Anda di halaman 1dari 10

Ini Urutan Tanda Kiamat: dari yang

Belum Terjadi hingga yang Sudah


Terjadi
Menurut Al-Qurṭūbī, tanda-tanda kiamat besar yang disebutkan secara
bersamaan dalam hadits-hadits tidaklah berurutan.
Para ulama berbeda pendapat terkait urutan terjadinya tanda-tanda kiamat.
Imam Al-Qurṭūbī mengatakan, tanda-tanda kiamat besar yang disebutkan
secara bersamaan dalam hadits-hadits di atas tidaklah berurutan, tidak
terkecuali riwayat Muslim dari Hudzaifah.

Salah satu hadits sahih yang berkaitan dengan kiamat (as-sāʽah) yang pasti
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Sahihnya dan juga
diriwayatkan oleh beberapa perawi hadits serta diakui oleh para ulama adalah
hadits berikut.

‫ال َما تَ َذا َكرُونَ قَالُوا ن َْذ ُك ُر‬ َ ‫ال اطَّلَ َع النَّبِ ُّي‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ ْينَا َونَحْ نُ نَتَ َذا َك ُر فَق‬ َ َ‫اريِّ ق‬ ِ َ‫ع َْن ُح َذ ْيفَةَ ب ِْن أَ ِسي ٍد ْال ِغف‬
‫س ِم ْن َم ْغ ِربِهَا‬ ُ ُ
ِ ‫َّال َوال َّدابَّةَ َوطلو َع ال َّش ْم‬ َ ‫ت فَ َذ َك َر الدُّخَ انَ َوال َّدج‬ ٍ ‫ال إِنَّهَا لَ ْن تَقُو َم َحتَّى ت ََروْ نَ قَ ْبلَهَا َعش َر آيَا‬
ْ َ َ‫السَّا َعةَ ق‬
‫ب‬ ْ ْ
ِ ‫ْف بِال َمغ ِر‬ ٌ ‫ق َو َخس‬ ْ ْ ٌ ‫ُوف َخس‬ ُ َ َ
ٍ ‫ُوج َوثاَل ثة خس‬ َ ْ َ َّ
َ ‫صلى ُ َعل ْي ِه َو َسل َم َويَأجُو َج َو َمأج‬َ ‫هَّللا‬ َّ َ ‫ول ِعي َسى ا ْب ِن َمرْ يَ َم‬ َ ‫َونُ ُز‬
ِ ‫ْف بِال َمش ِر‬
‫اس إِلَى َمحْ َش ِر ِه ْم‬ َ َّ‫َط ُر ُد الن‬ ْ ‫آخ ُر َذلِكَ نَا ٌر ت َْخ ُر ُج ِم ْن ْاليَ َم ِن ت‬ ِ ‫ب َو‬ِ ‫ير ِة ْال َع َر‬َ ‫ْف بِ َج ِز‬ ٌ ‫َو َخس‬

“Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari berkata, Rasulullah SAW menghampiri


kami saat kami tengah membicarakan sesuatu. Ia bertanya, ‘Apa yang
kalian bicarakan?’ Kami menjawab, ‘Kami membicarakan kiamat.’ Ia
bersabda, ‘Kiamat tidaklah terjadi sehingga kalian melihat sepuluh tanda-
tanda sebelumnya.’ Rasulullah menyebut kabut, Dajjal, binatang (ad-
dābbah), terbitnya matahari dari barat, turunnya Isa bin Maryam AS,
Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana; gerhana di timur, gerhana di barat dan
gerhana di jazirah Arab dan yang terakhir adalah api muncul dari Yaman
menggiring manusia menuju tempat perkumpulan mereka,” (Lihat Abul
Husain Muslim bin Hajjaj bin Muslim An-Naisaburi, Al-Jāmi’us Ṣaḥīḥ,
[Beirut, Dārul Afaq Al-Jadidah: tanpa tahun], juz VIII, halaman 178).

Tanda-tanda kiamat dalam hadits ini disebut sebagai tanda-tanda kiamat


kubra (hari akhir). Ada sepuluh tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits
ini. Namun yang disebutkan dalam hadits tersebut hanya ada delapan:

Pertama, Munculnya kabut (dukhan)

Kedua, Munculnya Dajjal

Ketiga, Munculnya Dabbah
Keempat, Terbitnya matahari dari barat.

Kelima, Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj

Keenam, Munculnya Isa bin Maryam;

Ketujuh, Adanya tiga gerhana, di timur;

Kedelapan, gerhana di barat;

Kesembilan, gerhana di jazirah Arab.

Kesepuluh, adanya api yang muncul dari Yaman kemudian menggiring


manusia menuju tempat berkumpul.

Al-Qurthubi menyebutkan bahwa ada hadits lain yang menyebutkan tanda-


tanda tersebut secara berurutan, yakni hadits Muslim dari Hudzaifah dalam
riwayat yang berbeda, yang menyebutkan bahwa tanda yang pertama kali
muncul adalah tiga gerhana.

Oleh Al-Qurthubi, kejadian ini sudah pernah terjadi di masa Rasul SAW.
Sedangkan tanda-tanda setelahnya masih banyak diperdebatkan urutannya.
(Lihat Muhammad Syamsul Haq Abadi, ʽAunul Maʽbūd Syarh Abū Dawud,
[Beirut, Darul Kutub Al-Ilmiyah: 1415 H], juz XI, halaman 290-291).

Oleh karena itu, simpulan dari kajian hadits-hadits terkait tanda-tanda kiamat
ini adalah tanda-tanda kiamat yang disebutkan dalam hadits sifatnya hanya
prediksi Rasul SAW.

Bahkan kepastian urutannya pun masih diperdebatkan. Begitu juga waktu


kejadiannya. Ada yang menyebut bahwa sebagian sudah terjadi ada juga yang
menyebutnya belum terjadi, bahkan perdebatan ini sudah terjadi pada masa
sahabat.

Jika ada kejadian di masa sekarang yang sesuai dengan tanda-tanda kiamat
yang disebutkan dalam berbagai hadits tersebut, belum tentu itu menjadi
tanda yang pasti. Bisa juga kejadian yang sama akan terjadi di masa
mendatang karena Rasul sendiri tidak mengetahui kapan tanda-tanda
tersebut terjadi.

Hal ini sesuai dengan yang telah disebutkan oleh Al-Quran Surat Al-Aʽrāf ayat
187 ketika Rasul SAW ditanya kapan terjadinya kiamat.

‫ۚ يَسْأَلُونَكَ َع ِن السَّا َع ِة أَيَّانَ ُمرْ َساهَا ۖ قُلْ إِنَّ َما ِع ْل ُمهَا ِعن َد َربِّي ۖ اَل ي َُجلِّيهَا لِ َو ْقتِهَا إِاَّل ه َُو‬
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat, ‘Bilakah terjadinya?’
Katakanlah, ‘Sungguh pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi
Tuhanku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan waktu
kedatangannya selain Dia.’”

Fakhruddin Ar-Razi menyebutkan bahwa salah satu hikmah tidak


diketahuinya waktu terjadinya kiamat adalah agar manusia tetap beribadah
dan mencegah diri dari perbuatan maksiat tanpa memperhatikan kapan
terjadinya kiamat.

‫ فيكون ذلك أدعى إلى‬،‫ كانوا على حذر منها‬،‫والسبب في إخفاء الساعة عن العباد؟ أنهم إذا لم يعلموا متى تكون‬
‫ ال يجليها لوقتها التجلية إظهار الشيء والتجلي‬:‫ ثم إنه تعالى أكد هذا المعنى فقال‬،‫ وأزجر عن المعصية‬/ ،‫الطاعة‬
‫ ال يظهرها في وقتها المعين إال هو أي ال يقدر على إظهار وقتها المعين باإلعالم واإلخبار إال‬:‫ والمعنى‬،‫ظهوره‬
‫هو‬.

“Adapun sebab dirahasiakannya kiamat dari seorang hamba adalah jika


mereka tidak mengetahui waktu terjadinya kiamat, maka mereka akan
senantiasa menjadikannya sebagai peringatan. Maka hal itu akan lebih
dekat dengan ketaan dan menghindari dari maksiat. Kemudian sungguh
Allah SWT menguatkan makna ini dengan potongan ayat, ‘Tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya.’ Makna dari
al-tajliyah adalah menjelaskan kedatangan sesuatu. Maksudnya, tidak akan
dijelaskan waktu kejadian tersebut secara terperinci kecuali Allah SWT,
yakni tidak ada yang kuasa menjelaskan waktu terjadinya kiamat dengan
kabar dan pemberitahuan kecuali Allah SWT,” (Lihat Fakhruddin Ar-
Razi, Mafātīḥul Ghaib, [Beirut, Dāru Iḥ yā’it Turāts: 1420 H], juz XV, halaman
423).

Maka dari itu, cara bijak memahami dan mempertemukan hadits-hadits


tentang kiamat yang berbeda-beda tersebut adalah dengan meninjau maksud
nabi (maqasidi) ketika menyebutkan tanda-tanda tersebut kepada para
sahabat.

Saat itu para sahabat masih bertanya-tanya tentang kebenaran adanya kiamat.
Jawaban Rasul SAW dengan menyebutkan tanda-tanda tersebut bertujuan
agar para sahabat tidak menghabiskan waktunya untuk selalu memikirkan
kiamat.

Selain itu, ketidakpastian tanda-tanda kiamat yang ada dalam hadits Rasul
SAW ini hanya sebagai penguat bahwa kiamat memang ada, tetapi tidak akan
disebutkan kapan terjadi.

Semuanya ini bertujuan agar orang Mukmin senantiasa beribadah kapan dan
di mana saja tanpa mengenal waktu. Jika kiamat dan tanda-tandanya sudah
jelas, maka setiap orang akan meremehkan ibadahnya dan hanya beribadah
ketika mendekati kiamat.
Wallahu a’lam.

Ini Sepuluh Tanda Hari Kiamat


Salah satu hal yang harus dipercaya oleh umat Islam adalah adanya hari
Kiamat. Hanya saja tidak ada yang tahu secara pasti kapan hari itu akan
terjadi. Bahkan Rasulullah SAW pun tidak tahu hari Kiamat akan terjadi.
Namun, di dalam salah satu riwayat hadis disebutkan bahwa beliau pernah
memberikan informasi tentang sepuluh tanda-tanda akan datangnya hari
Kiamat kepada sahabat-sahabatnya.

َ ‫ اطَّلَ َع النَّبِ ُّي‬:‫ال‬


‫ َما‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ ْينَا َونَحْ نُ نَتَ َذا َك ُر فَقَا َل‬ َ َ‫ض َي هللاُ َع ْنهُ ق‬ ِ ‫اريِّ َر‬ ِ َ‫ع َْن ُح َذ ْيفَةَ ب ِْن أَ ِس ْي ٍد ْال ِغف‬
‫ فَ َذ َك َر ال ُّد َخانَ َوال َّدجَّا َل َوال َّدابَّةَ َوطُلُوْ َع‬.‫ت‬ٍ ‫ إِنَّهَا لَ ْن تَقُوْ َم َحتَّى ت ََروْ نَ قَ ْبلَهَا َع ْش َر آيَا‬:‫ قَا َل‬.َ‫تَ َذا َكرُوْ نَ ؟ قَالُوْ ا ن َْذ ُك ُر السَّا َعة‬
ٌ ‫ق َو َخس‬
‫ْف‬ ْ
ِ ‫ْف ِبال َم ْش ِر‬ٌ ‫ف َخس‬ ٍ ْ‫س ِم ْن َم ْغ ِربِهَا َونُ ُزوْ َل ِع ْي َسى اب ِْن َمرْ يَ َم َعلَ ْي ِه ال َّسالَ ُم َويَأْجُوْ َج َو َمأْجُوْ َج َوثَالَثَةَ ُخسُو‬ ِ ‫ال َّش ْم‬
)‫ (رواه مسلم‬.‫اس إِلى َمحْ َش ِر ِه ْم‬ َ َّ ْ ْ ْ َ
َ ‫آخ ُر ذلِكَ نَا ٌر تَخ ُر ُج ِمنَ اليَ َم ِن تَط ُر ُد الن‬ ِ ‫ب َو‬ ْ
ِ ‫ْف بِ َج ِزي َْر ِة ال َع َر‬ٌ ‫ب َو َخس‬ ِ ‫بِ ْال َم ْغ ِر‬

Dari Hudzaifah bin Asid Al-Ghifari r.a., ia berkata, “Nabi SAW mendatangi
kami yang sedang berbincang-bincang, lalu beliau bersabda, ‘Apa yang
kalian perbincangkan?’ Mereka (sahabat) menjawab, ‘Kami sedang
membincangkan tentang hari Kiamat.’ Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya
Kiamat itu tidak akan terjadi sebelum (terdapat) sepuluh tanda-tandanya.’
Lalu beliau menyebutkannya, yaitu munculnya kabut tebal, Dajjal, Dabbah,
matahari terbit di sebelah Barat, turunnya Nabi Isa bin Maryam a.s.,
munculnya Ya’juj dan Ma’juj, terjadinya tiga gerhana bulan dari arah
Timur, di arah Barat, dan di Jazirah Arab, dan tanda akhirnya adalah api
yang keluar dari lembah Yaman yang menggiring manusia dari tempat
mereka berkumpul.” (H.R. Muslim)

Berdasarkan keterangan hadis tersebut, maka secara rinci sepuluh tanda-


tanda datangnya hari Kiamat adalah sebagai berikut.

Pertama. Dukhan, yaitu munculnya kabut tebal yang panas dan membuat


manusia kehilangan kendali dan terbakar. Allah SWT berfirman:

‫اس هَ َذا َع َذابٌ أَلِي ٌم‬


َ َّ‫) يَ ْغ َشى الن‬١٠( ‫ين‬ ٍ ‫فَارْ تَقِبْ يَوْ َم تَأْتِي ال َّس َما ُء بِ ُد َخ‬
ٍ ِ‫ان ُمب‬

Maka tunggulah pada hari ketika langit membawa kabut yang tampak


jelas, yang meliputi manusia. Inilah azab yang pedih. (Q.S. Ad-Dukhān/44:
10-11)

Kedua. Dajjal; yaitu sosok manusia yang dengan kekuatan; kekuasaan;


pengaruhnya, mengajak orang beriman menjadi kafir.

Ketiga. Dabbah; yaitu sekelompok binatang dalam jumlah besar, datang


membawa kerusakan, dan datang atau perginya tidak diketahui. Allah SWT
berfirman:
۟ ُ‫اس َكان‬
َ َّ‫ض تُ َكلِّ ُمهُ ْم أَ َّن ٱلن‬
َ‫ا ٰيَتِنَا اَل يُوقِنُون‬nََٔ‫وا بِٔـ‬ ِ ْ‫َوإِ َذا َوقَ َع ْٱلقَوْ ُل َعلَ ْي ِه ْم أَ ْخ َرجْ نَا لَهُ ْم دَٓابَّةً ِّمنَ ٱأْل َر‬

Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis
binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa
sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami. (Q.S.
An-Naml/27: 82)

Keempat. Matahari terbit dari tempat terbenamnya (Barat).

Kelima. Turun Nabi Isa bin Maryam AS, bukan sebagai nabi tetapi sebagai
umat Nabi Muhammad SAW dengan misi mendamaikan manusia yang
bermusuhan.

Keenam. Yakjuj dan Makjuj, yaitu dua bangsa ateis yang gencar menjajah dan
mengadakan permusuhan. Allah SWT berfirman:

ٍ ‫ت يَأْجُو ُج َو َمأْجُو ُج َوهُ ْم ِم ْن ُكلِّ َح َد‬


َ‫ب يَ ْن ِسلُون‬ ْ ‫) َحتَّى إِ َذا فُتِ َح‬95( َ‫َو َح َرا ٌم َعلَى قَرْ يَ ٍة أَ ْهلَ ْكنَاهَا أَنَّهُ ْم اَل يَرْ ِجعُون‬

Sesungguhnya tidak mungkin atas (penduduk) suatu negeri yang telah


Kami binasakan bahwa mereka tidak akan kembali (kepada Kami). Hingga
apabila dibukakan (tembok) Yakjuj dan Makjuj, dan mereka turun dengan
cepat dari seluruh tempat yang tinggi. (Q.S. Al-Anbiyā’/21: 95-96)

Ketujuh, delapan dan sembilan. Tiga gerhana bulan yang terjadi di tiga tempat
yang berbeda. Yaitu di timur, barat, dan jazirah Arab

Kesepuluh. Api yang menggulung-gulung dari lembah Yaman yang akan


menghalau manusia ke tempat berkumpul. Ada yang menafsirkan api tersebut
sebagai udara yang akan terhirup oleh orang Islam saja dan mereka meninggal
semua. Hal ini sebagai cara Allah SWT menyelamatkan orang Islam dari huru-
hara kiamat.

Demikianlah sepuluh tanda-tanda datangnya hari Kiamat yang pernah


diinformasikan oleh Nabi SAW kepada para sahabatnya. Semoga kita
terhindar dari fitnah dan huru hara hari Kiamat tersebut. aamiin. Wa Allahu
A’lam bis Shawab.

Renungan Hari Akhir


Iman kepada hari akhir merupakan perkara yang sangat penting dan begitu
ditekankan dalam banyak ayat al-Qur’an. Allah ta’ala berfirman (yang
artinya), “Setiap jiwa pasti akan merasakan mati. Dan sesungguhnya
balasan atas kalian akan disempurnakan kelak pada hari kiamat.
Barangsiapa yang diselamatkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam
surga maka sungguh dia telah beruntung. Tidaklah kehidupan dunia itu
melainkan kesenangan yang menipu.” (QS. Ali ‘Imran: 185)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah; Sesungguhnya kematian


yang kalian berusaha lari darinya itu pasti akan menemui kalian. Kemudian
kalian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui perkara ghaib
maupun perkara yang tampak lalu Allah akan mengabarkan kepada kalian
apa saja yang telah kalian kerjakan -di dunia-.” (QS. al-Jumu’ah: 8)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Wahai umat manusia, bertakwalah


kepada Rabb kalian, karena sesungguhnya kegoncangan pada hari kiamat
itu adalah suatu kejadian yang sangat dahsyat. Pada hari itu kamu akan
melihatnya, setiap ibu yang menyusui lalai dari susuannya, dan setiap ibu
yang hamil pun berguguran kandungannya. Dan kamu melihat manusia
dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan
tetapi siksaan Allah yang amat keras.” (QS. al-Hajj: 1-2).

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari itu setiap orang akan lari
meninggalkan saudaranya, ibu maupun ayahnya, istri dan anak-anaknya.
Setiap orang diantara mereka pada hari itu memiliki urusan yang sangat
menyibukkan diri mereka sendiri.” (QS. ‘Abasa: 34-37)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan diletakkanlah kitab (catatan amal)
itu, maka kamu lihat orang-orang yang berbuat dosa dirundung ketakutan
melihat apa yang tertulis padanya, dan mereka berkata, “Kitab apakah ini; ia
tidak meninggalkan perkara yang kecil ataupun yang besar kecuali ia
perhitungkan juga.” Mereka dapati segala yang pernah mereka lakukan
tertulis di sana. Dan Rabbmu tidak akan berbuat zalim kepada siapapun.”
(QS. al-Kahfi: 49)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Kami letakkan timbangan-


timbangan keadilan pada hari kiamat, maka tidak ada satu jiwa pun yang
akan terzalimi sedikit pun. Meskipun kebaikan itu hanya sekecil biji sawi,
maka Kami akan tetap mendatangkannya, dan cukuplah Kami sebagai
penghisabnya.” (QS. al-Anbiya’: 47)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi Rabbmu, Kami pasti akan
menanyai mereka semuanya tentang segala yang pernah mereka amalkan
-di dunia-.” (QS. al-Hijr: 92-93)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Berlomba-lombalah kalian menuju


ampunan dari Rabb kalian dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-
rasul-Nya. Itulah karunia dari Allah, Allah memberikannya kepada siapa pun
yang dikehendaki oleh-Nya. Allah adalah pemilik karunia yang sangat
agung.” (QS. al-Hadid: 21)
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang menginginkan
kehidupan dunia serta perhiasannya maka Kami akan sempurnakan bagi
mereka balasan atas amal-amal mereka di dunia itu dalam keadaan mereka
tidak dirugikan sama sekali. Mereka itulah orang-orang yang tidak
mendapatkan balasan apa-apa di akherat kecuali neraka, lenyaplah sudah
apa yang dahulu mereka perbuat di sana, dan sia-sia amal yang dahulu
mereka lakukan.” (QS. Hud: 15)

Allah ta’ala menceritakan ajakan seorang rasul kepada kaumnya (yang


artinya), “Wahai kaumku, ikutilah aku niscaya akan kutunjukkan kepada
kalian jalan petunjuk. Wahai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini
hanyalah kesenangan (yang semu), dan sesungguhnya akherat itulah
tempat menetap yang sebenarnya.” (QS. Ghafir: 38-39)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Akan tetapi ternyata kalian lebih
mengutamakan kehidupan dunia, sementara akherat itu lebih baik dan lebih
kekal.” (QS. al-A’la: 16-17)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang


mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri darinya maka tidak
akan dibukakan untuk mereka pintu-pintu langit dan tidak akan masuk ke
dalam surga sampai unta bisa masuk ke dalam lubang jarum. Demikian
itulah Kami akan membalas orang-orang yang berdosa/kafir itu.” (QS. al-
A’raaf: 40)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka penduduk neraka pun


memanggil penduduk surga: ‘Berikanlah kepada kami air minum atau
-makanan- apa saja yang diberikan Allah kepada kalian.’ Maka mereka
menjawab, ‘Sesungguhnya Allah mengharamkan keduanya bagi orang-
orang kafir’, yaitu orang-orang yang telah menjadikan agama mereka
sebagai bahan senda gurau dan permainan dan tertipu oleh kehidupan
dunia. Maka pada hari ini Kami lupakan mereka, sebagaimana dulu -ketika
di dunia- mereka telah melupakan hari pertemuan mereka ini dan juga
karena dahulu mereka senantiasa menentang ayat-ayat Kami.” (QS. al-
A’raaf: 50-51)

Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang


beriman dan beramal salih bagi mereka itu surga-surga yang di bawahnya
mengalir sungai-sungai. Itulah keberuntungan yang sangat besar…” (QS. al-
Buruj: 11)

Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Pada hari kiamat umat manusia akan dikumpulkan dalam
keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan belum dikhitan.” Maka Aisyah
mengatakan, “Wahai Rasulullah, perempuan dan laki-laki dikumpulkan
menjadi satu? Tentu saja mereka akan saling melihat satu dengan yang
lain.” Maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai ‘Aisyah,
sesungguhnya urusan di waktu itu lebih dahsyat sehingga untuk saling
memperhatikan satu dengan yang lain pun mereka tidak sempat.” (HR.
Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6527] dan Muslim dalam Kitab al-Jannah wa
Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2859])

Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Kelak kematian akan didatangkan dalam bentuk seekor
domba putih kehitam-hitaman. Lalu ada yang berseru, ‘Wahai penduduk
surga’ maka mereka pun mendongakkan kepala seraya memandanginya.
Lalu ditanyakan kepada mereka, ‘Apakah kalian mengenalinya?’. Maka
mereka menjawab, ‘Iya. Ini adalah kematian.’ Dan mereka semua pun telah
melihatnya. Lalu diserukan lagi, ‘Wahai penduduk neraka.’ maka mereka
pun mendongakkan kepalanya seraya memandanginya. Lalu ditanyakan,
‘Apakah kalian mengenalinya?’. Mereka menjawab, ‘Iya. Ini adalah
kematian’. Dan mereka semua pun telah ikut melihatnya. Kemudian domba
(kematian) pun disembelih, dan dikatakan, ‘Wahai penduduk surga,
kekallah. Tiada lagi kematian’, ‘Wahai penduduk neraka, kekallah. Tiada lagi
kematian.’ Kemudian Nabi membaca ayat (yang artinya), “Dan berikanlah
peringatan kepada mereka akan hari penyesalan ketika keputusan itu sudah
ditetapkan sementara mereka tenggelam dalam kelalaian.” Mereka memang
berada dalam kelalaian; yaitu para pemuja dunia, “dan mereka pun tidak
beriman.” (QS. Maryam: 39).” (HR. Bukhari dalam Kitab Tafsir al-
Qur’an [4730])

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda, “Apabila para penduduk surga telah memasuki surga
dan para penduduk neraka pun telah memasuki neraka maka
didatangkanlah kematian hingga diletakkan di antara surga dan neraka,
kemudian kematian itu disembelih. Lalu ada yang menyeru, ‘Wahai
penduduk surga, kematian sudah tiada. Wahai penduduk neraka, kematian
sudah tiada’. Maka penduduk surga pun semakin bertambah gembira
sedangkan penduduk neraka semakin bertambah sedih karenanya.” (HR.
Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6544] dan Muslim dalam Kitab al-Jannah wa
Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2850])

Dari Sahl radhiyallahu’anhu, beliau berkata: Aku mendengar


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh, tempat
meletakkan cemeti di surga itu jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Dan sungguh berangkat di pagi hari atau di sore hari dalam rangka berjuang
di jalan Allah itu jauh lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari
dalam Kitab ar-Riqaq [6415])

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Barangsiapa yang masuk surga maka dia akan selalu
senang dan tidak akan merasa susah. Pakaiannya tidak akan usang dan
kepemudaannya tidak akan habis.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Jannah wa
Shifatu Na’imiha wa Ahliha [2836])

Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam bersabda, “Ya Allah, tidak ada kehidupan sejati selain kehidupan
akherat.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq [6413])

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkata, “Jadilah kalian anak-anak


akherat, dan jangan menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah
amal dan belum ada hisab, sedangkan besok yang ada adalah hisab dan
tidak ada lagi waktu untuk beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq
dalam Kitab ar-Riqaq, lihat Shahih Bukhari cet. Maktabah al-Iman hal. 1307).

Yahya bin Mu’adz ar-Razi rahimahullah berkata, “Dunia ini adalah khamr


setan. Barangsiapa yang mabuk karenanya niscaya dia tidak akan sadar
kecuali di tangan tentara kematian dalam keadaan menyesal bersama
golongan orang-orang yang merugi.” (lihat Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal.
482 cet. Dar al-Hadits)

Ada seseorang yang bertanya kepada Muhammad bin Wasi’, “Bagaimana


keadaanmu pagi ini?”. Beliau menjawab, “Bagaimanakah menurutmu
mengenai seorang yang melampaui tahapan perjalanan setiap harinya
menuju alam akherat?” (lihat Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 482)

Al-Marudzi mengatakan: Aku pernah bertanya kepada [Imam] Ahmad bin


Hanbal, “Bagaimana keadaanmu pagi ini?”. Maka beliau menjawab,
“Bagaimanakah keadaan seorang hamba yang Rabbnya senantiasa
menuntutnya untuk menunaikan kewajiban-kewajiban. Nabinya juga
menuntut dirinya untuk mengerjakan Sunnah/tuntunannya. Begitu pula, dua
malaikat yang menuntutnya untuk memperbaiki amalan. Sementara hawa
nafsu menuntut dirinya untuk memperturutkan kemauannya. Iblis
mengajaknya untuk melakukan berbagai perbuatan keji. Malaikat maut juga
menunggu-nunggu untuk mencabut nyawanya. Dan di sisi yang lain, anak
dan istrinya pun menuntut untuk diberikan nafkah?!” (lihat Aina Nahnu min
Akhlaqis Salaf, hal. 19)

Sebagian orang arif berkata, “Bagaimana bisa merasakan kegembiraan


dengan dunia, orang yang perjalanan harinya menghancurkan bulannya, dan
perjalanan bulan demi bulan menghancurkan tahun yang dilaluinya, serta
perjalanan tahun demi tahun yang menghancurkan seluruh umurnya.
Bagaimana bisa merasa gembira, orang yang umurnya menuntun dirinya
menuju ajal, dan masa hidupnya menggiring dirinya menuju kematian.”
(lihat Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam, hal. 483)
Allahumma innaa nas’alukal jannah wa na’uudzu bika minan naar.
Robbanaa aatinaa fid dunya hasanah, wa fil aakhirati hasanah, wa qinaa
‘adzaaban naar.

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/8852-renungan-hari-


akhir.html

Anda mungkin juga menyukai