit ke 5 mengandung isyarat bahwa Nabi
akan disukai kembali oleh kaumnya setelah kembali ke Makkah (fathu Makkah). Sedangkan di
langit ke 6, pertemuan Nabi Muhammad dengan Nabi Musa mengandung isyarat, hidayah
berupa agama Islam melalui Nabi Muhammad yang diperuntukkan kepada umat beliau,
sebagaimana Nabi Musa menunjukkan hidayah kepada Bani Israil. Di Langit ke tujuh, Nabi
Muhammad bertemu dengan Bapak para Nabi yakni Nabi Ibrahim. Pertemuan tersebut
mengandung isyarat bahwa Nabi Muhammad akan menyempurnakan syariat Islam dengan
melaksanakan syariat warisan dari Nabi Ibrahim yakni ibadah haji.

Demikian, Wallahu a’lam.

Oleh : M. Choirun Nizar – Dosen Fakultas Agama Islam UNISSULA

Anda mungkin juga menyukai