Anda di halaman 1dari 4

Khutbah I

‫ َوَأ ْش هَدُ َأ ْن اَّل هٰل َ اَّل‬. ِ ‫ َو َخ َذ َل َم ْن َش َاء ِم ْن َخلْ ِق ِه ِب َم ِش ْيَئ ِت ِه َوعَدْ هِل‬،‫َالْ َح ْمدُ هلِل ِ اذَّل ِ ْي َوف َّ َق َم ْن َش َاء ِم ْن َخلْ ِق ِه ِب َف ْض هِل ِ َو َك َر ِم ِه‬
‫ِإ ِإ‬
‫ َوَأ ْش هَدُ َأ َّن َس ِّيدَ اَن َو َح ِب ْيبَنَ ا َو َع ِظ ْي َمنَ ا‬.ُ ‫ َواَل َحدَّ َواَل ُجث َّ َة َواَل َأع َْض َاء هَل‬،ُ ‫ َواَل َش ِب ْي َه َواَل ِمثْ َل َواَل ِندَّ هَل‬،ُ ‫هللا َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل‬ ُ
ِ ‫ َوعَىَل آهِل‬،‫هللا‬ ِ ‫ َاللهم َص ِّل َو َسمِّل ْ َواَب ِركْ عَىَل َس ِّي ِداَن ُم َح َّم ِد ْب ِن َع ْب ِد‬.ُ‫ َو َص ِفيُّ ُه َو َح ِب ْي ُبه‬،ُ ‫َوقَاِئدَ اَن َوقُ َّر َة َأ ْع ُي ِننَا ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل‬
‫ فَ يِّن ُأ ْو ِص ْيمُك ْ َون َ ْفيِس ْ ِب َت ْق َوى‬، ُ‫ َأ َّما ب َ ْع د‬.‫ َواَل َح ْو َل َواَل قُ َّو َة اَّل اِب ِهلل‬،‫ َو َم ْن تَ ِب َعه ُْم ْح َس ٍان ىَل ي َ ْو ِم الْ ِق َيا َم ِة‬،‫َوحَص ْ ِب ِه َو َم ْن َّوااَل ُه‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإِب‬
( ‫) َولَ َق دْ َرآ ُه نَ ْزةَل ً ُأ ْخ َرى‬١٢( ‫) َأفَ ُت َم ُارون َ ُه عَىَل َما يَ َرى‬١١( ‫ َما َك َذ َب الْ ُفَؤ ا ُد َما َرَأى‬:‫هللا الْ َعيِل ِّ الْ َع ِظمْي ِ الْ َقاِئ ِل يِف ْ ُم ْحمَك ِ ِك َتا ِب ِه‬ ِ
)١٤-١١ :‫) (النجم‬١٤( ‫) ِع ْندَ ِسدْ َر ِة الْ ُم ْنهَت َى‬١٣
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah yang singkat ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib
pribadi untuk senantiasa berusaha meningkatkan ketakwaan dan keimanan kita kepada Allah
subhanahu wa ta’ala dengan menjalankan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari segala yang
dilarang dan diharamkan.
Saudara-saudara seiman, Saat ini kita berada pada tanggal 25 Rajab 1441 H. Pada setiap bulan Rajab,
umat Islam di berbagai belahan dunia menyelenggarakan perayaan Isra’ Mi’raj, sebuah peristiwa
agung yang merupakan salah satu mukjizat yang Allah anugerahkan kepada Baginda Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari atas mimbar, pada kesempatan yang mulia ini, khatib
akan menyampaikan penjelasan dari para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah seputar Mukjizat Mi’raj
dan bahwa mukjizat yang agung ini tidak menunjukkan Allah di atas, karena kesepakatan para ulama
menyatakan bahwa Allah ada tanpa membutuhkan kepada arah dan tempat, Allah ada tanpa tempat.
Hadirin yang dirahmati Allah, Mukjizat Isra’ telah disebutkan dalam Al-Qur’an secara tegas dan
eksplisit. Oleh karenanya, barangsiapa mengingkari Isra’, maka ia telah mendustakan Al-Qur’an.
Sedangkan Mi’raj, Al-Qur’an tidak menyebutkannya secara sharih dan eksplisit, akan tetapi
menyatakannya dengan keterangan yang mendekati nash yang sharih (eksplisit).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: ( ‫) َولَ َقدْ َرآ ُه نَ ْزةَل ً ُأخ َْرى‬١٢( ‫) َأفَ ُت َم ُارون َ ُه عَىَل َما يَ َرى‬١١( ‫َما َك َذ َب الْ ُفَؤ ا ُد َما َرَأى‬
)١٤-١١ :‫) (النجم‬١٤( ‫) ِع ْن دَ ِس دْ َر ِة الْ ُم ْنهَت َى‬١٣ Maknanya: “Hatinya tidak mendustakan apa yang telah
dilihatnya. Maka apakah kalian (musyrikin Makkah) hendak membantahnya tentang apa yang telah
dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha” (QS an-Najm: 11-14). Oleh karena itu, para ulama
Ahlussunnah menyatakan: Barangsiapa mengingkari mukjizat Mi’raj karena ketidaktahuannya tentang
adanya Mi’raj dalam syara’, maka ia tidak kafir, akan tetapi dihukumi fasiq, karena Al-Qur’an tidak
menyebutkan Mi’raj secara eksplisit. Berbeda dengan Mukjizat Isra’ yang disebutkan secara eksplisit.
Sedangkan seseorang yang mengingkari Mi’raj dengan maksud menentang ajaran agama, maka ia
tidak lagi tergolong kaum muslimin. Hadirin yang dirahmati Allah, Setelah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjadi imam shalat bagi para nabi di Baitul Maqdis, maka Rasulullah dibawa naik
ke langit. Jibril pun meminta dibukakan pintu langit dan dikatakan kepadanya: Siapa anda? Jibril
menjawab: Jibril. Ditanyakan: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad. Ditanyakan lagi:
Apakah ia telah diutus untuk Mi’raj ke langit? Jibril menjawab: Iya, ia telah diutus untuk Mi’raj.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam
hadits yang panjang: “Lalu pintu langit pertama dibuka untuk kami. Ternyata sudah ada Nabi Adam
di sana. Ia pun menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Kemudian Jibril bersamaku naik ke
langit kedua, lalu ia meminta dibukakan pintu langit. Jibril ditanya: Siapa anda? Jibril menjawab:
Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad. Ditanya lagi: Apa sudah
saatnya Muhammad dimi’rajkan? Jibril menjawab: Iya, sudah saatnya dimi’rajkan. Lalu pintu langit
kedua dibuka untuk kami. Ternyata sudah ada dua nabi bersaudara sepupu di sana, yaitu Isa bin
Maryam dan Yahya bin Zakariyya ‘alaihimassalam. Keduanya menyambutku dan mendoakan
kebaikan untukku.” Demikianlah, Nabi kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
berpindah dari satu langit ke langit berikutnya. Di langit ketiga, beliau bertemu dengan Nabi Yusuf
‘alaihissalam yang telah dikaruniai ketampanan yang luar biasa. Di langit keempat, Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan Nabi Idris ‘alaihissalam. Nabi Yusuf dan Nabi Idris
‘alaihimassalam juga mendoakan kebaikan untuk Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kemudian di langit kelima Nabi bertemu dengan Nabi Harun ‘alaihissalam, di langit keenam bertemu
dengan Nabi Musa ‘alaihissalam, dan di langit ketujuh bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam
yang menyandarkan punggungnya ke al-Bait al-Ma’mur. Al-Bait al-Ma’mur adalah bangunan yang
mulia tempat thawaf bagi para malaikat yang merupakan penghuni langit sebagaimana Ka’bah adalah
tempat thawaf bagi para penghuni bumi. Setiap harinya, al-Bait al-Ma’mur dimasuki oleh tujuh puluh
ribu malaikat untuk melakukan shalat di sana lalu keluar dan tidak kembali ke sana selamanya. Begitu
seterusnya sampai hari kiamat. Setelah itu Jibril membawa Nabi naik hingga ke Sidratul Muntaha.
Sidratul Muntaha adalah sebuah pohon yang sangat besar nan indah menakjubkan, daun-daunnya
lebar seukuran telinga gajah dan buah-buahnya besar seperti qullah (gentong). Akarnya berada di
langit keenam dan menjulang tinggi sampai mencapai atas langit ketujuh. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melihatnya sewaktu beliau berada di atas langit ketujuh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menceritakan: “Tidak seorang pun di antara makhluk Allah yang mampu menyifati
Sidratul Muntaha saking indahnya. Kemudian Allah mewahyukan kepadaku beberapa hal: Allah
wajibkan kepadaku 50 kali shalat dalam sehari semalam, lalu aku turun menemui Nabi Musa. Ia
bertanya: Apa yang Allah wajibkan kepada ummatmu? Aku menjawab: 50 kali shalat. Musa berkata:
Kembalilah ke tempat yang di sana engkau menerima wahyu dan berdoalah meminta keringanan
kepada Allah, karena ummatmu tidak akan mampu melakukannya, aku telah memiliki pengalaman
dengan Bani Israil tentang hal semacam ini.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali ke
tempat semula dan meminta keringanan kepada Allah seraya berkata: ‫“ اَي َر ِّب َخفِّ ْف عَىَل ُأ َّميِت‬Ya Allah
berilah keringanan untuk ummatku.” Nabi bersabda: “Maka Allah mengurangi menjadi lima shalat.
Lalu aku kembali kepada Nabi Musa dan aku berkata: Allah mengurangi menjadi lima shalat
untukku. Musa berkata: Umatmu tidak akan mampu melakukan itu, maka mintalah kembali kepada-
Nya keringanan.” Maka Nabi pun beberapa kali memohon keringanan kepada Allah hingga Allah
mewahyukan kepadanya kewajiban shalat lima kali sehari semalam, setiap shalat terhitung pahalanya
seakan-akan sepuluh shalat, sehingga totalnya menjadi lima puluh shalat. Allah juga mewahyukan
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa barangsiapa berkeinginan melakukan satu
kebaikan lalu tidak jadi mengerjakannya, maka dihitung satu kebaikan, dan jika dia mengerjakannya
dihitung sepuluh kebaikan. Dan barangsiapa berkeinginan melakukan keburukan dan tidak
mengerjakannya maka tidak dicatat sebagai keburukan, jika dia mengerjakannya maka dihitung satu
keburukan. Saudara-saudara seiman, Para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah mengatakan bahwa
maksud dan tujuan dari Mi’raj adalah memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
memperlihatkan kepada beliau keajaiban-keajaiban di alam atas, seperti langit, al-Bait al-Ma’mur,
Sidratul Muntaha, ‘Arsy, surga dan lain-lain, dan mengagungkan derajat beliau. Sangat penting
ditegaskan bahwa peristiwa Mi’raj tidak berarti sampainya Nabi ke sebuah tempat yang Allah berada
di sana. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah bertemu dan berkumpul dengan Allah seperti
bertemunya makhluk dengan makhluk, karena Allah Mahasuci dari tempat, arah dan ruang. Allah
bukan jism (sesuatu yang memiliki panjang, lebar dan kedalaman) dan Allah tidak menyerupai
sesuatu pun di antara makhluk-Nya sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala tegaskan: ‫لَي َْس مَك ِثْهِل ِ يَش ْ ٌء‬
)١١ :‫الس ِمي ُع الْ َب ِص ُري (الشورى‬ َّ ‫ َوه َُو‬Maknanya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah, dan Dia
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS asy-Syura: 11) Oleh karenanya, jangan mempercayai
sebagian buku yang menyampaikan cerita-cerita dusta yang menyatakan bahwa Allah mendekat
kepada Muhammad hingga berjarak satu hasta atau bahkan lebih dekat. Kisah-kisah semacam ini
sangat bertentangan dengan aqidah Ahlussunnah wal Jama’ah. Sedangkan ayat 8 dan 9 dari surat an-
Najm: )٩-٨ :‫) (النجم‬٩( ‫اب قَ ْو َسنْي ِ َأ ْو َأ ْدىَن‬ َ َ‫) فَاَك َن ق‬٨( ‫ مُث َّ َداَن فَتَدَ ىَّل‬Tidak boleh dimaknai bahwa Allah-lah yang
mendekat kepada Muhammad hingga jaraknya seukuran dua busur panah atau lebih dekat. Makna
ayat tersebut sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih Muslim dari Sayyidah Aisyah
radliyallahu ‘anha bahwa yang mendekat kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
saat Mi’raj adalah Jibril, bukan Allah subhanahu wa ta’ala. Kita tidak boleh menyifati Allah dengan
sifat berjarak dekat atau pun jauh, karena berjarak dengan sesuatu yang lain adalah termasuk salah
satu sifat makhluk yang menunjukkan tempat dan arah tertentu. Padahal para ulama kita selalu
menjelaskan bahwa Allah Mahasuci dari semua tempat dan arah, berdasarkan ijma’ (kesepakatan)
kaum muslimin seperti ditegaskan oleh Imam Abu Manshur al-Baghdadi dalam karyanya, al-Farq
baina al-Firaq: ‫“ َوَأمْج َ ُع ْوا عَىَل َأن َّ ُه اَل حَي ْ ِويْ ِه َماَك ٌن‬Kaum muslimin menyepakati bahwa Allah ta’ala tidak
diliputi oleh tempat.” Hadlratusy Syaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari menegaskan dalam
mukadimah kitab at-Tanbihat al-Wajibat: ‫هللا َو ْح دَ ُه َال رَش ِ يْ َك هَل ُ الْ ُمنَ َّـز ُه َع ِن الْجِ ْس ِم َّي ِة َوالْجِ هَ ِة‬ ُ َّ‫َوَأ ْش هَدُ َأ ْن َال َهل ال‬
‫ِإ ِإ‬
‫“ َو َّالز َم ِان َوالْ َماَك ِن‬Dan aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah
semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia Mahasuci dari berbentuk (berjisim), arah, masa dan tempat.”
Hadirin yang dirahmati Allah, Demikian khutbah yang singkat ini. Mudah-mudahan dapat
memperkokoh aqidah dan keimanan kita. Amin Ya Rabbal ‘Alamin. ، ْ ‫هللا يِل ْ َولَمُك‬ َ ‫َأقُ ْو ُل قَ ْويِل ْ ه َٰذا َوَأ ْس َت ْغ ِف ُر‬
ُ ‫ ِإ ن َّ ُه ه َُو الْ َغ ُف ْو ُر َّالر ِحمْي‬،‫فَ ْاس َت ْغ ِف ُر ْو ُه‬. Khutbah II ‫ َون َ ُع ْو ُذ اِب ِهلل ِم ْن رُش ُ ْو ِر َأنْ ُف ِس نَا َو ِم ْن‬،‫ِإ َّن الْ َح ْمدَ هلِل ِ حَن ْ َمدُ ُه َون َ ْس َت ِعي ُن ُه َون َ ْس َت ْغ ِف ُر ُه‬
ُ ‫ َوَأ ْشهَدُ َأ ْن اَّل هٰل َ اَّل‬،ُ ‫هللا فَاَل ُم ِض َّل هَل ُ َو َم ْن يُضْ ِل ْل فَاَل هَا ِد َي هَل‬
‫ َوَأ ْشهَدُ َأ َّن َس ِّيدَ اَن ُم َح َّمدً ا‬،ُ ‫هللا َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل‬ ُ ‫ َم ْن هَي ْ ِد‬،‫ات َأمْع َ ا ِلنَا‬ ِ ‫َسيَِّئ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ات‬ِ َ‫ َو ْار َض اللهم َع ْن ُأ َّمه‬، َ ‫ َوعَىٰل خ َْوا ِن ِه النَّ ِبيِّنْي َ َوالْ ُم ْر َس ِلنْي‬، ِ ‫الص ا ِد ِق الْ َو ْع ِد اَأْل ِمنْي‬
َّ ‫ َاللهم َص ِّل َو َس مِّل ْ عَىٰل َس ِّي ِداَن ُم َح َّم ِد ِن‬،ُ ‫َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل‬
‫ِإ‬
‫الطا ِه ِر ْي َن‪َ ،‬و َع ِن الْ ُخلَ َف ا ِء َّالر ِاش ِد ْي َن‪َ ،‬أيِب ْ بَ ْك ٍر َومُع َ َر َو ُعثْ َم َان َوعَيِل ٍّ ‪َ ،‬و َع ِن اَأْلِئ َّم ِة الْ ُمهْ َت ِد ْي َن‪َ ،‬أيِب ْ َح ِن ْي َف َة َو َماكِل ٍ‬ ‫الْ ُم ْؤ ِم ِننْي َ ‪َ ،‬وآلِ الْ َبي ِْت َّ‬
‫هللا الْ َعيِل ِّ الْ َع ِظمْي ِ فَ ات َّ ُق ْو ُه‪َ ،‬وا ْعلَ ُم ْوا َأ َّن َ‬
‫هللا‬ ‫الصا ِل ِحنْي َ ‪َ .‬أ َّما ب َ ْعدُ ‪ ،‬فَ َيا َأهُّي َ ا الْ ُم ْس ِل ُم ْو َن‪ُ ،‬أ ْو ِص ْيمُك ْ َون َ ْفيِس ْ ِب َت ْق َوى ِ‬ ‫َوالشَّ ا ِف ِع ِّي َوَأمْح َدَ َو َع ِن اَأْل ْو ِل َيا ِء َو َّ‬
‫ون عَىَل النَّيِب ِ ّ ۚ اَي َأهُّي َا اذَّل ِ َين آ َمنُوا َص لُّوا عَلَ ْي ِه َو َس ِل ّ ُموا‬ ‫الساَل ِم عَىٰل ن َ ِبيِّ ِه ْال َك ِرمْي ِ فَ َقا َل َّن اهَّلل َ َو َماَل ِئ َكتَ ُه يُ َصل ُّ َ‬
‫َّ‬ ‫َأ َم َرمُك ْ ِبَأ ْم ٍر َع ِظمْي ٍ‪َ ،‬أ َم َرمُك ْ اِب َّلصاَل ِة َو‬
‫ِإ‬
‫ت َ ْس ِلميًا‪َ ،‬ال ٰل ّهُ َّم َص ِّل عَىٰل َس ِّي ِداَن ُم َح َّم ٍد َوعَىٰل آلِ َس ِّي ِداَن ُم َح َّم ٍد اَمَك َص ل َّ ْي َت عَىٰل َس ِّي ِداَن ْب َرا ِهمْي َ َوعَىٰل آلِ َس ِّي ِداَن ْب َرا ِهمْي َ َواَب ِركْ عَىٰل َس ِّي ِداَن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُم َح َّم ٍد َوعَىٰل آلِ َس ِّي ِداَن ُم َح َّم ٍد اَمَك اَب َر ْك َت عَىٰل َس ِّي ِداَن ْب َرا ِهمْي َ َوعَىٰل آلِ َس ِّي ِداَن ْب َرا ِهمْي َ ‪ ،‬يِف ْ الْ َع الَ ِمنْي َ ن ََّك مَح ِ ْي ٌد َمجِ ْي ٌد‪َ .‬ال ٰل ّه َُّم ا ْغ ِف ْر ِللْ ُم ْس ِل ِمنْي َ‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ات اَأْل ْحيَا ِء ِمهْن ُ ْم َواَأْل ْم َو ِات‪َ ،‬ال ٰل ّه َُّم ْاج َعلْنَ ا ُه دَ ا ًة ُمهْ َت ِد ْي َن غَرْي َ ٰض الِّنْي َ َو َال ُم ِض لِّنْي َ ‪َ ،‬ال ٰل ّه َُّم ْاس رُت ْ َع ْو َرا ِتنَ ا وآ ِم ْن‬ ‫ات والْ ُمْؤ ِم ِننْي َ َوالْ ُمْؤ ِمنَ ِ‬ ‫َوالْ ُم ْس ِل َم ِ‬
‫هللا ي َ ْأ ُم ُر اِب لْ َع دْ لِ‬
‫هللا‪َّ ،‬إن َ‬ ‫خو ُف‪َ ،‬ربَّنَا آ ِتنَا يِف ادلُّ نْ َيا َح َسنَ ًة َويِف اآْل ِخ َر ِة َح َسنَ ًة َو ِقنَا عَ َذ َاب النَّ ِار‪ِ .‬ع َبا َد ِ‬ ‫َّر ْوعَا ِتنَا َوا ْك ِفنَا َما َأمَه َّنَا َو ِقنَا رَش َّ ما ن َ َت َّ‬
‫هللا الْ َع ِظمْي َ ي َ ْذ ُك ْرمُك ْ َو ْاش ُك ُر ْو ُه عَىٰل ِن َع ِم ِه‬ ‫َواإْل ْح َس ِان َو يْ َتا ِء ِذي الْ ُق ْرىٰب ويَهْن ٰى َع ِن ال َف ْح ٰشا ِء َوالْ ُم ْن َك ِر َوال َب ْغ ِي‪ ،‬ي َ ِع ُظمُك ْ لَ َعلَّمُك ْ ت ََذكَّ ُر ْو َن‪ .‬فَ اذ ُك ُروا َ‬
‫يَ ِز ْدمُك ْ َو ْاسَألُ ْو ُه ِم ْن فَضْ هِل ِ يُ ْع ِطمُك ْ َوات َّ ُق ْو ُه جَي ْ َع ْل لَمُك ْ ِم ْن َأ ْم ِرمُك ْ َم ْخ َر ًجا‪َ ،‬وذَل ِ ْك ُر ِ‬
‫هللا َأ ْكرَب ُ‬ ‫ِإ‬

‫‪Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/117978/mukjizat-mi-raj-tidak-berarti-allah-di-atas‬‬

Anda mungkin juga menyukai